C18 Wfa
C18 Wfa
WIDIAN FAKHRI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Stabilitas Minyak Ikan
Sardin (Sardinella sp.) dalam Kapsul Keras dengan Kemasan Botol Berbagai
Warna adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Widian Fakhri
NIM C34130023
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait
4
5
ABSTRAK
WIDIAN FAKHRI. Stabilitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) dalam Kapsul
Keras dengan Kemasan Botol Berbagai Warna. Dibimbing oleh SUGENG HERI
SUSENO dan AGOES MARDIONO JACOEB
Minyak ikan sardin (Sardinella sp.) mengandung asam lemak tak jenuh
(PUFA) yang cukup tinggi khususnya omega-3, seperti asam eikosapentanoat
(EPA) dan asam dokosahexaenoat (DHA). Kandungan asam lemak tak jenuh PUFA
yang tinggi pada minyak ikan sardin mudah teroksidasi. Stabilitas minyak ikan
dalam kapsul keras dapat dipengaruhi oleh kemasan selama penyimpanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh perbedaan warna kemasan
botol polyethylene terephthalate (PET) terhadap stabilitas minyak ikan sardin
dalam kapsul keras selama penyimpanan. Kapsul minyak ikan dikemas dalam botol
berwarna (hijau, biru, ungu, bening, putih) dan disimpan pada suhu ruang (27-30oC)
selama 60 hari. Analisis yang dilakukan meliputi kadar asam lemak bebas (FFA),
bilangan peroksida (PV), bilangan p-anisidin (AnV), total oksidasi (totoks), dan
profil asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapsul minyak sardin yang
dikemas dalam botol putih memberikan kestabilan terbaik diantara botol lainnya.
Perlakuan warna botol tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>0,05)
terhadap FFA. Namun, perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (P<0,05) terhadap nilai peroksida, nilai p-anisidin, dan total oksidasi.
Komposisi profil asam lemak kapsul minyak ikan yang disimpan pada botol putih
selama 60 hari, yaitu SFA (31,42%), MUFA (13,23%), PUFA (31,47%).
Kata kunci: kapsul keras, kestabilan minyak ikan, minyak ikan sardin, warna botol
6
ABSTRACT
WIDIAN FAKHRI. The Stability of Sardine (Sardinella sp.) Oil in Hard Capsules
Which is Packed in Various Colored Bottle. Supervised by SUGENG HERI
SUSENO and AGOES MARDIONO JACOEB
Sardine (Sardinella sp.) oil contains high levels of unsaturated fatty acid
(PUFA) especially omega-3, such as eicosapentaenoic acid (EPA) and
docosahexaenoic acid (DHA). However, the PUFA in sardine oil can be easily
oxidized. The stability of fish oil capsule could be affected by its package during
storage. This study aimed to determine the influence of various color of
polyethylene terephthalate (PET) bottle on the stability of sardine oil in hard
capsules during storage. Fish oil capsules were packed in colored (green, blue,
purple, clear, white) bottle and stored at room temperature (27-30oC) for 60 days.
Analysis conducted including free fatty acid (FFA), peroxide value (PV),
p-anisidine value (AnV), total oxidation (totox), and fatty acid profile. The results
showed that sardine oil capsule packaged in white bottle was the best stability
among other bottles. Bottle color treatments did not give any significant effect
(P>0,05) for FFA content. However, the treatments gave significant difference
(P<0,05) for peroxide value, p-anisidine value, and total oxidation. The
composition of fatty acid profile of fish oil capsule stored in white bottle for
60 days were saturated fatty acid (31.42%), monounsaturated fatty acid (13.23%)
and polyunsaturated fatty acid (31.47%).
Keyword: bottle color, hard capsule, sardine oil, stability of fish oil
7
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
8
9
WIDIAN FAKHRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya. Doa dan harapan penulis agar Allah SWT selalu meridhoi
segala aktivitas sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Stabilitas Minyak Ikan
Sardin (Sardinella sp.) dalam Kapsul Keras dengan Kemasan Botol Berbagai
Warna” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1 Prof Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi dan Dr Ir Agoes M Jacoeb, Dipl-Biol
selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang
diberikan kepada penulis.
2 Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku dosen penguji, atas arahan dan motivasi
yang diberikan kepada penulis.
3 Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku dosen wakil Gugus Kendali Mutu
(GKM), atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.
4 Orang tua penulis, Bapak Supriyadi dan Ibu Siti Sidup, kakak Wina Eka
Supriyanti dan Wike Oktarina, serta seluruh keluarga besar, yang selalu
memberikan doa, motivasi, dan dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis.
5 Teman-teman THP 50 yang telah memberikan dukungan, saran, dan semangat
kepada penulis.
6 Seluruh dosen, pegawai, dan staff tata usaha Departemen Teknologi Hasil
Perairan atas bantuannya selama ini.
7 Teman-teman satu tim penelitian skripsi, Rizki, Hani, dan Trisna yang telah
membantu dalam melaksanakan penelitian
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah ini, sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca dan membutuhkan.
Widian Fakhri
14
15
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
4 Nilai FFA minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna .............................................................................. 15
5 Nilai PV minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna .............................................................................. 16
6 Nilai AnV minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna .............................................................................. 18
7 Nilai totoks minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna .............................................................................. 19
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Stabilitas minyak ikan sardin (Sardinella sp.) dalam kapsul keras yang
disimpan dalam berbagai warna botol belum pernah dilakukan sebelumnya dan
diharapkan mampu mencegah dan mengurangi kerusakan minyak ikan secara
oksidatif.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah tersedianya informasi tentang:
1 Kestabilan minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
3
2 Parameter oksidasi primer dan sekunder, serta profil asam lemak dari minyak
ikan sardin setelah disimpan dalam botol polyethylene terephthalate (PET)
berbagai warna
3 Memberikan alternatif warna botol polyethylene terephthalate (PET) untuk skala
industri yang dapat mengurangi atau mencegah kerusakan oksidatif minyak ikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2017. Tempat
pelaksanaan penelitian meliputi Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Bersama, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor; serta
Laboratorium Kimia Terpadu, Institut Pertanian Bogor.
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak ikan sardin
hasil samping penepungan dari PT Hosana Buana Tunggal, Bali. Bahan-bahan
untuk analisis yang digunakan antara lain etanol 96%, indikator fenolftalein (PP)
(Merck), kloroform (Merck), kalium iodida (KI) (Sigma Aldrich), kalium
hidroksida (KOH) 0,1 N (Merck), pati 1%, asam asetat glasial (CH3COOH)
(Merck), sodium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N (Merck), isooktan (Merck) dan bahan
untuk analisis profil asam lemak dengan gas chromatography yaitu standar Supelco
37 Component Fatty Acid Methyl Esters (FAME) mix, natrium hidroksida (NaOH)
(Merck), boron triflorida (BF3), natrium klorida (NaCl) jenuh, dan natrium sulfat
(Na2SO4) anhidrat.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah gelas kimia (Iwaki), hot plate
stirrer (Corning, Jerman, Model PC-4200), perangkat spektrofotometer (Shimadzu
spektrofotometer UV pharmaspec 1700), high speed refrigerated centrifuge
(Hitachi Himac CR 21G) dan perangkat Gas Chromatography (Shimadzu, Jepang,
Model GC 2010 Plus dengan standar SupelcoTM 37 Component FAME Mix). Alat
pendukung lainnya, yaitu botol plastik jenis polyethylene terephthalate (PET)
berwarna hijau, biru, ungu, bening dan putih.
4
Prosedur Penelitian
Analisis FFA,
Penyimpanan kapsul ke dalam 5 botol PET berbeda PV, p-anisidin,
warna (hijau, biru, ungu, bening, dan putih) pada total oksidasi
suhu ruang 27oC-30oC selama 60 hari dan profil asam
lemak
Pemanasan; 50oC
Prosedur Analisis
Analisis dalam penelitian ini meliputi bilangan asam lemak bebas (FFA),
bilangan peroksida (PV), bilangan p-anisidin dan bilangan total oksidasi (totoks),
dan profil asam lemak minyak ikan sardin. Prosedur analisis tersebut sebagai
berikut:
AxNxM
FFA (%) =
10 x G
Keterangan:
A = Jumlah titrasi KOH (mL)
N = Normalitas larutan KOH
M = Bobot molekul asam palmitat (256,43 g/mol)
G = Bobot contoh (g)
0,5 mL indikator pati 1% yang akan mengubah warna lautan menjadi biru.
Selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N hingga warna biru menjadi hilang
Persentase bilangan peroksida (PV) dapat dihitung dengan rumus:
S x N x 1000
Bilangan peroksida (mEq/kg) =
G
Keterangan :
S = Volume titrasi Na2S2O3 (mL)
N = Normalitas Na2S2O3
G = Berat contoh (Gram)
25 x (1,2 A2−A1)
Bilangan p-Anisidin (mEq/kg) =
M
Keterangan:
A1 = absorbansi larutan uji 1
A2 = absorbansi larutan uji 2
Keterangan:
PV = Peroxide Value (bilangan peroksida)
PAV = p-Anisidine Value (bilangan p-anisidin)
As Vcontoh
× Cstandar × ×100%
Ax 100
Asam lemak (%) =
Bobot contoh
Keterangan :
Ax = Area sampel
As = Area standar
Cstandar = Konsentrasi standar
Vcontoh = Volume contoh
Analisis Data
Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j, dan waktu
pengamatan ke-k
µ = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i
δij = komponen acak perlakuan
ωk = pengaruh waktu pengamatan ke-k
γjk = komponen waktu pengamatan
αωik = pengaruh interaksi waktu dengan perlakuan
εijk = komponen acak dari interaksi waktu dengan perlakuan
Hipotesis:
H0 : Perbedaan warna botol tidak berpengaruh terhadap kualitas minyak ikan sardin
dalam kapsul keras selama penyimpanan
H1 : Perbedaan warna botol berpengaruh terhadap kualitas minyak ikan sardin
dalam kapsul keras selama penyimpanan
9
Minyak ikan sardin yang digunakan pada penelitian ini berasal dari
PT Hosana Buana Tunggal, Jembrana, Bali. Minyak ikan yang berasal dari
perusahaan merupakan hasil samping dari proses penepungan ikan. Minyak ikan
tersebut berupa minyak ikan semi refined. Minyak ikan semi refined merupakan
minyak ikan yang telah mengalami proses netralisasi dari minyak ikan kasar.
Pemurnian minyak ikan sardin pada penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian
Hulu (2017) dengan melalui tahapan degumming (pemisahan gum), netralisasi, dan
bleaching sehingga menghasilkan minyak ikan murni. Minyak ikan sardin sebelum
dan setelah pemurnian dapat dilihat pada Gambar 3.
(a) (b)
Gambar 3 Minyak ikan sardin, sebelum pemurnian (a) dan setelah pemurnian (b)
Minyak ikan sebelum pemurnian memiliki warna kuning yang lebih pekat
apabila dibandingkan dengan minyak ikan setelah pemurnian yang memiliki warna
kuning jernih. Warna kuning pada minyak ikan disebabkan oleh adanya pigmen
karotenoid yang mengendap dalam minyak (Crexi et al. 2009). Minyak ikan
sebelum pemurnian memiliki warna kuning yang lebih pekat atau lebih gelap.
Perubahan warna minyak merupakan indikasi kerusakan minyak yang disebabkan
oleh oksidasi. Peningkatan intensitas warna pada minyak menjadi warna lebih gelap
disebabkan oleh akumulasi dekomposisi produk non volatil seperti triasilgliserol
dan asam lemak bebas (Abdulkarim et al. 2007). Warna gelap dapat terjadi selama
proses pengolahan dan penyimpanan yang disebabkan beberapa faktor antara lain
suhu pemanasan, pengepresan bahan, ekstraksi minyak, kandungan logam, dan
oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan dalam minyak (Syakiroh 2012).
Parameter oksidasi merupakan standar baku mutu kualitas minyak ikan.
Parameter oksidasi minyak ikan dapat digunakan untuk menentukan tingkat
kerusakan yang terjadi pada minyak ikan. Analisis parameter oksidasi minyak ikan
yang digunakan, yakni asam lemak bebas (FFA), bilangan oksidasi (PV), bilangan
p-anisidin (AnV), dan nilai total oksidasi (totoks). Analisis parameter oksidasi
minyak ikan sardin sebelum pemurnian dan setelah pemurnian dapat dilihat pada
Tabel 1.
10
Tabel 1 Karakteristik oksidasi minyak ikan sardin (Sardinella sp.) sebelum dan
setelah pemurnian
Minyak Ikan Sardin
Parameter Standar IFOS*
Sebelum pemurnian Setelah pemurnian
FFA (%) 2,12±0,37 0,62±0,16 1,50
PV (meq/kg) 15,37±0,34 8,08±0,93 5,00
p-Anisidin (meq/kg) 27,97±0,31 12,41±0,73 20,00
Totoks (meq/kg) 58,70±1,00 28,58±1,13 20,00
*International Fish Oil Standar (2014)
berpengaruh terhadap kualitas dari minyak ikan (Estiasih et al. 2017). Adanya
fosfolipid atau fosfatida atau gum dalam minyak menyebabkan kehilangan minyak
yang lebih tinggi pada tahap netralisasi. Gum merupakan kotoran yang berbentuk
lendir dengan kandungan protein, fosfatida, dan air (Ratih et al. 2016). Proses
degumming dalam penelitian ini menggunakan degumming air dan degumming
larutan garam. Proses degumming air dan larutan garam dilakukan untuk
menghilangkan kandungan pengotor yang masih tercampur di dalam minyak.
Larutan garam dapat mengikat protein dan menghidrasi kandungan air pada minyak
yang dapat berpengaruh terhadap kualitas minyak ikan. Natrium klorida yang
ditambahkan pada suatu larutan yang terdapat protein dengan konsentrasi rendah
akan menyebabkan protein tersebut menjadi bermuatan dan larut dalam larutan
garam (Murray et al. 2006). Senyawa fosfatid dalam minyak terdiri dari dua macam
yaitu fosfatida hydratable dan fosfatida non hydratable. Fosfatida hydratable
mudah dipisahkan dengan penambahan air. Penambahan air dapat mengakibatkan
fosfolipid akan kehilangan sifat lipofiliknya dan berubah menjadi lipofobik
sehingga mudah dipisahkan dari minyak (Dijkstra dan Opstal 1987). Fosfatida non
hydratable harus dikonversi terlebih dahulu menjadi fosfatida hydratable dengan
penambahan larutan lain misalnya asam ataupun garam yang kemudian dilanjutkan
dengan proses netralisasi (Thiagarajan dan Tang 1991).
Netralisasi merupakan salah satu tahapan dalam proses pemurnian minyak
ikan untuk menghilangkan asam lemak bebas dan pengotor dari minyak dengan
menggunakan soda kaustik (Huang dan Sathivel 2010). Proses netralisasi juga
dapat menghilangkan bau dan warna minyak ikan yang tidak diinginkan. Netralisasi
minyak ikan mengggunakan natrium hidroksida (NaOH). Natrium hidroksida
(NaOH) memiliki ion Na+ yang mudah berikatan dengan elektron dari asam lemak
bebas untuk membentuk sabun (Ratih et al. 2016). Larutan kaustik soda (natrium
hidroksida) yang dicampur dengan minyak pada pemurnian alkali akan membentuk
sabun (saponifikasi). Sabun ini akan terdispersi di dalam fase cair bersamaan
dengan fosfolipid, pigmen, dan komponen lain (Kirk dan Othmer 2005). Proses
netralisasi dapat menurunkan kadar asam lemak bebas karena asam lemak bebas
tersabunkan oleh NaOH (Estiasih dan Ahmadi 2012). Proses netralisasi juga
berperan pada penurunan angka peroksida. Hal tersebut disebabkan oleh senyawa
peroksida memiliki rantai karbon pendek yang dapat larut dalam air, selain itu
dalam asam lemak bebas terdapat sebagian kecil peroksida yang terikat, sehingga
ketika asam lemak bebas terendapkan melalui proses penyabunan, ada sebagian
peroksida yang ikut mengendap (Aisyah et al. 2010).
Bleaching atau pemucatan merupakan tahap pemurnian minyak yang
bertujuan untuk memucatkan warna yang tidak diinginkan dalam minyak. Proses
bleaching juga dapat mengurangi kadar fosfatida dan senyawa berlendir yang masih
tersisa dalam minyak. Penambahan adsorben magnesol XL dilakukan untuk
mengurangi komponen pigmen, asam lemak bebas, serta komponen pengotor
lainnya (Suseno et al. 2011). Adsorben magnesol XL terdiri dari magnesium silika
yang memiliki sifat berpori sehingga dapat menyerap pengotor pada minyak
(Faccini et al. 2011). Mekanisme adsorpsi terjadi antara adsorben dengan senyawa
oksidasi berupa ikatan kovalen pada sisi aktif adsorben dengan senyawa oksidasi,
sehingga senyawa oksidasi menempel pada permukaan adsorben yang
menyebabkan senyawa oksidasi teradsopsi (Lewandowski et al. 2014). Adsorben
12
magnesol XL dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dan produk oksidasi
primer serta sekunder secara signifikan (Bhattacharya et al. 2008).
Parameter kualitas minyak ikan sardin selain nilai FFA, bilangan peroksida
(PV), bilangan p-anisidin, dan bilangan total oksidasi (totoks) adalah profil asam
lemak. Analisis profil asam lemak dilakukan dengan menggunakan metode gas
chromatography. Analisis profil asam lemak dilakukan untuk mengetahui
kandungan asam lemak di dalam minyak ikan sardin setelah proses pemurnian.
Jenis asam lemak dapat mempengaruhi nilai nutrisi dan sifat fungsional minyak
ikan (Estiasih 2009). Hasil analisis profil asam lemak minyak ikan sardin setelah
pemurnian (sebelum terkapsul) dapat dilihat pada Tabel 2 dan kromatogramnya
disajikan pada Lampiran 3.
Tabel 2 Profil asam lemak minyak ikan sardin (Sardinella sp.) setelah pemurnian
Asam Lemak Hasil (% b/b)
Asam Laurat, C12:0 0,07
Asam Tridekanoat, C13:0 0,04
Asam Miristat, C14:0 8,81
Asam Pentadekanoat, C15:0 0,40
Asam Palmitat, C16:0 16,58
Asam Heptadekanoat, C17:0 0,44
Asam Stearat, C18:0 2,41
Asam Arakhidat, C20:0 0,17
Asam Heneikosanoat, C21:0 0,04
Asam Behenat, C22:0 0,12
Asam Lignoserat, C24:0 0,10
Cis-10-Asam Heptadekanoat, C17:1 0,07
Total SFA (Saturated Fatty Acid) 29,25
Asam Miristoleat, C14:1 0,02
Asam Palmitoleat, C16:1 6,78
Asam Elaidat, C18:1n-9t 0,05
Asam Oleat, C18:1n-9c 4,00
Cis-11-Asam Eikosenoat, C20:1 1,00
Asam Nervonat, C24:1 0,29
Total MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) 12,14
Asam Linoleat, C18:2n-6c 1,00
Asam Linolenat, C18:3n-3 0,60
Asam ɣ- Linolenat, C18:3n-6 0,23
Asam Linolelaidat, C18:2n-9t 0,07
Cis-11,14-Asam Eikosadinoat, C20:2 0,11
Cis-8,11,14-Asam Eikosantrinoat, C20:3n-6 0,19
Asam Arakhidonat, C20:4n-6 1,83
Cis-13,16-Asam Docosadinoat, C22:2 0,03
Asam Eikosapentanoat (EPA), C20:5n-3 14,96
Asam Dokosahexaenoat (DHA), C22:6n-3 14,71
Total PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid) 33,73
Total asam lemak teridentifikasi 75,12
Total asam lemak tak teridentifikasi 24,88
ω3 30,27
ω6 3,25
ω9 4,12
Hasil analisis profil asam lemak minyak ikan sardin setelah pemurnian
(sebelum terkapsul) menunjukkan bahwa minyak ikan sardin memiliki kandungan
13
asam lemak jenuh/saturated fatty acid (SFA) yang paling dominan adalah asam
lemak palmitat (16,58%). Hasil penelitian Crexi et al. (2010) menunjukkan bahwa
asam palmitat merupakan asam lemak jenuh yang dominan, yakni sekitar 50% dari
total asam lemak. Penelitian Suseno et al. (2015) menyatakan asam palmitat
merupakan asam lemak dominan dari golongan SFA pada minyak ikan sardin
lemuru, yakni sebesar 20,25%. Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal/
monounsaturated fatty acid (MUFA) pada penelitian ini yang paling dominan
adalah asam lemak palmitoleat (6,78%). Hasil ini sesuai dengan penelitian
Suseno (2011) yang menyatakan kandungan asam lemak MUFA pada ikan
Sardinella lemuru didominasi oleh asam lemak palmitoleat (12,02%).
Kandungan asam lemak tak jenuh ganda/polyunsaturated fatty acid (PUFA)
pada penelitian ini yang paling dominan adalah asam eicosapentanoat (EPA) dan
asam docosahexaenoat (DHA) yang masing-masing 14,96% dan 14,71%.
Kandungan EPA dan DHA sangat baik bagi kesehatan manusia. DHA berperan
penting dalam pencegahan penyakit pada manusia termasuk penyakit jantung,
inflamasi, kanker, selain itu juga berperan dalam perkembangan otak dan mata
(Tehrany et al. 2012), sedangkan EPA berperan dalam menjaga kesehatan jantung
dan kekebalan tubuh (Ryan et al. 2010). Komposisi asam lemak yang bervariasi
pada ikan sardin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain musim, suhu, asupan
makanan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh (Bagthasingh et al. 2016). Profil
asam lemak minyak ikan sardin hasil pemurnian (Tabel 2) menunjukkan bahwa
total asam lemak yang teridentifikasi (75,12%), sedangkan total asam lemak yang
tidak teridentifikasi (24,88%). Asam lemak yang tidak teridentifikasi disebabkan
oleh keterbatasan standar yang digunakan dalam pengujian profil asam lemak.
Jumlah asam lemak yang tidak teridentifikasi kemungkinan adalah asam lemak
jenuh dan tidak jenuh diluar standar yang digunakan (Agustina 2012). Asam lemak
yang tidak teridentifikasi juga dapat disebabkan oleh proses esterifikasi asam lemak
yang belum lengkap (Hulu 2017).
Minyak ikan rentan terhadap oksidasi dan akan mempengaruhi daya simpan
minyak tersebut. Stabilitas minyak ikan dapat menentukan mutu dari minyak
tersebut. Stabilitas minyak dipengaruhi oleh jenis minyak yang akan dimurnikan,
perlakuan yang diterapkan dalam pemurnian, suhu penyimpanan, adanya
penambahan antioksidan dan tipe pengemas (Mann 2015). Mekanisme oksidasi
minyak meliputi mekanisme radikal bebas, fotooksidasi, dan proses yang
berhubungan dengan lipoxygenase (Wasowicz et al. 2004). Mekanisme radikal
bebas berkaitan dengan autooksidasi. Autooksidasi adalah reaksi spontan oksigen
dengan lemak yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif (Wasowicz et al.
2004). Tahapan mekanisme radikal bebas meliputi tahapan inisiasi, propagasi dan
terminasi (Gordon 2001). Tahap inisiasi merupakan tahap terbentuknya radikal
bebas (R*) karena lipid kontak dengan panas, cahaya, ion metal dan oksigen. Reaksi
ini terjadi pada kelompok metilen yang berdekatan dengan ikatan rangkap. Tahap
selanjutnya adalah tahap propagasi. Tahap propagasi merupakan tahap bertemunya
radikal lipid (R*) dan oksigen membentuk radikal peroksida (ROO*). Radikal
14
peroksida yang terbentuk akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain (R1H)
membentuk hidroperoksida (ROOH) dan molekul radikal lipida baru (R1*). Reaksi
autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi berantai. Tahap terakhir
oksidasi adalah tahap terminasi. Tahap terminasi merupakan tahap dimana
hidroperoksida bersifat sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa aldehida,
keton, alkohol dan asam lemak bebas (Gordon 2001).
Minyak yang terkena cahaya juga akan mengalami reaksi oksidasi yang
disebut fotooksidasi. Fotooksidasi melibatkan cahaya, oksigen triplet, dan
sensitizer (Choe dan Min 2006). Sensitizer yang terdapat pada minyak ikan adalah
kandungan riboflavin. Riboflavin merupakan vitamin B2 yang larut air. Riboflavin
adalah kelompok prostetik dalam enzim oksireduktase flavin dan bersamaan
dengan lumiflavin menghasilkan photosensitizer yang peka terhadap paparan
cahaya (Cardoso et al. 2012). Photosensitizer akan menyerap energi cahaya dan
membentuk oksigen singlet (Min dan Boff 2002). Oksigen singlet dihasilkan oleh
mekanisme photosensitizer tereksitasi karena paparan cahaya. Photosensitizer
singlet tereksitasi dapat bereaksi melalui dua jaur antara lain megalami
pengembalian ke kondisi ground state dengan mengeluarkan sinar fluoresen dan
mekanisme intrasystem crossing (ISC) membentuk photosensitizer triplet
tereksitasi. Photosensitizer triplet tereksitasi secara langsung dapat bereaksi dengan
asam lemak atau komponen fenolik dengan mendonasikan hidrogen atau menerima
electron dan menghasilkan radikal bebas. Komponen radikal kemudian bereaksi
dengan oksigen triplet untuk membentuk radikal peroksi (Min dan Boff 2002).
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya oksidasi minyak.
Stabilitas minyak selain dipengaruhi oleh proses oksidatif, juga dipengaruhi
reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau
lemak dan terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak. Reaksi
hidrolisis pada prinsipnya adalah lemak bereaksi dengan air menjadi asam lemak
bebas dan gliserol (Ketaren 2008). Asam lemak bebas adalah asam lemak yang
berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Semakin lama reaksi
ini berlangsung, maka semakin banyak kadar asam lemak bebas yang terbentuk dan
menyebabkan penurunan kualitas minyak (Kalogeropoulos dan Tsimidou 2014).
Salah satu upaya untuk melindungi minyak ikan dari proses oksidasi adalah
proses pengapsulan. Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang tertutup dengan
cangkang keras atau lunak yang terbuat dari gelatin (Mahajan et al. 2016).
Pengapsulan dapat mengurangi aroma dan citarasa yang amis dari minyak ikan
(Estiasih 2009). Kapsul terbagi menjadi 2 jenis antara lain kapsul keras (hard
capsule) dan kapsul lunak (soft capsule) (Mahajan et al. 2016). Kapsul keras
memiliki dua bagian, yaitu bagian penutup dan bagian wadah atau badan kapsul
(Mallik et al. 2016). Proses pengapsulan minyak ikan sardin pada penelitian ini
menggunakan kapsul keras (hard capsule). Kapsul keras (hard capsule) pada
umumnya terbuat dari gelatin, gula, dan air (Rabadiya dan Rabadiya 2013).
Penggunaan kapsul keras (hard capsule) memiliki keuntungan antara lain memiliki
akurasi tinggi pada kapsulnya, kedap udara, dan dapat menurunkan resiko iritasi
lambung (Mahajan et al. 2016). Penggunaan kapsul dalam produksi minyak ikan
memiliki biaya produksi lebih murah dibandingkan dengan kapsul lunak (soft
capsule) (Cole et al. 1992).
Kapsul minyak ikan sardin pada penelitian ini disimpan dalam botol
berbeda warna, yaitu warna hijau, biru, ungu, bening, dan putih. Pemilihan botol
15
dengan warna hijau, biru, ungu, bening, dan putih pada penelitian ini berkaitan
dengan penyerapan cahaya pada permukaan benda berwarna. Penyerapan energi
cahaya akan mempengaruhi terhadap kualitas minyak ikan. Penyerapan energi
cahaya oleh permukaan botol berwarna hanya dibatasi pada jenis warna spektrum
saja. Cahaya pada umumnya jatuh pada prisma dan terurai menjadi warna infra
merah, merah, jingga, kuning, hijau, biru, ungu, dan ultraviolet. Warna cahaya infra
merah dan ultraviolet tidak dapat terdeteksi oleh mata, sehingga warna spektrum
yang dipakai dalam penelitian ini hanyalah daerah cahaya tampak yaitu hijau, biru
dan ungu. Hal tersebut yang menyebabkan warna botol hijau, biru dan ungu
digunakan dalam penelitian. Botol warna putih dan bening merupakan jenis warna
botol yang secara umum banyak digunakan pada botol suplemen secara komersial.
Hal tersebut yang menyebabkan pemilihan warna botol hijau, biru, ungu, putih dan
bening sebagai wadah penyimpanan kapsul minyak ikan dan keterkaitannya dengan
proses oksidasi.
Parameter pengujian stabilitas minyak ikan sardin (Sardinella sp.)
terkapsulkan meliputi asam lemak bebas (FFA), bilangan peroksida (PV), bilangan
p-anisidin, dan bilangan total oksidasi (totoks).
2.00
2,00
FFA (%)
1.50
1,50
1.00
1,00
0.50
0,50
0.00
0,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Lama penyimpanan (hari ke-)
Gambar 4 Nilai FFA minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna ( )
Gambar 4 menunjukkan nilai asam lemak bebas minyak ikan dalam kapsul
keras yang disimpan dalam botol berbeda warna selama 60 hari. Perlakuan warna
botol tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap nilai FFA minyak ikan
dalam kapsul keras selama penyimpanan (Lampiran 4). Hasil analisis nilai FFA
yang disajikan pada Gambar 4 menunjukkan terjadi peningkatan dari hari ke-0
hingga hari ke-15, sedangkan nilai FFA dari hari ke-20 hingga hari ke-60 cenderung
stabil dan sama pada semua kapsul yang disimpan pada kelima botol tersebut. Nilai
16
FFA pada hari ke-0 hingga hari ke-10 masih memenuhi standar maksimal IFOS.
Standar kandungan FFA pada minyak ikan berdasarkan IFOS yaitu kurang dari
sama dengan 1,5% (IFOS 2014).
Lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol dalam
reaksi hidrolisis (Ketaren 2008). Peningkatan hidrolisis menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah asam lemak bebas yang dihasilkan pada minyak. Peningkatan
nilai FFA pada proses penyimpanan disebabkan oleh penyimpanan minyak ikan
yang kurang baik yang memungkinkan minyak berinteraksi dengan oksigen dapat
menyebabkan kadar asam lemak pada minyak tersebut meningkat. Oksidasi asam
lemak tergantung pada jumlah ikatan rangkapnya, selain itu juga dipengaruhi oleh
suhu, konsentrasi oksigen, logam, aktivitas air, prooksidan, antioksidan, dan katalis
(Kusnandar 2010). Nilai FFA yang cenderung stabil selama penyimpanan
disebabkan oleh terhentinya proses hidrolisis pada minyak yang merupakan
penyebab asam lemak bebas meningkat selama penyimpanan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Crapiste et al. (1999) yang menyebutkan bahwa minyak yang disimpan
pada suhu 30oC atau suhu ruang memiliki nilai FFA yang mendekati konstan. Hal
tersebut mengindikasikan tidak adanya perubahan hidrolitik selama penyimpanan.
35
30
25
20
15
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Lama penyimpanan (hari ke-)
Gambar 5 Nilai PV minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna ( )
menyebabkan reaksi dengan asam lemak tak jenuh minyak yang menghasilkan
hidroperoksida (Savarese et al. 2013). Suhu yang tinggi dan cahaya juga dapat
membentuk peroksida (Gharbi et al. 2011). Peningkatan bilangan peroksida minyak
ikan selama penyimpanan disebabkan terbentuknya reaksi kimia antara minyak
dengan oksigen sehingga akan membentuk persenyawaan peroksida yang dapat
membantu terjadinya proses oksidasi (Montesqrit dan Ovianti 2013). Bilangan
peroksida pada penelitian ini mengalami fluktuasi pada minyak ikan yang disimpan
pada semua warna botol. Peroksida adalah komponen yang kurang stabil dan sangat
rentan mengalami perubahan lanutan yang menghasilkan produk oksidasi sekunder
(Marzena dan Miroslawa 2005). Produk degradasi lanjutan yang dihasilkan oleh
proses oksidasi asam lemak tak jenuh adalah komponen volatil dengan berat
molekul rendah seperti aldehid, keton, alkohol, hidrokarbon dan polimer lainnya
(Misharina dan Polskov 2005).
Kapsul minyak ikan yang disimpan selama 60 hari dalam botol berbeda
warna menunjukkan urutan nilai peroksida (PV) dari yang tertinggi sampai
terendah adalah botol bening > botol biru > botol hijau > botol ungu > botol putih.
Warna suatu benda terjadi apabila benda tersebut menyerap panjang gelombang
cahaya tertentu. Warna dari sumber cahaya merupakan cerminan energi yang
terkandung di dalamnya (Halsey et al. 1974). Penyerapan warna cahaya yang
datang pada suatu permukaan benda berwarna menunjukkan terjadi penyerapan
energi oleh benda tersebut. Penyerapan cahaya yang terjadi pada botol berkaitan
dengan panjang gelombang dari masing-masing warna botol yang digunakan pada
penelitian ini. Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda.
Panjang gelombang warna ungu (400-450 nm), biru (450-500 nm), dan hijau
(500-570 nm) (Underwood dan Day 2002). Semakin pendek panjang gelombang
suatu warna, maka frekuensi dan energi yang dimiliki semakin besar. Semakin
besar energi yang dimiliki, maka akan semakin sulit cahaya diteruskan oleh warna
tersebut (Djamas 1993). Energi yang diserap botol berwarna akan diterima oleh
minyak dalam botol tersebut, sehingga akan berpengaruh terhadap nilai peroksida
minyak.
Kapsul minyak ikan yang disimpan dalam botol warna putih memiliki nilai
peroksida yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai peroksida kapsul yang
disimpan dalam botol warna lainnya, sedangkan nilai peroksida tertinggi terdapat
pada kapsul yang disimpan dalam botol bening. Penelitian Rizzo et al. (2014)
menjelaskan bahwa minyak zaitun yang dikemas dalam botol polyethylene
terephthalate (PET) berwarna (bening, hijau, orange, putih dan biru) mengalami
perubahan kualitas selama penyimpanan. PET mampu menghalangi oksigen,
memiliki permeabilitas yang tinggi terhadap uap air, dan menghalangi cahaya yang
dapat mempengaruhi stabilitas oksidasi minyak (Arruda et al. 2006). Rendahnya
nilai peroksida kapsul minyak ikan yang disimpan dalam botol berwarna putih
disebabkan oleh sifat warna putih pada suatu benda. Nilai peroksida terendah yang
diamati untuk minyak yang disimpan dalam botol putih. Warna putih memiliki sifat
memantulkan cahaya (Fitch dan Lankford 2013). Botol warna putih dapat
memantulkan sebagian besar cahaya dan tidak diserap oleh botol tersebut.
Tingginya nilai peroksida kapsul minyak ikan yang disimpan dalam botol bening
disebabkan oleh botol bening yang lebih banyak meneruskan cahaya ke dalam
sampel, sehingga cahaya tersebut mempercepat proses oksidasi dan menurunkan
kualitas minyak. Kondisi warna botol penyimpan berpengaruh pada oksidasi
18
minyak ikan. Oksidasi minyak terjadi secara spontan dan kecepatan oksidasinya
tergantung tipe minyak dan kondisi penyimpanan (Kilcast dan Subramaniam 2011).
30
25
20
15
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Lama penyimpanan (hari ke-)
Gambar 6 Nilai AnV minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna ( )
Gambar 6 menunjukkan nilai anisidin minyak ikan dalam kapsul keras yang
disimpan dalam botol yang berbeda warna selama 60 hari. Perlakuan warna botol
memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai p-anisidin minyak ikan dalam
kapsul keras selama penyimpanan (Lampiran 6). Hasil analisis nilai p-anisidin
menunjukkan kapsul minyak ikan yang disimpan dalam botol warna hijau dan
bening mengalami peningkatan dari hari ke-0 hingga hari ke 20, botol biru dan putih
mengalami peningkatan dari hari ke-0 hingga hari ke-25, botol warna ungu
mengalami peningkatan dari hari ke-0 hingga hari ke-30. Hari ke-35 kapsul yang
disimpan dalam kelima botol mengalami penurunan. Botol warna bening, biru,
putih, dan ungu mengalami peningkatan kembali pada hari ke-40, sedangkan botol
warna hijau mengalami peningkatan dari hari ke-40 hingga hari ke-50. Semua
warna botol cenderung mengalami fluktuasi hingga hari ke-60. Penurunan nilai
anisidin disebabkan oleh produk oksidasi sekunder seperti aldehid, keton,
hidrokarbon, dan senyawa polimer lainnya rentan mengalami kerusakan. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya penurunan nilai anisidin minyak ikan secara
temporal (Jackson et al. 1984).
Kapsul minyak ikan yang disimpan selama 60 hari dalam botol berbeda
warna menunjukkan urutan nilai p-anisidin dari yang tertinggi sampai terendah
adalah botol bening > botol biru > botol hijau > botol ungu > botol putih. Nilai
anisidin kapsul yang disimpan dalam botol putih memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai anisidin lainnya. Nilai anisidin kapsul tertinggi terdapat
pada kapsul yang disimpan dalam botol bening. Tingginya nilai p-anisidin kapsul
19
minyak ikan dalam botol bening menunjukkan bahwa botol lebih banyak
meneruskan cahaya ke dalam sampel, sehingga cahaya tersebut mempercepat
proses oksidasi yang ditandai dengan tingginya nilai p-anisidin. Rendahnya nilai
p-anisidin pada botol berwarna putih karena terhambatnya penetrasi cahaya ke
dalam botol tersebut. Benda yang memiliki warna putih memiliki sifat
memantulkan cahaya (Fitch dan Lankford 2013). Warna putih mempunyai
kemampuan untuk memantulkan cahaya sehingga dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dalam botol.
110
100
90
80
70
60
50
40
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Lama penyimpanan (hari ke-)
Gambar 7 Nilai totoks minyak ikan sardin dalam kapsul keras selama penyimpanan
dalam botol berbeda warna ( )
Gambar 7 menunjukkan nilai total oksidasi minyak ikan dalam kapsul keras
yang disimpan dalam botol yang berbeda warna selama 60 hari. Perlakuan warna
botol memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai total oksidasi minyak
ikan dalam kapsul keras selama penyimpanan (Lampiran 7). Hasil analisis nilai
total oksidasi (totoks) menunjukkan kapsul yang disimpan dalam botol hijau dan
bening mengalami peningkatan dari hari ke-0 hingga hari ke-20, sedangkan botol
warna biru, putih, dan ungu mengalami peningkatan dari hari ke-0 hingga hari ke-
30, dan kesemua warna botol cenderung mengalami fluktuasi hingga hari ke-60.
Hasil stabilitas kapsul minyak ikan hingga akhir periode penyimpanan selama 60
hari dalam botol berbeda warna menunjukkan urutan nilai total oksidasi dari yang
tertinggi sampai terendah adalah botol bening > botol biru > botol hijau > botol
ungu > botol putih. Nilai total oksidasi kapsul minyak ikan yang disimpan dalam
botol putih memiliki nilai total oksidasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
nilai total oksidasi kapsul yang disimpan dalam botol warna lainnya. Rendahnya
nilai total oksidasi kapsul minyak ikan yang disimpan dalam botol warna putih
disebabkan oleh tidak adanya cahaya yang kontak langsung dengan kapsul selama
penyimpanan (Montesqrit dan Ovianti 2013).
20
Tabel 3 Profil asam lemak minyak ikan sardin (Sardinella sp.) dalam kapsul keras
dengan botol berbeda warna
Hasil (% b/b)
Asam Lemak
A B C D E
Asam Laurat, C12:0 0,08 0,09 0,08 0,07 0,08
Asam Tridekanoat, C13:0 0,05 0,04 0,04 0,03 0,04
Asam Miristat, C14:0 8,60 9,26 8,81 8,65 9,24
Asam Pentadekanoat, C15:0 0,44 0,46 0,46 0,40 0,47
Asam Palmitat, C16:0 16,13 17,61 16,8 16,94 17,69
Asam Heptadekanoat, C17:0 0,48 0,51 0,50 0,45 0,52
Asam Stearat, C18:0 2,41 2,70 2,59 2,48 2,76
Asam Arakhidat, C20:0 0,19 0,20 0,19 0,18 0,20
Asam Heneikosanoat, C21:0 0,03 0,04 0,04 0,03 0,04
Asam Behenat, C22:0 0,11 0,13 0,13 0,12 0,13
Asam Lignoserat, C24:0 0,14 0,15 0,16 0,15 0,15
Cis-10-Asam Heptadekanoat, C17:1 0,10 0,09 0,10 0,08 0,10
Total SFA 28,76 31,28 29.9 29,58 31,42
Asam Miristoleat, C14:1 0,02 0,02 0,02 0,00 0,02
Asam Palmitoleat, C16:1 6,5 7,13 6,79 6,71 7,22
Asam Elaidat, C18:1n-9t 0,06 0,06 0,05 0,05 0,06
Asam Oleat, C18:1n-9c 3,88 4,38 4,13 4,03 4,44
Cis-11-Asam Eikosenoat, C20:1 1,00 1,12 1,07 1,02 1,16
Asam Nervonat, C24:1 0,29 0,33 0,31 0,31 0,33
Total MUFA 11,75 13,04 12,37 12,12 13,23
Asam Linoleat, C18:2n-6c 1,02 1,13 1,07 1,01 1,13
Asam Linolenat, C18:3n-3 0,76 0,66 0,77 0,59 0,79
Asam ɣ- Linolenat, C18:3n-6 0,24 0,26 0,25 0,23 0,26
Asam Linolelaidat, C18:2n-9t 0,07 0,08 0,07 0,07 0,08
Cis-11,14-Asam Eikosadinoat, C20:2 0,11 0,12 0,12 0,10 0,12
Cis-8,11,14-Asam Eikosantrinoat, C20:3n-6 0,19 0,20 0,20 0,18 0,21
Asam Arakhidonat, C20:4n-6 1,83 1,95 1,90 1,81 2,06
Cis-13,16-Asam Docosadinoat, C22:2 0,04 0,05 0,03 0,03 0,04
Asam Eikosapentanoat (EPA), C20:5n-3 8,87 9,88 9,44 9,61 10,31
Asam Dokosahexaenoat (DHA), C22:6n-3 13,89 15,58 14,93 15,3 16,47
Total PUFA 27,02 29,91 28,78 28,93 31,47
Total asam lemak teridentifikasi 67,53 74,23 71,05 70,63 76,12
Total asam lemak tak teridentifikasi 32,47 25,77 28,95 29,37 23,88
ω3 23,52 26,12 25,14 25,5 27,57
ω6 3,28 3,54 3,42 3,23 3,66
ω9 4,01 4,52 4,25 4,15 4,58
*Keterangan : A = botol warna hijau, B = botol warna biru, C = botol warna ungu, D = botol bening,
dan E = botol warna putih
Hasil profil asam lemak menunjukkan bahwa kapsul minyak ikan sardin
setelah penyimpanan selama 60 hari memiliki total asam lemak jenuh/saturated
21
fatty acid (SFA) yang paling tertinggi terdapat pada kapsul yang disimpan dalam
botol warna putih (31,42%), sedangkan total asam lemak jenuh/saturated fatty acid
(SFA) yang paling terendah terdapat pada kapsul yang disimpan dalam botol warna
hijau (28,76%). Asam lemak yang paling dominan pada SFA adalah asam palmitat
(17,69%). Hasil penelitian Telahigue et al. (2013) menjelaskan bahwa asam
palmitat merupakan asam lemak yang dominan pada ikan Sardinella aurita.
Kandungan total asam lemak tak jenuh tunggal/ monounsaturated fatty
acid (MUFA) yang paling tertinggi terdapat pada kapsul miyak ikan yang disimpan
dalam botol warna putih (13,23%), sedangkan total asam lemak tak jenuh tunggal/
monounsaturated fatty acid (MUFA) yang paling terendah terdapat pada kapsul
yang disimpan dalam botol warna hijau (11,75%). Asam lemak yang paling
dominan pada MUFA adalah asam palmitoleat (7,22%). Kandungan total asam
lemak tak jenuh ganda/polyunsaturated fatty acid (PUFA) yang paling tertinggi
terdapat pada kapsul minyak ikan yang disimpan dalam botol warna putih
(31,47%), sedangkan total asam lemak tak jenuh ganda/polyunsaturated fatty acid
(PUFA) yang paling terendah terdapat pada kapsul yang disimpan dalam botol
warna hijau (27,02%). Asam lemak yang paling dominan pada PUFA adalah asam
dokosahexaenoat (DHA) (16,47%) diikuti dengan asam eikosapentanoat (EPA)
(10,31%).
Hasil analisis profil asam lemak pada minyak ikan sardin pada penyimpanan
hari ke-0 (Tabel 2) dengan kandungan asam lemak minyak yang disimpan sampai
hari ke-60 (Tabel 3) menunjukkan bahwa kandungan PUFA minyak ikan sardin
mengalami penurunan dan kandungan SFA cenderung mengalami peningkatan.
Perubahan asam lemak dapat disebabkan oleh proses penyimpanan. Penyimpanan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi yang kemungkinan besar terjadi
degradasi asam lemak omega-3 (Khamidinal et al. 2007). Asam lemak tak jenuh
pada minyak sangat rentan selama penyimpanan melalui autooksidasi dan
fotooksidasi (Marfil et al. 2008). Kandungan asam lemak PUFA akan teroksidasi
secara bertahap selama penyimpanan karena PUFA merupakan rantai panjang yang
didominasi oleh fosfolipid (Siriamornpun et al. 2008). Kandungan PUFA rentan
mengalami oksidasi. Proses oksidasi akan merusak ikatan rangkap dalam asam
lemak tak jenuh (Ngadiarti et al. 2015). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya oksidasi PUFA antara lain oksigen, suhu, kandungan logam, air, dan
cahaya (Sahena et al. 2014).
Hasil analisis profil asam lemak minyak ikan sardin pada penyimpanan hari
ke-0 (Tabel 2) dengan dengan kandungan asam lemak minyak ikan dalam kapsul
keras yang disimpan dalam botol berbeda warna (Tabel 3) juga menunjukkan
adanya perbedaan pada total asam lemak terindentifikasi. Perbedaaan total asam
lemak teridentifikasi disebabkan oleh proses esterifikasi asam lemak tidak terjadi
secara sempurna (Hulu 2017). Esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak
dari trigliserida dalam bentuk metil ester atau etil ester kemudian diikuti dengan
fraksinasi yang dilakukan dengan kromatografi gas (Pontoh dan Makasoe 2011).
Pembuatan metil ester asam lemak dari minyak dapat dilakukan melalui proses
esterifikasi atau transesterifikasi dengan katalis asam H2SO4 maupun katalis basa
seperti kalium metoksida. Metode yang digunakan harus sesuai dengan
karakteristik asam-asam lemak (Christie 1993). Penggunaan katalis pada proses
esterifikasi yang kurang tepat inilah yang mungkin menyebabkan perbedaan nilai
total asam lemak teridentifikasi.
22
Hasil pengujian profil asam lemak menunjukkan bahwa kapsul minyak ikan
yang disimpan dalam botol putih memiliki kandungan SFA, MUFA, dan PUFA
tertinggi dibandingkan dengan kapsul yang disimpan dalam botol dengan warna
lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa botol putih dapat meminimalkan
penetrasi cahaya ke dalam botol sehingga mampu menjaga kandungan asam lemak
minyak ikan. Hasil pengujian stabilitas oksidasi juga menunjukkan bahwa kapsul
minyak ikan yang disimpan dalam botol putih berbeda nyata dengan botol dengan
warna lainnya. Botol warna putih menunjukkan nilai peroksida (PV), p-anisidin
(AnV), dan total oksidasi terendah dibandingkan dengan botol dengan warna
lainnya. Semakin rendah nilai parameter oksidasi kapsul minyak ikan dalam botol
dengan warna tertentu, menunjukkan kualitas terbaik botol tersebut sebagai wadah
penyimpanan kapsul minyak ikan.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkarim SM, Long K, Lai OM, Muhammad SKS, Ghazali HM. 2007. Frying
quality and stability of high-oleic Moringa oleifera seed oil in comparison
with other vegetable oils. Food Chemistry. 105(4):1382-1389.
Agustina. 2012. Ragam asam-asam lemak daging kambing dan sapi segar serta
olahannya pada lokasi karkas yang berbeda [skripsi]. Lampung (ID):
Universitas Lampung.
Aisyah S, Yulianti E, Fasya AG. 2010. Penurunan angka peroksida dan asam lemak
bebas (FFA) pada proses bleaching minyak goreng bekas oleh karbon aktif
polong buah kelor (Moringa oliefera, Lamk) dengan aktivasi NaCl.
Alchemy. 1(2):53-103.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of
Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US):
Published by The Association of Analytical Chemist, inc.
[AOCS] American Oil Chemists Society. 1995. Official Methods and
Recommended Practices of the American Oil Chemists Society, 5th edition.
Virginia (US): AOCS Press.
[AOCS] American Oil Chemists' Society. 1997. Official method cd 8-53 peroxide
value, cd18-90 p-ansidine value, cg 3-91 recommended practices for
assessing oil quality and stability In Official Methods and Recommended
Practices of the American Oil Chemists' Society. Urbana (US): AOCS Press.
[AOCS] American Oil Chemists' Society. 1998. Free Fatty Acids In: Official
Methods and Recommended Practices of the American Oil Chemists
Society. Vol 5a. 5th ed. Champaign (US): AOCS Press.
Arruda CS, Garces WS, Arellano DB, Block JM. 2006. Industrial trial to evaluate
the effect of oxygen concentration on overall quality of refined, bleached,
and deodorized soybean oil in PET bottles. Journal of The American Oil
Chemists Society. 83(9):797-802.
Bagthasingh C, Aran SS, Vetri V, Innocen A, Kannaiyan SK. 2016. Seasonal
variation in the proximate composition of sardine (Sardinella gibbosa) from
Thoothukudi coast. Indian Journal of Geo-Marine Science. 45(6):800-806.
Bendini A, Cerretani L, Savador MD, Fregapane G, Lercker G. 2009. Stability of
the sensory quality of virgin olive oil during storage: an overview. Italian
Journal of Food Science. 4(21):385-554.
Bhattacharya AB, Sajilata MG, Tiwari SR, Singhal RS. 2008. Regeneration of
thermally polymerized frying oils with adsorbents. Journals of Food
Chemistry. 110(3):562-570.
Boran G, Karac H, Boran M. 2006. Changes in the quality of fish oils due to storage
temperature and time. Food Chemistry. 98(4):693-698.
Cardoso DR, Libardi SH, Skibsted LH. 2012. Riboflavin as a photosensitizer effect
on human health and food quality. Food Function. 3(5):487-502.
24
Crexi VT, Maurucio LM, Leonor A, Luiz AAP. 2010. Production and refinement
of oil form carp (Cyprinus carpio) viscera. Food Chemistry. 119(3):945-
950.
Dabbou S, Gharbi I, Dabbou S, Brahmi F, Nakbi A, Hammami M. 2011. Impact of
packaging material and storage time on olive oil quality. African Journal of
Biotechnology. 10(74):16937-16947.
Dijkstra AJ, Opstal MV. 1987. Process for producing degummed vegetable oils and
gums of high phospholipidic acid content. United State Patent. 4.698.185.
Djamas, Djusmaini. 1993. Absorbsi radiasi matahari oleh permukaan berwarna.
Laporan Penelitian. Padang (ID): Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Padang.
Estiasih T, Ahmadi K, Kurniawan FA, Maligan JM. 2017. Effect of degumming on
the characteristics of fish oil from by product of sardine and tuna canning
and meal processing. International Journal of Chemtech Research.
10(6):101-108.
Estiasih T, Ahmadi K. 2012. Pembuatan trigliserida kaya asam lemak ω-3 dari
minyak hasil samping pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps).
Jurnal Teknologi Pertanian. 5(3):116-128.
Estiasih T. 2009. Minyak Ikan Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Faccini SC, Michele EC, Maria SAM, Laiza CK, Marcia C, Manique, Maria RA,
Rodrigues, Edilson V, Bnevenuttia, Elina BC. 2011. Dry washing in
biodiesel purification: a comparative study of adsorbents. Journal of The
Brazillian Chemical Society. 22(3):558-563.
25
Fitch T, Lankford D. 2013. Why do black material absorb light and white material
reflect it?. MU’s Office of Science Outreach.
Frankel EN. 2005. Lipid Oxidation. Scotland: The Oily Press. pp.13-22.
Gharbi S, Harhar H, Guillaume D, Haddad A, Matthaus B, Charrouf Z. 2011.
Oxidative stability of edible argan oil: a two-year study. Food Science and
Technology. 49(1):385-391.
Gordon MH. 2001. The Development of Oxidative Rancidity. Washington (US):
CRC Press. pp.7-22.
Halsey W, Shores L, Blackburn H, Francis F. 1974. Collier’s Encyclopedia. USA.
Mac Millan Educational Corporation.
Hodgson AS. 1995. Refining and Bleaching. Hui YH, editor. Bailey’s Industrial
Oil and Fat Products, Edible Oil and Fat Products: Processing Technology.
New York (US): John wiley and Sons.
Huang J, Sathivel S. 2010. Purifying salmon oil using adsorption, neutralization
and combined neutralization and adsorption process. Journal of Food
Engineering. 96(1):51-58.
Huli LO, Suseno SH, Santoso J. 2014. Kualitas minyak ikan dari kulit ikan swangi.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 17(3):233-242.
Hulu, Dian PC. 2017. Degumming minyak ikan sardin (Sardinella sp.) dengan
larutan garam (NaCl) dan kestabilan produk terkapsulnya [tesis]. Bogor
(ID): Instut Pertanian Bogor.
[IFOS] International Fish Oil Standard. 2014. Fish Oil Standards/ Test Limits.
Nordicnaturals.
Irianto HE, Giyatmi S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta (ID):
Penerbit Universitas Terbuka.
Jackson AJ, Kerr AK, Cowey CB. 1984. Fish silage as a dietary ingredient for
salmon nutritional and storage characteristics. Aquaculture. 38(3):211-220.
Kalogeropoulos N, Tsimidou MZ. 2014. Antioxidants in greek virgin olive oil.
Antioxidants. 3(2):387-413.
Kanavouras A, Munoz PH, Coutelieris F, Selke S. 2004. Oxidation-derived flavor
compounds quality indicators for packaged olive oil. Journal of The
American Oil Chemists Society. 81(3):251-257.
Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Depok (ID):
Universitas Indonesia (UI-Press).
Khamidinal, Hadipranoto N, Mudasir. 2007. Pengaruh antioksidan terhadap
kerusakan asam lemak omega-3 pada proses pengolahan ikan tongkol
(Euthynus sp.). Jurnal Kaunia Gajah Mada. 3(2):119-138.
Kilcast D, Subramaniam P. 2011. Food and Beverage Stability and Shelf Life.
Cambridge (UK): Woodhead Publishing.
Kirk KE, Othmer VF. 2005. Encyclopedia of Chemical Technology. New York
(US): John Willey and Sons, Inc. pp.231-236.
26
Kusnandar F. 2010. Mengenal Sifat Lemak dan Minyak. Bogor (ID): Departemen
Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Larsen R, Eilersten KE, Elvevoll EO. 2011. Health benefits of marine foods and
ingredients. Biotechnology Advances. 29(5):508-518.
Lewandowski D, Bajerlein D, Schroeder G. 2014. Adsorption of hydrogen peroxide
on functionalized mesoporous silica surface. Journal of Structural
Chemistry. 25(5):1505-1512.
Mahajan PS, Gondkar SB. Saudagar RB. 2016. A review on capsule technology.
International Journal of Pharma and Bio Sciences. 7(2):176-185.
Mallik J, Faruq AA, Chowdhurry HB, Dinar AM. 2013. Hard gelatin capsules (two
piece) a unique pharmaceutical dosage form. Asian Journal of
Pharmaceutical Research and Development. 1(4):1-9.
Mann, Dominic CM. 2015. Shelf Life Second Edition. New York (US): John Wiley
and Sons, Ltd.
Marfil R, Cabrera VC, Gimenez R, Bouzas PR, Martinez O, Sanchez JA. 2008.
Metal content and physicochemical parameters used as quality criteria in
virgin argan oil: influence of the extraction method. Journal Agricultural
and Food Chemistry. 56(16):7279-7284.
Marzena DO, Miroslawa T. 2005. Quality changes in selected frying fats during
heating in a model system. Journal of Food Lipids. 12(2):159-168.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press. hlm 170-183.
Min DB, Boff JM. 2002. Chemistry and reaction of singlet oxygen in foods.
Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. 1(2):58-72.
Misharina TA, Polshkov AN. 2005. Antioxidant properties of essential oils:
antioxidantion of essential oils from laurel and fennel and of their mixtures
with essential oil from coriander. Applied Biochemistry and Microbiology.
41(6):610-618.
Montesqrit, Ovianti R. 2013. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap
stabilitas minyak ikan dan mikrokapsul minyak ikan. Jurnal Pertenakan
Indonesia. 15(1):62-68.
Murray, Robert K. 2006. Biokimia Harper. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.
Ngadiarti I, Srimiati M, Kusharto CM. 2015. Effects of packaging material and the
addition of antioxidants on the shelf life of catfish oil. Agricultural Science
Research Journal. 5(11):166-170.
Pontoh J, Makasoe L. 2011. Perbandingan beberapa metode pembuatan metil ester
dalam analisa asam lemak dari virgin coconut oil (vco). Jurnal Ilmiah Sains.
11(2):241-247.
Pristouri G, Badeka A, Kontominas M. 2010. Effect of packaging material
headspace, oxygen and light transmission, temperature and storage time on
quality characteristics of extra virgin oil. Food Control. 21(4):412-418.
27
Rabadiya B, Rabadiya P. 2013. A review: capsule shell material from gelatin to non
animal origin material. International Journal of Pharmaceutical Research
and Bio Science. 2(3):42-71.
Ratih RD, Wuriyanti H, Oktavianawati I, 2016. Karakterisasi dan penentuan
komposisi asam lemak dan hasil pemurnian limbah pengalengan ikan
dengan variasi alkali pada proses netralisasi. Berkala Sainstek. 4(1):19-23.
Rizzo V, Torri L, Licciardello F, Piergiovanni L, Muratore G. 2014. Quality
changes of extra virgin olive oil packaged in coloured polyethylene
terephthalate bottles stored under different lighting conditions. Packaging
Technology and Science. 27(6):437-448.
Ryan AS, Astwood JD, Gautier S, Kurotko CN, Nelson EB, Salem JR. 2010.
Effects of long-chain polyunsaturated fatty acid supplementation on
neurodevelopment in childhood: a review of human studies.
Prostaglandins, Leuktrienes and Essential Fatty Acids. 82(4-6):305-314.
Sahena F, Zainudin ISM, Norulaini NNA, Jinap S, Jahurul, Omar MAK. 2014.
Storage stability and quality of polyunsaturated fatty acid rich oil fraction
from longtail tuna (Thunnus tonggol) head using supercritical extraction.
Journal of Food. 12(2):183-188.
Savarese M, Marco D, Caporaso N, Sacchi R. 2013. Extra virgin olive oil overall
quality assessment during prolonged storage in PET containers. Global
Virtual Conference. 1(1):674-679.
Siriamornpun S, Yang L, Kubola J, Li D. 2008. Changes of omega-3 fatty acid
content and lipid composition in canned tuna during 12 moth storage.
Journal of Food Lipid. 15(2):164-175.
Suseno SH, Izaki AF, Suptijah P, Jacoeb AM, Saraswati. 2013. Kinetic study of
free fatty acid adsorption using adsorbent in sardine (Sardinella sp.) oil
refining. Asian Journal of Agriculture and Food Science. 1(5):286-293.
Suseno SH, Jacoeb AM, Saryanto, Ernawati. 2017. Effect of various storage
temperature on stability of refined sardine (Sardinella sp.) oil capsule.
World Journal of Fish and Marine Sciences. 9(1):1-8.
Suseno SH, Tajul AY, Nadiah W, Saraswati. 2015. Physicochemical characteristics
and quality parameters of alkali refined lemuru oil from Banyuwangi,
Indonesia. Pakistan Journal of Nutrition. 14(2):107-111.
Suseno SH, Tajul AY, Wan NWA. 2011. Improving the quality of Lemuru
(Sardinella lemuru) oil using magnesol XL filter aid. International Food
Research Journal. 18(4):255-264.
Suseno SH. 2011. Production of high quality fish oil: screening for potential sources
and value addition through physical treatments [disertasi]. Malaysia:
Universiti Sains Malaysia.
Syakiroh NM. 2012. Peningkatan kualitas asam lemak bebas omega-3 minyak ikan
limbah pengalengan ikan melalui proses degumming, netralisasi, dan
bleaching dengan karbon akrtif biji kelor (Moringa oleifera Lamk)
28
LAMPIRAN
31
LAMPIRAN
Lampiran 4 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari FFA minyak ikan sardin
dalam kapsul keras selama penyimpanan dalam botol berbeda warna
Lampiran 5 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari PV minyak ikan sardin dalam
kapsul keras selama penyimpanan dalam botol berbeda warna
Lampiran 6 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari AnV minyak ikan sardin
dalam kapsul keras selama penyimpanan dalam botol berbeda warna
Lampiran 7 Analisis ragam dan uji lanjut Duncan dari totoks minyak ikan sardin
dalam kapsul keras selama penyimpanan dalam botol berbeda warna
RIWAYAT HIDUP