Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Paedagogia, Vol. 17 No.

1
Tahun 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret

REFLEKSI DIRI DAN PENINGKATAN


PROFESIONALISME GURU
Bujang Rahman*

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana dan sejauh mana refleksi
diri guru memiliki kontribusi terhadap upaya pengembangan profesionalismenya.
Penelitian ini melibatkan sebanyak 120 guru SD di Provinsi Lampung. Pengambilan
sampel dilakukan secara random sampling. Instrumen penelitian berupa angket persepsi
guru. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier. Hasil
penelitian dapat dikemukakan bahwa refleksi diri guru secara signifikan memberikan
kontribusi positif terhadap perilaku profesional maupun upaya pengembangan
profesionalisme sebesar 35,1% (p<0.05). Dengan kata lain, jika refleksi diri guru
dilakukan dengan baik, maka upaya yang dilakukannya untuk mengembangkan
profesionalisme juga baik.

Kata kunci: refleksi diri, pengembangan profesi guru, profesionalisme

Abstract: The purpose of this study is to see how and to what extent self-reflection of
teachers has contributed to the development efforts of professionalism. The study
involved a total of 120 elementary school teachers in the province of Lampung. Sampling
was done by random sampling. The research instrument in the form of teachers'
perceptions questionnaire. Data analysis was performed using linear regression
analysis. The results of this study suggested that teacher self-reflection significantly
contribute positively to professional conduct and professional development efforts
amounted to 35.1% (p <0.05). In other words, if the reflection is done with good teachers,
efforts are being made to develop professionalism is also good.

Keywords: self-reflection, teacher professional development, professional conduct,


professionalism

PENDAHULUAN pembelajaran, Namun, membutuhkan ba-


Belajar-mengajar merupakan pro- nyak belajar tentang bagaimana mengajar
ses yang kompleks. Seorang guru tidak dan membelajarkan siswa. Salah satu cara
cukup hanya berbekal pengalaman saja yang dapat dilakukan guru dalam mening-
untuk menjadi profesional dalam mengola katkan peran dan tanggung jawab profesi-

*Alamat korespondensi: Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, e-mail: bujang.suropati@gmail.com

1
onalnya adalah dengan senantiasa melaku- sejumlah perbaikan kinerja profesional-
kan refleksi diri. Menurut Bowman nya. Oleh karena itu, guru-guru kita di
(1989), refleksi diri merupakan elemen lapangan kadang-kadang menghadapi
utama profesionalisme. Melakukan re- kendala dalam praktik profesionalnya, wa-
fleksi atas praktik-praktik profesional laupun mereka sudah memiliki masa kerja
guru, terutama belajar dan mengajar meru- yang cukup lama menjadi guru. Padahal
pakan faktor penting bagi terbentuknya refleksi dapat dijadikan literatur utama
inovasi dan revolusi pembelajaran di kelas guru dalam mengembangkan strategi-stra-
(Loughran, 2005). Bahkan saat ini refleksi tegi baru dalam menyelesaikan permasa-
diri dalam konteks pengembangan profesi- lahan proses belajar dan mengajar sehing-
onal berkelanjutan dijadikan sebagai kon- ga secara kultur menjadi acuan dalam pe-
sep kunci pendidikan guru (Korthagen & ngembangan praktik profesional (Howard,
Vasalos, 2005). 2003).
Selain itu, Loughran (2005) juga Korthagen & Vasalos (2005)
menyatakan bahwa refleksi merupakan menyatakan bahwa paling tidak terdapat 4
kendaraan penting untuk memenuhi ke- aspek yang merupakan fokus refleksi guru
luasan dan kedalaman pengetahuan pro- dalam praktik profesionalnya, yaitu: (1)
fesional guru. Paling tidak terdapat tiga un- Lingkungan, hal ini mengacu pada bagai-
sur pengetahuan profesional yang senan- mana upaya guru memanfaatkan lingkung-
tiasa menjadi bahan refleksi diri guru, an belajar dalam pengembangan profesi-
yaitu: (1) pengetahuan konten (Content onalnya; (2) Perilaku profesional, seperti
Knowledge), (2) pengetahuan paedagogi respons positif terhadap perubahan atau
( Paedagogical Knowledge), dan (3) inovasi; (3) Kompetensi, terutama respons
pengetahuan pengemasan konten dalam terhadap pentingnya meningkatkan kom-
pembelajaran bermakna (Paedagogical petensi profesional; dan (4) Keyakinan
Content Knowledge ) (Abdurrahman, guru (beliefs) tentang profesinya. Dalam
2013). Pengetahuan profesional guru konteks yang hampir senada, Beijaard,
membutuhkan bahasa khusus agar mampu Meijer & Verloop (2004) sebelumnya telah
memfasilitasi berbagai ungkapan yang mengemukakan tentang konsep identitas
lebih baik dan berbagi ide-ide dalam bel- profesional guru yang tidak bisa telepas
ajar dan mengajar, sehingga harus tetap dari upaya perbaikan diri guru dan praktik
menjadi bagian prioritas untuk direfleksi profesionalnya melalaui refleksi “jati diri”
oleh setiap guru bahkan sebaiknya sejak seorang guru. Namun, proses dan upaya
masih menjadi mahasiswa calon guru refkelsi guru dalam praktik profesionalnya
(Loughran, Berry & Mulhall, 2006). terkadang tidak efektif, sehingga refleksi
Dengan demikian refleksi guru belum dijadikan sebuah terapi untuk
yang terus-menerus dalam karier profesi- memperbaiki diri guru dalam melakukan
onalnya merupakan bagian dari literatur perbaikan pendidikan dan pembelajaran
pendidikan guru (Howard, 2003). Namun, (Korthagen & Vasalos, 2005). Oleh karena
jika kita mengamati langsung ke lapangan, itu, penelitian ini mencoba untuk melihat
jarang sekali guru baik secara individu hubungan antara refleksi diri guru selama
maupun sesama peer group-nya melaku- kariernya dengan perilaku profesionalnya
kan proses refleksi diri untuk melakukan terutama bagi guru SD.

2 PAEDAGOGIA, Jilid 17, Nomor 1, Februari 2014, halaman 1 - 12


Persoalan profesionalisme atau belajaran dan kompetensi paedagogis
mutu guru adalah persoalan mendasar lainnya.
yang tidak hanya berhenti pada bagaimana Hal yang paling penting dari bebe-
guru mengajar dan mempersiapkan peserta rapa faktor yang melekat pada profesi-
didik untuk belajar ataupun sekedar meng- onalisme seorang guru sebagaimana dise-
gugurkan kewajibannya di dalam kelas butkan di atas adalah bagaimana seorang
saja. Akan tetapi bagaimana seorang guru guru menyadari dan mampu memposisi-
selalu menambah wawasan dan pengeta- kan dirinya menjadi bagian dari komunitas
huannya, mengembangkan kompetensi profesional yang senantiasa bekerja ber-
dirinya juga merupakan hal penting yang sama untuk meningkatkan proses pembel-
harus diperhatikan. Kedua aspek tersebut, ajaran di kelas. Dengan hal ini, mau tidak
baik dari aspek guru maupun siswa, harus mau guru akan senantiasa terpacu untuk
berjalan seimbang untuk mewujudkan menggali informasi dan pengetahuan yang
profesionalisme yang lebih matang. Bah- penting bagi dirinya untuk dijadikan seba-
kan bukan hanya dari dua aspek tersebut gai referensi dan bahan renungan dalam
saja, akan tetapi aspek-aspek seperti se- mengembangkan potensi profesionalisme
orang guru mampu memanfaatkan penge- dirinya sebagai seorang pendidik. Artinya,
tahuan paedagogis, budaya, bahasa, tugas guru bukan hanya berhenti pada
subject matter, dan pembelajaran untuk mengajar, Namun, dirinya sendiri juga
memecahkan permasalahan praktis di pada saat yang sama sebagai pembelajar.
lapangan juga merupakan faktor penting Sama halnya dengan siswa, guru
yang mempengaruhi profesionalisme guru sebagai pembelajar juga harus memperha-
(Darling-Hammond, Holtzman, dkk., tikan aspek-aspek pembelajaran yang akan
2005). membentuk karakter sebagai seorang pem-
Lebih lanjut, mereka juga menye- belajar. Seorang pembelajar selalu berpikir
butkan bahwa seorang guru juga harus bagaimana dengan proses belajarnya, out-
mampu menyeimbangkan kebutuhan put atau perubahan apa yang akan menjadi
individu pembelajar dengan pembelajar indikator keberhasilan pembelajaran. Dari
yang beragam dengan tuntutan kurikulum proses belajarnya tersebut, pada saat yang
dan tujuan pembelajaran yang lebih luas. sama dia juga harus berpikir keras bagai-
Hal ini tentu saja bukanlah pekerjaan yang mana peserta didik juga melakukan hal
mudah di mana setiap siswa datang ke yang sama. Di sini tugas seorang guru
kelas dengan segudang pengalaman dan adalah sebagai konduktor yang bersama
karakternya masing-masing. Jika seorang sama dengan siswa membentuk karakter
guru hanya berfokus pada bagaimana dia yang berbeda-beda, menjadi karakter pem-
mengajar atau menyampaikan materi pem- belajar. Hal ini memberikan isyarat bahwa
belajaran, maka apa yang diterima oleh tugas seorang guru memang kompleks dan
siswa pun bisa jadi tidak sebanyak yang ia harus memperhatikan keseimbangan an-
guru sampaikan di kelas. Dalam hal ini, tara mengajar dan belajar. Keseimbangan
manajemen kelas menjadi isu penting yang inilah yang disebut oleh Loughran (2010:
harus dikembangkan oleh seorang guru 35) sebagai The heart of pedagogy.
dengan mengadopsi dari berbagai macam Di samping guru harus mampu
teori pembelajaran, metode/model pem- menjaga keseimbangan tersebut, guru

Bujang Rahman, Refleksi Diri dan Peningkatan ... 3


Indonesia yang memiliki mutu yang baik kualitas guru secara keseluruhan akan ber-
(Characterized Professional Teachers) dampak langsung pada capaian kompe-
harus membangun struktur kompetensi tensi siswa (Rahman, 2013; Darling-
yang profesional dan berkarakter (Rah- Hammond, dkk., 2005; Rivkin, Hanishek
man, 2013). Guru yang profesional dan & Kain, 2005). Oleh karena itu, setiap guru
berkarakter tersebut harus dibangun dari harus merasa sangat penting untuk mema-
sejumlah kompetensi yang saling berkait- hami bagaimana terus belajar meningkat-
an satu sama lainnya. Kompetensi kepriba- kan kompetensinya dalam konteks pem-
dian merupakan fondasi bagi kompetensi belajaran bermakna, sehingga dapat me-
yang lainnya, sedangkan kompetensi so- ningkatkan capaian kompetensi peserta
sial menggambarkan apresiasi lingkungan didik dalam setiap aspek perilaku yang
bahkan publik terhadap kualitas profesi- menjadi tujuan pembelajaran baik sikap,
onalisme guru. Oleh karena itu, kompe- pengetahuan, maupun keterampilan (Dar-
tensi paedagogik dan profesional yang ling-Hammond & Richardson, 2009). Inti
berpijak pada kompetensi kepribadian ha- atau core pengembangan profesional me-
rus berfungsi sebagai pilar untuk meno- nurut European Commission (2010) ada-
pang kompetensi sosial. lah efektivitas guru dengan segala perang-
Pengembangan profesional meru- katnya. Lapisan atau layer dimensi pe-
pakan sebuah dimensi khusus pemberda- ngembangan guru dapat dilihat pada Gam-
yaan sumber daya pembelajaran, terutama bar 1.
guru beserta perangkatnya dengan tujuan Pada Gambar 1 terlihat bahwa di-
akhir adalah peningkatan performansi pe- mulai dari karakteristik sistem pendidikan
serta didik. Hal ini ditunjukkan oleh se- nasional sebuah negara, keberadaan guru
jumlah penelitian yang menemukan bahwa beserta jaminan karier dan pengembangan

Efektivitas Guru

Efektivitas Pengajaran

Pengaruh Sekolah pada Guru


sebagai Anggota Pembelajaran
Profesional
Karakteristik Sistem Pendidikan
Nasional

Gambar 1. Lapisan atau Layer Pengembangan Profesional Guru


(Diadaptasi dari European Commission, 2010)

4 PAEDAGOGIA, Jilid 17, Nomor 1, Februari 2014, halaman 1 - 12


kompetensinya merupakan lapisan pem- supporting external system bagi upaya
bungkus yang melandasi kinerja sekolah refleksi guru SD dalam upaya pengem-
sebagai institusi profesional guru, sehing- bangan profesional berkelanjutan.
ga lapisan berikutnya efektivitas pembel-
ajaran dan efektivitas guru bisa terjamin
implementasinya. METODE PENELITIAN
Terkait dengan dimensi lapisan pe- Resonden penelitian terdiri atas
ngembangan profesional guru yang ter- 120 orang guru SD di Provinsi Lampung.
dapat pada Gambar 1, untuk membantu Teknik random sampling digunakan dalam
dan memfasilitasi pertumbuhan pengem- pengambilan sampel pada penelitian ini.
bangan profesional guru melalui refleksi Teknik ini termasuk dalam metode proba-
atau asesmen diri dapat bersumber dari bility sampling yang menurut Fraenkel &
beberapa strategi di antaranya: (1) mening- Wallen (2008) adalah teknik pengambilan
katkan peran peer group melalui kegiatan sampel yang memberikan peluang yang
peer coaching; (2) pengamatan oleh agen sama bagi setiap unsur atau anggota po-
perubahan eksternal, termasuk peran pene- pulasi untuk dipilih menjadi anggota sam-
liti, dan (3) berfokus pada masukan strategi pel. Pengambilan sampel pada penelitian
pembelajaran (Ross & Bruce, 2007). Pene- ini dapat dilihat pada Tabel 1.
litian ini mencoba untuk memberikan

Tabel 1. Distribusi Responden


N total Gender Perguruan Tinggi Asal Masa Kerja
Laki-laki Perempuan Negeri Swasta >15 th <15th
120
43 77 96 24 80 40

Metode survei dengan cross sec- knowledge). Instrumen berupa angket


tional design digunakan secara utuh dalam yang berisi 20 pernyataan berbentuk skala
penelitian ini. Fraenkel & Wallen (2008) Likert dengan skor 1 sampai 4 yang ber-
menyatakan bahwa desain penelitian cross turut-turut menyatakan persepsi yang
sectional digunakan untuk menggali sikap, sangat kurang ke persepsi yang sangat
pendapat, dan keyakinan responden secara cukup. Instrumen telah diujicobakan ke
komprehensif mengenai topik yang men- sejumlah guru dengan Cronbach Alpha
jadi pembicaraan. total sebesar 0,824 dan menunjukkan ting-
Data diambil dengan mengguna- kat keandalan yang tinggi. Data dianalisis
kan instrumen berupa angket persepsi guru dengan menggunakan metode deskripstif-
mengenai kompetensi atau knowledge naratif, yang datanya disajikan secara
based teacher yang meliputi tiga kategori, visual maupun naratif serta analisis regresi
yaitu: (1) penguasaan konten/materi ajar linier untuk melihat hubungan antara indi-
(content knowledge); (2) pengetahuan kator refleksi diri dan perilaku profesional
paedagogi (paedagogical knowledge); dan guru.
(3) pengemasan materi/konten dalam
pembelajaran ( paedagogical content

Bujang Rahman, Refleksi Diri dan Peningkatan ... 5


HASIL DAN PEMBAHASAN nalismenya dengan kegiatan-kegiatan riil
Sebagaimana disebutkan sebelum- upaya pengembangan kompetensinya. Hal
nya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk ini merupakan hal yang sangat penting
melihat sejauh mana refleksi diri yang untuk memahami bagaimana guru juga da-
dilakukan oleh seorang guru memberikan pat terus belajar untuk meningkatkan kom-
dampak atau memiliki keterkaitan dengan petensinya dalam konteks pembelajaran
upaya yang dilakukan guru sebagai tenaga bermakna, sehingga dapat meningkatkan
profesional untuk melakukan upaya-upaya capaian kompetensi peserta didik dalam
pengembangan profesionalismenya. Se- setiap aspek perilaku yag menjadi tujuan
tiap guru seyogyanya melakukan refleksi pembelajaran baik sikap, pengetahuan,
diri sebagai bagian penting dari pengem- maupun keterampilan selama kariernya
bangan profesionalismenya yang ditun- sebagai perilaku profesional terutama bagi
jukkan dengan keputusan-keputusan un- guru guru-guru SD di Provinsi Lampung.
tuk menjaga sustainability dari profesio-

Tabel 2. Model Summary Analisis Regresi


Change Statistics
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square R Square Sig. F
the Estimate F Change df1 df2
Change Change
1 .351a .124 .116 .42147 .124 16.626 1 118 .000
a. Predictors: (Constant), Refleksi Diri
b. Dependent Variable: Profesional

Berdasarkan hasil analisis regresi terhadap upaya pengembangan profesi-


seperti yang tergambar pada Tabel 2, jelas onal guru sehingga bila dikaitkan dengan
bahwa refleksi diri yang dilakukan oleh sumbangan efektif refleksi diri tersebut,
guru SD secara signifikan memberikan maka refleksi diri guru SD di Provinsi
kontribusi positif terhadap perilaku profe- Lampung memberikan sumbangan efektif
sional maupun upaya pengembangan pro- sebesar 12,4%.
fesionalisme guru sebesar 35,1% (p<0.05). Temuan empirik ini juga sejalan
Jika dilihat dari hasil kontribusi dengan kajian teoretik seperti yang dike-
variabel refleksi diri sebesar 35,1 % terse- mukakan oleh Korthagen & Vasalos
but memberikan gambaran yang cukup (2005) yang mengemukakan tentang pen-
berarti bahwa semakin tinggi kesadaran tingnya refleksi diri yang dilakukan oleh
guru untuk melakukan refleksi diri terha- seorang guru dalam upaya pengembangan
dap pengembangan profesionalnya, se- profesionalismenya. Lebih lanjut Kortha-
makin baik pula upaya pengembangan gen & Vasalos (2005) mengklasifikan
profesinal guru yanng ditunjukkan dengan bagaimana upaya refleksi diri dapat (1)
perilaku-perilaku profesionalnya. Jika membantu guru dalam mengidentifikasi
dilihat dari koefisian determinasi yang dan melokalisasi masalah-masalah yang
ditunjukkan oleh nilai R2, maka determi- dihadapi guru dan sejauh mana hal tersebut
nasi dari refleksi diri guru sebesar 12,4 % dapat diperdalam atau diperluas. Bagaima-

6 PAEDAGOGIA, Jilid 17, Nomor 1, Februari 2014, halaman 1 - 12


na seorang guru dapat (2) meningkatkan selama mereka mengajar, dan dengan cara
kesadarannya terhadap identitas dan ini dapat membuat kontak dengan siswa
tanggung jawabnya juga dapat diraih dalam proses pembelajarannya dengan
dengan upaya refleksi diri guru. Selain itu, baik. Kegiatan mengajar yang baik seyog-
refleksi diri guru juga dapat (3) membantu yanya ditandai dengan adanya keseim-
guru mengintegrasikan seluruh aspek bangan yang tepat dari aspek kesadaran
perkembangan profesional secara alami dirinya sebagai orang profesional dan
dan (4) membantu membangun kesadaran tuntutan-tuntutan profesonalisme seorang
guru dalam menggali sumber-sumber guru dalam berbagai hal baik akademis
inspirasi dan kekuatan diri. maupun nonakademis. Idealnya, program
pengembangan profesi guru juga harus
Aspek Psikologis Refleksi Diri fokus pada potensi dan kebutuhan guru
Refleksi diri guru dalam kaitannya yang diawali dari adanya proses refleksi
dengan upaya pengembangan profesi- yang dilakukan oleh seorang guru dalam
onalismenya juga sejalan dengan peneli- pengembangan profesi guru. Bagian ini
tian-penelitian lain dalam konteks psiko- sangat penting sebagai bahan pertimbang-
logi yang menunjukkan bahwa refleksi diri an dalam perancangan proses kegiatan pe-
dapat memberikan dampak positif terha- ngembangan profesi guru
dap perkembangan diri manusia. Hal ini Refleksi diri memiliki potensi un-
dikaitkan dengan upaya pengembangan tuk merangsang kesadaran diri emosional
kesadaran diri yang harus dipandang seba- seseorang dengan cara yang lebih baik. Hal
gai sesuatu yang menyenangkan, peng- ini dapat membantu untuk membuatnya
alaman yang berharga untuk menggali po- lebih alami memasukkan perasaan, emosi,
tensi dalam diri seseorang dan mengguna- kebutuhan, dan nilai-nilai dalam dirinya
kannya sebagai dasar dalam pengambilan yang akan membantunya menjadi diri
suatu tindakan. Dengan hal ini, seorang yang lebih baik. Keyakinan yang mem-
guru tidak perlu terlalu mendalam larut batasi dalam banyak pendidik/guru tam-
dalam kesedihan atau keburukan masa paknya belum menjadi hal yang begitu
lalunya dan dapat lebih terfokus pada upa- perlu mendapat perhatian lebih bagi para
ya-upaya pengembangan dirinya. Tentu peneliti pengembangan profesi guru. Hal
saja, hal ini memberikan manfaat yang ini dapat dilihat dari masih relatif sedi-
sangat besar bagi seorang pendidik yang kitnya referensi-referensi yang membahas
tentu saja juga sangat memberikan penga- secara khusus pentingnya refleksi diri bagi
ruh terhadap kehidupan siswa-siswanya. guru dalam pengembangan profesionalis-
Jika seorang guru memiliki dan menun- menya. Secara lebih spesifik, keyakinan
jukkan sifat-sifat positif dalam dirinya untuk memulai perubahan yang baik bagi
ketika berada di depan siswa, hal ini dapat pendidik/guru akan berdampak kepada
memberikan transfer energi positif terha- peningkatan kompetensi diperlukan untuk
dap siswa siswanya (Korthagen & Vasalos, memperdalam pengembangan profesional
2005) guru; tidak hanya kompetensi dipengaruhi
Dengan adanya refleksi diri, se- oleh keyakinan orang, tetapi keyakinan
orang guru dapat belajar untuk mengaktif- bahwa mereka memiliki atau dapat me-
kan proses kesadaran keprofesionalan diri ngembangkan kompetensi untuk memiliki

Bujang Rahman, Refleksi Diri dan Peningkatan ... 7


dampak yang lebih besar bagi pengem- kelas yang bermuara pada peningkatan
bangan profesionalisme mereka kompetensi peserta didik
Pada akhirnya, memberikan perha- Dua variabel penting dalam pene-
tian lebih untuk melakukan refleksi diri litian ini, yaitu refleksi diri guru dan upaya
dalam pengembangan profesional mereka peningkatan profesionalismenya dikem-
dapat membantu guru untuk menjadi lebih bangkan dari beberapa hal penting. Dalam
sadar akan kualitas peserta didik mereka, penelitian ini, refleksi diri dilihat dari per-
sehingga mereka akan lebih mampu untuk sepsi guru mengenai kompetensi atau
membimbing anak-anak ini dalam pem- knowledge based teacher yang meliputi
belajaran mereka, dan membantu mereka tiga kategori, yaitu: (1) penguasaan kon-
memobilisasi kualitas peserta didik di ten/materi ajar (content knowledge); (2)
sekolah dan dalam kehidupan masa depan pengetahuan paedagogi (paedagogical
mereka. Hal ini penting dalam proses knowledge); dan (3) pengemasan materi/
konstruksi pengetahuan, sikap dan kete- konten dalam pembelajaran (paedago-
rampilan baik guru maupun siswanya itu gical content knowledge). Refleksi diri
sendiri. dikembangkan dari bagaimana mereka
mempersepsikan kemampuan diri mereka
Refleksi Diri dan Pengembangan Profe- sendiri yang dikembangkan dari refleksi
sionalisme mereka terhadap pengetahuan paedagogik
Kegiatan refleksi diri merupakan maupun substantif, pemahaman tentang
kegiatan yang memberikan banyak karakteristik belajar yang ideal, bagai-
manfaat dalam pengembangan profesi- mana mereka mempersepsikan diri dalam
onalisme guru (Bowman, 1989; Loughran, rencana pembelajaran, metode, media
2005; Korthagen & Vasalos, 2005; Avalos, serta hasil belajar siswa. Secara lebih jelas
2011). Manfaat utama dari hal ini adalah komponen yang dikembangkan untuk
membantu guru dalam memperoleh pe- mengetahui bagaimana guru melakukan
mahaman yang lebih mendalam tentang refleksi diri mereka terhadap profesinya
diri, profesi dan bagaimana mereka dapat sebagaimana tercantum pada Tabel 3.
menjadi guru yang efektif, efisien, dan Refleksi diri guru dalam kaitannya
membuat siswa berhasil dalam belajar. Di dengan upaya mereka untuk mengem-
samping itu, refleksi diri juga dapat mem- bangkan profesionalismenya sebagaimana
bantu guru untuk mengeskplorasi potensi- tercantum dalam poin-poin di atas diarah-
potensi yang ada dalam diri, memperbaiki kan untuk mengetahui sejauh mana guru
kelemahan dan mencari solusi-solusi yang sebagai tenaga profesional melakukan ke-
mereka butuhkan untuk pengembangan giatan-kegiatan atau rambu-rambu yang
profesi mereka. Oleh karenanya, sebagai- harus dilakukan oleh seorang guru yang
mana ditunjukkan oleh hasil penelitian ini, profesional. Dengan hal tersebut, guru
refleksi diri memberikan kontribusi yang dapat melakukan penilaian terhadap diri-
tinggi untuk membantu guru dalam upaya nya sendiri, apakah mereka sudah melak-
pengembangan profesionalismenya, dan sanakan tugas dengan sebaik-baiknya atau
dampak berikutnya tentu saja akan mem- belum. Dengannya guru akan dapat me-
berikan pengaruh yang positif terhadap ngetahui kelemahan dan kelebihannya,
efektivitas kegiatan belajar-mengajar di dan nantinya akan mendorong diri mereka

8 PAEDAGOGIA, Jilid 17, Nomor 1, Februari 2014, halaman 1 - 12


Tabel 3. Persepsi Guru terhadap Kemampuannya
No Pernyataan
1 Saya merujuk ke kompetensi apa yang harus dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2 Agar menguasai materi dalam pelajaran, saya menggali ilmu bidang studi yang saya
peroleh sewaktu kuliah .
3 Pengetahuan tentang pengelolaan kelas yang saya peroleh sewaktu kuliah.
4 Untuk memahami karakteristik siswa di sekolah, saya menerapkan ilmu psikologi
yang saya peroleh sewaktu kuliah.
5 Untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang baik, saya mengembangkan ilmu
secara kontinyu.
6 Dalam mengevaluasi hasil belajar siswa dan membuat alat tes yang baik, saya menerapkan
prinsip dan rambu-rambu yang disusun.
7 Untuk menggunakan metode mengajar yang efektif, saya mengaplikasikan ilmu tentang
metode pembelajaran yang saya peroleh sewaktu kuliah.
8 Saya melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah, sedang dan
akan saya lakukan.
9 Saya mengembangkan media-media pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien
sesuai dengan materi pembelajaran.
10 Saya senantiasa berusaha membuat siswa belajar aktif dan mandiri sesuai dengan kaidah
pendekatan ilmiah.

sendiri untuk bergerak melakukan per- pengetahuan mereka terhadap bidang ilmu
baikan perbaikan kompetensinya. Jika kita yang mereka ajarkan. Lebih lanjut, kegi-
bandingkan dengan guru yang tidak per- atan yang dilakukan guru dalam pengem-
nah melakukan refleksi terhadap kemam- bangan profesionalismenya juga dapat
puan profesionalnya, bisa jadi mereka ti- dilihat dari apakah guru aktif mengikuti
dak akan terdorong untuk melakukan upa- kegiatan-kegiatan forum diskusi ilmiah
ya-upaya pengembangan profesionalisme baik melalui kelompok kegiatan guru
mereka, mulai dari bagaimana mereka (KKG) maupun musyawarah guru mata
merencanakan pembelajaran, menyiapkan pelajaran (MGMP).
proses pembelajaran sampai nantinya me- Apakah guru sering melakukan
lakukan evaluasi terhadap ketercapaian diskusi dengan kolega di sekolah menge-
kompetensi siswa yang diharapkan. nai hal-hal akademis juga merupakan bagi-
Sementara itu, sejauh mana upaya- an yang perlu dipertimbangkan sebagai
upaya yang dilakukan guru dalam pe- upaya peningkatan profesionalisme mere-
ngembangan profesionalismenya dilihat ka di samping membaca buku-buku ilmi-
dari berbagai hal seperti: seberapa sering ah. Bagaimana seorang guru membuat pe-
mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pela- rencanaan pembelajaran, skenario maupun
tihan, workshop ataupun seminar, terma- evaluasi pembelajaran, apakah mereka
suk juga apakah mereka benar-benar mem- proaktif mencari dan menggali info-info
pelajari seluruh buku teks baik guru mau- terkini terkait tiga hal tersebut, atau apakah
pun siswa untuk memperbaiki kompetensi mereka memperolehnya dari pelatihan
Bujang Rahman, Refleksi Diri dan Peningkatan ... 9
atau workshop yang ada juga merupakan ide-ide dalam belajar dan mengajar, se-
bagian yang dieksplorasi dalam upaya atau hingga harus tetap menjadi bagian prio-
kegiatan pengembangan profesionalisme ritas untuk direfleksi oleh setiap guru
guru. (Loughran, Berry, & Mulhall, 2006).
Implikasi lebih lanjut dari peneliti- Jika hal ini dimiliki dengan baik
an ini adalah sebagaimana diketahui bersa- oleh guru, barangkali nanti tidak akan
ma bahwa pengembangan profesi guru ditemukan lagi guru baik secara individu
dilakukan dalam rangka meningkatkan maupun sesama peer group-nya yang tidak
standar mutu guru. Oleh karenanya, pro- melakukan pengembangan diri dan pe-
fesionalisme yang dimaksud tentu saja ngembangan profesionalisme dan mereka
tidak terlepas dari kompetensi teknis, tips dapat melakukan refleksi diri untuk mela-
dan trik mengenai bagaimana guru bisa kukan sejumlah perbaikan profesionalis-
memahami dan mengorganisasi sedemiki- menya. Jika ditemukan guru-guru di la-
an rupa peran dan fungsinya sebagai pro- pangan yang menghadapi kendala dalam
ses edukatif baik bagi dirinya sendiri mau- kaitannya dengan tugas dan fungsi kepro-
pun siswa (Loughran, 2010). Telah dipa- fesionalannya, mereka dapat segera mela-
hami bersama bahwa guru sangat berperan kukan refleksi diri dapat mengembangkan
penting bukan saja dalam pembentukan strategi-strategi baru dalam menyelesai-
prestasi akademik siswa di sekolah Na- kan permasalahan proses belajar dan
mun, juga dalam pengembangan karakter mengajar sehingga muaranya secara kultur
siswa sehingga hal ini menuntut sikap dan hal ini akan menjadi acuan dalam
perilaku profesional guru harus selalu pengembangan profesionalismenya
berkembang. Pengembangan diri dan pe-
ngembangan profesionalisme guru dari ha-
sil refleksi diri mereka menjadi sebuah KESIMPULAN DAN SARAN
keniscayaan. Guru harus banyak belajar bagai-
Hal ini merupakan konsekuensi lo- mana mengajar, yaitu tentang bagaimana
gis seorang guru yang tidak hanya dituntut lebih banyak mendesain sejumlah aktivitas
untuk menguasai konten materi pelajaran yang digunakan di kelas sehingga proses
dan sejumlah pengetahuan paedagogis, pembelajaran berlangsung secara efektif.
Namun, juga harus memahami bagaimana Selain itu, juga guru harus memahami
keduanya dipadukan sehingga menjadi- bagaimana siswa belajar dan mengingat
kannya sebagai guru yang profesional, sejumlah faktor yang mempengaruhi kua-
baik menyangkut pengetahuan konten litas belajar siswa serta pemahaman men-
( content knowledge ), pengetahuan dasar tentang pemilihan dan penggunaan
paedagogi (paedagogical knowledge), dan pendekatan dan strategi pembelajaran un-
pengetahuan pengemasan konten dalam tuk meningkatkan kualitas pembelajaraan.
pembelajaran bermakna (paedagogical Hal tersebut di atas dapat dikembangkan
content knowledge) (Abdurrahman, 2013). dengan baik oleh guru jika mereka dapat
Di samping itu, guru profesional melakukan refleksi terhadap tugas dan
seyogyanya memiliki kemampuan bahasa fungsi profesionalisme mereka dengan
khusus agar mampu memfasilitasi berba- baik. Jika refleksi diri guru dilakukan de-
gai ungkapan yang lebih baik dan berbagi ngan baik, maka upaya yang dilakukan

10 PAEDAGOGIA, Jilid 17, Nomor 1, Februari 2014, halaman 1 - 12


untuk mengembangkan profesionalisme- Namun, refleksi diri merupakan bagian
nya pun juga baik. Tentu saja hal ini bukan penting dalam pengembangan profesi-
merupakan faktor utama dan satu-satunya, onalisme guru.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2013. “Identifikasi Paedagogical Content Knowledge Calon Guru Fisika


Melalui Pembelajaran Berbasis Multirepresentasi”, dalam Jurnal Pendidikan
Progresif, Volume 3, Nomor 2, halaman 86- .
Avalos, B. 2011. “Teacher Professional Development in Teaching and Teacher Education
Over Ten Years”, dalam Teaching and Teacher Education, Volume 27, Nomor 1,
halaman 10-20.
Beijaard, D.; Meijer, P. C.; & Verloop, N. 2004. “Reconsidering Research on Teachers'
Professional Identity”, dalam Teaching and Teacher Education, Volume 20, Nomor
2, halaman 107-128.
Bowman, B. 1989. “Self-reflection as An Element of Professionalism”, dalam The
Teachers College Record, Volume 90, Nomor 3, halaman 444-451.
Darling-Hammond, L.; Holtzman, D.J.; Gatlin, Su Jin; & Heilig, J.V. 2005. “Does Teacher
Preparation Matter? Evidence about Teacher Certification, Teach for America, and
Teacher Effectiveness”, dalam Education Policy Analysis Archives, Volume 13,
Nomor 42, halaman16-17.
Darling-Hammond, L. & Richardson, N. 2009. “Teacher Learning: What Matters? How
teachers learn”, dalam Research Review. February 2009, Volume 66, Nomor 5,
halaman 46-53.
European Commission. 2010. Teachers' Professional Development: Europe in
international comparison, a secondary analysis based on the TALIS dataset. Ed.:
Jaap Scheerens. Luxembourg 2010.
Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate Research in Education .
New York: McGraw-Hill,Inc
Howard, T.C. 2003. “Culturally Relevant Pedagogy: Ingredients for Critical Teacher
Reflection”, dalam Theory Into Practice; Summer 2003; Volume 42, Nomor 3,
halaman 195-202.
Kennedy, A. 2005. “Models of Continuing Professional Development: A Framework for
Analysis”, dalam Journal of In-service Education, Volume 31, Nomor 2, halaman
235-250.
Korthagen, F. & Vasalos, A. 2005. “Levels in Reflection: Core Reflection as a Means to
Enhance Professional Growth”, dalam Teachers and Teaching, Volume 11, Nomor
1, halaman 47-71.

Bujang Rahman, Refleksi Diri dan Peningkatan ... 11


Loughran, J.J. 2005. Developing Reflective Practice: Learning about Teaching and
Learning through Modelling. Bristol: Falmer Press.
Loughran, J.J.; Berry, A.; & Mulhall, P. 2006. Understanding and Developing Science
Teachers' Paedagogical Content Knowledge. Rotterdam: Sense Publisher.
Loughran, J.J. 2010. What Expert Teachers Do: Enhancing Professional Knowledge for
Classroom Practice. Routledge.
Rahman, Bujang. 2013. “Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Prestasi Siswa:
Analisis Persepsi Guru Lintas Jenjang”, dalam Jurnal Pendidikan Progresif, 3(1).
Rivkin, S.G., Hanushek, E.A. & Kain, J.F. 2005. Teachers, Schools, and Academic
Achievement. Econometrica, Vol. 73, No. 2, pp. 417–458.
Ross, J.A.; & Bruce, C.D. 2007. “Teacher self-assessment: A Mechanism for Facilitating
Professional Growth”, dalam Teaching and Teacher Education, 23(2), 146-159.

12 PAEDAGOGIA, Jilid 17, Nomor 1, Februari 2014, halaman 1 - 12

Anda mungkin juga menyukai