1
Tahun 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana dan sejauh mana refleksi
diri guru memiliki kontribusi terhadap upaya pengembangan profesionalismenya.
Penelitian ini melibatkan sebanyak 120 guru SD di Provinsi Lampung. Pengambilan
sampel dilakukan secara random sampling. Instrumen penelitian berupa angket persepsi
guru. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier. Hasil
penelitian dapat dikemukakan bahwa refleksi diri guru secara signifikan memberikan
kontribusi positif terhadap perilaku profesional maupun upaya pengembangan
profesionalisme sebesar 35,1% (p<0.05). Dengan kata lain, jika refleksi diri guru
dilakukan dengan baik, maka upaya yang dilakukannya untuk mengembangkan
profesionalisme juga baik.
Abstract: The purpose of this study is to see how and to what extent self-reflection of
teachers has contributed to the development efforts of professionalism. The study
involved a total of 120 elementary school teachers in the province of Lampung. Sampling
was done by random sampling. The research instrument in the form of teachers'
perceptions questionnaire. Data analysis was performed using linear regression
analysis. The results of this study suggested that teacher self-reflection significantly
contribute positively to professional conduct and professional development efforts
amounted to 35.1% (p <0.05). In other words, if the reflection is done with good teachers,
efforts are being made to develop professionalism is also good.
*Alamat korespondensi: Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, e-mail: bujang.suropati@gmail.com
1
onalnya adalah dengan senantiasa melaku- sejumlah perbaikan kinerja profesional-
kan refleksi diri. Menurut Bowman nya. Oleh karena itu, guru-guru kita di
(1989), refleksi diri merupakan elemen lapangan kadang-kadang menghadapi
utama profesionalisme. Melakukan re- kendala dalam praktik profesionalnya, wa-
fleksi atas praktik-praktik profesional laupun mereka sudah memiliki masa kerja
guru, terutama belajar dan mengajar meru- yang cukup lama menjadi guru. Padahal
pakan faktor penting bagi terbentuknya refleksi dapat dijadikan literatur utama
inovasi dan revolusi pembelajaran di kelas guru dalam mengembangkan strategi-stra-
(Loughran, 2005). Bahkan saat ini refleksi tegi baru dalam menyelesaikan permasa-
diri dalam konteks pengembangan profesi- lahan proses belajar dan mengajar sehing-
onal berkelanjutan dijadikan sebagai kon- ga secara kultur menjadi acuan dalam pe-
sep kunci pendidikan guru (Korthagen & ngembangan praktik profesional (Howard,
Vasalos, 2005). 2003).
Selain itu, Loughran (2005) juga Korthagen & Vasalos (2005)
menyatakan bahwa refleksi merupakan menyatakan bahwa paling tidak terdapat 4
kendaraan penting untuk memenuhi ke- aspek yang merupakan fokus refleksi guru
luasan dan kedalaman pengetahuan pro- dalam praktik profesionalnya, yaitu: (1)
fesional guru. Paling tidak terdapat tiga un- Lingkungan, hal ini mengacu pada bagai-
sur pengetahuan profesional yang senan- mana upaya guru memanfaatkan lingkung-
tiasa menjadi bahan refleksi diri guru, an belajar dalam pengembangan profesi-
yaitu: (1) pengetahuan konten (Content onalnya; (2) Perilaku profesional, seperti
Knowledge), (2) pengetahuan paedagogi respons positif terhadap perubahan atau
( Paedagogical Knowledge), dan (3) inovasi; (3) Kompetensi, terutama respons
pengetahuan pengemasan konten dalam terhadap pentingnya meningkatkan kom-
pembelajaran bermakna (Paedagogical petensi profesional; dan (4) Keyakinan
Content Knowledge ) (Abdurrahman, guru (beliefs) tentang profesinya. Dalam
2013). Pengetahuan profesional guru konteks yang hampir senada, Beijaard,
membutuhkan bahasa khusus agar mampu Meijer & Verloop (2004) sebelumnya telah
memfasilitasi berbagai ungkapan yang mengemukakan tentang konsep identitas
lebih baik dan berbagi ide-ide dalam bel- profesional guru yang tidak bisa telepas
ajar dan mengajar, sehingga harus tetap dari upaya perbaikan diri guru dan praktik
menjadi bagian prioritas untuk direfleksi profesionalnya melalaui refleksi “jati diri”
oleh setiap guru bahkan sebaiknya sejak seorang guru. Namun, proses dan upaya
masih menjadi mahasiswa calon guru refkelsi guru dalam praktik profesionalnya
(Loughran, Berry & Mulhall, 2006). terkadang tidak efektif, sehingga refleksi
Dengan demikian refleksi guru belum dijadikan sebuah terapi untuk
yang terus-menerus dalam karier profesi- memperbaiki diri guru dalam melakukan
onalnya merupakan bagian dari literatur perbaikan pendidikan dan pembelajaran
pendidikan guru (Howard, 2003). Namun, (Korthagen & Vasalos, 2005). Oleh karena
jika kita mengamati langsung ke lapangan, itu, penelitian ini mencoba untuk melihat
jarang sekali guru baik secara individu hubungan antara refleksi diri guru selama
maupun sesama peer group-nya melaku- kariernya dengan perilaku profesionalnya
kan proses refleksi diri untuk melakukan terutama bagi guru SD.
Efektivitas Guru
Efektivitas Pengajaran
sendiri untuk bergerak melakukan per- pengetahuan mereka terhadap bidang ilmu
baikan perbaikan kompetensinya. Jika kita yang mereka ajarkan. Lebih lanjut, kegi-
bandingkan dengan guru yang tidak per- atan yang dilakukan guru dalam pengem-
nah melakukan refleksi terhadap kemam- bangan profesionalismenya juga dapat
puan profesionalnya, bisa jadi mereka ti- dilihat dari apakah guru aktif mengikuti
dak akan terdorong untuk melakukan upa- kegiatan-kegiatan forum diskusi ilmiah
ya-upaya pengembangan profesionalisme baik melalui kelompok kegiatan guru
mereka, mulai dari bagaimana mereka (KKG) maupun musyawarah guru mata
merencanakan pembelajaran, menyiapkan pelajaran (MGMP).
proses pembelajaran sampai nantinya me- Apakah guru sering melakukan
lakukan evaluasi terhadap ketercapaian diskusi dengan kolega di sekolah menge-
kompetensi siswa yang diharapkan. nai hal-hal akademis juga merupakan bagi-
Sementara itu, sejauh mana upaya- an yang perlu dipertimbangkan sebagai
upaya yang dilakukan guru dalam pe- upaya peningkatan profesionalisme mere-
ngembangan profesionalismenya dilihat ka di samping membaca buku-buku ilmi-
dari berbagai hal seperti: seberapa sering ah. Bagaimana seorang guru membuat pe-
mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pela- rencanaan pembelajaran, skenario maupun
tihan, workshop ataupun seminar, terma- evaluasi pembelajaran, apakah mereka
suk juga apakah mereka benar-benar mem- proaktif mencari dan menggali info-info
pelajari seluruh buku teks baik guru mau- terkini terkait tiga hal tersebut, atau apakah
pun siswa untuk memperbaiki kompetensi mereka memperolehnya dari pelatihan
Bujang Rahman, Refleksi Diri dan Peningkatan ... 9
atau workshop yang ada juga merupakan ide-ide dalam belajar dan mengajar, se-
bagian yang dieksplorasi dalam upaya atau hingga harus tetap menjadi bagian prio-
kegiatan pengembangan profesionalisme ritas untuk direfleksi oleh setiap guru
guru. (Loughran, Berry, & Mulhall, 2006).
Implikasi lebih lanjut dari peneliti- Jika hal ini dimiliki dengan baik
an ini adalah sebagaimana diketahui bersa- oleh guru, barangkali nanti tidak akan
ma bahwa pengembangan profesi guru ditemukan lagi guru baik secara individu
dilakukan dalam rangka meningkatkan maupun sesama peer group-nya yang tidak
standar mutu guru. Oleh karenanya, pro- melakukan pengembangan diri dan pe-
fesionalisme yang dimaksud tentu saja ngembangan profesionalisme dan mereka
tidak terlepas dari kompetensi teknis, tips dapat melakukan refleksi diri untuk mela-
dan trik mengenai bagaimana guru bisa kukan sejumlah perbaikan profesionalis-
memahami dan mengorganisasi sedemiki- menya. Jika ditemukan guru-guru di la-
an rupa peran dan fungsinya sebagai pro- pangan yang menghadapi kendala dalam
ses edukatif baik bagi dirinya sendiri mau- kaitannya dengan tugas dan fungsi kepro-
pun siswa (Loughran, 2010). Telah dipa- fesionalannya, mereka dapat segera mela-
hami bersama bahwa guru sangat berperan kukan refleksi diri dapat mengembangkan
penting bukan saja dalam pembentukan strategi-strategi baru dalam menyelesai-
prestasi akademik siswa di sekolah Na- kan permasalahan proses belajar dan
mun, juga dalam pengembangan karakter mengajar sehingga muaranya secara kultur
siswa sehingga hal ini menuntut sikap dan hal ini akan menjadi acuan dalam
perilaku profesional guru harus selalu pengembangan profesionalismenya
berkembang. Pengembangan diri dan pe-
ngembangan profesionalisme guru dari ha-
sil refleksi diri mereka menjadi sebuah KESIMPULAN DAN SARAN
keniscayaan. Guru harus banyak belajar bagai-
Hal ini merupakan konsekuensi lo- mana mengajar, yaitu tentang bagaimana
gis seorang guru yang tidak hanya dituntut lebih banyak mendesain sejumlah aktivitas
untuk menguasai konten materi pelajaran yang digunakan di kelas sehingga proses
dan sejumlah pengetahuan paedagogis, pembelajaran berlangsung secara efektif.
Namun, juga harus memahami bagaimana Selain itu, juga guru harus memahami
keduanya dipadukan sehingga menjadi- bagaimana siswa belajar dan mengingat
kannya sebagai guru yang profesional, sejumlah faktor yang mempengaruhi kua-
baik menyangkut pengetahuan konten litas belajar siswa serta pemahaman men-
( content knowledge ), pengetahuan dasar tentang pemilihan dan penggunaan
paedagogi (paedagogical knowledge), dan pendekatan dan strategi pembelajaran un-
pengetahuan pengemasan konten dalam tuk meningkatkan kualitas pembelajaraan.
pembelajaran bermakna (paedagogical Hal tersebut di atas dapat dikembangkan
content knowledge) (Abdurrahman, 2013). dengan baik oleh guru jika mereka dapat
Di samping itu, guru profesional melakukan refleksi terhadap tugas dan
seyogyanya memiliki kemampuan bahasa fungsi profesionalisme mereka dengan
khusus agar mampu memfasilitasi berba- baik. Jika refleksi diri guru dilakukan de-
gai ungkapan yang lebih baik dan berbagi ngan baik, maka upaya yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA