Anda di halaman 1dari 119

Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota

TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST


UIN Alauddin Makassar

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang layak untuk diucapkan selain puji syukur kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan laporan
mengenai" Laporan Hasil Survey Kelurahan Lemba" dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Seiring dengan ini, tak lupa pula penulis mengirimkan salawat
dan salam terhadap junjungan Nabiullah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan kita dari Zaman jahiliah ke zaman pendidikan seperti sekarang ini.

Terselesainya laporan ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang
telah memberikan kepada penulis Berupa motivasi, baik matertil maupun moril.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis yang benar-benar memberikan motivasi kepada


penulis baik materi maupun moril.
2. Dosen Studio Proses Perencanaan Wilayah dan Kota yang senantiasa
membimbing penulis sehingga terselesainya laporan ini.
3. Seluruh rekan-rekan jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan
Kota,Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar yang senantiasa membantu penulis dalam penyelesaian
laporan ini.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini belum mencapai
kesempurnaan, Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua
Gowa, 05 April 2019

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Kelompok 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia terdapat berbagai Provinsi, salah satunya yaitu Provinsi
Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan merupakan sebuah Provinsi yang
terletak di bagian selatan Sulawesi, terdapat 21 Kabupaten dan 3 Kota, salah
satu Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Soppeng
dimana Kabupaten Soppeng adalah salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di
Watansoppeng. Kabupaten Soppeng juga sangat khas dengan Kalong,
dimana kalong yang dimaksud ini adalah kalelawar yang banyak terdapat di
taman Kalong. yang menjadi pusat Kabupaten Soppeng. Dan banyak orang
yang berkunjung ke taman kalong tersebut. Letak taman kalong tersebut
berada di kecamatan Lalabata. Kecamatan Lalabata merupakan pusat Kota
Kabupaten Soppeng. Kecamatan Lalabata terdiri dari 3 desa dan 7 kelurahan.
Salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Lalabata yaitu Kelurahan
Lemba.
Kelurahan Lemba merupakan salah satu Kelurahan yang ada di
Kecamata Lalabata, Kelurahan Lemba merupakan salah satu bagian dari
pusat Kota. Dimana Kelurahan Lemba memiliki destinasi wisata yang
bernama Triple Riverside Resort, dimana tempat tersebut merupakan salah
satu tempat yang memiliki keindahan alam yang begitu alami. Di Kelurahan
Lemba pada umumnya memiliki jumlah penduduk yang padat namun tidak
merata, penduduk yang padat terpusat pada satu linkungan. Sedangkan di

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

lingkungan yang satu masih dengan jumlah penduduk yang sedikit, dan di
daerah tersebut terdapat banyak persawahan. Di Kelurahan Lemba
merupakan wilayah yang sebagian besar wilayahnya yaitu perkotaan dan
persawahan yang sudah seharusnya di jaga dan di rawat. Sebagaimana
Firman Allah Swt dalam QS Al Baqarah Ayat 11 – 12 yang berbunyi:

QS Al Baqarah Ayat 11 – 12:

Terjemahannya :

“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat


kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikan’. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”

Di dalam kitab tafsirnya, As-Suddi meriwayatkan dari Ibnu Abbas,


Ibnu Mas'ud dan beberapa Sahabat Rasulullah SAW, tentang firman ayat 11.
(Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dll) menjelaskan bahwa mereka adalah orang
munafik. Sedangkan kerusakan yang dimaksud adalah kekufuran dan
perbuatan maksiat.(TafsirAthThabariI/288)
Abu Ja'far ath-Thabari meriwayatkan dari ar-Rabi' bin Anas dari Abut
`Aliyah tentang firman Allah: "Dan apabila dikatakan kepada merek
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Ia mengatakan.
"Janganlah kalian berbuat maksiat di muka bumi ini. Dan kerusakan yang
mereka perbuat itu adalah kemaksiatan kepada Allah. Karena orang yang
berbuat maksiat kepada Allah atau menyuruh berbuat maksiat kepada-Nya

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

berarti ia telah berbuat kerusakan di muka bumi Alasan lain, karena


perbaikan langit dan bumi dilakukan dengan ketaatan." (Tafsir Ibnu Abi
Hatim I/50). Yang dimaksud pada ayat ini adalah: Janganlah kalian
membuat kerusakan di muka bumi dengan kemunafikan, berteman akrab
dengan orang-orang kafir, serta menjauhkan manusia dari beriman kepada
Muhammad SAW dan Al Qur'an. Karena bila kalian melakukan itu, maka
akan rusaklah apa yang ada di bumi karena binasanya tubuh, hancurnya
bangunan, dan rusaknya tanaman, sebagaimana yang dapat disaksikan saat
berkecamuknya kekacauan dan Pertikaian.(FathulQadirI/169).
Maka dari itu,kami dari mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan
Kota melakukan survey lapangan untuk mengetahui bagaimana gambaran
wilayah serta kondisi fisik dari Kelurahan Lemba yang terletak di Kecamatan
Lalabata. Disamping itu, kami ingin mengetahui secara spesifik
permasalahan – permasalahan yang ada di Kelurahan Lemba yang dapat
disajikan dalam bentuk laporan singkat, sehingga dapat memberikan
kontribusi untuk perkembangan tata ruang kota atau wilayah, terutama di
Kelurahan yang kami jadikan sebagai objek kajian penelitian dengan tetap
memperhatikan landasan agama.

B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan survey yang dilakukan di Kelurahan Lemba yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran umum Kelurahan Lemba, Kecamatan
Lalabata, Kabupaten Soppeng.
2. Untuk mengetahui kondisi fisik wilayah diantaranya kependudukan,
penggunaan prasarana dan sarana dan elemen-elemen yang mendukung
untuk menganalisa kondisi yang ada di Kelurahan Lemba.

C. Manfaat Penelitian

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Berdasarkan tujuan di atas, ada beberapa manfaat yang kami sangat


harapkan terhadap penulisan laporan hasil survei lapangan kami, di
antaranya:
1. Dapat mengetahui informasi atau gambaran secara umum yang ada di
Kelurahan Lemba
2. Dapat melakukan kontribusi atau ikut berpartisipasi kedepannya untuk
penataan yang lebih baik di wilayah Kelurahan Lemba.

D. Sistematik Pembahasan
Bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai keseluruhan dari
penulisan laporan, dengan itu sistematika penulisan laporan adalah sebagai
berikut.
BAB l PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematik pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan pengertian wilayah, unsur-unsur wilayah,
tujuan pengembangan wilayah, defenisi kota, karakteristik kawasan
perkotaan, peranan dan fungsi utama kota, fungsi kota dalam
pembangunan wilayah, definisi pembangunan, model-model
pembangunan, dan perencanaan pembangunan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini menguraikan gambaran umum wilayah makro dan
mikro yang ditinjau dari segi aspek fisik dasar, kondisi demografi,
aspek fasilitas, aspek utilitas (infrastruktur) yang dalam hal ini terkait
dengan jumlah dan kondisinya masing-masing, sistem penggunaan
lahan serta kondisi sosial dan ekonominya.
BAB IV TAHAPAN ANALISIS
Tahapan analisis berisikan tentang uraian dari suatu data atau
informasi yang utuh ke dalam beberapa bagian dengan maksud
mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan yang ada,

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

kesempatan, hambatan, dan kebutuhan higga dapat diusulkan


perbaikan.

BAB V PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian sesuai dengan tujuan penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERENCANAAN
1. Definisi Perencanaan
Pengertian perencanaan secara umum adalah proses menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan dalam arti
seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu;
Cara mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada
supaya lebih efisien dan efektif; Penentuan tujuan yang akan dicapai atau
yang dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa. (Jembatan4.blogspot,
2013)
Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan
atau perkiraan yang mendekati (estimate) sebagai persiapan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.Di dalam konsep perencanaan
terjadi struktural pemilihan dengan menghubungkan fakta-fakta, membuat
serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang


diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
Dalam konteks pengertian perencanaan di atas, maka produk atau
output dari perencanaan sebagai suatu proses adalah rencana, yang
merupakan rumusan kegiatan yang akan dilaksanakan secara spesifik di
masa yang akan datang, sebagai produk dari suatu proses perencanaan,
rencana dapat berbentuk cetak biru yang mempresentasikan tujuan atau
sesuatu yang ingin dicapai; dan regulasi, yakni alat untuk mencapai tujuan
yang dideskripsikan.
Jadi, istilah perencanaan dapat didefinisikan sebagai cara berpikir
mengatasi permasalahan baik aspek sosial maupun ekonomi, untuk
menghasilkan sesuatu di masa depan yang pada asasnya berkisar pada dua
hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret
yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang
dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan yang kedua ialah
pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional
guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. (Racmabuana. Definisi Perencanaan,
2013, hal 1-2)

B. WILAYAH
1. Definisi Wilayah
Dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan
ruang,Pengertian wilayah secara umum adalah suatu bagian dari
permukaan bumi yang teritorialnya ditentukan atas dasar pengertian,
batasan, dan perwatakan fisik-geografis. Wilayah didefenisikan sebagai
“ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
dengan batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional”. Dengan mengacu pada pengertian tersebut,
contoh-contoh wilayah antara lain: Wilayah Timur Indonesia (geografis);
Wilayah Pesisir (geografis,fungsional); Wilayah Provinsi, Kabupaten atau

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Kota (administrasi); Wilayah Perkotaan (fungsional). Pengertian wilayah


yang batasannya bersifat fungsional sering dipergunakan terminologi lain
yang lebih spesifik, yakni kawasan. (Nia K. Pontoh & Iwan Kustiawan,
Pengantar Perencanaan Perkotaan, Institut Teknologi Bandung, 2009, hal 1-2).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010, “Wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan
atau aspek fungsional”. (PP Penyelenggaraan Penataan Ruang, Indonesia
Legal Center Publishing, 2010, hal 2)
Menurut Glasson (1978), wilayah adalah “ruang”. Mengenai
“ruang” ini ada dua pandangan yang berbeda, yaitu pandangan subjektif
dan objektif. Pandangan subjektif menyatakan penentuan wilayah sebagai
cara membagi ruang untuk mencapai tujuan tertentu. Penentuan wilayah
adalah suatu metode klasifikasi untuk menyusun pengelompokan ruang
yang didefenisikan menurut kriteria untuk tujuan tertentu. Dengan
demikian, apabila kriterianya berubah, maka batas wilayahnya pun
berubah (Siti Sutriah Nurzaman, Perencanaan Wilayah Dalam Konteks
Indonesia, 2012, hal 6)
2. Unsur wilayah

Suatu bagian/daerah tertentu dapat disebutkan sebagai sebuah


wilayah dari suatu kesatuan administratif pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia apabila daerah tersebut memiliki unsur-unsur :

1. Ruang : Berupa bentangan geografi dengan batas-batas jelas beserta


infrastruktur di dalamnya dengan udara diatasnya sesuai diakui secara
hukum yang berlaku.
2. Sumberdaya : yang dimaksud dengan sumberdaya disini adalah
kekayaan-kekayaan yang ada dalam wilayah itu yang dapat menjadi
potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk melakukan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

pengembangan wilayah itu, yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM), dan


Sumber Daya Alam (SDA) lain misalnya sumberdaya air, kanungan
mineral, minyak dan lain-lain.
3. Pelaksana administrasi/ pemerintah: yang sah atau legitimate sesuai
hukum yang berlaku dan bertugas melaksanakan pengaturan yang
diperlukan bagi kelangsungan eksistensi wilayah itu. (sumber : Buku
Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah, hal 1-2 )
3. Klasifikasi wilayah menurut johnston 1976
a. Johnston 1976 dalam rustiadi, dkk 2007 memandang wilayah sebagai
bentuk istilah teknis klasifikasi spasial dan merekomendasikan dua
tipe wilayah :
(1) wilayah formal, merupakan tempat tempat yang memilki kesamaan-
kesamaan karateristik;
(2) wilayah fungsional atau nodal merupakan konsep wilayah dengan
penekanan kesamaan keterkaitan antar komponen atau
lokasi/tempat.
4. Jenis-jenis wilayah
a. Wilayah homogen
Konsep wilayah homogen lebih menekankan aspek homogenitas
(kesamaan) dalam kelompok dan memaksimumkan perbedaan antar
kelompok tanpa memperhatikan bentuk hubungan fungsional antar
wilayah wilayahnya atau antara komponen komponen di dalamnya.
Wilayah homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada
kenyataan bahwa faktor faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat
homogeny.
b. Wilayah fungsional
Konsep wilayah fungsional adalah salah satu konsep wilayah
fungsional yang memandang wilayah sebagai sebuah sistem dalam
wilayah fungsional diilustrasikan sebagai hubungan keterkaitan dan
interdependency antara fungsional atau wilayah pusat dan pinggiran.
c. Wilayah administratif

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Wilayah administratif adalah wilayah perencanaan atau


pengelolaan yang memiliki landasan yuridis - politis yang paling kuat.
Konsep ini didasarkan atas kesatuan politis dan kewenangan dalam
mengatur wilayahnya dalam batas administratif dan umunya dipimpin
oleh suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan tertentu.
d. Wilayah perencanaan
Wilayah perencanaan dapat berwujud dalam wilayah administrasi
baik homogen maupun fungsional seperti batas ekologi dan fungsional
lain. (Lutfi Muta’ali, Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.2014 h. 55)
5. Analisis wilayah berdasarkan dua pendekatan
Friedman dan Weaver (dalam jayadinata 1999) melakukan analisis
wilayah berdasarkan dua pendekatan yaitu :
a. Pendekatan teritorial, merupakan perencanaan yang memperhitungkan
mobilisasi terpadu dari semua sumber daya manusia dan sumber daya
alam dari wiayah tertentu yang dicirikan oleh perkembangan
sejarahnya.
1) Pendekatan fungsional, merupakan suatu perencanaan wilayah
yang memperhitungkan lokasi berbagai kegiatan ekonomi dan
pengaturan secara ruang dari sistem pemukiman mengenai
berbagai pusat jaringan, hal ini banyak berhubungan dengan
beberapa model. (Lutfi Muta’ali, Badan Penerbit Fakultas Geografi
UGM.2014 h. 69)
6. Klasifikasi willayah lainnya
Maka berbagai wilayah dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok
yaitu:
a. Wilayah - wilayah yang berpendapatan per kapita rendah dan kurang
berkembang.
b. Wilayah - wilayah yang berpendapatan per kapita tinggi tetapi kurang
berkembang.
c. Wilayah - wilayah yang berpendapatan perkapitannya rendah tetapi
berkembang.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

d. Wilayah - wilayah yang berpendapatan perkapitannya tinggi dan


berkembang. (Raharjo Adisasmita, Graha Ilmu.2008 h. 16)
7. Konsep pengembangan wilayah
Konsep tata ruang mempunyai kaitan erat dengan konsep
pengembangan wilayah dan kota. Konsep pengembangan wilayah telah
dikembangkan antara lain oleh Sutami pada era 1970an dengan gagasan
bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif akan mampu
mempercepat terjadinya pengembangan wilayahnya. ( Nursyam AS.
Alauddin University Press.2013 h. 29)
8. Klasifikasi Wilayah tambahan
a. Deferensiasi jenis
Deferensiasi jenis dilakukan untuk memberikan gambaran
mengenai sifat suatu wilayah menurut jenis,jenis ini biasanya
menggunakan data yang bersifat nomonal
b. Deferensiasi tingkat
Diferensiasi wilayah mendasarkan klasifikasi yang bersifat ordinal
atau bertingkat. (Lutfi Muta’ali. Badan Penerbit Fakultas Geografi.2014h.
66)

9. Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah

Menurut Porter (1990) dalam Tiga Pilar pengembangan Wilayah (1999)


keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi. Namun
demikian, setiap wilayah masih mempunyai faktor keunggulan khusus
yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja, tetapi lebih
dari itu, yakni adanya inovasi untuk pembaruan. Suatu wilayah dapat
meraih keunggulan daya saing melalui empat hal yaitu keunggulan faktor
produksi, keunggulan inovasi, kesejahteraan masyarakat, dan besarnya
investasi (smith, 2010). Apabila dicermati maka paradigma
pengembangan wilayah telah bergeser pada upaya yang mengandalkan
tiga pilar yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya
buatan.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

1. Sumber Daya Alam (SDA)


SDA dibagi menjadi dua yaitu SDA yang dapat diperbaharui dan
SDA tidak dapat diperbaharui.

a. SDA yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan hewan.
SDA ini harus kita jaga kelestariannya agar tidak merusak keseimbangan
ekosistem.
b. SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang yang
ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara, timah dan
nikel. Kita harus menggunakan SDA ini seefisien mungkin. SDA juga
dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati dan SDA non-hayati.

a. SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup (biotik) seperti
hasil pertanian, perkebunan, pertambakan, dan perikanan. Sumber daya
hayati adalah salah satu sumber daya dapat pulih atau terbarukan
(renewable resources) yang terdiri atas flora dan fauna. Sumber daya
hayati secara harfiah dapat diartikan sebagai sumberdaya yang
mempunyai kehidupan dan dapat mengalami kematian.
b. SDA non-hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup
(abiotik). Seperti: air, tanah, barang-barang tambang.
1.Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial
yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang
terkandung di bumi menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan
dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai
sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi
institusi atau organisasi. Di sini SDM dilihat bukan hanya sekedar aset
yang bernilai dan dapat dilipat gandakan, dikembangkan dan juga

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

sebaliknya sebagai liability. Di sini perspektif SDM sebagai investasi


bagi institusi atau organisasi. Sumber daya manusia terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
a) Kognitif adalah kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia
b) Afektif adalah sikap dan perilaku yang dimiliki manusia
c) Psikomotorik adalah kemampuan atau skill seorang manusia
Dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah, SDM
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembangunan. Suatu
wilayah dapat dikatakan berkembang dan maju jika mempunyai SDM
yang kompeten sebagai ikon percepatan pembangunan.
Sumber Daya Alam (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam
perencanaan suatu wilayah terlebih lagi terhadap reformasi ekonomi, yakni
bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan
serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global.

1. Sumber Daya Buatan (SDB)


Sumber daya buatan adalah hasil pengembangan dari sumber daya alam
untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan/atau kemampuan daya
dukungnya, antara lain hutan buatan, waduk, dan jenis unggul, yang dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya dapat menunjang tingkat perkembangan
wilayah dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah
tersebut.
Sumber daya buatan adalah akibat dari intervensi manusia yang telah
berubah sumber daya alam menjadi sumber daya buatan.Bentuk sumber
daya buatan ini dapat dilihat pada kawasan budidaya, kawasan perdesaan,
kawasan perkotaan, maupun kawasan cagar alam.
Dari ketiga pilar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
merencanakan suatu wilayah yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
adalah Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan
Sumber Daya Buatan (SDB). Peran SDA sebagai bahan baku, SDM sebagai
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

subjek/pelaku yang mengelola, dan SDB sebagai instrumen/alat untuk


mengelola. Jika ketiga pilar ini dapat seimbang maka dapat dikatakan suatu
wilayah tersebut memiliki kemajuan yang pesat. Tetapi harus diingat
bahwa unsur terpenting dari perencanaan wilayah adalah memperhatikan
keseimbangan ekosistem yang ada, agar permasalahan yang nantinya akan
timbul di suatu wilayah dapat diminimalisir.

C. KOTA
1. Pengertian kota
Kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang
didominasi jenis penggunaan tanah non pertanian dengan jumlah
penduduk dan intensitas penggunaan lahan perkotaan mempunyai
intensitas yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan dalam hal pemakaian
modal yang besar.
Kota dalam pengertian administrasi pemerintahan diartikan secara
khusus yaitu suatu bentuk pemerintah daerah yang mayoritas wilayahnya
merupakan perkotaan. ( Ir. Mulyono Sadyohutono, MRCP. Bumi aksara,2008.
h.3)
2. Jenis kota atas dasar fungsinya
a. Klasifikasi Gist,N.P & Halbert,L.A, Sarjana ini mengemukakan 6
jenis kelas kota atas dasar fungsinya yaitu:
1) Kota berfungsi sebagai pusat industri
Dalam kota ini, kegiatan industri merupakan kegiatan yang
menonjol dibandingkan dengan kegiatan - kegiatan bukan industri.
Pengertian industri sendiri meliputi berbagai jenis kegiatan, antara
lain berdasarkan jenisnya (industry primer, industri sekunder dan
industri tersier), berdasarkan produksinya (industri kapal terbang,
industri kapal laut, mainan anak-anak dan lainnya).
Kadang-kadang suatu kota mempunyai sifat gabungan
daripada jenis jenis industri tersebut, namun demikian kebanyakan
hanya satu atau dua jenis industri saja yang paling menonjol dari

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

kota kota lain yang bukan pelabuhan terutama ditinjau daripada


pintu gerbang transportasinya.
a) Kota berfungsi sebagai pusat perdagangan
Ditinjau dari kehidupan kotanya, sebenarnya setiap kota
merupakan pusat perdagangan. Namun demikian, tidaklah
semua kota selalu ditandai atau diwarnai oleh kegiatan
perdagangan semata. Kota - kota perdagangan yang besar
biasanya kota pelabuhan. Hal ini disebabkan karena kota yang
yang bersangkutan mempunyai kemungkinan beraktivitas jauh
lebih besar.
b) Kota berfungsi sebagai pusat politik
Sebelum Eropa Barat dilanda oleh apa yang dinamakan
dengan revolusi industri, sebenarnya kota - kota yang ada pada
masa itu tidak lain merupakan kota kota pusat pemerintahan.
Keadaan ini sesuai dengan kondisi pada saat itu dimana pusat
pemerintahan, pusat administrasi dan politik suatu negara
harus merupakan ibukota negara yang bersangkutan.
c) Kota berfungsi sebagai pusat kebudayaan
Dalam hal ini potensi kulturalnya kelihatan menonjol
dibanding dengan fungsi - fungsi lainnya yang ada. Dalam
masa - masa silam, peranan masjid - masjid di dunia islam,
gereja - gereja di dunia kristiani serta pusat pusat kerajaan
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara.
d) Kota berfungsi sebagai pusat rekreasi atau kesehatan
Suatu kota akan mempunyai fungsi sebagai tempat
rekreasi ataupun kesehatan, apabila pada kota tersebut
mempunyai kondisi - kondisi tertentu yang menarik pedagang
pedagang untuk menikmati kenikmatan tertentu yang ada pada
kota tersebut.
e) Kota yang tidak mempunyai fungsi tertentu yang menonjol

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Kota kota yang tidak mempunyai fungsi tertentu yang


menonjol, biasanya baru merupakan kota - kota yang masih
sangat muda usia pertumbuhannya atau kota - kota kecil.
b. Klasifikasi menurut Haris, Chaucy,D. Sarjana ini membagi fungsi kota
menjadi 9 macam, secara garis besar klasifikasinya yaitu:
1) Kota manufaktur
Sesuatu kota dapat dikatakan sebagai kota manufaktur apabila
manufaktur yang ada melebihi 60% dari seluruh kegiatan kota
yang bersangkutan.
2) Kota yang mempunyai bermacam fungsi
Suatu kota dapat dikatakan memiliki yang beraneka ragam
apabila kagiatan manufaktur yang ada kurang dari 60%, kegiatan
wholasale kurang dari 20% dan kegiatan retail kurang dari 50%.
3) Kota yang berfungsi sebagai penjual barang - barang dalam partai
besar
Suatu kota dapat dianggap sebagai wholesaling city apabila
kegiatan penjualan dalam partai tersebut tercatat lebih dari 20%
seluruh kegiatan yang ada.
4) Kota pengecer
Suatu kota mempunyai fungsi pengecer apabila kegiatan ini
meliputi lebih dari 50% seluruh kegiatan kota.
5) Kota - kota transport
Suatu kota dapat dikatakan sebagai kota transport apabila
pekerja-pekerja yang berkaitan dengan masalah pengangkutan
meliputi sekurang kuragnya 11% dari seluruh pekerja - pekerja
yang ada.
6) Kota pertambangan
Suatu kota dapat dikatakan sebagai kota pertambangan apabila
pekerja - pekerja tambang yang ada di kota tersebut meliputi
sekurang kurangnya 15% dari seluruh pekerja - pekerja yang ada.
7) Kota universitas dan pendidikan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Untuk menentukan fungsi ini kota harus memenuhi


persyaratan bahwa minimal 25% penduduk yang terdaftar di
perguruan tinggi atau akademik - akademik lainnya.
8) Kota tetirah
Kota yang termaksud dalam kategori ini tidak banyak
dikemukakan perinciannya oleh Chuncy Harris, hanya disebut -
sebut adanya summer resort dan winter resort. Mengenai apa dan
bagaimana sesuatu kota berfungsi sebagai tempat tetirah tidak di
jelaskan lebih lanjut
9) Kota kota lainnya
Kota kota yang termasuk dalam kategori ini antara lain fishing
towns, logging towns, regional capital, political capital, garrison
towns, profesional centers, dan financial centers. (Hadi Sabari
Yunus, Pustaka pelajar. 2005. h. 7 sd 18)
3. Fungsi kota
Kota berfungsi sebagai tempat pasar dan rantai perdagangan produk
dari pedesaan. Peningkatan pembangunan ekonomi di perkotaan akan
memberikan peluang lapangan pekerjaan, termasuk bagi para migran dari
wilayah sekitar. Dalam konteks ini pembangunan kota berdampak positif
bagi penduduk sekitar kota dalam memperoleh pekerjaan. Migrasi
penduduk desa bagi kota juga memberikan manfaat yaitu penduduk desa
ikut andil dalam menggerakkan perekonomian kota. ( Ir. Mulyono
Sadyohutono, MRCP. Bumi aksara,2008. h.7)
4. Bentuk Intervensi Pemerintah Dalam Manajemen Kota
a. Penyediaan service dan barang publik
b. Mengatur dan memfasilitasi berjalanya ekonomi pasar agar tercipta
alokasi sumber daya sebaik - baiknya
Sebagai social engineering dalam mengarahkan masyarakat untuk
mencapai tujuan atau nilai - nilai yang diinginkan bangsa dan negara.
Alokasi sumber daya diserahkan pada mekanisme pasar, tetapi
pemerintah berkewajiban mengoreksi ketidak seimbangan sosial

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

ekonomi dan melindungi golongan yang lemah dan minoritas. ( Ir.


Mulyono Sadyohutono, MRCP. Bumi aksara,2008. h.17)
5. Kota secara fisik
Kota secara fisik adalah area - area terbangun di perkotaan yang
terletak saling berdekatan, yang meluas dari pusatnya hingga ke daerah
pinggiran kota. Pada kota - kota kecil radius perkembangan perkotaan
mungkin hanya setengah mil atau kurang. Di daerah metropolitan yang
luas radius perkembangan dapat bermil - mil yang terdiri dari 30 kota
kecil atau lebih. Namun demikian kota - kota kecil tersebut secara yuridis
pada umumnya tidak dapat dikenali. (Melville C.Branch, Gadjah Mada
University Press. 1995. h. 5).
6. Kota secara ekonomi
Fungsi dasar suatu kota adalah untuk menghasilkan penghasilan yang
cukup melalui produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan
penduduk - penduduknya dan keberlangsungan kota itu sendiri. (Melville
C.Branch, Gadjah Mada University Press. 1995. h. 71).
7. Klasifikasi kota ditinjau dari segi bentuknya menurut Nelson R.L
Menurut sarjana ini ada 3 macam klasifikasi kota ditinjau dari segi
bentuknya :
a. Kota yang berbentuk bujur sangkar
Kota ini biasanya merupakan kota yang terbentuk karena adanya
kegiatan yang relatif seragam dan biasanya yang sangat berpengaruh
oleh kegiatan pertanian, maka bentuk/morfologi kotanya akan
berbentuk bujur sangkar atau sedikit membulat.
b. Kota yang berbentuk empat persegi panjang
Kota - kota yang berbentuk empat persegi panjang ini, pada garis
besarnya hampir sama dengan kota yang berbentuk bujur sangkar
hanya saja pada kedua sisinya yang lain terdapat hambatan alami yang
sangat menggangu kesempatan zona - zona yang ada terbatas pada
kedua sisinya saja.
c. Kota yang terbentuk seperti kipas

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Pada kota kota seperti ini, biasanya pusat kota terletak pada daerah
pinggiran. Oleh karena sebab - sebab tertentu, perluasan fisikal kotanya
hanya berjalan pada sisi - sisi tertentu saja. Pada umumnya kota - kota
yang mempunyai bentuk kipas adalah merupakan kota - kota
pelabuhan yang mempunyai latar belakang topografi yang relatif datar
dan tidak mempunyai hambatan fisikal lainnya. (Hadi Sabari Yunus,
Pustaka pelajar. 2005. h. 26)

8. Model Bentuk Kota


Secara garis besar ada 7 buah model bentuk-bentuk kota yang
disarankan, yaitu:

1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru(satelite and neighbourhood plans )


Dalam hal ini kota utama yang ada dengan kota-kota kecil
disekitarnya ( kota ‘’satelit” )akan dijalin hubungannya sedemikian rupa
sehingga pertalian fungsional lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini
peningktan prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi antara kota
besar dan kota-kota saktelit maupun antar kota satelit harus ditingkatkan
sedemikian rupa. Contoh: kota Stockholm,London,Bandungraya.

Gambar.1 Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat Baru


Sumber : Struktur Tata Ruang Kota ( Hadi Sabari Yunus )
2. Bentuk stellar atau radial(stellar or radial plans)
Bentuk ini paling coock untuk kota yang perkembangan areal
kekotannya didominasi oeh “ ribbon development”. Tiap lidah dibentuk

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

pusat kegiatan kedua yang berfungsi memberi pelayanan pada areal


perkotaan yang ketaknya agak jauh dari pusat kegiatan utama sementara
itu pada bagian-bagian yang menjorok ke dalam direncanakan sebagai
jalur hijau dan berfungsi sebagai paru-paru kota, tempat rekreasi dan
tempat olah raga bagi penduduk kota.

Gambar.2 Bentuk Stellar dan Radial


Sumber : Struktur Tata Ruang Kota ( Hadi Sabari Yunus )
3. Bentuk cincin (circuit linier or ring plans)
Kota berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar, dibagian
tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open
spaces). Contoh nyata dari pada ring cities adalah Randstand Holland di
Negeri Belanda, yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht,
Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil
lainnya.

Gambar.3 Bentuk Cincin


Sumber : Struktur Tata Ruang Kota ( Hadi Sabari Yunus )
4. Bentuk lineair bermanik(bealded linier plans)
Disebut demikian lantaran bentuknya menyerupai untaian manik-
manik. Oleh karena pertumbuhan areal kekotannya hanya terbatas
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

disepanjang jalan utama maka pola umumnya adalah linear. Pusat


perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan-kiri pusat perkotaan
utamanya, dipinggir jalan biasanya ditempati bangunan komersial,
seperti toko atau usaha-usaha lainnya serta industri-indusrti dan
dibelakangnya ditempati permukiman penduduk.

Gambar.4 Bentuk Lineair Bermanik


Sumber : Struktur Tata Ruang Kota ( Hadi Sabari Yunus )
5. Bentuk inti atau kompak (the core or compact plans)
Perkembangan kota biasanya lebih didominasi oleh perkembangan
vertikal sehingga memungkinkan terciptanya konsentrasi banyak
bangunan pada areal kecil. Bangunan – bangunan bertingkat banyak,
terdapat di pusat kotanya sedangkan beberapa bangunan apartements di
bagian luarnya dengan fasiitas-fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya.

Gambar.5 Bentuk Inti atau Kompak


Sumber : Struktur Tata Ruang Kota ( Hadi Sabari Yunus )
6. Bentuk memencar (dispersed city plans)
Dalam kesatuan morfologi yang besar dan kompak terdapat beberapa
urban center , dimana masing-masing pusat mempunyai grup fungsi-
fungsi yang khusus dan berbeda satu sama lain. Bentuk ini pertama kali

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

disarankan oleh Frank Lloyd Wright sebagai bentuk yang mengatasi


kelemahan-kelemahan yang ada pada compact city.

Gambar.6 Bentuk Memencar


Sumber : Struktur Tata Ruang Kota ( Hadi Sabari Yunus )
7. Bentuk kota bawah tanah (under ground city plans)
Kenampakan morfologinya tidak dapat diamati pada permukaan
bumi karena struktur-struktur perkotannya dibangun di bawah
permukaan bumi. Daerah di atas under ground city akan tetap berfungsi
sebagai jalur hijau, atau daerah pertanian yang akan selalu hijau.

D. Penggunaan Lahan
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat. penting bagi
kehidupan manusia. Dikatakan sebagai sumber daya alam yang penting
karena lahan tersebut merupakan tempat nianusia melakukan segala
aktifitasnya.

Pengertian lahan dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari


segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebualh hunian mempunyai
kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya. Sementara ditinjau dari
segi ekonomi lahan adalah suatu sumber daya alam yang mempunyai
peranan penting dalam produksi (Lichrield dan Drabkin, 1980). Beberapa
sifat atau karakteristik lahan yang dikemukakan oleh Sujarto (1985) dan
Drabkin (4980) adalah sebagai berikut:

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

 Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak


dipengaruhi oleh kemungkinan penurtman nilai dan harga, dan tidak
terpengaruhi oleh waktu, Lahan juga merupakan aset yang terbatas dan
tidak bertambah besar kecuali melalui reklamasi.
 Perbedaan antara lahan tidak terbangun dan lahan terbangun adalah
lahan tidak terbangun tidak akan dipengarahi oleh kemungkinan
penurunan nilai, sedangkan lahan terbangun nilainya cenderung turun
karena penurunan nilai struktur bangunan yang ada di atasnya. Tetapi
penurunan nilai struktur bangunan juga dapat meningkatkan nilai
lahannya karena adanya harapan peningkatan fungsi penggunaan
lahan tersebut selanjutnya.
 Lahan tidak dapat dipindahkan tetapi sebagai substitusinya intensitas
penggunaan lahan dapat ditingkatkam. Sehingga faktor lokasi untuk
setiap jenis penggunaan lahan tidak sama.
 Lahan tidak hanya berfungsi untuk tujuan produksi tetapi juga
sebagai investasi jangka panjang (long-ferm investment) atau tabungan.
Keterbatasan lahan dan sifatnya yang secara fisik tidak terdepresiasi
membuat lahan menguntungkan sebagai tabungan. Selain itu investasi
lahan berbeda dengan investasi barang ekonomi yang lain, dimana
biaya perawatannya (maintenance cost) hanya meliputi
Berdasarkan jenis pengguna lahan dan aktivitas yang dilakukan di atas
lahan tersebut, maka dapat diketahui komponen-komponen pembentuk guna
lahan (Chapin dan Kaiser, 1979). Menurut Lean dan Goodall , 1976),
komponen penggunaan lahan dibedakan menjadi
o Penggunaan lahan yang menguntungkan
Penggunaan lahan yang menguntungkan tergantung pada
penggunaan lahan yang tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan
guna lahan yang tidak menguntungkan tidak dapat bersaing secara

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

bersamaan dengan lahan untuk ftmgsi yang menguntungkan. Komponen


penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk pertokoan,
perumahan, industri, kantor dan bisnis. Tetapi keberadaan. guna lahan ini
tidak lepas dari kelengkapan penggunaan lahan lainnya yang cenderung
tidak menguntungkan, yaitu penggunaan lahan untuk sekolah, rumah
sakit, taman, tempat pembuangan sampah, dan sarana prasarana.
Pengadaan sarana dan prasarana yang Iengkap merupakan suatu contoh
bagaimana. guna lahan yang menguntungkan dari suatu lokasi dapat
inempengaruhi guna lahan yang lain. Jika lahan digunakan untuk suatu
tujuan dengan membangun kelengkapan untuk guna.lahan disekitarnya,
maka hal ini dapat meningkatkan nilai keuntungan secara umum,
dan meningkatkan nilai-lahan. Dengan demikian akan memungkinkan
beberapa guna lahan bekerjasama meningkatkan keuntungannya dengan
berlokasi dekat pada salah satu guna lahan.
o Penggunaan lahan yang tidak menguntungkan
Komponen penggunaan lahan ini meliputi penggunaan lahan untuk
jalan, taman, pendidikan dan kantor pemerintahan.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa guna lahan yang
menguntungkan mempunyai keterkaitan yang besar dengan guna lahan
yang tidak menguntungkan. Guna lahan utama yang dapat dikaitkan
dengan fungsi perumahan adalah guna lahan komersial, guna lahan
industri, dan guna lahan publik maupun semi publik (Chajin dan
Kaiser, 1979).

E. Ruang Terbuka Hijau


Secara umum ruang terbuka public (open space) diperkotaan
terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang
terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang


rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau
(RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang
menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh
penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfataan danfungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya
fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.
Menurut SNI Badan Standardisasi Nasional tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan Ruang terbuka adalah
wadah yang dapat menampung kegiatan tertentu dari warga lingkungan
baik secara individu atau kelompok. Menurut SNI Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan Di Perkotaan, 2004 Ruang terbuka merupakan
komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai
suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup
urban.
Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam
Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka
hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih
luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur dimana didalam penggunaannya lebih bersifat
terbuka pada dsarnya tanpa bangunan. Sedangkan untuk Ruang
Terbuka Hijau (RTH) adalah total area atau kawasan yang tertutupi hijau
tanaman dalam satu satuan luas tertentu baik yang tumbuh secara alami
maupun yang dibudidayakan.

Ruang Terbuka dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras


(paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan
sungai, danau maupun areal-areal yang diperuntukkan sebagai
kawasan genangan (retention basin). Ruang terbuka adalah ruang yang

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu
terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu.
Ruang terbuka berfungsi sebagai ventilasi kota, dapat berupa jalan,
trotoar, ruang terbuka hijau, dan sebagainya. Ruang terbuka juga dapat
diartikan sebagai ruang interaksi seperti kebun binatang, taman rekreasi.
Dilihat dari sifatnya, ruang terbuka dapat dibedakan menjadi :

 Ruang terbuka privat, memiliki batas waktu tertentu


untuk mengaksesnya dan kepemilikannya bersifat pribadi seperti,
halaman rumah tinggal
 Ruang terbuka semi privat, kepemilikannya pribadi tetapi dapat
diakses langsung oleh masyarakat seperti, Senayan, Ancol.
 Ruang terbuka umum, kepemilikannya oleh pemerintah dan
bisa diakses langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu
tertentu seperi, alun-alun, trotoar.
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat
liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH non
alami atau binaan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman atau
jalur-jaur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis,
sosial budaya, estetika, dan ekonomi.

F. Kependudukan
Demografi atau kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Pertumbuhan penduduk bertujuan untuk menghitung
jumlah populasi sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan pengukuran. Pengukuran yang biasanya paling
mendasar dalam ilmu demografi adalah data atau jumlah penduduk lima
tahun terakhir, penduduk menurut agama, jenis kelamin, mata pencaharian
dan kelompok umur. Adapula beberapa bidang studi alam ilmu demografi
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

yang merupakan landasan dalam merencanakan sebuah wilayah yaitu


contohnya adalah dalam memprediksi jumlah penduduk yang biasanya di
prediksi untuk lima tahun kemudian atau untuk dua puluh tahun kemudian,
proyeksi penduduk tersebut dapat berguna untuk menghitung berbagai
fasilitas dan utilitas yang diperlukan oleh penduduk di wilayah tersebut
dalam rangka untuk mensejahterahkan rakyat. Berikut ini adalah cara untuk
memproyeksi jumlah penduduk :
Pn = Po + b .
Keterangan :
Pn = jumlah penduduk tahun proyeksi
Po = jumlah penduduk tahun dasar
b = rata-rata pertambahan penduduk
= selisih tahun
Selain itu ada juga metode Ekstrapolasi, digunakan apabila perubahan
penduduk tiba-tiba drastis. Misalnya jumlah penduduk tiba-tiba turun.
Terjadi karena adanya pemekaran wilayah.
Pt + = Pt +B∙
Keterangan:
= Selisih waktu
B = Rata-rata penambahan
Pt = ∑ penduduk yang diselidiki

G. Skalogram
Sarana dalam suatu wilayah dapat meliputi sarana pendidikan, sarana
peribadatan, sarana kesehatan, dan lain sebagainya yang memiliki fungsi-
fungsi tertentu dalam memfasilitasi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
masyrakat. Fungsi dari masing-masing sarana atau fasilitas tersebut tentunya
memiliki hierarki atau tingkatan dalam suatu wilayah. Penentuan hirarki
pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis Skalogram
Guttman, yaitu dengan menggunakan unsur fasilitas pelayanan seperti:
pendidikan, peribadatan, kesehataan, jasa, dan fasilitas lainnya.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi


pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan
demikian dapat ditentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas
pelayanan suatu wilayah.Asumsi yang dipakai adalah bahwa wilayah yang
memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang dapat ditetapkan menjadi pusat
pertumbuhan (Yamin dalam Pardede, 2008).Dalam analisis skalogram ini
subjek diganti dengan pusat permukiman (settlement).Sedangkan objek
diganti dengan fungsi atau kegiatan. Wilayah dengan fasilitas yang lebih
lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas
yang kurang akan menjadi daerah belakang (hinterland).
Analisis Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat
pemukiman, khususnya hierarki atau orde pusat-pusat pemukiman.Subjek
dalam analisis ini merupakan pusat pemukiman (settlement), sedangkan
obyek diganti dengan fungsi atau kegiatan.Teknik ini dilakukan untuk
memberikan gambaran adanya pengelompokkan pemukiman sebagai pusat
pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi
pelayanannya.Fasilitas yang digunakan pada penilaian ini adalah fasilitas
yang mencirikan fungsi pelayanan sosial dan ekonomi. Skalogram diperoleh
dengan cara membuat suatu tabel yang mengurutkan keberadaan fasilitas
suatu wilayah yang diidentifikasi sebagai pusat pelayanan. Prosedur
pengerjaan metode Skalogram Guttman adalah sebagai berikut (Yamin dalam
Pardede, 2008) :

a. Membuat urutan fasilitas yang ditemukan berdasarkan frekuensi yang


ditemukan, pada bagian atas.
b. Membuat garis baris dan kolom sehingga lembar kerja tersebut
membentuk matriks yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-
masing pusat pelayanan atau kota.
c. Menggunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

fasilitas, dan tanda (0) pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu
fasilitas.
d. Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan
fasilitas, semakin banyak fasilitas yang didapati pada suatu pemukiman
maka pemukiman tersebut berada pada urutan atas.
e. Mengidentifikasi peringkat atau hirarki pemukiman yang dapat
diinterpretasikan berdasarkan prosentase keberadaan fasilitas pada
suatu pemukiman. Semakin tinggi prosentasenya, maka hierarki
pemukiman tersebut akan semakin tinggi. Nilai atau tingkat kelayakan
nilai pada analisis ini yaitu 0,9 - 1. Hierarki Nilai COR yang ideal
antara 0,9 – 1.Tingkat kesalahan ini dapat dihitung dengan rumus :
COR
Keterangan :

- COR : Coefficient of Reproducibility (Koefisien Relatibitas)


- Jumlah Kesalahan : Penyimpangan jumlah luar atau dalam tangga
- Total Jenis Fasilitas : Jumlah seluruh fasilitas dalam tangga hierarki

H. Indeks Pembangunan Wilayah


Matriks indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah
atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis
terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam
kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk/masyarakat, untuk
memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut. Indeks sentralitas
dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki pusat-pusat pelayanan yang
ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi
yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang dilayani
serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan
wilayah permukiman (Riyadi, 2003).Frekuensi keberadaan fungsi

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

menunjukkan jumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar di wilayah


tertentu, sedangkan frekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang
mungkin dapat dilakukan oleh suatu fungsi tertentu di wilayah tertentu.

I. Standarisasi Penyediaan Infrastruktur


1. Standarisasi Penyediaan Sarana
Infrastuktur wilayah berupa sarana harus memenuhi standarisasi
penyediaan dan kelayakan sarana. Dalam ruang lingkup perkotaan
maupun pedesaan, sarana terakomodasi ke dalam sarana sosial, sarana
ekonomi dan sarana pelayanan umum. Adapun standarisasi penyediaan
sarana meliputi fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa serta
fasilitas olahraga yakni sebagai berikut;
 Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Analisis kebutuhan fasilitas pelayanan umum guna pelayanan
kepada masyarakat secara makro, seperti kantor administrasi, kantor
pos, telepon umum, balai pertemuan, MCK dan parkir umum. Sesuai
dengan fungsi kota dan kebutuhan perkembangan penduduk kota,
maka fasilitas yang dibutuhkan diasumsikan memenuhi standarisasi
penyediaan fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum seperti pada
tabel 2.1. berikut;

Tabel 2.1. Standar Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria


Sarana Penduduk per satuan (m2 /
Pendukung sarana jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius Lokasi dan
lanta lahan penyelesaian
i min. min.
(m2) (m2)
RW

1 Balai 2.500 150 300 0.12 Di tengah


pertemuan kelompok
2
2 Pos hansip 2.500 6 12 0.06 500 m bangunan hunian
warga, ataupun di
akses keluar/
masuk dari
kelompok
bangunan. Dapat
berintegrasi dengan
bangunan sarana
yang lain
2
3 Gardu 2.500 20 30 0.012 500 m Lokasi dan
listrik bangunannya hrus
mempertimbangka
n keamanan dan
kenyamanan
sekitar.
2
4 Telepon 2.500 - 30 0.04 500 m Lokasinya disebar
umum, bis padatitik- titik
surat strategis atau
disekitar pusat
lingkungan.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria


Sarana Penduduk per satuan (m2 /
Pendukung sarana jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius Lokasi dan
lanta lahan penyelesaian
i min. min.
(m2) (m2)
5 Parkir 2.500 - 100 0.033 Dilokasikan dapat
umum mlayani kbutuhan
bangunan sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain berupa
balai pertemuan
warga.
KELURAHAN

6 Kantor 30.000 500 1.000 0.006 Dapat dijangkau


kelurahan dengan kendaraan
7 Pos 30.000 72 200 0.0024 umum. Beberapa
kamtib sarana dapat
8 Pos 30.000 72 200 0.002
digabung dalam
pemadam
satu atau kelompok
kebakaran
9 Agen 30.000 36 72 0.002 bangunan pada
pelayanan tapak yang sama.
pos Agen layanan pos
10 Loket 30.000 21 60 0.002 dapat bekerja sama
pembayar dengan pihak yang
an air mau berinvestasi
bersih dan bergabung
11 Loket 30.000 21 60 0.003
dengan sarana lain
pembayar
dalam bentuk

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria


Sarana Penduduk per satuan (m2 /
Pendukung sarana jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius Lokasi dan
lanta lahan penyelesaian
i min. min.
(m2) (m2)
an listrik wartel, warnet,atau
warpostel. Loket
pembayaran air
bersih dan listrik
lebih baik saling
bersebelahan.
12 Telepon 30.000 - 80 0.003 Lokasinya disebar
uumum,bi padatitik- titik
s surat, strategis atau
bak disekitar pusat
sampah lingkungan.
kecil
KECAMATAN

13 Parkir 30.000 - 500 0.017 Dilokasikan dapat


umum melayani
kebutuhan
bangunan sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain berupa
geduang
serbaguna/ balai
karangtaruna.
14 Kantor 120.00 1.000 2.500 0.02 Dapat dijangkau

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria


Sarana Penduduk per satuan (m2 /
Pendukung sarana jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius Lokasi dan
lanta lahan penyelesaian
i min. min.
(m2) (m2)
kecamatan 0 dengan kendaraan
15 Kantor 120.000 500 1.000 0.001
umum. Beberapa
polisi
sarana dapat
16 Pos 120.00 500 1.000 0.001
digabung dalam
pemadam 0
satu atau kelompok
kebakaran
17 Kantor 120.00 250 500 0.004 bangunan pada
pos 0 tapak yang sama.
pembantu Lokasinya
18 Satsiun 120.00 500 1.000 0.008 3-5 km mempertimbangka
telepon 0 n kemudahan
otomat dijangkau dari
dan agen lingkungan luar.
pelayanan
gangguan
telepon
19 Balai 120.00 250 750 0.006 Lokasinya harus
nikah/ 0 strategis untuk
KUA/BP4 memudahkan
dicari dan
dijangkau oleh
pengunjung di luar
kawasan.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria


Sarana Penduduk per satuan (m2 /
Pendukung sarana jiwa)
(jiwa) Luas Luas Radius Lokasi dan
lanta lahan penyelesaian
i min. min.
(m2) (m2)
20 Telepon 120.00 - 80 0.003 Lokasinya disebar
umum, bis 0 pada titik-titik
surat, bak strategis atau
sampah disekitar pusat
besar lingkungan.
21 Parkir 120.00 - 2.000 0.017 Dilokasikan dapat
umum 0 melayani
kebutuhan
bangunan sarana
kebudayaan dan
rekreasilain berupa
balai pertemuan
warga.
Sumber : SNI-03-1733-2004-Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

 Fasilitas Pendidikan
Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan
pendidikan yang akan dicapai,dimana sarana pendidikan dan
pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan
siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta
sikap secara optimal.Oleh karena itu dalam merencanakan sarana
pendidikan harus memperhatikan:

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

a. berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini padaarea


perencanaan;

b. optimasi daya tampung dengan satu shift;

c. efisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara


terpadu

d. pemakaian sarana dan prasarana pendukung;

e. keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan


berbagai jenis sarana lingkungan lainnya.

1) Jenis Sarana
Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini
meliputi:
a) Taman Kanak-Kanak(TK), yang merupakan penyelenggaraan
kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih
menekankan pada kegiatan bermain, yaitu75%, selebihnya bersifat
pengenalan;

b) Sekolah Dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan


dasar yang menyelenggarakan program enam tahun;

c) c.Sekolah lanjutan Tingkat Pertama(SLTP),yang merupakan bentuk


satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun
sesudah sekolah dasar(SD);

d) Sekolah Menengah Umum (SMU), yang merupakan satuan


pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah
mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan
siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi;

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

e) sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun


perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan disuatu lingkungan
perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat
membaca,menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana
penunjang pendidikan.

2) Kebutuhan ruang dan lahan


Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan pada penentuan
kebutuhan ruang dan lahan adalah:
a) Penyediaan jumlah sarana pendidikan dan pembelajaran yang harus
disediakan didasarkan pada Tabel.2.2
b) Kebutuhan sarana pendidikan prabelajar serta pendidikan tingkat
dasar dan menengah, harus direncanakan berdasarkan perhitungan
proyeksi jumlah siswa dengan cara sebagaimana Rumus 2,Rumus
3,Rumus 4 dan Rumus 5,yang akan menentukan tipe sekolah serta
kebutuhan jumlah ruang, luas ruang dan luas lahan. Rumus 2,Rumus
3,Rumus 4 dan Rumus 5, dipergunakan juga untuk menghitung
penambahan ruang-ruang belajar pada sekolah-sekolah yang sudah
ada.
c) Perencanaan kebutuhan ruang dan lahan untuk sarana pendidikan
didasarkan tipe masing-masing sekolah yang dibedakan menurut:
1) jumlah rombongan belajar;

2) jumlah peserta didik;

3) jumlah tenaga kependidikan, kepala sekolah,wakil kepala


sekolah,guru, dan tenaga tata usaha;

4) kebutuhan ruang belajar,ruang kantor,dan ruang penunjang;

5) luas tanah,dan lingkungan/lokasi sekolah.


LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

d) Kebutuhan luas lantai dan lahan untuk masing-masing sarana


pendidikan tergantung pada tipe sekolah untuk masing-masing
tingkatan pendidikan.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Tabel.2.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

Kebutuhan Standard Kriteria


No Jenis Jumlah PerSatuan ( m2/jiwa Ket.
Luas Luas Lokasi
Sarana Pendudu )
Lantai Lahan Radius dan
k
Min. Min. Penyelesaian
penduku
ng (jiwa) (m2) (m2)
1 Taman 216 500 0,28m2/j 500m2 Ditengah kelompok 2 rombongan prabelajar 60
Kanak- 1.250 termasuk warga. Tidak murid dapat bersatu
kanak rumah menyeberang jalan dengan sarana lain
penjaga 36 raya. Bergabung
m2 dengan taman
sehingga terjadi

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Kebutuhan Standard Kriteria


No Jenis Jumlah PerSatuan ( m2/jiwa Ket.
Luas Luas Lokasi
Sarana Pendudu )
Lantai Lahan Radius dan
k
Min. Min. Penyelesaian
penduku
ng (jiwa) (m2) (m2)
2 Sekola 1.600 633 2.000 1,25 1.000 pengelompokan Kebutuhan harus
h m2 kegiatan. berdasarkan
Dasar perhitungandengan rumus
2, 3 dan 4. Dapat digabung
3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau dengan sarana pendidikan
2
m dengan kendaraan lain, mis.SD,SMP,SMA
umum. Disatukan dalam satu komplek
4 SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 dengan lapangan
2
m olahraga.Tidak

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Kebutuhan Standard Kriteria


No Jenis Jumlah PerSatuan ( m2/jiwa Ket.
Luas Luas Lokasi
Sarana Pendudu )
Lantai Lahan Radius dan
k
Min. Min. Penyelesaian
penduku
ng (jiwa) (m2) (m2)
5 Taman 2.500 72 150 0,09 1.000m Ditengah Kelompok
Bacaan ’ warga tidak
menyeberang jalan
lingkungan.

Sumber : SNI-03-1733-2004-Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Tabel 2.3 Pembakuan Tipe SD/MI, SLTP/MTs dan SMU

Tingkat Tipe Rombonga Peserta Didik Lokasi


Pendidikan Sekolah n (siswa)

Tipe A 12 Belajar 480


Tipe B 9 360
SD/MI Tipe C 6 240
Tipe A 27 1.080 Dekat dengan
lokasi ruang
Tipe B 18 720
SLTP/MTs terbuka
Tipe C 9 360
lingkungan
Tipe A 27 1.080
Tipe B 18 720
SMU Tipe C 9 360

Sumber : SNI-03-1733-2004-Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

 Fasilitas Kesehatan
Beberapa jenis sarana kesehatan yang dibutuhkan adalah:
a. Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-
anak usia balita.
b. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada
penyembuhan tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu
juga untuk vaksinasi.
c. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin),yang
berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah
melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun;

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

d. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana


pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan
kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan
program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah
kerjanya.
e. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai
unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan
kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas
dalam lingkup wilayah yang lebih kecil;
f. Tempat praktek dokter,merupakan salah satu sarana yang memberikan
pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititik beratkan pada
usaha penyembuhan tanpa perawatan;dan
g. apotik,berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaanobat-
obatan,baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Tabel.2.4 Kebutuhan Sarana Kesehatan


N Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria Keterangan
o Sarana Pendudu PerSatuan m2/jiwa
k Luas
Sarana Radius Lokasi
Luas
penduku Lahan dan
Lantai
ng (jiwa) Min. Penyelesaian
Min.
(m2)
(m2
1. Posyandu 1.250 36 60 0,048 500m2 Ditengah Dapat
kelompok bergabung
tetangga Tidak dengan balai
menyeberang warga atau
2. Balai 2.500 150 300 0.12 1.000m2 Di tengah
jalanraya. Dapat
saranabergabug
hunian
Pengobatan kelompok dalam lokasi
Warga tetangga yang balai warga
tidak menyebe-

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

N Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria Keterangan


o Sarana Pendudu PerSatuan m2/jiwa
k Luas
Sarana Radius Lokasi
Luas
penduku Lahan dan
Lantai
ng (jiwa) Min. Penyelesaian
Min.
(m2)
(m2
3. BKIA/ 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m2 Dapat dijangkau
Klinik dengan
Bersalin kendaraan
4. Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500 m2 -idem
umum Dapat bergabung
pembantu dalam lokasi
dan balai kantor kelurahan
pengobatan

5. lingkugan
Puskesmas 120.000 420 1.000 0,008 3000 m2 -idem Dapat bergabung
dan Balai dengan kantor
Pengobatan kecamatan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

N Jenis Jumlah Kebutuhan Standard Kriteria Keterangan


o Sarana Pendudu PerSatuan m2/jiwa
k Luas
Sarana Radius Lokasi
Luas
penduku Lahan dan
Lantai
ng (jiwa) Min. Penyelesaian
Min.
(m2)
(m2
6. Tempat 5.000 18 - - 1.500 m2 -idem
Praktek Dapat bersatu
7. Apotik/
dokter 30.000 120 250 0,025 1.500 m2 -idem dengan rumah
Rumah tinggal/tempat
Obat usaha/apotik
Sumber : SNI-03-1733-2004-Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

 Fasilitas Peribadatan
Penghitung kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan
perencanaan disesuaikan dengan jumlah penduduk pemeluk agama
yang ada. Berdasarkan data jumlah penduduk menurut agama di
kawasan perencanaan menunjukkan bahwa sekitar 100 % memeluk k
agama Islam. Hal ini berarti penyediaan fasilitas peribadatan bagi
pemeluk agama islam lebih diprioritaskan, yang berupa Masjid dan
Mushollah dengan standar pada 2.5 berikut;

Tabel 2.5.Standar Pelayanan Sarana Peribadatan


No Sarana Peribadatan Jumlah Penduduk Luas Lahan
. Pendukung (Ha)
1. Masjid 5.000 jiwa 0,35
2. Mushallah/Langgar 2.500 jiwa 0,06
Sumber : Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2005

 Fasilitas Perdagangan
a. Jenis sarana
Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan
dan niaga adalah:
1) toko/warung (skala pelayanan unit RT≈250 penduduk), yang
menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari
2) pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual
barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan
pelayanan jasa seperti wartel, fotocopy,dan sebagainya
3) pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit
kelurahan= 30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, tepung bahan-
bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat
pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti
warnet, wartel, dan sebagainya.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

4) Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit


kecamatan≈120.000 penduduk), yang selain menjual kebutuhan
sehari-hari,pakaian,barangkelontong,elektronik,juga untuk
pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang
tidak menimbulkan polusi,tempat hiburan serta kegiatan niaga
lainnya seperti kantor-kantor, bank,industri kecil dan lain-lain.

Tabel 2.6.Standar Sarana Perdagangan dan Jasa


No Jenis Jumlah Kebutuhan per Standa Kriteria
Sarana
penduduk satuan sarana rd
Luas Luas Radius Lokasi dan
pendukung (m2/
(jiwa) lantai lahan jiwa) Penyelesaian
min. min.
(m2) (m2)
1 Toko/ 250 50 100 0,4 300 m2 Ditengah
warung (bila
kelompok
(termasuk berdiri
tetangga. Dapat
gudang) sendiri)
merupakan
bagian dari
sarana lain.
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 Di pusat
m2 kegiatan sub
lingkungan.
KDB 40% dapat
berbentuk P&D
3 Pusat 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau
pertokoan dengan
+ pasar kendaraan
lingkunga umum
n

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

4 Pusat 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan


perbelanj- utama.
aan dan Termasuk sarana
niaga parker sesuai
(toko+pas ketentuan
ar+bank+k setempat
antor)
Sumber : SNI-03-1733-2004-Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

 Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka


Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang
mempunyai arti sebagai suatu lansekap,hardscape, taman atau ruang
rekreasi dalam lingku purban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka
Hijau(RTH)ditetapkan dalam Instruksi Mendagrino 4 Tahun 1988, yang
menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh
penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam
pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi
ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.
a) Jenis Sarana
Penggolongan sarana ruang terbuka hijau dilingkungan perumahan
berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah
penduduk.Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah:
1) setiap unit RT≈kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan
minima l1 untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada
kota,baik udara segar maupun cahaya matahari,sekaligus tempat
bermain anak-anak;
2) setiap unit RW≈kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan
sekurang-kurangnya satu daerah terbuka berupa taman,disamping
daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250
penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main
anak-anak dan lapangan olahraga kegiatan olahraga;

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

3) setiap unit Kelurahan≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa


diperlukan taman dan lapangan olahraga untuk melayani
kebutuhan kegiatan penduduk diarea terbuka, seperti pertandingan
olahraga,upacara serta kegiatanlainnya;
4) setiap unit Kecamatan≈kawasan berpenduduk 120.000 jiwa,harus
memiliki sekurang- kurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka
yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olahraga(tenis
lapangan,bola basket dan lain-lain),upacara serta kegiatan lainnya
yang membutuhkan tempat yang luas dan terbuka;
5) setiap unit Kecamatan≈kawasan berpenduduk 120.000 jiwa,harus
memiliki sekurang- kurangnya1(satu) ruang terbuka yang
berfungsi sebagai kuburan/pemakaman umum; dan
6) selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan
jalur-jalur hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam,sekaligus
berfungsi sebagai filter dari polusi yang dihasilkan oleh
industri,dengan lokas imenyebar.
7) diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan
kereta api,dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas
kota,dengan lokasi menyebar;
8) pada kasus tertentu,mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai
sebaga iruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial(riverwalk)
dan olahraga.
Tabel.2.7 Sarana Ruang Terbuka, taman, lapangan olahraga

N Jenis sarana Jumlah Kebutuh Standar Radiu Kriteria lokasi


o penduduk an luas d s (m) dan penyelesaian
pendukun lahan (m2/jiw
g ( jiwa) min. (m2) a)
1 Taman/tempat 250 250 1 100 Ditengah
main kelompok
tetangga

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

N Jenis sarana Jumlah Kebutuh Standar Radiu Kriteria lokasi


o penduduk an luas d s (m) dan penyelesaian
pendukun lahan (m2/jiw
g ( jiwa) min. (m2) a)
2 Taman/tempat 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan
main lingkungan
3 Taman dan 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin
lapangan berkelompok
olahraga dengan sarana
pendidikan
4 Taman dan 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan
lapangan utama.Sedapat
olahraga mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan
5 Jalur hijau - - 15 m Terletak
menyebar
6 Kuburan/ 120.000 Mepertimbangka
pemakaman n radius
umum pencapaian dan
area yang
dilayani
Sumber : SNI-03-1733-2004-Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

2. Standarisasi Penyediaan Prasarana


Memperhatikan ketersediaan dan kelayakan prasarana merupakan
salah satu poin mewujudkan perencanaan berbasis kesejahteraan.
Prasarana suatu wilayah atau kota selalu mengikuti tata ruang sebab
prasarana adalah merupakan bagian dari ruang. ( Tata Guna Tanah dalam

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, hal.18,Edisi Ketiga Tahun


1986 Penerbit ITB oleh Johara T.Jayadinata). Aspek-aspek penataruangan
seperti penetapan status kawasan, sarana hingga prasarana telah diatur oleh
UU penataruangan, RTRWN, dan acuan penyediaannya dalam wilayah
yang disebut standarisasi. Standarisasi penyediaan prasarana menjadi
acuan tentang apa dan bagaimana prasarana tersebut dapat melengkapi dan
memenuhi konsonan tata ruang wilayah/kota. Adapun standarisasi
penyediaan masing-masing jenis prasarana pada suatu wilayah/kota yakni
sebagai berikut :
 Prasarana Jalan
1) Prasarana Jalan Kolektor
Karakter dari Prasarana jalan kolektor adalah jalan yang
berfungsi sebagai pengumpul lalu lintas dari Prasarana jalan lokal
untuk disalurkan ke Prasarana jalan arteri. Dengan kata lain
Prasarana jalan ini akan merupakan penghubung jalan arteri
dengan jalan lokal.Selain itu jalan yang memotong Prasarana
jalan ini sedapat mungkin dibatasi oleh kendaraan yang
melintasinya. Jalan ini direkomendasikan berkecepatan lebih
rendah dari kecepatan kendaraan pada jalan arteri.
2) Prasarana Jalan Lokal
Prasarana jalan lokal adalah jalan yang berfungsi menampung
lalu lintas dari jalan tertentu yang terlayani oleh jalan
lingkungan,dan selanjutnya akan disalurkan ke Prasarana jalan
kolektor. Adapun karakter dari jalan lokal adalah jarak
perjalanannya atau identik dengan panjang jalan ini relatif pendek
dan jalan memotongnya (dapat saja berupa gank/lorong) tidak
dibatasi.selain itu direkomendasikan lebih mudah dari ketentuan
yang diberlakukan pada Prasarana jalan kolektor maupun arteri.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Untuk hierarki jaringan jalan dapat diklasifikasikan


berdasarkan pada kecepatan kendaraan, lebar jalan dan garis
sempadan jalan, yang dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini :

Tabel 2.8 Jalan Berdasarkan Kecepatan Kendaraan, Lebar dan GSJ

No Hierarki Jalan Kecepatan Minimal


Kendaraan Lebar Jalan
1. Arteri Primer > 60 km/jam >8m
2. Arteri sekunder > 30 km/jam >7m
3. Kolektor > 40 km/jam >7m
Primer
4. Kolektor > 20 km/jam >7m
Sekunder
5. Lokal Primer > 30 km/jam >6m

Sumber : Standar Nasional Indonesia Tahun 2004

Selain itu, jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang
harus disediakan ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan
yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kelas
kawasan/lingkungan perumahan.
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman
dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan
pengendara kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula
oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-
lain.
 Prasarana Drainase
Prasarana drainase primer dan sekunder harus mempunyai
kapasitas tampung yang cukup untuk menampung air yang mengalir
dari area kasiba dan kawasan sekitarnya.Saluran pembuangan air hujan
dapat dibangun secara terbuka dengan ketentuan sebagai berikut
1) Dasar saluran terbuka ½ lingkaran dengan diameter minimum
20 cm atau berbentuk bulat telur ukuran minimum 20/30 cm;
2) Bahan saluran terbuat dari tanah liat, beton, pasangan batu bata
dan atau bahan lain;
3) Kemiringan saluran minimum 2 %;
4) Tidak boleh melebihi peil banjir di daerah tersebut;
5) Kedalaman saluran minimum 30 cm;
6) Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah
harus dilengkapi dengan lubang kontrol dan pada bagian saluran
yang lurus lubang kontrol harus ditempatkan pada jarak
maksimum 50 (lima puluh) meter;
7) Saluran tertutup dapat terbuat dari PVC, beton, tanah liat dan
bahan-bahan lain;
8) Untuk mengatasi terhambatnya saluran air karena endapan
pasir/tanah pada drainase terbuka dan tertutup perlu bak kontrol
dengan jarak kurang lebih 50 m dengan dimensi (0,40x 0,40x
0,40) m3;Setiap lingkungan harus dilengkapi dengan sistem
pembuangan air hujan atau kotoran yang mempunyai kapasitas
tampung yang cukup seperti:
 Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan
berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 2 tahunan.
 Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran
terbuka atau tertutup.
 Apabila saluran dibuat tertutup, maka tiap perubahan arah
harus dilengkapi dengan lubang pemeriksa, pada saluran

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

yang lurus lubang periksa harus dibuat tiap jarak minimum


50 meter.

Tabel 2.9 Standar Perencanaan Prasarana Drainase

NoKemiringa Kerapatan Saluran (m/100 Ha) Ket


n Lahan Primer Sekunder Tersier Total

1 0-2 % 800 5100 14100 20000 V min


2 2-5 % 600 4080 11280 15960
0,6 m/dt
3 5-15 % 480 3060 8460 12000
Vmak
4 15-40 % 320 2040 5640 8000
2.5m/dt

5 > 40 % Tidak Direkomendasikan

Sumber : Standar Nasional Indonesi Tahun 2004


Selain itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan
drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam
peraturan/ perundangan yang telah berlaku. Salah satu ketentuan yang
berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang tata cara perencanaan umum
drainase perkotaan yang memuat bagian dari jaringan drainase seperti pada
tabel 2.10 berikut :
Tabel 2.9 Standar Perencanaan Prasarana Drainase
NoKemiringa Kerapatan Saluran (m/100 Ha) Ket
n Lahan Primer Sekunder Tersier Total
1 0-2 % 800 5100 14100 20000 V min
2 2-5 % 600 4080 11280 15960
0,6 m/dt
3 5-15 % 480 3060 8460 12000
Vmak
4 15-40 % 320 2040 5640 8000
2.5m/dt
5 > 40 % Tidak Direkomendasikan
Sumber : Standar Nasional Indonesi Tahun 2004

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Selain itu, lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan


drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam
peraturan/ perundangan yang telah berlaku. Salah satu ketentuan yang
berlaku adalah SNI 02-2406-1991 tentang tata cara perencanaan umum
drainase perkotaan yang memuat bagian dari jaringan drainase seperti pada
tabel 2.10 berikut :
Tabel 2.10 Bagian Prasarana Drainase
Sarana Prasarana
Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
Badan Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah
penerima air akifer)
Gorong-gorong
Pertemuan saluran
Bangunan terjunan
Bangunan Jembatan
Pelengkap Street inlet
Pompa
Bangunan pelengkap
Pintu air
Sumber :SNI 02-2406-1991, Tata Cara Perencanaan Umum Drainase

 Prasarana Air Bersih


Air bersih memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok
dan utama penghidupan dan kehidupan penduduk di kawasan
perencanaan. Beberapa sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh
penduduk kawasan perencanaan bersumber dari air permukaan
(sungai) dan dari mata air pegunungan yang dikelolah oleh PDAM
dan masyarakat. Sasaran rencana kebutuhan air bersih dikategorikan
berdasarkan jumlah kebutuhan penduduk pendukung dan kebutuhan
aktivitas perkotaan.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Standar hidrant dan sarana pemadam kebakaran pada umumnya


dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hidrant.
Ketentuan dalam penempatan hidrant yaitu:
1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2) radius pelayanan maksimum 100 meter;
3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;
Adapun standarisasi kebutuhan air bersih berdasarkan jenis-jenis
fasilitas wilayah termasuk sasaran penggunaanya, dapat dilihat pada
tabel 2.11 berikut :
Tabel 2.11 Standar Kebutuhan Air Bersih

No Fasilitas Kebutuhan

1 Perumahan 60 Liter/orang/hari

2 Fasilitas  STK 10 liter/orang/hari


 SD 10 liter/orang/hari
Pendidikan
 SLTP 10 liter/orang/hari
 SLTA 10 liter/orang/hari

3 Fasilitas Rumah sakit bersalin 5.000 liter/hari, Puskesmas 3.000


Kesehatan liter/unit/hari, PUSTU 1.500 liter/unit/hari. Balai pengobatan
8.000 liter/unit/hari. Tempat praktek dokter 300 liter/unit/hari
dan Apotik 30 liter/unit/hari.

4 Pemerintahan (kantor lingkungan, kantor pos, parkir umum ditambah MCK)


dan PU 1000 liter/orang/hari

5 Fasilitas  Mesjid 3500 liter/orang/hari


 Mushallah 2000 liter/orang/hari
Peribadatan
6 Fasilitas Fasilitas perekonomian menurut jenisnya adalah warung 250
Perekonomian liter/unit/hari, pertokoan 10.000 liter/unit/hari dan pusat
perbelanjaan 86 m3 /ha/hari.
Balai pertemuan 1.000 liter/unit/hari, gedung serbaguna
Fasilitas
10.000 liter/unit/hari, taman untuk bermain untuk 250 jiwa
LURAHAN LEMBA,
7 KECAMATAN LALABATA
Olahraga dan
membutuhkan 1.000 liter/unit/hari, taman untuk 2.500 jiwa
rekreasi
membutuhkan 5.000 liter/unit/hari dan lapangan olahraga
10.000 liter/unit/hari.
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Sumber: Standar Nasional Indonesi Tahun 2004

 Prasarana Listrik
Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan
berdasarkan standar perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan
listrik adalah :
1) Perumahan dengan golongan tipe A adalah 1.300 Watt/unit, tipe
B adalah 900 Watt/unit dan tipe C sebesar 900 Watt/unit.
2) Fasilitas perdagangan dan perkantoran membutuhkan suplay
energi listrik sesuai standar yakni 60 watt/m2 atau 25 % dari
kebutuhan rumah tangga.
3) Fasilitas sosial dan pelayan umum untuk kegiatan pendidikan,
kesehatan dan peribadatan dan pelayanan umum meliputi pos
keamanan dan balai pertemuan. Standar kebutuhan energi listrik
untuk fasilitas tersebut adalah 60 watt/m2 atau 25 % dari
kebutuhan rumah tangga.
4) Penerangan jalan kebutuhan listriknya adalah 10 % dari total
kebutuhan keseluruhan rumah tangga.
5) Perkiraan kehilangan energi listrik dalam transmisi diperkirakan
30 % dari total energi listrik yang dibutuhkan.
Sistem distribusi Prasarana kabel listrik dengan menggunakan
tiang Sistem distribusi Prasarana kabel listrik dengan menggunakan
tiang yang terbuat dari pipa beton yang penempatannya pada daerah
manfaat jalan dengan jarak satu dengan yang lainnya adalah lebih

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

kurang 50 meter dan sebagai upaya untuk menghindari gangguan


Prasarana listrik, maka di beberapa tempat akan ditempatkan gardu
listrik yang sekaligus berfungsi sebagai pengontrol gangguan listrik
yang akan terjadi.
Tabel 2.12 Kebutuhan Listrik Untuk Perumahan

Jenis Ukuran Luas Kebutuha Jumlah Rumah


Rumah Petak Bangun n (watt) yang Dilayani
Rata- an Rata- Gardu (unit)
rata (m2) rata
(m2)
Kecil 100 70 900 1400
Sedang 200 240 900 420
Besar 400 600 1300 100
Sumber : Standar Nasional Indonesi Tahun 2004

Tabel 2.13 Kebutuhan Jaringan Listrik


No Jenis Sambungan Jumlah Daya Jumlah
. Pelanggan (KVA) (KVA/Watt)
(Unit)
1 Rumah Type A 199 1,300 258,414
2 Rumah Type B 596 900 536,706
3 Rumah Type C 1,193 450 536,706
4 Pendidikan 4 1,500 6,000
5 Peribadatan 20 1,500 30,000
6 Kesehatan 8 1,500 12,000
7 Pelayanan Umum 4 1,500 6,000
8 Perdagangan 4 1,500 6,000
9 Olah Raga 3 1,500 4,500
10 Penerangan Lampu 139,633
– –
Jalan = 10 % dari
total kebutuhan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Sambungan Jumlah Daya Jumlah


. Pelanggan (KVA) (KVA/Watt)
(Unit)
Jumlah 2,031 1,535,959
Sumber :Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Tahun
2002

 Prasarana Telekomunikasi
Prasarana telekomunikasi merupakan salah satu jenis utilitas
wilayah yang menunjang kelengkapan infrastruktur dalam suatu
wilayah tertentu. Pelayanan kebutuhan telepon didasarkan pada
standar kebutuhan dengan rasio tingkat layanan kebutuhan telepon
pribadi dan umum.
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi
adalah:
1) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon
rumah melayani 14 kk (1:14)
2) Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum
untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan
pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT tersebut. (1:250)
3) Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus
memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
4) Penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area
publik seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun
berdekatan dengan bangunan sarana lingkungan; dan
5) Penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca
(hujan dan panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan
kebutuhan kenyamanan pemakai telepon umum tersebut.
Tabel 2.14. Kebutuhan Jaringan Telepon

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No Jenis Fasilitas Jumlah Persentase (%)


. Sambungan
1. Permukiman 1,988 99.00
2. Pelayanan Umum 4 0.20
3. Pendidikan 4 0.20
4. Kesehatan 8 0.40
5. Perekonomian 4 0.20
Jumlah 2,008 100.00
Sumber :Keputusan Menteri Permukiman & Prasarana Wilayah Tahun 2002

 Prasarana Persampahan
Keberadaan prasarana persampahan dalam suatu kawasan
perkotaan sangat dibutuhkan demi mewujudkan lingkungan perkotaan
dyang bersih dan sehat. Adapun standar umum jumlah timbunan
sampah yakni 2,9 liter/orang/hari. Sedangkan untuk fasiltas
perdagangan 10% dari jumlah timbunan sampah rumah tangga, dan
untuk pendidikan yaitu 1,15 liter perhari untuk tiap siswa, perkantoran
yaitu 10% dari jumlah timbunan sampah pendidikan serta untuk
sampah jalan yaitu 0,825 x panjang jalan.
Kuantitas sampah yang dihasilkanakan dikumpulkan ataupun
dikelolah dengan menggunakan sarana dan prasarana, berupa
penyediaan;
1) Gerobak 1 M2 melayani 200 KK.
2) Tempat pembuangan sementara (TPS) melayani 150 KK.
3) Container sampah dengan volume 6 – 8 M2 melayani 2.000 K
Tabel 2.15 Sistem Penanganan Persampahan
No Jenis Fasilitas Kebutuhan Jumlah Standar Keterangan
Persampahan Min Max Penduduk Kebutuhan
(Jiwa)

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

1. Produksi Sampah 19,878 29,817 2 ltr/org/hr


2. Gerobak Sampah 15 25 1 1 Unit = 1 m3
3. Container 3 6 9,939 1 1 Unit = 3 m3
4. Truk Sampah 1 2 3 1 Unit = 1 : 3
Container
Sumber :Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Tahun 2002

J. Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikan yang
telah lama dibahas oleh ahli-ahli ekonomi. Berikut ini diuraikan teori-teori
pertumbuhan ekonomi dari berbagai aliran.

Dengan menggunakan asumsi bahwa output sumber daya alam secara


ekonomi dipresentasikan dalam Gross Domestic Product (GDP) atau Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) maka dapat disusun daya dukung ekonomi
suatu wilayah, yaitu:

DDE

Keterangan:

DDE = Daya Dukung Ekonomi Wilayah

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Rp)

JP = Jumlah Penduduk (JP)

K = Konsumsi Penduduk Per Kapita (Rp)

Nilai konsumsi dapat digunakan KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) (Rp)


atau garis kemiskinan (Rp). Keduanya didapatkan dari data BPS ( badan
pusat statistik) Kisaran nilai DDE adalah :

1. Apabila DDE > 1 , berarti bahwa potensi sumber daya ekonomi


wilayah masih memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

dan konsumsi penduduk dalam batas minimal (KFM atau Garis


Kemiskinan) atau tingkat sejahterah dan kualitas hidup makin baik
2. Apabila DDE < 1, berarti bahwa berdasarkan kemampuan ekonomi
wilayah, di wilayah tersebut sudah tidak mampu mendukung
penduduk dalam batas sejahtera.
3. Apabila DDE = 1, berarti terdapat kesetimbangan antara kemampuan
ekonomi wilayah dengan tingkat konsumsi atau kebutuhan
peenduduk. Namuun kondisi seperti ini harus diwaspadai oleh
terbatasnya kemampuan ekonomi wilayah dan meningkatnya
penduduk dan kebutuhannya.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

A.Tinjauan Umum Wilayah Kabupaten Soppeng


1. Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Soppeng memiliki luas wilayah 1 500 km2 yang terbagi
ke dalam 8 wilayah kecamatan. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas
yaitu Kecamatan Marioriwawo dengan luas 300 km2 atau seperlima luas
wilayah Kabupaten Soppeng. Kabupaten Soppeng berada pada ketinggian
antara 5 - 1 500 meter di atas permukaan laut. Jarak ibu kota kecamatan
Citta ke ibu kota kabupaten Soppeng sejauh 35 km dan merupakan ibu
kota kecamatan terjauh. Kabupaten Soppeng dialiri 5 sungai antara lain
Sungai Langkemme, Soppeng, Lawo, Paddangeng dan Lajaroko.
Sementara gunung yang ada di Soppeng antara lain Gunung Nene Conang,
Sewo, Lapancu, Pulupulu dan Paowengeng. Gunung tertinggi yaitu

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Gunung Nene Conang yang memiliki ketinggian puncak 1 463 meter di


atas permukaan laut.
Kabupaten Soppeng adalah kota kecil dimana dalam buku-buku
lontara terdapat catatan tentang raja-raja yang pernah memerintah sampai
berakhirnya status daerah Swapraja, satu hal menarik sekali dalam lontara
tersebut bahwa jauh sebelumnya terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada
kekuasaan yang mengatur daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan
berbentuk demokrasi kareda berdasar atas kesepakatan 60 permukaan
masyarakat, namun saat itu Soppeng msih merupakan daerah yang
terpecah-pecah sebagai suatu kerajaan-kerajaan kecil. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah Arung, Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang
mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng terbentuk
maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian disebut Distrikvdi Zaman
Pemerintah Belanda.

Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih sangat sedikit.


Sebagaimana tentang daerah-daerah di Limae Ajattapparen, juga Mandar
dan Toraja, Soppeng hanyalah daerah ”kecil”dan mungkin “kurang
signifikan” untuk diperebutkan oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi
Selatan yakni Luwu dan Siang sebelum abad ke-16. Namun, seperti
disebutkan oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya Soppeng bersama Wajo,
sangat bergantung kepada kerajaan Luwu.

Seiring menguatnya kekuatan persekutuan Goa-Tallo di Makassar;


untuk mengimbanginya, Bone sempat mengajak Wajo dan Soppeng
membentuk persekutuan Tellumpocco pada perjanjian Timurung tahun
1582. Akan tetapi, masuknya Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir abad
ke-16, ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I Mallingkang yang lebih
dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta penguasa Goa I Manga’rangi yang

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

kemudian bergelar Sultan Alauddin, telah mengubah peta politik di


Sulawesi Selatan. Untuk sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu
kekuataan baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan Sidenreng
memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan akhirnya Bone pada tahun
1611.Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17, menempatkan
Soppeng pada beberapa perubahan keputusan politik ketika persaingan
Bone dan Goa semakin menguat. Jauh sebelum perjanjian Timurung yang
melahirkan persekutuan Tellumpocco, sebenarnya Soppeng sudah berada di
pihak kerajaan Goa dan terikat dengan perjanjian Lamogo antara Goa dan
Soppeng. Persekutuan Tellumpocco sendiri lahir atas “restu” Goa. Namun,
ketika terjadi gejolak politik antara Bugis dan Makassar disebabkan oleh
gerakkan yang dipelopori oleh Arung Palakka dari Bone, Soppeng sempat
terpecah dua ketika Datu Soppeng, Arung Mampu, dan Arung Bila
bersekutu dengan Bone pada tahun 1660 sementara sebagian besar
bangsawan Soppeng yang lain menolak perjanjian di atas rakit di
Attappangitu.
(Dikutip:https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten,Soppeng,April 2019)

2. Letak Geografis dan Administratif


Kabupaten Soppeng terletak pada 119° 42' 19.1916" sampai 120°
5' 45.1752" Bujur Timur dan 4° 5' 57.138" sampai 4° 32' 19.4028" Lintang
selatan.
a. Sebelah Utara: Kabupaten Sidenreng Rappang dan
Kabupaten Wajo
b. Sebelah Timur : KebupatenWajo dan Kabupaten Bone
c. Sebelah Selatan: Kabupaten Bone
d. Sebelah Barat: Kabupaten Baru
Luas wilayah Kabupaten Soppeng adalah 150000 Ha. Luas wilayah
setiap kecamatan di Kabupaten Soppeng dapat dilihat pada table 1 berikut:
Tabel 3.1. Luas wilayah Kabupaten Soppeng dan persentase

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No. Kecamatan Luas (Ha) Persentase%

1. Marioriwawo 30000 20.00


2. Lalabata 27800 18.50
3. Liliriaja 9600 6.40
4. Gandra 5700 3.80
5. Citta 4000 2.70
6. Lilirilau 18700 12.50
7. Donri-Donri 22200 14.80
8. Marioriawa 32000 21.30
Jumlah 150000 100
Sumber: Bps Kabupaten Soppeng
Berdasarkan Tabel 3.1, kecamatan yang memiliki wilayah
paling luas yaitu Kecamatan Marioriawa dengan luas 32000 Ha,
sedangkan kecamatan terkecil yaitu Kecamatan Citta dengan luas 4000
Ha..

rafik.3.8 Persentase luas wilayah kabupaten soppeng

Marioriawa Marioriwawo
21.30% 20.00%

Donri-Donri Lalabata
14.80% 18.50%
Liliriaja
Citta Gandra 6.40%
Lilirilau 2.70% 3.80%
12.50%

Sumber :diolah dari BPS Kabupaten Soppeng Dalam Angka 2018

Berdasarkan Grafik 3.1 menggambarkan luas wilayah Kecamatan


yang terdapat di Kabupaten Soppeng. Kecamatan terluas di Kabupaten
Soppeng adalah Kecamatan Marioriawa yang memiliki luas wilayah 320

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Km2 dengan presentasi 21% dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan


Citta dengan luas wilayah 40 Km2 dengan presentasi 3 % dari luas
Kabupaten Soppeng.

3. Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah


Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah
mengamanahkan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabuapten (RTRWK)
merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka
panjang kabupaten; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah
Kabupaten; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah kabupaten; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah Kabupaten, serta keserasian antar sektor;
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan
strategis Kabupaten. Dalam hal ini RTRW Kabupaten disusun dengan
memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang antara lain
tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan
perkembangan antar kabupaten, kondisi fisik wilayah kabupaten yang rentan
terhadap bencana alam di wilayah Kabupaten, dampak pemanasan global, dan
peran teknologi dalam memanfaatkan ruang. Untuk mengantisipasi dinamika
pembangunan tersebut, upaya pembangunan Kabupaten juga harus
ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya
dapat diarahkan berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang
dibutuhkan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan
keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan yang secara spasial
dirumuskan dalam RTRWK. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan secara
terencana, rasional, optimal, bertanggungjawab, dan sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek


pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan
jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. RTRWK memadukan, menyerasikan tata
guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam
lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta
ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan
disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan
alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWK ini didasarkan
pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten,
antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah Kabupaten yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan
keserasian perkembangan antar wilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan
dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten.
Struktur ruang wilayah Kabupaten mencakup sistem pusat perkotaan
Kabupaten, sistem jaringan transportasi Kabupaten, sistem jaringan energi
Kabupaten, sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten, dan sistem jaringan
sumber daya air Kabupaten. Pola ruang wilayah Kabupaten mencakup
kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk kawasan andalan dengan
sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis
Kabupaten. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang,
RTRWK ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang,
dan kawasan strategis Kabupaten; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan
indikasi program utama jangka menengah lima tahun; serta arahan
pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan, arahan
insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi. Secara substansial rencana tata
ruang kawasan strategis Kabupaten sangat berkaitan erat dengan RTRWP

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

karena merupakan kewenangan Pemerintah Daerah untuk


mengoperasionalkannya. Oleh karena itu penetapan Peraturan Daerah ini
mencakup pula penetapan kawasan strategis Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf f Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng Tahun 2012-
2032.
Arah pengembangan Wilayah Kabupaten Soppeng sebagai berikut :
1. Kawasan peruntukan Pertanian sebagai berikut:
-Kawasan Pertanian tanaman pangan seluas kurang lebih 46.491 ha yang
terdapat tersebar di seluruh kecamatan;
-Kawasan pertanian hortikultura seluas kurang lebih 21.549 ha yang
terdapat tersebar di seluru kecamatan;
-Kawasan perkebunan terdiri atas:
 Kawasan perkebunan kakao dan kelapa terdapat tersebar diseluruh
Kecamatan Kawasan perkebunan kopi, terdapat di Kecamatan Marioriwawo,
Lalabata, Liliriaja ,Ganra,Citta,Lilirilau, dan Donri-Donri.
 Kawasan perkebunan Cengkeh, terdapat di Kecamatan Marioriawa,
Lalabata, dan Citta;
 Kawasan perkebuan Lada terdapat di Kecamatan Marioriwawo,
Lalabata, Liliriaja, Ganra, Citta, Lilirilau, Donri-Donri;
 Kawasan Perkebunan aren terdapat di Kecamatan Marioriwawo,
Lalabata, Liliriaja, Citta, lilirilau, Donri-Donri, Marioriawa;
 Kawasan Perkebunan Jambu Mente terdpat di Kecamatan
Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Citta, Lilirilau, Donri-Donri,
Marioriawa;
 Kawasan perkebnan kemiri Terdapat di Kecamatan Marioriwawo,
Lalabata, Liliriaja, Lilirilau, Donri-Donri, Marioriawa;
 Kawasan Perkebunan Tembakau terdapat di Kecamatan
Marioriwawo, Lalabata, Liliriaja, Ganra, Lilirilau, Donri-Donri,
Marioriawa;
 Kawasan perkebunan Kelapa Sawit terdapat di Kecamatan
marioriawa, Donri-Donri;
 Tanaman Murbei tersebar di Kecamatan Marioriawa dan Donri-Donri
2. Kawasan Peruntukan perikanan sebagai berikut :
 Kawasan peruntukan perikanan tangkap terasebar di kecamatan Liliriaja,
Lilirilau, Donri-Donri, ganra, Citta dan Marioriawa;

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

 Kawasan peruntukan budidaya perikanan tersebar diseluruh wilayah


kecamatan; Kawasan pengolahan ikan ditetapkan dan dikembangkan
diseluruh wilayah Kecamatan;
 Kawasan pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) ditetapkan akan
dikembangkan di BBI Ompo Kecamatan Lalabata, BBI Lajoa Kecamatan
Liliriaja dan BBI Citta Kecamatan Citta.
A. Kawasan peruntukan industri sebagai berikut :
 Kawasan peruntukan industri sedang terdiri atas industri penggilingan
padi tersebar di setiap Kecamatan, industri pemintalan sutra alam di
kecamatan Donri-donri dan industri tembakau di Kecamatan Lilirilau;
 Peruntukan industri rumah tangga terdiri atas industri pembuatan gula
merah tersebar di kecamatan Lalabata, Marioriwawo, Citta, Lilirilau,
Donri-Donri, Marioriawa, industri pertenunan di Kecamatan Donri-Donri,
Lilirilau, Marioriawa, Lalabata.
B. Kawasan peruntukan pariwisata sebagai berikut ;
 Peruntukan pariwisata budaya atau sejarah terdiri atas :
 Villa yuliana atau Museum Latemmamala, Kawasan Makam Kuno Jera
Lompoe, kompleks Istana Datu Soppeng, Makam Syekh Abdul majid
(Tuang Uddungeng), Makam petta Bulu Matanre, Situs megalitik Lawo,
Tinco, sewo dan Umpungeng, Makam petta Soppeng, Kompleks Makam
Datu Soppeng, Makam Tuang Uddungeng, Gereja Khatolik Patung
Bunda Maria, Rumah Tradisonal Batu Laiya, Kompleks Makam
Jera’Caddie, Menhir Latemmamala, di kecamatan Lalabat; Makam petta
Sering, Situs Tomanurung Sanyili, Makam Petta
Abbaraningnge, Makam p[etta Balubue, Bulu Bottingnge,Appejenge di
Kecamatan Donri-Donri; Makam datu mario, Makam Petta Jangko,
Kompleks Sao Mario, Situs Tampaning, Makam Kuno padali, Makam Petta
Kajuara di Kecamatan Marioriawa; Makam Kuno Datu Lompulle,
kompleks makam Pakka Saloe, makm Petta Sara’e, Makam Sullewatang
dan Petta Karame, di kecamatan ganra;
 Museum Calio, Situs Kecce, Marale,dan Situs Paroto, Kompleks
Makam Datu Salaonro, Makam Arung Baringeng, Makam Abbanuange,
situs Megalitik Samoling, Situs Paleolitik Jampu di Kecamatan Lilirilau;
Laporan Penyelenggaraan Talepu, Lonrong, Lenrang, Kompleks Makam

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Abbanuangnge, Kompleks Makam Datu Pattojo, Benteng Pattojo, Saoraja


Seng, Gua Lakaroci di Kecamatan Liliriaja;
Situs Paleolitik Lakibong, Makam Datu Citta di Kecamatan Citta;
 Makam Kalokoe Watu, Makan Lato Garimpang, Situs Goarie, Situs
Megalitik Madenra, Sumur Tua Tettikenrarae, Makam Arung Sekkang,
Rumah Arrajang di Kecamatan Marioriwawo;
Peruntukan pariwisata alam berupa Taman Wisata Alam (TWA)
meliputi :
TWA Lejja, TWA Danau Tempe (Kecamatan Marioriawa), TWA Citta
(Kecamatan Citta), TWA Lereng Hijau Bulu Dua (Kecamatan
Marioriwawo), Goa Coddong (Kecamatan Citta), Populasi Kalelawar di
pusat kota watansoppeng (Kecamatan Lalabata), dan Kawasan Pesutraan
Alam (Kecamatan Donri-Donri);
 Peruntukan pariwisata buatan di Kawasan Wisata Ompo; Peruntukan
wisata agro di Desa Mariorilau dan Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo.
C. Kawasan Strategis Kabupaten dengan sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi,terdiri atas:
 Kawasan strategis perkotaan dan pusat pemerintahan ditetapkan di
Kecamatan Lalabata;
 Kawasan strategis simpul transportasi dan perdagangan ditetapkan
di Kawasan Cabenge Kecamatan Lilirilau;
 Kawasan strategis pengembangan lahan pertanian dan kawasan
agropolitan ditetapkan di Kecamatan Liliriaja, Marioriwawo, Ganra;
D. Kawasan Strategis Kabupaten dengan sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup terdiri atas;
 Kawasan Danau Tempe alam Lejja di Kecamata Marioriawa; dan
Kawasan hutan lindung yang meliputi Kecamatan Marioriawa, Lalabata,
Liliriaja, Lilirilau, Donri-Donri, Citta. Dari potensi pengembangan wilayah,
maka pengembangan wilayah yang sesuai dengan penataan ruang yang
berwawasan lingkungan hidup dan konsisten dalam pemanfaatan ruang
Dengan kondisi topografis Kabupaten Soppeng yang bergunung-gunung
dan memiliki wilayah dataran rendah serta bentang wilayah yang luas selain
memiliki potensi keindahan dan kesuburan juga memiliki potensi rawan
bencana berupa banjir, longsor, dan putting beliung. Wilayah rawan
bencana di kabupaten soppeng yaitu ;

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

1. Kawasan rawan banjir terdapat di Daerah Aliran Sungai Walanae


meliputi
Kecamatan Lilirilau, Liliriaja, Donri-Donri, Marioriawa, Citta dan Ganra;
2. Kawasan rawan tanah longsor terdapat di di Desa Gattareng kecamatan
Marioriwawo, Desa Mattabulu Kecamatan Lalabata, Desa Citta
KecamatanCitta;
3. Kawasan rawan putting beliung terdapat di Desa Pajalesang, Desa
Tetewatu, Desa Palangiseng, Desa Paroto Kecamatan Lilirilau;desa
Donri-donri. Desa Pesse Kecamatan Donri-Donri, Kelurahan Bila
Kecamatan Lalabata; Desa Pattojo Kecamatan Liliriaja; Desa
Limpomajang, Kelurahan Kaca, Kelurahan Attang Salo, Kelurahan Batu-
batu Kecamatan Marioriawa. Penanganan daerah rawan bencana,
memerlukan rekayasa perencanan lintas sektor dalam penanganan nya
sehingga tidak menjadi bencana yang sifatnya rutin setiap Tahun.

B. Gambaran Umum Kecamatan Lalabata


1. Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Lalabata memiliki luas 27.053 Ha wilayah yang terbagi ke
dalam 10 wilayah desa dan kelurahan. Desa/kelurahan yang memiliki wilayah
terluas yaitu Desa Umpungeng dengan luas 8500 Ha atau sekitar 30,57 persen
luas wilayah Kecamatan Lalabata. Kecamatan Lalabata berada pada
ketinggian antara 52-671 meter di atas permukaan laut. Jarak ibu kota Desa
Umpungeng ke ibu kota Kecamatan Lalabata sejauh 30 km dan merupakan
ibu kota desa terjauh. Kecamatan Lalabata memiliki topografi cenderung
datar. Namun begitu, ada sebanyak 2 desa yang memiliki topografi berbukit-
bukit diantaranya Desa Umpungeng dan Mattabulu.
Luas lahan pertanian di Kecamatan Lalabata seluas 8.628 Ha, yang terdiri
dari 3.481 Ha lahan sawah dan 5.147 Ha lahan bukan Sawah. Lahan bukan
pertaniaan di Kecmatan Lalabata seluas 19.172 Ha. Masyarakat. Kegiatan
ekonomi perdagangan masyarakat Kecamatan Lalabata berpusat di pasar
umum. Selain itu, Kecamatan Lalabata juga dikenal dengan ‘Taman Kalong”
LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

yang dipercayai oleh masyarakat sebagai bentuk yang melambangkan jodoh,


dan taman sebagai perantara yang akan mempertemukan dua insang.
Masyarakat juga mempercayai bahwa apabila seseorang terkena kotoran
Kalong maka jodohnya berasal dari Kabupaten Soppeng oleh sebab itu
Kalong tidak di hilangkan melainkan sebagai tanda atau ciri Kecamatan
Lalabata.
2. Letak Geografis dan Administratif
Kecamatan Lalabata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Soppeng, 119°42’18”– 120°06’13” Bujur Timur dan 04°06’00”– 04°32’00”
Lintang Selatan dengan batas – batas sebagai berikut :
a) Sebelah utara: kecamatan Donri-Donri
b) Sebelah selatan: kecamatan Marioriwawo
c) Sebelah timur: kecamatan Liliriaja
d) Sebelah barat: kabupaten Barru
Luas wilayah Kecamatan Lalabata yaitu 27,053 Ha , dan memiliki
desa/kelurahan sebanyak 10. Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Luas wilayah kecamatan lalabata dan persentase

No. Desa/Kelurahan Luas (Ha) Persentase%

1. Umpungeng 8500 30,57


2. Lalabata Rilau 4100 14,75
3. Botto 800 2,88
4. Lemba 253 0,714
5. Bila 3200 11,51

6. Mattabulu 5000 17,98


7. Ompo 2300 8,27
8. Lapajung 500 1,80
9. Macille 800 2,88
10. Salokaraja 1600 5,76
Jumlah 27.053 100

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Sumber: Bps kecamatan lalabata dalam angka 2018


Berdasarkan tabel 3.2 desa/kelurahan yang mempunyai wilayah paling
luas adalah Desa Umpungeng dengan luas wilayah sebesar 8500 Ha.
Sedangkan untuk desa/kelurahan yang memiliki wilayah terkecil adalah
Kelurahan Lemba dengan luas wilayah sebesar 253 Ha.
rafik.3.2 Persentase luas wilayaha kecamatan Lalabata
3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0
ng u g e
la tto ba Bi
la lu po un ill aj
a
ge Ri Bo em bu m j ac ar
pu
n ta L a O pa M lo
k
ba att La
Um l a M Sa
La

Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018


Berdasarkan grafik 3.2, desa/kelurahan yang mempunyai wilayah
paling luas adalah Desa Umpungeng dengan persentase luas wilayah
sebesar 30,57%. Sedangkan untuk desa/kelurahan yang memiliki wilayah

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

terkecil adalah Kelurahan Lemba dengan persentase luas wilayah sebesar


0,714%.

3. Aspek Demografi
Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu daerah atau orang yang
secara hukum berhak tinggal di daerah teretentu. Penduduk suatu negara
dapat dihitung jumlahnya dengan cara sensus penduduk, registrasi penduduk
dan survey penduduk. Penduduk menjadi modal dasar bagi pelaksanaan
pembangunan, Penduduk juga menjadi beban dalam proses pembangunan.
Hal ini dapat terjadi apabila kuantitas penduduk tidak seimbang dengan
kualitas yang dihasilkan. Untuk itu, perencanaan kependudukan harus
diperhitungkan dengan seksama, baik segi kuantitas maupun kualitasnya.
Dengan mengetahui keberadaan penduduk, perencanaan pembangunan akan
lebih tepat dan terarah.
Tabel 3.3. Jumlah penduduk 5 tahun terakhir Kecamatan Lalabata

Jumlahpenduduk/tahun
No Desa/Kelurahan
2013 2014 2015 2016 2017

1. Umpungeng 3,086 3,061 3,097 3,061 3,053

2. Lalabata Rilau 8,166 8,269 8,195 8,355 8,375

3. Botto 5,066 5,068 5,084 5,090 5,086

4. Lemba 4,047 4,049 4,060 4,068 4,065

5. Bila 6,729 6,740 6,752 6,773 6,770

6. Mattabulu 1,405 1,392 1,409 1,392 1.388

7. Ompo 3,002 2,974 3,012 2,972 2,962

8. Lapajung 6,938 7,019 6,963 7,089 7,104

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

9. Macille 3,164 3,134 3,175 3,132 3,122

10. Salokaraja 2,946 2,916 2,956 2,913 2,903

Jumlah 44,549 44,622 44,703 44,845 44,828


Sumber: Data Bps kecamatan Lalabata

Berdasarkan tabel 3.3, penduduk terbanyak berada pada tahun


2016 dengan jumlah penduduk 44,845 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk terendah berada pada tahun 2013 sebanyak 44,549 jiwa.

rafik.3.3 Jumlah penduduk 5 tahun terakhir Kecamatan Lalabata

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Berdasarkan grafik 3.3, jumlah penduduk di Kelurahan


Lemba pada 5 tahun terakhir mengalami kenaikan pada tahun
2013,2014,2015,dan 2016. sedangkan pada tahun 2017 mengalami
penurunan.

C. Gambaran Wilayah Kelurahan Lemba


1. Gambaran umum wilayah

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Lemba merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan


Lalabata Kabupaten Soppeng. Pada awalnya, Lemba dikenal dengan
nama Lingkungan Ujung yang masih bagian dari Kelurahan Botto.
Dikarenakan padatnya penduduk saat itu, Lingkungan Ujung pun di
mekarkan pada tahun 1992. Setelah pemekaran, Kelurahan Lemba di
bagi menjadi dua lingkungan, yaitu Lingkungan Ujung dan
Lingkungan Kalenrunge, serta memiliki empat RW, dan sembilan RT.
Lingkungan ujung merupakan perpecahan dari Kelurahan Botto
dimana lingkungan Ujung masih menjadi bagian dari pusat
Watansoppeng .lingkungan Ujung juga memiliki penduduk yang
sebagian bekerja diperkantoran dan mayoritas penduduknya juga
bekerja sebagai petani karena di lingkungan Ujung inilah terdapat
banyak persawahan dan beberapa perkantoran.sedangkan di
lingkungan Kalanrunge juga memiliki penduduk terpadat dan
disanalah menjadi pusat perbelanjaan karena di lingkungan
Kalanrunge banyak pertokoan.
2. Letak administratif
 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lapajung
 Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Botto
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Lalabata Rilau
 Sebelah timur berbatasan dengan Desa Maccile
3. Kondisi fisik dasar wilayah
a. Kondisi Topografi
Topografi secara ilmiah artinya adalah studi tentang bentuk
permukaan bumi dan objek lain seperti planet, satelit
alami(bulan dan sebagainya),dan asteroid. Kondisi topografi di
Kelurahan Lemba yaitu dengan ketinggian dataran di
kelurahan lemba dari permukaan laut yaitu 0-8 Mdpl.

. Jenis Tanah

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Jenis tanah yang ada di Kelurahan Lemba yaitu Grumusol


dan mediteran.dimana gromusol adalah tanah yang berasal dari
batuan induk kapur dan tuffa vulkanik, sehingga kandungan
organiknya rendah. Tanah ini memiliki ciri-ciri yaitu Tanah
grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna
kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis,mudah pecah saat
musim kemarau. Sedangkan Tanah mediteran adalah tanah yang
bahan induknya berupa batuan beku yang berkapur yang banyak
mengandung karbonat. Ciri tanah mediteran, antara lain
warnanya abu-abu. Tanah mediteran banyak mengandung
alumunium, besi, air, dan bahan organik sehingga termasuk
tanah yang subur.

. Geologi

perselingan batuan sedimen laut dan batuan gunung api,


yaitu batu pasir tufaan berselingan dengan tufa, batu pasir, batu
lanau dan batu lempung. Di beberapa tempat dijumpai sisipan
napal, batu gamping dan batu bara.
Kerikil (bahasa Inggris: gravel) ialah bebatuan kecil,
biasanya batu granit yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang
selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. Kerikil sering
digunakan dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu
campuran untuk memproduksi bata.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir


umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi
pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa
pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
Batu Gamping (Batu Kapur) Batu gamping adalah
batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat
(CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Batu ini juga dapat
menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh
pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut.
. Kondisi Klimatologi
Klimatologi adalah kondisi cuaca yang dirata-ratakan
selama periode waktu yang panjang. Intensitas curah hujan
adalah jumlah curah hujan yang turun persatuan waktu. Curah
hujan adalah banyaknya hujan yang turun disuatu daerah
dalam jangka waktu tertentu yang diukur dengan menampung
air hujan dalam tabung dan dihitung dari volume air yang
dapat ditampung dibagi dengan luas tabung.
Kelurahan Lemba memiliki suhu rata-rata yaitu 27 oC.
Banyaknya curah hujan setiap tahunnya yaitu 500-2000mm.

4. Aspek guna lahan


Aspek guna lahan ialah pendayagunaan lahan dari suatu daerah
yang memiliki fungsinya tersendri. Luas wilayah kelurahan dalam tata

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

guna lahan Kelurahan Lemba adalah 253 Ha dapat dilihat pada uraian
table berikut :
Tabel 3.4. Luas Kelurahan dan presentasi di Kelurahan Lemba tahun
2018

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Presentase (%)

1. Permukiman 80 3,17

2 Pendidikan 2 0,71

3. Kesehatan 5 1,98

4. Perkantoran 3 1,19

5. Peribadatan 2 0,71

6. PerdagangandanJasa 25 9,89

7. Fasilitas Olahraga 0,25 0,09

8. Pemakaman 2,75 1,09

9. Pertanian 123 48,62

10. LahanKosong 10 3,96

JUMLAH 253 100,00

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

sumber: Data kelurahan Lemba tahun 2018

rafik.3.4 Presentase penggunaan lahan Kelurahan dan presentasi di


Kelurahan Lemba tahun 2018

Penggunaan Lahan

pendi dikan kes ehatan


perkantora n peri ba data n
1.16%
2.89%
5.78%
1.73%
1.16% perda gangan dan fas i l i tas ol a hra ga
14.45% ja sa
0.14%
1.59% pema kama n perta ni an
l aha n kos ong
71.10%

Sumb
er : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Berdasarkan grafik 3.4, presentasi penggunaan lahan yang


ada di kelurahan Lemba yang penggunaan lahan yang paling luas
adalah lahan pertanian yaitu 48,62% . sedangkan penggunaan lahan
yang paling kecil adalah lahan pendidikan dan perkantoran yaitu
0,71%.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

5. Aspek demografi
a. Perkembangan jumlah penduduk
Jumlah penduduk di Kelurahan Lemba setiap tahunnya
mengalami perubahan yang signifikan dan cenderung mengalami
penurunan jumlah penduduk.
Tabel 3.5. perkembangan jumlah penduduk Kelurahan Lemba
dalam lima tahun terakhir.

Jumlah
No. Tahun
Penduduk(Jiwa)

1. 2014 4.049

2. 2015 4.060

3. 2016 4.068

4. 2017 4.065

5. 2018 4.103

jumlah 20.345

Sumber:bps kecamatan lalabata


Berdasarkan tabel 3.5, jumlah penduduk terbanyak di
Kelurahan Lemba terdapat pada tahun 2018 dengan jumlah
penduduk 4.103 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah
terdapat pada tahun 2014 dengan jumlah penduduk sebanyak 4.049
jiwa.
rafik.3.5 Perkembangan jumlah penduduk Kelurahan Lemba
dalam lima tahun terakhir.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Jumlah penduduk
4,103

4,068 4,065
4,060
4,049

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Berdasarkan grafik 3.5, tersebut jumlah penduduk kelurahan


lemba dari tahun 2014-2018 yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak terdapat pada tahun 2018 sebanyak 4.103 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk yang mengalami penurunan terjadi pada taahun 2017
dengan jumlah penduduk 4.065 jiwa.

b. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin


Kelurahan Lemba terbagi menjadi dua lingkungan,dalam
lingkungan tersebut memiliki jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu jumlah penduduk di
Lingkungan Kalenrunge, daapat ddilihat dalam data berikut:
Tabel 3.6. jumlah penduduk Kelurahan Lemba berdasarkan jenis
kelamin tahun 2018

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Jumlah


No Lingkungan
Laki Perempuan (Jiwa) KK

1. Lingkungan Ujung 804 936 1.740 532

Lingkungan 1.010 1.353 2.363 710


2.
Kalenrunge

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Jumlah 4.103 1.242

Sumber: Data kelurahan Lemba tahun 2018

Berdasarkan tabel 3.6, jumlah penduduk terbanyak terdapat pada


jumlah penduduk di Lingkungan Kalenrunge sebanyak 2.363 jiwa,
sedangkan jumlah penduduk Lingkungan Ujung sebanyak 1.740 jiwa.

rafik.3.6 Jumlah penduduk Kelurahan Lemba berdasarkan jenis


kelamin tahun 2018

1,353

1,010
936
804

Li ngkunga n Ujung Li ngkunga n Kal enrunge


Juml ah Penduduk (Ji wa) Laki -La ki
Juml ah Penduduk (Ji wa) Perempuan

Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Berdasarkan grafik 3.6, bahwa jumlah penduduk perempuan di


kelurahan lemba lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.
Dimana jumlah penduduk laki-laki di lingkungan ujung yaitu 804, dan
di lingkungan kalanrunge yaitu 1.010. sedangkan jumlah penduduk
perempuan di lingkungan ujung sebanyak 936 dan di lingkungan
kalanrunge sebanyak 1.353.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

c. Jumlah menurut usia


Jumlah penduduk menurut usia di Kelurahan Lemba sangat
bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 3.7. jumlah penduduk berdasarkan usia Kelurahan Lemba tahun
2018

No KelompokUmur Jumlah (Jiwa)

1 4-6 390

2 7-12 314

3 13-15 290

4 20-26 2.133

5 27-40 976

Jumlah 4.103

Sumber: Data kelurahan Lemba tahun 2018

Pada tabel 3.7, menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut


kelompok umur yang paling banyak adalah penduduk yang berumur 20 –
26 tahun dengan 2.133 jiwa, sedangkan jumlah penduduk menurut
kelompok umur yang paling sedikit adalah penduduk berumur 13-15
dengan 290 jiwa.

rafik.3.7 Jumlah Penduduk Menurut Usia Tahun 2018

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

kelompok umur
2500

2000

1500

1000

500

0
04--06 07--12 13-15 20-26 27-40
Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Pada grafik 3.7, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di


Kelurahan Lemba sangat bervariasi berdasarkan tingkatan umur yang
ada. Jumlah penduduk yang paling banyak adalah penduduk yang
berumur 20-26 tahun dengan 2133 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
yang paling sedikit adalah penduduk berumur 13-15 dengan 290 jiwa.

d. Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Mata pencaharian adalah pekerjaan yang menjadi pokok
penghidupan .di Indonesia sendiri memiliki bermacam-macam pekerjaan
namun mayoritas penduduk di Indonesia bermata pencaharian sebagai
Petani terkhusus yang tinggal di pedesaan.seperti yang ada di Kelurahan
Lemba. Penduduk menurut mata pencaharian di Kelurahan Lemba
bekerja diberbagai sektor seperti pertanian maupun di sektor
perindustrian.
Tabel 3.8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kelurahan
Lemba Tahun 2018

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Karyawan 423

2 Wiraswasta 224

3 Tani 370

4 Pertukangan 71

5 Buruh Tani 105

6 Pensiunan 163

7 Nelayan 1

9 Jasa 71

Total 1.428

Sumber: Data kelurahan Lemba tahun 2018


Berdasarkan tabel 3.8 , penduduk Kelurahan Lemba terbanyak
masuk dalam kategori mata pencaharian karyawan dengan jumlah 423
jiwa, sedangkan kategori mata pencaharian yang paling sedikit yaitu
nelayan dengan jumlah 1 jiwa.
rafik.3.8 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di
Kelurahan Lemba Tahun 2018

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Jenis pekerjaan
423
370

224
163
105
71 71
1

n ta ni n ni n n s a
wa as Ta n ga Ta na le a
ya Ja
ry
a sw ka h iu
Ka i ra rtu
ru ns N
W Pe Bu Pe

Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Berdasarkan tabel 7.1, penduduk Kelurahan Lemba terbanyak


masuk dalam kategori mata pencaharian karyawan dengan jumlah 423
jiwa, sedangkan kategori mata pencaharian yang paling sedikit yaitu
nelayan dengan jumlah 1 jiwa.

e. Penduduk menurut agama


Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhuungan dengan pergaulan manusia dengan
manusia serta lingkunganya.di Indonesia merupakan mayoritas terbesar
umat Muslim di dunia.terkhusus yang ada Di kelurahan Lemba
Umumnya di huni oleh mayoritas penduduk beragama islam yaitu
sebanyak 3784 orang penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9. jumlah penduduk berdasarkan agama tahun 2018

No Kelurahan Islam Kristen Kristen Budha


Protestan Katolik

1 Lemba 3784 278 37 4

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Sumber: Data kelurahan Lemba tahun

Berdasarkan tabel 3.9, bahwa kelurahan Lemba mayoritas


penduduknya adalah beragama islam yaitu sebanyak 3784 jiwa,
sedangkan penduduk dengan agama budha hanya 4 jiwa

rafik.3.9 Jumlah penduduk berdasarkan agama tahun 2018

4000

3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0
Is l am Kri sten Protestan Kri sten Katol i k Budha

Sumber : Diolah dari Data Kecamatan Lalabata dalam Angka 2018

Berdasarkan grafik 3.9, jumlah penduduk di kelurahan


lemba mayoritas memeluk agama islam.

f. Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan


Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran
pengetahuan,keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran,pelatihan,maupun penelitian.adapun Pendidikan yang ada di
Kelurahan Lemba dimulai dari tingkat TK hingga sarjana, dalam tabel
berikut:
Tabel 3.10. tingkat pendidikan Kelurahan Lemba tahun 2018

NO Kelurahan Tingkat Pendidikan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Belum/tidaksekolah SD SMP SMA Diploma Sarjana

1 Lemba 701 511 470 1250 46 1125

Sumber: Data kelurahan Lemba tahun 2018

Berdasarkan tabel 3.10, dengan tingkat pendidikan di Kelurahan


Lemba yang paling banyak yaitu sarjana dengan jumlahnya 1125 jiwa.
dan jumlah terendah yaitu tingkat pendidikan diploma sebanyak 46 jiwa.

g. Tingkat Fertilisasi, Mortalitas, dan Migrasi Penduduk


Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya
dari penduduk (actual reproduction performence). Atau jumlah kelahiran
hidup yang dimiliki oleh seorang atau sekelompok perempuan. Mortalitas
adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali
satuan. Sedangkan Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari
tempat yang satu ketempat yang lain.
Tabel 3.11. Tingkat Fertilisasi, Mortalitas, dan Migrasi Penduduk

Fertilitas/Mortalitas Migrasi
No Desa/Kelurahan
Lahir Meninggal Masuk Keluar

1 Lemba 111 20 5 52

Sumber: Data kelurahan Lemba tahun 2018

Berdasarkan tabel 3.11, bahwa jumlah penduduk di Kelurahan


Lemba dengan jumlah penduduk yang lahir sebanyak 111 orang,
meninggal 20 orang, masuk 5 orang, dan yang keluar 52 orang.

1. Sarana
a. sarana pemukiman

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Sarana pemukiman merupakan sarana dasar yang utama


bagi berfungsinya suatu lingkungan. Di kelurahan Lemba terdapat
pemukiman yang permanen dan semi permanen.
Tabel 3.12. Sarana permukiman Kelurahan Lemba tahun 2019

Jenis sarana
No Jumlah unit Visualisasi
permukiman

1. Permanen 767

2. Semi Permanen 392

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

b. Sarana Perkantoran
Perkantoran dalam sebuah region sangat berperan penting dalam
proses pemberian dan penerimaan informasi bagi masyarakat sehingga
keberadaanya sangat penting pada sebuah daerah. Sarana perkantoran di
Kelurahan Lemba dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.13. Fasilitas perkantoran Kelurahan Lemba tahun 2019

No. Jenis Sarana Jumlah


Lokasi Visualisasi
Perkantoran Unit

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

1. Kantor Lurah 1

Jalan Lompo

4’349258oS
119’890117oE

2. Kantor Upk 1 Jalan A. Potto

4’350685oS
119’895392oE

Kantor Kejaksaan Jalan Samudra


3. 1
Negeri No.18

4’356563oS
119’885725oE

Jalan
4. Kantor Polres 1 Kemakmuran
No. 7

4’357045oS
119’889177oE

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

4’352260oS

Kantor Dinas
Jalan Attang
5. Perpustakaan dan 1
Benteng
Kearsipan

119’886960oE

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

c. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Sarana pendidikan di Kelurahan Lemba terdiri dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.14. Sarana pendidikan Kelurahan Lemba tahun 2019

Jenis Sarana Jumlah Lokasi


No. Visualisasi
Pendidikan Unit

Jalan
1. TK 1
Pengayoman

4o21’00’’S
119o53’15’’E

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

2. SDN 3 Lemba

Jalan
1 Kemerdekaan
No.123

4’352505oS
119’887627oE

Jalan
SMPN 2 Watan 4’350322oS
3. 1 Pengayoman 119’888245oE
Soppeng
No. 3

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

d. Sarana Perdagangan dan Jasa


Sarana perdagangan dan jasa selalu dibutuhkan penduduk
karena menyangkut kebutuhan sehari – hari.
Tabel 3.15. Sarana perdagangan dan jasa Kelurahan Lemba tahun
2019

Jenis Sarana
Jumlah
No. Perdagangan Lokasi Visualisasi
Unit
dan Jasa

Tersebar di
1. Warung 12 seluruh
lingkungan

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Tersebar di
2. Toko 60 seluruh
lingkungan

Jalan
3. Laundry 1
Kemakmuran

Jalan
4. Tukang Jahit 3 Paddanreng
watu,
Jalan Lompo

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

5. Bank 5

Jalan
Kemakmuran

 Jalan
Kemakmuran,
 Jalan pemuda,
 Jalan lompo,
 Jalan sunu,
6. Cafe 11  Jalan ujung,
 Jalan A.potto,
 Jalan
pengayoman,
 Jalan malaka
raya

7. alfamidi 1 Jalan pemuda

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Jalan
8. Alfamart 1
kemakmuran

Jalan
9. Hotel 1
kemakmuran

 Jalan A. Potto,
Jalan lompo,
 Jalan samudra,
Jalan
10. Bengkel 8
pengayoman,
Jalan malaka
raya,
Jalan
kemakmuran

Jalan
kemakmuran,
Jalan malaka
11. Apotek 10 raya,
Jalan
paddanreng
watu

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

12. Wisma 1

Jalan
kemakmuran

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

e. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana yang sangat penting
kehadirannya dalam suatu lingkungan masyarakat. Hal ini dikarenakan
sarana peribadatan ialah sarana yang dapat memenuhi kebutuhan rohani
dari masyarakat. Sarana peribadatan di Kelurahan Lemba terdiri dapat
dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 3.16. Sarana peribadatan Kelurahan Lemba tahun 2019

Jenis Sarana Lokasi


No. Visualisasi
Peribadatan

Mesjid Nurul Jalan 4o21’17’’S


1.
Hidayah Kemakmuran 119o53’18’’E

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

2. Mesjid Taqwa Jalan


Kemakmuran

4’357807oS
119’889198oE

Jalan paddanreng
3. Mesjid Al-Amin
watu

4’352598oS
119’895000oE

4. Mesjid Mubiin Jalan malaka

4’350965oS
119’896902oE

5. Mesjid Al-aqksa Jalan Lompo

4’349575oS
119’890327oE

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Mesjid Nurul
6. Jalan Ujung
Hidayah Ujung

4o21’05’’S
119o53’18’’E

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

f. Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat
penting sehingga penyediaan sarananya harus terpenuhi. Sarana
kesehatan di Kelurahan Lemba dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.17. Sarana kesehatan Kelurahan Lemba tahun 2019

Jenis Sarana Jumlah Lokasi Visualisasi


No.
Kesehatan Unit

Jalan Malaka
1. Rumah Sakit(RS) 1
Raya

4’349737oS
119’899840oE

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

posyandu

2. 1 Jalan Lompo

4o20’57’’S
119o53’24’’E

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

g. Sarana Ruang Terbuka Hijau


Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan pemanfaatan lahan pada satu
kawasan untuk penghijauan tanaman. Ideal RTH adalah 40% dari luas
wilayah, yang bertujuan untuk menjaga kualitas atmosfer serta
menunjang kelestarian air dan tanah. Fasilitas RTH di Kelurahan Lemba
dapat dilihat pada uraian tabel berikut :
Tabel 3.18. Sarana ruang terbuka hijau Kelurahan Lemba tahun 2019

Luas
Jenis Sarana Lokasi Visualisasi
No. Lahan
RTH
(Ha)

1. Lapangan 0,25 Paddanreng


Futsal watu

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

2. Persawahan 123 Jalan


paddanreng
watu

Jalan Lompo

Jalan Malaka

3. Lahan Kosong 10 Jalan A Potto

4. pemakaman 2,75 Jalan Ujung,

Jalan A potto

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

h. Industri
Industri meliputi semua kegiatan manusia dalam suatu
bidang tertentu yang sifatnya produktif dan komersial.
Tabel 3.19. Sarana industri Kelurahan Lemba tahun 2019

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Jenis Sarana Jumlah


No. Lokasi Visualisasi
Industri Unit

1. Pabrik Padi 2  Jalan


Malaka
Raya
 Jalan
paddanre
ng watu

4o20’59’’S
119o54’00’’E

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

2. Prasarana
a. Jaringan Jalan
Tabel 3.20. Jaringan jalan Kelurahan Lemba tahun 2019

No.
Lebar
Panjang
Nama Jalan BadanJalan Konstruksi Jalan Kondisi
(m)
(m)

1. Jalan Lompo 700 5,20 Beton Baik


3. Jalan A.Potto 1.000 5,12 Aspal Baik
4. Jalan A.Potto 400 2 Beton Buruk
5. Jalan Paddanreng Watu 650 5,14 Aspal Baik
6. Jalan Malaka Raya 700 4,80 Beton Baik
7. Jalan Pengayoman 200 4 Aspal Baik
8. Jalan Pasar 250 5.9 Aspal Baik
9. Jalan Ujung 250 4 Aspal Baik
10. Jalan Pemuda 300 5 Aspal Baik
11. Jalan Kemakmuran 650 5,10 Aspal Baik
12. Jalan Kemakmuran 1 550 3,20 Aspal Baik
13. Jalan Kemakmuran 2 200 3 Aspal Baik
14. Jalan Sunu 400 6,8 Aspal Baik
15. Jalan Samudra 300 5,10 Aspal Baik
16. Jalan Antang Benteng 200 10,20 Aspal Baik
17. Jalan Wijaya 100 2,40 Aspal Baik
Jalan Nurdin Saleh 100 5,9 Aspal Baik

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Berdasarkan tabel 3.20, dapat di ketahui bahwa jalan di


kelurahan lemba kebanyakan berkonstruksi dari alspal, beton dan
pengerasan tanah serta masih dalam kondisi yang baik.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

b. Jaringan drainase
Tabel 3.21. Jaringan drainase ruas kiri Kelurahan Lemba tahun 2019

RuasKiri
No. NamaJalan Kondisi Jenis
Tinggi (Cm) LebarAtas LebarBawah
(Cm) (Cm)
1. Jalan Lompo 90 35 26 Baik Sekunder
2. Jalan A.Potto lr 1 66 70 48 Baik Sekunder
3. Jalan A.Potto lr 2 46 60 40 Baik Sekunder
4. Jalan Paddanreng Watu 50 80 60 Baik Tersier
5. Jalan Malaka Raya 35 70 40 Baik Tersier
6. Jalan Pengayoman 42 42 40 Baik Tersier
7. Jalan Pasar 35 50 40 Baik Tersier
8. Jalan Ujung 40 38 34 Baik Tersier
9. Jalan Pemuda 40 50 32 Baik Primer
10. Jalan Kemakmuran 50 40 35 Baik Tersier
11. Jalan Kemakmuran 1 50 30 25 Baik Tersier
12. Jalan Kemakmuran 2 34 35 30 Baik Tersier
13. Jalan Sunu 60 50 40 Baik Primer
14. Jalan Samudra 48 70 56 Baik Primer
15. Jalan Antang Benteng 50 40 35 Baik Primer
16. Jalan Wijaya 50 40 35 Baik Sekunder
17. Jalan Nurdin Saleh 35 30 28 Baik Tersier

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Tabel 3.22. Jaringan drainase ruas kanan Kelurahan Lemba tahun 2019

Ruas Kanan
No. NamaJalan Kondisi Jenis
Tinggi (Cm) LebarAtas LebarBawah
(Cm) (Cm)

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

1. Jalan Lompo 90 35 26 Baik Sekunder


2. Jalan A.Potto lr1 66 70 38 Baik Sekunder
3. Jalan A.Potto lr 2 46 60 40 Baik Sekunder
4. Jalan Paddanreng Watu 50 80 60 Baik Tersier
5. Jalan Malaka Raya 35 50 40 Baik Tersier
6. Jalan Pengayoman 42 42 40 Baik Tersier
7. Jalan Pasar 68 50 45 Baik Tersier
8. Jalan Ujung 40 38 34 Baik Tersier
9. Jalan Pemuda 40 50 32 Baik Tersier
10. Jalan Kemakmuran 50 45 40 Baik Primer
11. Jalan Kemakmuran 1 20 - 35 Baik Tersier
12. Jalan Kemakmuran 2 34 35 40 Baik Primer
13. Jalan Sunu 40 50 45 Baik Primer
14. Jalan Samudra 48 70 50 Baik Primer
15. Jalan Antang Benteng 50 40 35 Baik Primer
16. Jalan Wijaya 50 40 35 Baik Primer
17. Jalan Nurdin Saleh 35 30 28 Baik Sekunder
Baik Tersier

Sumber: Survey lapangan tahun 2019

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

Berdasarkan tabel 3.21 dan 3.22, dapat diketahui bahwa


drainase di kelurahan lemba kebanyakan dalam kondisi baik dan
layak. Keadaan drainase tersebut dapat dilihat pada gambar berikut

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

3. Jaringan Listrik
Tabel 3.23. Jaringan Listrik Kelurahan Lemba tahun 2019

Jenis Sambungan Sambungan/ Kwh

Telekom
No Jalan Gardu Listrik
unikasi >
450 900 1300
1300

1. Jalan Lompo   

2. Jalan A.Potto  

3. Jalan Paddanreng
Watu    

4. Jalan Malaka Raya


    

5. Jalan Pengayoman
  

6. Jalan Pasar  

7. Jalan Ujung 

8. Jalan Pemuda  

Jalan Kemakmuran
9.   

10. Jalan Sunu

11. Jalan Samudra   

12. Jalan Antang


Benteng   

13. Jalan Wijaya  

LURAHAN LEMBA,
14. Jalan KECAMATAN
nurdin saleh LALABATA  
Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

4. Jaringan Air Bersih


Air bersih merupakan satu komponen penting dalam suatu wilayah.
Karena air dimanfaatkan manusia untuk dikonsumsi dalam melakukan aktifitas
sehari-hari. Sumber air bersih di Kelurahan Lemba kebanyakan masyarakat
menggunakan PDAM dengan persentase sebanyak 80% dan 20%menggunakan
sumur bor.

5. Persampahan

Tabel 3.24. Persampahan di Kelurahan Lemba tahun 2019

Jenis tempat sampah

No. Lokasi Komunal


TongSampah Bak Sampah Kontainer Gerobak Sampah
(Dibakar)

1. Jalan Lompo 

2. Jalan A.Potto 
3. Jalan
Paddanreng
 
Watu

4. Jalan Malaka 
Raya

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

5. Jalan

Pengayoman

6. Jalan Pasar 

7. Jalan Ujung 

8. Jalan Pemuda 

9. Jalan

Kemakmuran

10. Jalan Sunu 

11. Jalan Samudra 

12. Jalan Antang



Benteng

13. Jalan Wijaya 

14. Jalan Nurdin


Saleh 

Sumber: survey lapangan tahun 2019

Dalam hal persmpahan di Kelurahan Lemba, terdapat dua jenis tempat


pembuangan sampah diantaranya yaitu konteiner dan komunal, dimana sampah
yang dibuang secara komunal terdapat di daerah yang jumlah penduduknya
masih kurang dan disekitaran rumah warga dikelilingi oleh
persawahan.sedangkan untuk jenis pembuangan secara konteiner terdapat di
wilayah bagian kota yang pnduduknya padat.

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA


Studio Proses Perencanaan Wilayah & Kota
TeknikPerencanaan Wilayah & Kota – FST
UIN Alauddin Makassar

LURAHAN LEMBA, KECAMATAN LALABATA

Anda mungkin juga menyukai