Anda di halaman 1dari 8

KD 3.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui demonstrasi dan diskusi diharapkan peserta didik mampu menerapkan hakikat ilmu
Fisika, metode ilmiah, dan keselamatan kerja di laboratorium serta peran Fisika dalam kehidupan
2. Peserta didik mampu membuat prosedur kerja ilmiah dan keselamatan kerja salah satu percobaan
di laboratorium fisika

KOMPETENSI DASAR
3.1 Menerapkan hakikat ilmu Fisika, metode ilmiah, dan keselamatan kerja di laboratorium serta
peran Fisika dalam kehidupan
4.2 Membuat prosedur kerja ilmiah dan keselamatan kerja misalnya pada pengukuran kalor

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


KD 3.1
 Menjelaskan fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari
 Menjelaskan penerapan ilmu-ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari
 Menjelaskan metode ilmiah
 Menjelaskan contoh keselamatan kerja di laboratorium fisika
KD 4.1
Membuat prosedur kerja ilmiah dan keselamatan kerja pada salah satu percobaan fisika di
laboratorium fisika

A. FENOMENA FISIKA

Setiap hari tubuh kita bergerak, melangkahkan kaki, mengayunkan tangan, menggelengkan kepala, dan
sebagainya. Setiap hari kita dapat menyaksikan benda-benda lain bergerak, burung terbang, buah kelapa jatuh,
air mengalir ... . Apakah yang harus kita dan benda lain miliki agar bisa bergerak?. Coba kamu bandingkan
aktivitas kamu di bulan ramadhan dengan di luar bulan ramadhan, apakah ada bedanya?. Apakah yang
menyebabkannya berbeda?. Lalu, apakah yang menyebabkan kipas angin bisa bergerak?, apa juga yang
menyebabkan bola lampu bisa menerangi ruangan?.

Embun yang menyejukkan di kala pagi, hujan yang ‘menghidupkan bumi setelah mati’, pelangi yang
terkadang menghiasi langit dengan indahnya, petir yang menyeramkan, gempa bumi, gerhana bulan dan
matahari, semua fenomena alam yang sengaja diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa itu dibuka lebar-lebar
oleh Allah SWT untuk dipelajari manusia dengan menggunakan akal yang telah diberikan-Nya.

1
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat ke-20 :

                  

            

“tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.
dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan

Nah, fenomena-fenomena alam itu dikenal sebagai fenomena fisika. Kamu pasti telah mempelajari fisika semenjak
SD dalam mata pelajaran IPA. Masih ingatkah kamu tentang ilmu fisika yang telah kamu pelajari semenjak SD?, tentang
energi dan kegunaannya?, bagaimanakah energi bisa dimanfaatkan oleh manusia?.
Kamu juga telah belajar tentang cara mengukur dengan berbagai macam alat ukur. Untuk membangun gedung,
membuat pesawat, bahkan memproduksi uang pun dibutuhkan ilmu mengukur dengan benar. Dan bagaimanakah peran
suhu dan kalor pada perubahan wujud air?. Kamu telah mempelajarinya di sekolah kamu sebelum ini, di SMAN 1
Sungayang, kita bersama akan mempelajarinya lebih lanjut.

B. HAKIKAT ILMU FISIKA

Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains tentunya memiliki hakikat yang sama dengan
hakikat sains itu sendiri. Menurut Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “sains pada hakekatnya merupakan
sebuah kumpulan pengetahuan (“a body of knowledge”), cara atau jalan berpikir (“a way of thinking”), dan cara untuk
penyelidikan (“a way of investigating”)". Dengan demikian karena fisika memiliki hakikat yang sama dengan sains, maka
dapat disimpulkan bahwa hakikat fisika adalah :
1. kumpulan pengetahuan, berarti fisika menghasilkan produk
berupa pengetahuan.
2. cara atau jalan berpikir, berarti fisika sebagai sikap
3. cara untuk penyelidikan, berarti fisika sebagai suatu proses.

1. Fisika sebagai produk


Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi
antara manusia dengan alam lingkungan. Interaksi itu memberikan
pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang semakin
menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-
hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuwan dinventarisir, dikumpulkan dan
disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut sebagai produk atau “a
body of knowledge”. Pengelompokkan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan
ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu
dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model.

a. Fakta
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang terjadi di alam. Fakta
merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa,
konsep, prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta.

2
b. Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena
dan fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut tertentu.
Menurut Bruner, Goodnow dan Austin (collette dan chiappetta: 1994)
konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi,
atribut, nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu
misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai
dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep
adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-kawan
(dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun
atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati, dan konsep
yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat diamati.

c. Prinsip dan hukum


Istilah prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan
hukum dibentuk oleh fakta-fakta dan konsep-konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika
tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan
keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.

d. Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan
variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara matematis.

e. Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati, misalnya teori
atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat
tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta
(1994) menyatakan bahwa “kita tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen
mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang akan datang hasilnya tidak akan
kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan
hanya satu bukti yang menyimpang. Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupun hukum”

f. Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat. Model sangat berguna
untuk membantu memahami suatu fenomena alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai
contoh, model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.

2. Fisika sebagai proses


IPA sebagai proses atau juga disebut sebagai “a way of investigating” memberikan gambaran mengenai
bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan. Jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran
mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam IPA dikenal
banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah. Para
ilmuwan astronomi misalnya, menyusun pengetahuan mengenai astronomi dengan
berdasarkan kepada observasi dan prediksi. Ilmuwan lain banyak yang menyusun
pengetahuan dengan berdasarkan kepada kegiatan laboratorium atau eksperimen yang
terfokus pada hubungan sebab akibat. Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas
bahwa, untuk memahami fenomena alam dan hukum-hukum yang berlaku, perlu
dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam itu. Objek-objek dan kejadian-
kejadian alam itu harus diselidiki dengan melakukan eksperimen dan observasi serta dicari

3
penjelasannya melalui proses pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika
sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji, dan
divalidasikan.
Keterampilan proses itu sendiri meliputi: mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengajukan pertanyaan,
merumuskan hipotesis, merencanakan penyelidikan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.

3. Fisika sebagai sikap


Dari penjelasan mengenai hakekat fisika sebagai produk dan hakekat fisika sebagai proses di atas, tampak
terlihat bahwa penyusunan pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan,
pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang
berasal dan pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan
kegiatan-kegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu
menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif,
jujur dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai
hakekat fisika sebagai sikap atau “a way of thinking”. Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian
para ilmuwan IPA termasuk fisika di dalamnya, dipkamung sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-
penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan
dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat fisika sebagai sikap.

C. METODE ILMIAH

Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir
untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.

a) Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah


Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir
ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau
fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai
suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi
dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.

b) Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis


Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir
yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam
metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

c) Metode ilmiah didasarkan pada data empiris


Setiap metode ilmiah selalu diskamurkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak
ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara
objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila
sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.

d) Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol


Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini
adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga
ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak
melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

4
e) Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan
terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini
kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan
memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data
tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan
sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan
data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan
hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat
melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis
yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan
berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode
ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam
metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung
pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah
diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji
hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan
hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis
tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis
dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan
taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi
yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat
kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi
karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas
kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

5
Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan.
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis
dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan
dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh
dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang
diajukannya.

D. KESELAMATAN KERJA DALAM LABORATORIUM FISIKA

Eksperimen sangat menarik, tetapi sekaligus juga dapat membahayakan. Untuk


itu kita harus benar-benar memahami dan mampu memperlakukan alat dan
bahan secara aman, sehingga memperkecil resiko terjadinya kecelakaan.
Hal-hal apa saja yang harus dipahami oleh seseorang yang akan
melakukan kegiatan eksperimen? Nah, simak penjelasan berikut!

Laboratorium merupakan tempat aktivitas pendidikan dan penelitian yang


melibatkan alat-alat laboratorium dan bahan-bahan berbahaya. Bekerja di
laboratorium tidak lepas dari bahaya bahan kimia dan peralatan yang ada di
dalamnya. Karena itu diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya di
laboratorium. Telah banyak terjadi kecelakaan ataupun menderita luka serta kerusakan
fasilitas kerja. Kecelakaan di laboratorium dapat dihindari jika pengguna laboratorium mengikuti prosedur kerja yang
aman di laboratorium.
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan harapan bagi setiap individu yang sadar akan kepentingan
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan aman berarti menurunkan risiko kecelakaan. Walaupun
petunjuk keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap petunjuk praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-
ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium.

Kecelakaan yang terjadi di laboratorium dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya,:
1. kurang tersedia peralatan keamanan dan pelindung untuk kegiatan
2. pengguna laboratorium tidak menggunakan perlengkapan pelindung
3. pengguna laboratorium tidak mengikuti petunjuk atau aturan yang
seharusnya ditaati
4. pengguna laboratorium tidak berhati-hati dalam melakukan kegiatan
laboratorium
5. kelalaian atau kecerobohan kerja pengguna laboratorium

Setiap laboratorium memiliki kondisi yang berbeda. Maka setiap laboratorium memiliki aturan umum yang sama
namun berebeda dalam beberapa hal. Untuk menghindari kecelakaan kerja di laboratorium fisika SMAN 1 Sungayang
terdapat peraturan labor yang semestinya dipatuhi oleh setiap pengguna labor fisika SMAN 1 Sungayang.

6
Peraturan Laboratorium Fiska SMAN 1 Sungayang :

1. Memasuki ruangan labor fisika SMAN 1 Sungayang harus dengan seizin laboran atau guru fisika.
2. Isilah Buku Kunjungan Laboratorium Fisika SMAN 1 Sungayang sebelum Kamu melakukan aktivitas di labor.
3. Para peserta kegiatan di laboratorium dilarang membawa benda-benda yang tidak berkaitan dengan kegiatan di
laboratorium ke dalam ruangan.
4. Saat melakukan praktikum, pastikan kondisi tubuh dan pakaian Kamu dalam keadaan rapi (misal; menggunakan jas
lab, jilbab berada di dalam jas lab)
5. Pastikan kamu sudah mempelajari materi praktikum sebalum melakukan percobaan.
6. Para peserta hanya diperbolehkan menggunakan alat dan bahan yang berkaitan dalam percobaan atau penelitian
yang dilakukan.Jika pelajaran melibatkan arus listik, berhati-hatilah dalam memilih sumber listrik (AC/DC). Ikuti
petunjuk dalam prosedur percobaan.
7. Hati-hati menggunakan/memasang komponen-komponen listrik, ikuti prosedur percobaan, jika ragu tanyakan
kepada guru pembimbing.
8. Segera bersihkan bahan praktikum yang tumpah.
9. Jika terjadi kerusakan alat praktikum, segera laporkan kepada laboran atau guru fisika yang membimbing praktikum.
10. Peralatan yang rusak akibat kelalaian pengguna wajib diganti dengan alat yang serupa (tidak diterima penggantian
dalam bentuk uang atau peralatan lain)
11. Pahami secara betul dalam memperlakukan bahan-bahan terutama bahan kimia.
12. Para peserta kegiatan di laboratorium harus menjaga kebersihan laboratorium.
13. Para peserta kegiatan di laboratorium wajib membersihkan dan menyimpan alat setelah digunakan ke tempat semula.
14. Jas lab yang telah digunakan, diserahkan kembali kepada laboran atau guru fisika, setelah praktikum selesai
dilaksanakan.
15. Jika jas lab terkena tumpahan bahan praktikum, jas lab dikembalikan ke laboran atau guru fisika setelah dicuci bersih
oleh penggunanya.
16. Bagi peserta yang melanggar tata tertib laboratorium akan dikenai sanksi.

Dengan memahami peraturan labor dan pentingnya keselamatan kerja dalam laboratorium fisika, maka
diharapkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

Rangkuman
1. Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses
dan sikap.
2. Metode ilmiah adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol.

7
3. Keselamatan kerja dalam laboratorium merupakan kebutuhan setiap individu pengguna labor yang
harus diusahakan oleh setiap individu tersebut dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang
berlaku di dalam labor tersebut, memahami prosedur praktikum dan menggunakan pengaman kerja
yang disediakan oleh laboratorium. Selain itu hendaknya praktikum dilakukan di bawah bimbingan
guru.

Soal Latihan

Tulislah jawaban kamu dengan jelas dan ringkas.


1. Jelaskanlan 3 contoh fenomena fisika yang pernah kamu amati dalam kehidupan sehari-hari.
2. Jelaskanlah hakikat ilmu fisika sebagai produk.
3. Jelasknalah hakikat fisika sebagai proses.
4. Jelaskanalah hakikat fisika sebagai sikap.
5. Apakah sebabnya teori tidak bisa menjadi hukum/prinsip?.
6. Apakah yang dimaksud dengan metode ilmiah?.
7. Pada metode ilmiah, proses berfikir dilakukan secara terkontrol. Jelaskanlah maksud kalimat tersebut.
8. Tulislah langkah-langkah metode ilmiah.
9. Tulislah 3 faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam laboratorium fisika.
10. Apakah akibatnya jika kamu mencoba menggunakan alat-alat labor fisika tanpa seizin laboran atau guru
fisika?.

Anda mungkin juga menyukai