Hihi
Hihi
e-ISSN 2549-6425
JUKEMA
Volume 02 | Nomor 02 | Oktober 2016: 72 - 153
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Aceh
Aceh Public Health Journal
PKPKM
JUKEMA Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh
Aceh Public Health Journal
Penerbit:
Pusat Kajian dan Penelitian Kesehatan Masyarakat (PKPKM)
Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Lantai II, Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA)
Jl. Muhammadiyah No.93, Bathoh, Lueng Bata, Banda Aceh, Aceh
Telp. (0651) 31054, Fax. (0651) 31053
Email: jukema@fkm.unmuha.ac.id
Website: http://pps-unmuha.ac.id/pusat-kajian-dan-penelitian-kesehatan-masyarakat/
Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh (Aceh Public Health Journal) atau disingkat dengan JUKEMA merupakan kumpulan
jurnal ilmiah yang memuat artikel hasil penelitian atau yang setara dengan hasil penelitian di bidang ilmu kesehatan
masyarakat, ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Jurnal ini diterbitkan 2 x dalam setahun (Februari dan Oktober) oleh
PKPKM UNMUHA.
p-ISSN: 2088-1592 | e-ISSN: 2549-6425
Editorial: Regulasi, Aplikasi Pemberian ASI Ekskluksif, dan Status Gizi Balita di Aceh
Basri Aramico 72-74
Prevalensi dan Determinan Stunting Anak Sekolah Dasar di Wilayah Tsunami di Aceh Besar
Uswati, Nasrul Zaman, dan Aulina Adamy 75-81
Analisis Penggunaan Jenis MP-ASI dan Status Keluarga Terhadap Status Gizi Anak
Usia 7-24 Bulan di Kecamatan Jaya Baru
Agus Hendra AL-Rahmad 82-88
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Atlet Tarung Derajat Aceh
Nazalia, Basri Aramico, dan Fauzi Ali Amin 89-96
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Bidan Desa dalam
Standar Pelayanan Ante Natal Care
Suryani, Aulina Adamy, dan Nizam Ismail 105-109
Analisis Faktor Risiko Abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh
Masni, Asnawi Abdullah, dan Melania Hidayat 110-115
Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh
Meilia Hidayah, Aulina Adamy, dan Teuku Tahlil 116-120
Analisis Faktor Risiko Penyebab Stroke pada Usia Produktif di Rumah Sakit Umum
dr. Zainoel Abidin
Sartika Maulida Putri, Hajjul Kamil, dan Teuku Tahlil 121-127
Template JUKEMA
Formulir Berlangganan
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 - 153
Editorial:
REGULASI, APLIKASI PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUKSIF,
DAN STATUS GIZI BALITA DI ACEH
Basri Aramico1
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Banda Aceh, 23245
1
basri.aramico@yahoo.com
Jumlah balita di Indonesia pada tahun 2013 sangat besar, sekitar 10% dari
seluruh penduduk Indonesia merupakan penduduk dengan usia di bawah 5 tahun.
Dengan jumlah yang besar, maka nasib bangsa Indonesia di masa datang juga
terletak pada generasi yang sekarang ini. Sebagai calon generasi penerus bangsa,
kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius.
Dalam perkembangan anak, terdapat masa kritis di mana diperlukan rangsangan
atau stimulasi yang berguna agar potensi anak dapat berkembang dengan
maksimal. Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian dan stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang, agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya dan mampu bersaing di era
global1.
Perkembangan dan pertumbuhan balita ditentukan oleh status gizi pada awal
kehidupan, bahkan sejak didalam kandungan yang dikenal sebagai 1.000 hari
pertama kehidupan (HPK) yaitu masa 270 hari di dalam kandungan dan masa
730 hari setelah kelahiran (2 tahun). Upaya untuk meningkatkan status gizi balita,
satu di antaranya adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,
yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain kepada bayi sejak usia 0-
6 bulan2.
Editorial 72
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 - 153
Pemerintahan Daerah; UU No. 36/2009 tentang Kesehatan; UU No. 36/2014
tentang Tenaga Kesehatan; PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah; PP No. 33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif; Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang
Produksi dan Peredaran Makanan; Peraturan Bersama Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia, dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 48/Men.PP/XII/2008; No. PER.27/MEN/XII/2008; dan No.
1177/Menkes/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama
Waktu Kerja di Tempat Kerja; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota; dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI Secara
Eksklusif pada Bayi di Indonesia.
Selain itu menurut UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, pada pasal 128 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan. Bayi setelah 30 menit dari kelahirannya
sampai 6 (enam) bulan bayi hanya diberikan air susu ibu saja tanpa makanan
atau minuman lain. Setelah usia 6 bulan, anak tetap menerima pemberian ASI
dengan makanan tambahan sampai anak berusia 2 tahun4. PP No. 33/2012
tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan produk hukum dengan kekuatan
hukum yang jelas, tegas dan tertulis. Dalam ketentuan peralihan disebutkan
bahwa pada saat PP ini mulai berlaku, pengurus tempat kerja dan/atau
penyelenggara tempat sarana umum, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP
ini paling lama 1 (satu) tahun.
Hal ini sesuai dengan prinsip dalam agama yang tidak ingin memberatkan.
Kekuatan besar juga terdapat pada amanat PP no 33 tahun 2012 sesuai dengan
perintah dalam Al-Qur’an (Q.S. [2]: 233), (Q.S. Lukman [31]: 14), (Q.S. Al-
Ahqaaf [46]: 15). Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan tentang ASI
Eksklusif dalam Al-Qur’an, namun perintah kepada ibu untuk menyusukan
bayinya sampai 2 tahun merupakan landasan moril, kekuatan spiritual dan nyata
untuk dapat meningkatkan peran dakwah dalam Islam dalam membantu
peningkatan pemberian ASI eksklusif5. Provinsi Aceh juga telah mengatur
praktik pemberian ASI dalam Peraturan Daerah (Qanun), yaitu Qanun Aceh No.
04 Tahun 20106 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 No.01).
Editorial 73
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 - 153
(Riskesdas) tahun 2013, berat badan menurut umur (BB/U) secara nasional,
prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19.6%, terdiri dari 5.7% gizi
buruk dan 13.9% gizi kurang. Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 18 provinsi
dengan angka prevalensi gizi buruk dan kurang di atas angka nasional yaitu
berkisar antara 21.2% sampai 33.1% dan salah satunya adalah provinsi Aceh
yang menduduki urutan ke 7 di antara 18 Provinsi di Indonesia dengan
prevalensi gizi kurang sebesar 258.
Data profil kesehatan provinsi Aceh tahun 2013 dari 214.760 balita yang
ditimbang berat badannya sebanyak 65.3% balita dengan gizi baik. Sedangkan
Banda Aceh menunjukkan dari 14.436 balita, balita dengan gizi baik atau berat
badan naik (5.8%), balita dengan gizi kurang atau bawah garis merah (BGM)
atau yang mengalami gizi buruk (0.02%)7.
Pada tahun 2016 gubernur Aceh, Zaini Abdullah telah menetapkan Peraturan
Gubernur Aceh No. 49 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif pada tanggal 11
Agustus 2016. Dalam Pergub yang diundangkan tanggal 12 Agustus 2016 itu
mewajibkan pemerintah Aceh dan kabupaten-kota di Aceh untuk memberikan
cuti hamil dan cuti melahirkan untuk PNS dan PPPK atau tenaga
honorer/kontrak, baik perempuan juga suami. Selanjutnya dalam pergub tersebut
mengatur bahwa bagi pegawai perempuan yang hamil mendapat 20 hari cuti
hamil sebelum waktu melahirkan, dan 6 bulan untuk cuti melahirkan guna
pemberian ASI Ekslusif. Cuti juga diperoleh suami untuk mendampingi istri
yaitu selama 7 hari sebelum melahirkan, dan 7 hari sesudah melahirkan9.
DAFTAR PUSTAKA
Editorial 74
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
ABSTRAK
Latar Belakang: Khusus untuk beberapa daerah, tsunami yang melanda Aceh tahun 2014 juga dihipotesiskan
turut mempengaruhi stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan stunting
anak sekolah dasar di wilayah terkena tsunami di Aceh Besar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain
kasus control. Sampel kasus sebanyak 30 anak stunting dan kontrol sebanyak 60 anak tidak stunting.
Pengumpulan data dengan wawancara dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise, kemudian diolah
dengan software WHO AnthroPlus. Analisis data univariat, bivariat dan multivariate menggunakan STATA
versi 12. Hasil: Prevalensi stunting di kecamatan Peukan Bada yang merupakan wilayah terkena tsunami
sebesar 24%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan stunting dengan
pekerjaan ibu (sebagai petani) dengan OR = 98.9, p-value 0.035, pekerjaan ayah yang tidak tetap (tukang/buruh)
dengan OR = 22.9, p-value 0.046, dan diare dengan OR = 17.9, p-value 0.047 dan berat lahir dengan OR = 0.78,
p-value 0,047. Kesimpulan: Prevalensi stunting di kecamatan Peukan Bada yang merupakan wilayah terkena
tsunami tidak begitu berbeda dengan wilayah non-tsunami. Pekerjaan ibu atau ayah, diare dan berat badan lahir
merupakan determinan utama. Intervensi pada dua determinan pertama perlu keterlibatan lintas sektor, tidak
bisa ditangani sepenuhnya oleh jajaran kesehatan. Penyediaan air bersih dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih
Sehat (PHBS) perlu terus menjadi perhatian untuk mengurangi kasus diare. Studi ini juga menunjukkan
konsumsi gizi yang mencukupi merupakan hal penting yang perlu menjadi prioritas untuk mengurangi BBLR
dan dampaknya terhadap stunting.
Kata Kunci: Stunting, Diare, Sosial Ekonomi, Anak Sekolah, dan Tsunami.
ABSTRACT
Background: In some areas, the tsunami that hit Aceh in 2014 also hypothesizes associated with stunting.
However, no research has been conducted examine stunting risk factor in tsunami affected area. This study aims
to determine the prevalence and determinants of stunting in primary school children in the area affected by the
tsunami in Aceh Besar. Methods: This study uses a case-control design. The samples are 30 cases of child
stunting and 60 control children not stunting. The collection of data through interviews and height measurement,
and then processed by software AnthroPlus WHO. The data analysis for univariate, bivariate and multivariate
(logistic regression test) used STATA version 12. Results: The prevalence of stunting in the tsunami-affected
region in Peukan Bada district of 24%. Multivariate analysis showed that stuting significantly associated with
mother's occupation stunting (as farmers) with an OR of 98.9, p-value of 0.035, uncertainty father's occupation
(builders/workers) with an OR of 22.9, p-value of 0.046, and diarrhea with OR of 17.9, p-value of 0.047, and
birth weight with an OR of 0.78, p-value 0.04. Conclusions: The prevalence of stunting in the tsunami-affected
region in Peukan Bada district is not so different from non-tsunami region. Works mother or father, diarrhea
and birth weight is a major determinant. Intervention on the first two determinants need cross-sector
involvement therefore can not be handled entirely by health personnel. Providing clean water and clean and
healthy behavior need to continue to reduce cases of diarrhea. This study also shows the consumption of
adequate nutrition is an important thing that should be a priority to reduce its impact on the low birth weight
and stunting.
Pada variabel individu diperoleh diare hubungan bermakna secara statistik antara
dengan OR = 8.73 (95% CI 1.00-75.86) p- diare dengan stunting (lihat Tabel 1).
value 0.05 berarti bahwa terdapat
Tabel 2. Analisis Final Model Multivariat Prevalensi dan Determinan Stunting Anak
Sekolah di Wilayah Tsunami Kabupaten Aceh Besar
Dari hasil Tabel 2, final model CI: 1.05-498.12) p-value 0.046 yang
multivariate diperoleh hasil bahwa yang merupakan faktor risiko terhadap stunting.
menjadi faktor risiko stunting pada anak Hal ini berarti bahwa anak dengan
sekolah dasar dalam penelitian ini adalah: pekerjaan ayah tidak tetap (tukang/buruh)
dari variabel sosial ekonomi yaitu memiliki risiko menjadi stunting sebesar
pekerjaan ibu sebagai petani dengan OR = 22.89 kali dibandingkan anak dengan
98.95 (95% CI: 1.38-7097.6) p-value pekerjaan ayah tetap.
0.035 yang merupakan faktor risiko Sementara dari variabel individu diare
terhadap stunting. Hal ini berarti bahwa dengan OR = 17.90 (95% CI: 1.04-309.16)
anak dengan pekerjaan ibu sebagai petani p-value 0.047 yang berarti diare
memiliki risiko menjadi stunting sebesar merupakan faktor risiko terhadap stunting.
98.95 kali dibandingkan anak dengan ibu Hal ini berarti bahwa anak yang sering
yang tidak bekerja/IRT. menderita diare memiliki risiko menjadi
Kemudian pekerjaan ayah tidak tetap stunting sebesar 17.90 kali dibandingkan
(tukang/buruh) dengan OR = 22.89 (95% dengan anak yang tidak pernah diare.
Gizi Kesehatan Masyarakat 78
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Berat lahir dengan OR = 0.78 (95% CI: Faktor Risiko Sosial Ekonomi
0.62-0.98) p-value 0.035 yang berarti
merupakan faktor pelindung (protektif) Tingkat pendidikan ibu tinggi tidak
terhadap stunting. Hal ini berarti setiap menjamin anak terhindar dari malnutrisi
peningkatan 100 gram berat lahir risiko karena tingkat pendidikan tinggi tidak
stunting menurun sebesar 22%. berarti ibu memiliki pengetahuan yang
cukup akan gizi yang baik. Sejalan dengan
PEMBAHASAN penelitian yang dilakukan oleh Adel El
Taguri dkk. (2009) menyimpulkan bahwa
Gambaran Stunting pada Anak SD/MI pada analisis bivariat tingkat pendidikan
ibu berhubungan dengan kejadian stunting
Gelombang tsunami telah merusak pada balita.
jaringan jalan maupun jembatan sehingga Untuk pekerjaan ayah sebagai
akses dari satu tempat ke tempat lain tukang/buruh (berpenghasilan tidak tetap)
menjadi lumpuh7. Kecamatan Peukan merupakan faktor risiko stunting yang
Bada merupakan salah satu wilayah di berarti anak memiliki risiko 22.89 kali
kabupaten Aceh Besar yang parah dilanda menderita stunting jika pekerjaan ayah
gempa dan tsunami yang dahsyat setelah sebagai tukang/buruh. Penelitian Hatril
bencana ditandai dengan terbatasnya (2001) menunjukkan kecenderungan
ketersediaan makanan dan terbatasnya air bahwa ayah yang bekerja dalam kategori
bersih serta hygiene dan sanitasi yang swasta mempunyai pola konsumsi
buruk, yang dapat meningkatkan risiko makanan keluarga yang lebih baik
gizi kurang pada anak-anak8. Bencana dibandingkan dengan ayah yang bekerja
alam akan menimbulkan dampak jangka sebagai buruh.
panjang yang rumit dan mempengaruhi Dari hasil analisis multivariate
segala aspek termasuk pada mata didapatkan anak memiliki risiko 10.14 kali
pencaharian, infrastruktur fisik, sosial dan menderita stunting jika ibu bekerja sebagai
politik, serta lingkungan, menghidupkan petani dibandingkan anak dengan ibu yang
kembali sumber penghasilan, membangun tidak bekerja. Sejalan dengan penelitian
perumahan, sekolah-sekolah dan kegiatan Hien dan Hoa (2009) yang mendapatkan
pencarian nafkah9. Pembangunan pekerjaan ibu berhubungan secara
infrastruktur terus dilakukan untuk signifikan dengan gizi kurang.
mengembalikan Aceh dan lebih
mengembangkan Aceh . 10 Faktor Risiko Lingkungan dengan
Prevalensi stunting pada anak-anak Stunting
SD/MI di kecamatan Peukan Bada
ditemukan sebanyak 24% (belum berat Hasil uji multivariat tidak ada
menurut WHO). Padahal untuk kawasan hubungan yang signifikan antara jenis
yang terkena bencana dahsyat sekelas jamban dan sumber air minum dengan
tsunami Aceh tentu saja akan stunting. Air minum isi ulang yang kita
menimbulkan permasalahan stunting yang peroleh dari depot air minum isi ulang
cukup serius. Hal ini menunjukkan bahwa (DAMIU) yang banyak dikonsumsi oleh
rekonstruksi yang dilakukan pasca masyarakat, belum sepenuhnya baik dari
Tsunami akan memberikan dampak jangka segi kesehatan disebabkan oleh beberapa
panjang terhadap kesehatan dan hal seperti lokasi depot yang berada di
kesejahteraan masyarakat dan hasil pinggir jalan raya sehingga merupakan
perjuangan bersama selama ini dari sumber polusi dan debu. Kondisi depot
berbagai pihak telah memberikan hasil yang tidak steril ini tentu saja kurang sehat.
yang menggembirakan.
Dalam penelitian ini ditemukan anak Hasil multivariat berat lahir diperoleh
yang mengalami stunting lebih banyak berat lahir merupakan faktor proteksi
pada anak dengan riwayat usia ibu terhadap stunting. Hal ini berarti setiap
melahirkan <20 tahun dan >35 tahun yaitu peningkatan 100 gram berat lahir risiko
sebanyak 63.33%. Walaupun dari hasil terhadap stunting menurun sebesar 22%.
analisis multivariate usia ibu saat Hasil penelitian Putri dan Utami (2015)
melahirkan dengan (OR = 3.41 95% CI: menunjukkan bahwa berat lahir
0.68-17.25) p-value 0.138 bukan berhubungan signifikan dengan kejadian
merupakan faktor risiko stunting. Serupa stunting pada anak umur 6-23 bulan yang
penelitian Nadiyah (2014) bahwa tidak lahir cukup bulan di Indonesia, namun
ditemukan hubungan yang signifikan baik berat lahir bukan merupakan prediktor
antara paritas ataupun umur ibu yang kuat terhadap kejadian stunting.
melahirkan dengan stunting pada anak (p Diare dengan OR = 17.90 (95% CI:
>0.05). 1.04-309.16) p-value 0.047 menunjukkan
Dalam penelitian ini ditemukan anak yang sering menderita diare memiliki
keluarga dengan jumlah anak >4 orang peluang mengalami stunting 17.90 kali
yang mengalami stunting sebanyak dibandingkan anak yang tidak pernah
63.33%. Dari hasil multivariate jumlah menderita diare. Bila dikaitkan dengan
anak bukan merupakan faktor risiko situasi bencana seperti tsunami yang
stunting. Meskipun demikian, tidak melanda Aceh, kejadian diare pada anak
terdapat hubungan yang bermakna antara tetap merupakan salah satu masalah
jumlah anak dengan kejadian stunting pada kesehatan yang umum dijumpai, hal ini
balita. tentu saja dipicu oleh buruknya kondisi
Waktu inisiasi menyusui bukan faktor lingkungan dan sanitasi.
risiko stunting. Dalam penelitian ini Selama di pengungsian biasanya
sebesar 93.3% ibu-ibu tidak melakukan persoalan yang dijumpai adalah masalah
inisiasi menyusui dengan tepat. Ibu ketersediaan air bersih dan fasilitas MCK
diharapkan mulai menyusui anaknya yang kurang layak. Masalah kesehatan
segera setelah melahirkan, atau antara 1 yang biasanya disebabkan oleh kebersihan
jam setelah melahirkan. Sejalan dengan lingkungan termasuk sumber air yang
penelitian Nadiyah et al. (2014) inisiasi kurang memadai, sehingga anak-anak
menyusui tidak berhubungan signifikan mudah terserang diare dan juga penyakit
dengan stunting. gatal-gatal.
Dari hasil penelitian pada kelompok Sampai saat ini penyakit diare yang
kasus hanya sebanyak 6.67% yang diderita anak-anak masih merupakan
memberikan ASI secara eksklusif. masalah yang serius, permasalahan ini
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu- bukan saja terkait dengan saat kejadian
ibu responden diperoleh ada banyak alasan bencana dimana situasi dan kondisi
mengapa ibu-ibu tidak memberikan ASI lingkungan tidak kondusif tanpa ada
Eksklusif, di antaranya karena ASI tidak bencanapun prevalensi diare tetap tinggi.
keluar, ibu bekerja, ASI tidak mencukupi Penyakit diare merupakan salah satu
kebutuhan bayi, ibu sakit, ASI sedikit dan penyakit berbasis lingkungan masih
lain-lain. Hal inilah yang mempengaruhi menjadi permasalahan kesehatan Indonesia
mengapa ada banyak bayi yang tidak hingga saat ini.
mendapat ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Analysis the Use of Complementary Feeding and Family Status toward the Child
Nutritional Status of 7-24 Months in the District Jaya Baru
ABSTRAK
Latar Belakang: Anak usia di bawah dua tahun merupakan masa dengan pertumbuhan serta perkembangan
secara pesat (periode emas) dan digolongkan dalam kelompok yang sangat rawan gizi. Makanan pendamping
ASI (MP-ASI) dan status gizi balita memunculkan masalah pada aspek hubungan sebab akibat. Bahwa
pemberian MP-ASI yang kurang tepat berdampak terhadap status gizi kurang atau gizi buruk. Penelitian
bertujuan untuk mengukur perbedaan penggunaan jenis MP-ASI pada keluarga PNS dengan bukan PNS
terhadap status gizi anak usia 7-24 bulan di kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Metode: Metode penelitian
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui rancangan crossectional. Variabel penelitian terdiri dari
penggunaan MP-ASI, status gizi, dan status keluarga. Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi yang
diambil pada 83 sampel terpilih secara acak. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-Square pada CI: 95%.
Hasil: Hasil penelitian menujukkan secara proporsional tidak terdapat perbedaan status gizi (p-value 0.518)
antara keluarga PNS dengan keluarga bukan PNS (p-value >0.05). Selanjutnya penggunaan jenis MP-ASI secara
proporsional menunjukkan perbedaannya dengan nilai p-value 0.005 di kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.
Saran: Kesimpulan bahwa status gizi balita antara keluarga PNS dengan keluarga bukan PNS tidak menunjukan
perbedaan, tetapi menurut penggunaan MP-ASI baik proporsi maupun jenis antara keluarga PNS dengan bukan
PNS secara proporsional mempunyai perbedaan signfikan.
Kata Kunci: Status Gizi, MP-ASI, Status Keluarga, Anak Usia 7-24 Bulan
ABSTRACT
Background: Children under two years is a period with rapid growth and development in (called golden period)
and is classified in the group were extremely malnutrition. Complementary feeding (MP-ASI) and the nutritional
status of children raised problems in the aspect of causality. Giving MP-ASI that is less precise can impact on
the children malnutrition status. The study aims to measure the difference in the use MP-ASI type from families
with non-civil and civil servants background on the nutritional status of children aged 7-24 months in the
district Jaya Baru, Banda Aceh. Methods: The research method is quantitative approached through cross-
sectional design with variables consisted: MP-ASI, nutritional status, and family status. Data was collected
through interviews and observations taken randomly with total 83 selected samples. Analysis data used Chi-
Square test on CI: 95%. Results: The results showed no difference in proportion of nutritional status (p-value
0.518) between families from civil servants with no civil servants background (p-value >0.05). Furthermore, the
use of MP-ASI type proportionally shows differences (p-value 0.005) in the district of Jaya Baru, Banda Aceh.
Recommendation: The conclusion that the nutritional status of children between families of civil servants and
not civil servants backgrounds did not show differences, but in the use of MP-ASI by proportion and type
between family statuses have significant differences.
Keywords: Nutritional Status, Complementary Feeding, Family Status, Child Aged 7-24 Months
ABSTRAK
Latar Belakang: Status gizi yang buruk dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan kebugaran atlet. Status gizi
atlet diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status gizi pada atlet Tarung Derajat Aceh. Metode:
Penelitian ini bersifat observasional analitik dan menggunakan desain cross-sectional. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode wawancara dan penyebaran angket. Sampel adalah seluruh populasi - seluruh atlet
tarung derajat Aceh telah memasuki masa Training Center (TC) sejumlah 51 orang. Uji statistik yang digunakan
yaitu uji chi-square dan dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet
tarung derajat yang status gizi kurus 13.7%, status gizi normal 74.5%, dan status gizi gemuk 11.8%.
Berdasarkan analisa univariat terdapat atlet dengan pola makan salah 47.1%, melakukan aktivitas fisik yang
berat 33.3%, aktivitas ringan 23.5%, pengetahuan gizi kurang 43.1%, intensitas latihan kurang 29.4% dan
intensitas latihan berat 25.5%. Berdasarkan hasil bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan pola makan (p-
value 0.040), aktivitas fisik (p-value 0.031), pengetahuan gizi (p-value 0.016) dan intensitas latihan (p-value
0.043) dengan status gizi atlet. Saran: Diharapkan kepada para pengurus dan pelatih tarung derajat Aceh agar
lebih memperhatikan pola makan atlet sesuai dengan kebutuhannya, jumlah kalori yang dikonsumsi dan jadwal
yang teratur dapat membantu proses pemenuhan gizi menjadi lebih baik, serta mengadakan penyuluhan gizi
yang melibatkan atlet dan para pelatih guna meningkatkan pengetahuan tentanggizi.
Kata Kunci: Gizi Atlet, Pola Makan, Aktivitas Fisik, Pengetahuan Gizi, dan Intensitas Latihan.
ABSTRACT
Background: Poor nutritional status can affect health status and fitness athletes. The nutritional status of
athletes was measured using indicators of Body Mass Index (BMI). This study aims to determine what factors
associated with nutritional status in Tarung Derajat Aceh athletes. Methods: This research categorised as
observational analytic and using cross-sectional design. Data collection conducted through interview and
distributing questionnaires. The sample is the entire population-all Tarung Derajat Aceh athletes that has
entered Training Center (TC) period total up to 51 people. The statistical used is the chi-square test and
univariate and bivariate analysis. Results: The results showed that Tarung Derajat Aceh athletes’ nutritional
statuses are 13.7% underweight, 74.5% normal nutritional status, and 11.8% respondents with obese nutritional
status. Based on univariate analysis, there are 47.1% athletes with wrong dietary habit, 33.3% athletes
performing heavy physical activities, 23.5% atheletes performing light activities, 43.1% athelets with poor
nutrition knowledge, 29.4% athelets with less exercise intensity meanwhile, 25.5% atheletes with heavy exercise
intensity. Based on bivariate results, indicated that there is a relationship between diet (p-value 0.040), physical
activity (p-value 0.031), nutritional knowledge (p-value 0.016) and intensity of exercise (p-value 0.043) with
nutritional status of athletes. Suggestion: The organization committee and coaches of Tarung Derajat Aceh
athletes should give more attention to athletes’ diet based on their needs, the number of calories consumed and
regular schedule can help for better of nutrition, and conduct nutritional counseling involving athletes and
coaches to improve knowledge about nutrition.
Keyword: Athlete Nutrition, Diet, Physical Activity, Nutrition Sciences, and Intensity Exercise.
Tabel 1. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, Pengetahuan Gizi, Intensitas Latihan
dengan Status Gizi
Status Gizi
Variabel Kurus Normal Gemuk
F % p-value
n % n % n %
Pola Makan
1 Benar 5 20.8 14 58.4 5 20.8 24 100
0.040
2 Salah 2 7.4 24 88.9 1 3.7 27 100
Aktivitas Fisik
1 Ringan 2 16.7 6 50 4 33.3 12 100
2 Cukup 1 4.5 20 91 1 4.5 22 100 0.031
3 Berat 4 23.5 12 70.6 1 5.9 17 100
Pengetahuan Gizi Atlet
1 Kurang 5 22.7 12 54.6 5 22.7 22 100
0.016
2 Baik 2 6.9 26 89.7 1 3.4 29 100
Intensitas Latihan
1 Ringan 4 26.7 7 46.6 4 26.7 15 100
2 Cukup 1 4.3 21 91.4 1 4.3 23 100 0.043
3 Berat 2 15.4 10 76.9 1 7.7 13 100
ABSTRAK
Latar Belakang: Kekurangan energi protein (KEP) di provinsi Aceh tahun 2013 diperoleh 21.52%, serta
prevalensi anak pendek mencapai sebesar 36.5%. Kader mempunyai peran strategis melalui kegiatan
pemantauan pertumbuhan anak di posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Sehingga diperlukan pelatihan bagi kader
dengan modul pendamping KMS untuk menentukan interpretasi hasil penimbangan anak di posyandu.
Penelitian bertujuan menilai efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping KMS terhadap ketepatan
kader dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita. Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik
menggunakan desain Quasi Experimental dengan pendekatan pretest posttest non equivalent group,
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah selama 2 bulan (Februari-Maret 2015). Sampel
merupakan kader puskesmas berjumlah 40 orang (20 perlakuan dan 20 kontrol) yang diambil secara acak. Data
dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan statistik R-Cmdr
terhadap analisis deskriptif dan analisis inferensial (T-test) pada CI 95%. Hasil: Hasil penelitian diketahui
pelatihan mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan ketepatan kader (p = 0.000) dalam melakukan
interpretasi data. Selanjutnya, pelatihan dengan modul KMS lebih efektif dalam meningkatkan ketepatan kader
dibandingkan pelatihan tanpa modul. Kesimpulan: Pelatihan dengan modul pendamping KMS mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan ketepatan kader. Pelatihan ini mempunyai efektifitas yang lebih baik
dibandingkan pelatihan tanpa modul.
ABSTRACT
Background: Protein-energy malnutrition (PEM) in the province of Aceh in 2013 was obtained 21:52%, and
the prevalence of short children reached 36.5%. Health cadre has a strategic role by monitoring the growth of
children in Posyandu (integrated service post). Therefore, training for cadres with KMS companion module is
required to determine the interpretation of results of weighing children in posyandu. The research goal is to
assess the effectiveness of training on the use of KMS companion module on the accuracy of cadres in
interpreting the results of a child's weight. Methods: Research using Quasi-Experimental design approach with
pretest posttest non equivalent group in Darul Imarah Health Center (puskesmas) for 2 months (February-
March 2015). Samples are cadres of community health centers total up to 40 respondents (20 treated and 20
controls) were taken randomly. Data was collected through interview by distributing questionnaire and was
analyzed statistically using R-Cmdr for descriptive analysis and with inferential (T-test) at CI 95%. Results:
The results revealed thar training had significant influence in improving the accuracy of cadres (p = 0.000) in
interpreting the data. Furthermore, training with KMS module is more effective in improving accuracy
compared cadre training without KMS module. Conclusion: Training with KMS companion module has an
effect in improving the accuracy of cadres. This training has better effectiveness than training without modules.
Analysis of Factors Related to the Level of Midwife Compliance in Ante Natal Care
Service Standards
ABSTRAK
Latar Belakang: Pengukuran kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatalcare (ANC) sebagai wujud
penilaian kinerja dan mutu pelayanan ANC perlu dilakukan. Hipotesisnya semakin patuh bidan pada standar
ANC, semakin tinggi mutu pelayanan ANC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan
bidan desa di Puskesmas Indrajaya dan Puskesmas Peukan Baro di Kabupaten Pidie pada standar pelayanan
ANC dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan desa. Metode: Penelitian menggunakan
metode penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 514 bidan desa dan 514 ibu hamil di
Puskesmas Indrajaya dan 570 bidan dan 570 ibu hamil di Puskesmas Peukan Baro. Sampel yang diambil
sebanyak 58 bidan desa dan 58 ibu hamil di kecamatan Indrajaya dan 59 bidan desa dan 59 ibu hamil di
kecamatan Peukan Baro sampai dengan Maret 2016 dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Hasil: Terdapat 39.6% bidan desa yang patuh di Puskesmas Indrajaya dan sebanyak 61% bidan di Puskesmas
Peukan Baro. Hasil uji statistik bivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
kepatuhan bidan desa (p-value = 0.00), sebaliknya variabel yang lain (pelatihan, supervisi, utilitas fasilitas,
persepsi, dan motivasi) tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan bidan. Kesimpulan: Tingkat kepatuhan
bidan dalam menerapkan standar ANC di Puskesmas Kecamatan Indrajaya dan Puskesmas Kecamatan Peukan
Baro masih rendah. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan desa dalam pelayanan ANC di wilayah
kerja dua puskesmas tersebut adalah pengetahuan.
ABSTRACT
Tabel 1. Tingkat Kepatuhan Bidan Desa orang (39,6%) yang melaksanakan 8T, 9T
dalam Pelayanan ANC dan 10T, di Puskesmas Peukan Baro
sebanyak 36 orang (61%) yang
Kecamatan Kecamatan melaksanakan 8T, 9T, dan 10T. Berarti
Pelayanan Indrajaya Peukan Baro Total umumnya bidan di kedua puskesmas
ANC
Jumlah % Jumlah % tersebut belum patuh menerapkan standar
pelayanan ANC. Hasil penelitian ini sejalan
4T 3 5.2 0 0 3
5T 5 8.6 4 6.8 9
dengan hasil penelitian (Guspianto, 2012)
6T 12 20.7 3 5.1 15 yang menunjukkan bahwa tingkat
7T 15 25.9 16 27.1 31 kepatuhan bidan di desa terhadap standar
8T 13 22.4 22 37.3 35 layanan ANC masih rendah (74.28%).
9T 9 15.5 12 20.3 21 Pelayanan antenatal adalah pelayanan
10T 1 1.7 2 3.4 3 kesehatan selama masa kehamilan seorang
ibu yang diberikan sesuai dengan Pedoman
Sementara itu, untuk hasil analisis pelayanan antenatal yang telah ditentukan.
faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat kepatuhan bidan dapat dilihat pada Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat
Tabel 2. Hasil analisis multivariat Kepatuhan Bidan Desa dalam Pelayanan
menunjukkan ada 1 (satu) variabel model ANC
ini mempunyai p-value (sig) di bawah
0.05 yaitu variabel pengetahuan. Artinya Hasil penelitian menunjukkan adanya
dari semua variabel yang diteliti, hanya hubungan antara pengetahuan dengan
variabel pengetahuan yang berpengaruh kepatuhan bidan desa di Puskesmas
secara signifikan dengan kepatuhan bidan Indrajaya Kabupaten Pidie dalam pelayanan
desa terhadap standar pelayanan ANC di ANC (OR = 5.21; 95% CI; 2.30–11.82).
Puskesmas Indrajaya dan Puskesmas Hasil penelitian di Puskesmas Indrajaya
Peukan Baro. kabupaten Pidie sesuai dengan hipotesis
penelitian, menyatakan bahwa pengetahuan
Tabel 2. Analisis Multivariat Regresi bidan berhubungan dengan kepatuhan bidan
Logistik Antara Pengetahuan dan desa dalam pelayanan ANC. Terdapatnya
Pelatihan dengan Kepatuhan Bidan hubungan antara pengetahuan dengan
Desa Terhadap Standar Pelayanan kepatuhan bidan desa di Puskesmas
ANC. Indrajaya kabupaten Pidie sejalan dengan
studi Luo Y. dkk. Di China8 yang
Std. membuktikan bahwa dengan meningkatnya
Variabel OR Z P>Z 95% CI pemahaman terhadap standar pelayanan
Error
Pengetahuan 5.86 2.54 4.08 0.00 2.51 - 13.72 melalui pelatihan quality assurance akan
efektif meningkatkan kepatuhan terhadap
Pelatihan 2.35 1.04 1.94 0.053 0.98 - 5.61 standar pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. BPS, 2008
2. Bappenas., Peraturan Presiden No 5
Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional, Jakarta:
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional; 2014.
3. Depkes, 2008
4. UNICEF, Taking Stock of Maternal:
Newborn,and child Survival; 2010.
5. WHO, 2013.
6. Dinkes Pidie, 2015.
7. Puskesmas Indrajaya dan Peukan Baro,
2015.
8. Luo Y., He. dan G.P, Zhouw, J.W.,
Factors Impacting compliace with
standard precaution, Journal,
Department of Clinical Nursing,
Hunan: Province, China; 2010.
9. Yuliana, Faktor yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Petugas
Terhadap Standar Antenatal Care
(ANC) di 6 Puskesmas Pelaksana
QA di Kabupaten Bekasi Jawa
Barat [Tesis], Program Pasca Sarjana
FKM-UI: Depok; 2000.
10. Bukhari, S.Z. dan Hussain, W.M.,
Hand Hygene Compliace Rate
Among Healthcare Professionals,
Saudi Med Journal, Makkah:
Kingdom of Saudi Arabia; 2011.
11. Nazvia, 2014.
12. Guspianto., Determinan Kepatuhan
Bidan di Desa terhadap Standar
Ante Natal Care Muaro Jambi,
2012.
Analysis of Risk Factors of Abortion in the Mother and Children's Hospital Aceh
ABSTRAK
Latar belakang: Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi, sebelum kehamilan 20 minggu berat badan
kurang dari 500 gram. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi faktor risiko kejadian abortus di Rumah Sakit Ibu dan
Anak. Metode penelitian: Deskriptif analitik dengan rancangan penelitian case-control. Kelompok kasus adalah
ibu hamil yang kurang dari 20 minggu yang mengalami abortus. Sedangkan kelompok kontrol yaitu ibu hamil yang
kurang dari 20 minggu yang tidak mengalami abortus. Hasil penelitian: Secara bevariat, faktor yang signifikan
yang ditemukan untuk abortus adalah variabel berikut: usia ibu kurang 20 tahun dan lebih 35 tahun (OR = 3.5;
95% CI: 1.2-10.2), paritas ibu lebih dari 4 orang (OR = 5.0; 95% CI: 2.1-12.0), jarak kehamilan kurang dari 2
tahun (OR = 3.9; 95% CI: 1.5-10.5), penggunaan kontrasepsi (OR = 2.3; 95% CI: 1.1-4.8), kehamilan yang tidak di
inginkan (OR = 3.2; 95% CI: 1.5-6.6), riwayat keguguran (OR = 3.7; 95% CI 1.2-1.0), pendidikan (OR = 3.0; 95%
CI: 1.4-6.5), pekerjaan (OR = 3.1; 95% CI 1.5-6.5), dan penggunaan obat-obatan (OR = 3.1; 95% CI 1.5-6.5). Pada
multivariat faktor yang signifikan adalah paritas ibu (OR = 7.7; 95% CI: 1.3-45.6). Kesimpulan: Penelitian ini
menunjukkan faktor risiko terjadinya abortus yaitu usia ibu, paritas, jarak kehamilan, penggunaan kontrasepsi,
kehamilan yang tidak di inginkan, riwayat abortus yang lalu, pendidikan, pekerjaan, dan ibu yang menggunakan
obat-obatan. Perlu dilakukan promosi pendidikan kesehatan dengan memberi penyuluhan dan pelayanan
kebidanan yang optimal.
ABSTRACT
Background: Abortion is an expense the products of conception, fertilization before 20 weeks gestation
weighing less than 500 grams. The objective is to identify risk factors of abortion in the Mother and Children's
Hospital. Methods: Descriptive analytic case-control study design. The case group was pregnant women less
than 20 weeks experienced abortion. The control group was pregnant women less than 20 weeks does not
undergo abortion. Results: Based on bivariate analysis, significant factors found to abortion are the following
variables: maternal age less than 20 years old and over 35 years (OR = 3.5; 95% CI: 1.2-10.2), maternal parity
over 4 people (OR = 5.0; 95% CI: 2.1-12.0), spacing pregnancies less than 2 years (OR = 3.9; 95% CI: 1.5-
10.5), the use of contraceptives (OR = 2.3; 95% CI: 1.1-4.8), unwanted pregnancy (OR = 3.2; 95% CI: 1.5-6.6),
a history of miscarriage (OR = 3.7 95% CI: 1.2-1.0), education (OR = 3.0, 95% CI: 1.4-6.5), work (OR 3.1,
95% CI: 1.5-6.5), the use of drugs (OR 3.1, 95% CI: 1.5 - 6.5). In multivariate the significant factor is the parity
of mothers (OR = 7.7, 95% CI: 1.3-45.6). Conclusions: This study showed that the risk factors of abortion are:
maternal age, parity, spacing pregnancies, contraception, unwanted pregnancy, abortion past history,
education, employment, and women who use drug. It is recommended to promote health education by providing
counseling and to optimize midwifery services.
Tabel 1. Usia Ibu Hamil di Rumah Sakit di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Abortus
Odd Ratio
Usia Ya Tidak Total p-value
(95 % CI)
F % F %
20-35 tahun 59 80 69 93 128 1
< 20 dan > 35 tahun 15 20 5 7 20 3.5 (1.2-10.2) 0.022
Jumlah 74 100 74 100 148
Sumber data primer tahun 2015
Abortus
Odd Ratio
Faktor Resiko Ya Tidak Total p-value
F % F % (95 % CI)
Paritas:
2-4 orang 46 38 66 89 112 1
> 4 orang 28 62 8 11 36 5.0 (2.1-0.00) 0.001
Jumlah 74 100 74 100 148
Jarak kehamilan:
> 2 tahun 55 74 68 92 123 1
< 2 tahun 19 26 6 8 25 3.9 (1.5-10.5) 0.007
Jumlah 74 100 74 100 148
Penggunaan kontrasepsi:
Ya 45 61 58 78 103 1
Tidak 29 39 16 22 45 2.3 ( 1.1-4.8) 0.022
Jumlah 74 100 74 100 148
Kehamilan tidak
diinginkan:
Ya 41 55 59 80 100 1
Tidak 33 45 15 20 48 3.2 (1.5-6.6) 0.002
Jumlah 74 100 74 100 148
Menikah:
Menikah 68 92 69 93 137 1
Tidak Menikah 6 8 5 7 11 1.2 (0.4-4.2) 0.754
Jumlah 74 100 74 100 148
Pendapatan:
> Rp. 3.000.000 40 54 42 57 82 1
< Rp. 3.000.000 34 46 32 43 66 1.1 (0.6- 2.1) 0.741
Jumlah 74 100 74 100 148
Penggunaan obat-obatan:
Tidak 56 76 69 93 125 1
Ya 18 24 5 7 23 4.43(1.5-12.7) 0.005
Jumlah 74 100 74 100 148
Sumber data primer tahun 2015
Tabel 3. Hubungan Faktor Riwayat Abortus yang Lalu, serta Faktor Pendidikan
dengan Kejadian Abortus
Abortus
Ya Tidak OR
Faktor Resiko Total p-value
( 95 % CI )
F % F %
Riwayat Abortus:
Tidak pernah 61 82 70 95 131 1
Pernah 13 17 4 5 17 3.7 (1.2-12.0) 0.028
Jumlah 74 100 74 100 148
Pendidikan:
Tinggi 29 39 13 18 42
Rendah 45 61 61 82 106 3.3 (1.4 -6.5) 0.004
Jumlah 74 100 74 100 148
Sumber data primer tahun 2015
Quality of life of Breast Cancer Patients in the Mother and Children's Hospital Aceh
ABSTRAK
Latar Belakang: Jumlah kunjungan utilisasi penderita kanker payudara di Aceh terus meningkat tahun 2013
berjumlah 1.500 jiwa, tahun 2014 berjumlah 1.680 jiwa dan untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) pada
tahun 2015 kunjungan dengan utilisasi tercatat mencapai 1.800 jiwa penderita kanker payudara. Tujuan
penelitian untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup penderita kanker payudara stadium dini dan stadium
lanjut. Metode: Desain penelitian kuantitatif dengan kuesioner yang diadopsi penuh dari WHOQOL-Bref
dengan accidental sampling mendapat 100 responden. Hasil: Hanya aspek fisik dengan p-value 0.001 yang
menunjukkan ada perbedaan kualitas hidup penderita kanker payudara stadium dini dan lanjut. Sedang aspek
lainnya: psikologis dengan (p-value 0.675), sosial (p-value 0.020), dan lingkungan (p-value 0.013) menunjukkan
tidak ada perbedaan antara kualitas hidup penderita kanker payudara stadium dini dan lanjut. Saran: Hendaknya
penderita kanker payudara yang datang berobat ke RSIA dapat didampingi oleh suami atau keluarga terdekat
sebagai tanda dukungan moril saat melakukan kunjungan berobat.
ABSTRACT
Background: The number of visits of breast cancer patients in Aceh continued to increase in 2013 amounted to
1.500 people, in 2014 amounted to 1.680 people and in the Mother and Children's Hospital Aceh (RSIA) the
total visit carrying up to 1800 lives of breast cancer patients in 2015only. The aim of this research is to
determine the differences of life quality between early breast cancer and advanced stage. Methods: This study
used a quantitative research design by using fully adaptation questionaires from WHOQOL-Bref and through
accidental sampling method collected total of 100 respondents. Results: Only the physical aspects with p-value
of 0.001 showed differences in the quality of life of patients from early breast cancer and advanced stage. While
other aspects: psychological (p-value 0.675), social (p-value 0.020), and environmental (p-value 0.013) showed
no difference between the quality of life of patients with early breast cancer and advanced. Recommendation:
Breast cancer patients who come for treatment to RSIA should be accompanied by their husband as a support
while facing cancer treatment.
Tabel 1. Distribusi Run Tes Penderita Kanker Payudara Stadium Dini dan Stadium
Lanjut dari Aspek Fisik, Psikologis, Sosial, dan Lingkungan
Dari aspek psikologis, Mean Ranks penderita kanker payudara stadium dini
untuk kualitas hidup penderita kanker dan stadium lanjut dinilai dari aspek
payudara stadium dini adalah 50.87 kesehatan psikologis, yaitu: p-value
dengan Sum of Ranks 2.492 sedangkan sebesar .675 maka maka aspek psikologis
Mean Ranks untuk stadium lanjut adalah tidak memiliki hubungan dengan kualitas
50.15 dengan Sum of Ranks 2.557. Artinya hidup penderita kanker.
tidak ada perbedaan kualitas hidup antara
Tabel 2. Distribusi Nilai Rank untuk Melihat Perbedaan Kualitas Hidup Penderita
Kanker Payudara Stadium Dini dan Lanjut
Dari aspek hubungan sosial, Mean 50.55 dan Sum of Ranks 2.578. Artinya
Ranks untuk kualitas hidup penderita tidak ada perbedaan kualitas hidup antara
kanker payudara stadium dini adalah 50.45 penderita kanker payudara stadium dini
dan Sum of Ranks 2.472. sedangkan Mean dan stadium lanjut dinilai dari aspek
Ranks untuk kualitas hidup penderita hubungan sosial, yaitu: p-value kategori
kanker payudara stadium lanjut adalah aspek sosial sebesar 0.020 maka aspek
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke merupakan masalah kesehatan masyarakat utama saat ini dan semakin menjadi
masalah serius yang dihadapi hampir di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan serangan stroke yang mendadak
dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental. Ditambah lagi saat ini stroke cenderung merambah
usia produktif. Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan studi epidemiologi analitik observasiona
dengan desain case-control 1:1 untuk mencari faktor risiko stroke pada usia produktif. Jumlah sampel untuk faktor
risiko stroke adalah 116 responden terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
terdapat 5 variabel yang berhubungan secara bermakna: Pola Makan (OR = 6.33; 95% CI: 2.82-14.19; p =
0.0001), Merokok (OR = 3.11; 95% CI: 1.45-6.63; p = 0.003), Olahraga (OR = 4.69; 95% CI: 2.12-10.35; p =
0.0001), Jenis kelamin (OR = 2.93; 95% CI: 1.37-6.28; p = 0.006), dan Diabetes Mellitus (OR = 4.56; 95% CI:
2.09-9.96; p = 0.0001). Hasil analisis multivariat diperoleh variabel yang paling berhubungan adalah Pola
Makan (OR = 18.17; 95% CI: 4.81-68.55; p = 0.0001), Merokok (OR = 7.65; 95% CI: 2.23-26.22; p = 0.001),
Olahraga (OR = 7.79; 95% CI: 2.41–25.21; p = 0.001), dan Diabetes Mellitus (OR = 13.30; 95% CI: 3.60-49.16;
p = 0.0001). Saran: Diharapkan dengan menjaga pola makan yang sehat, rutin melakukan olahraga, tidak
merokok, dan menjaga kadar gula darah dapat membantu mencegah terjadinya stroke pada usia produktif.
ABSTRACT
Background: Stroke is a major public health problem today and increasingly becoming a serious problem faced
by nearly the whole world. This is because the sudden stroke can result in death, physical and mental disability.
Especially now, stroke is tend to reach reproductive age. Methods: The design of this study used epidemiologic
observational analytic study with case control design 1:1 to look for risk factors for stroke in productive age.
Number of sample for stroke risk factors is 116 respondents consisted of 58 cases and 58 controls. Results: The
results showed 5 variables have significantly related with stroke: Diet (OR = 6.33; 95% CI: 2.82-14.19; p =
0.0001), Smoking (OR = 3.11; 95% CI: 1.45-6.63; p = 0.003), Exercise (OR = 4.69; 95% CI: 2.12-10.35; p =
0.0001), Gender (OR = 2.93; 95% CI: 1.37-6.28; p = 0.006), and Diabetes Mellitus (OR = 4.56; 95% CI: 2.09-
9.96; p = 0.0001). Furthermore, obtained from multivariate analysis shows that the most variables related with
stroke: Diet (OR = 18.17; 95% CI: 4.81-68.55; p = 0.0001), Smoking (OR = 7.65; 95% CI: 2.23-26.22; p =
0.001), Exercise (OR = 7.79; 95% CI: 2.41-25.21; p = 0.001), and Diabetes Mellitus (OR = 13.30; 95% CI:
3.60-49.16; p = 0.0001). Recommendations: Hopefully by maintaining a healthy diet, regular exercise, not
smoking, and keeping blood sugar levels can help prevent the occurrence of stroke in productive age.
Epidemiologi 121
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
PENDAHULUAN yang tidak sedikit untuk perawatannya5.
Menurut Riset Kesehatan Dasar6,
Stroke atau cerebrovascular accident angka kejadian stroke di Aceh pada tahun
merupakan masalah kesehatan yang utama 2013 yaitu 10.5 per 1000 penduduk.
bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa Angka kejadian stroke ini masih tinggi dan
ini, stroke semakin menjadi masalah serius sangat dikhawatirkan apabila sebagian di
yang dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal antaranya diderita oleh masyarakat yang
tersebut dikarenakan serangan stroke yang masih berusia produktif, hal ini dapat
mendadak dapat mengakibatkan kematian, meningkatkan angka kemiskinan dan
kecacatan fisik dan mental baik pada usia menurunnya produktivitas.
produktif maupun usia lanjut1. Berdasarkan data yang peneliti peroleh
Indonesia menduduki urutan tertinggi di rekam medik Rumah Sakit Umun dr.
di dunia dengan angka kejadian stroke. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh,
Dilaporkan bahwa angka yang terkena didapatkan bahwa penambahan kasus baru
stroke semakin meningkat dan merambah pasien dengan penyakit stroke di
ke yang lebih muda dari pada sebelumnya. Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum dr.
Stroke juga merupakan penyebab utama Zainoel Abidin sebanyak 5.202 orang
kematian penduduk Indonesia pada semua dan 3.707 orang di antaranya dialami oleh
golongan umur, jumlahnya mencapai yang berusia produktif (15-64 tahun).
15.4% dari seluruh kematian penduduk2. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, sejak
Dilaporkan 8.3 per 1000 penduduk tahun 2011 sampai 2015: 724 orang pasien
Indonesia telah terkena stroke pada tahun stroke kasus baru pada tahun 2011, 739
2007 dan meningkat menjadi 12.1 per orang pada tahun 2012, 694 orang pada
1000 penduduk pada tahun 2013, tahun 2013, 982 orang pada tahun 2014
sedangkan angka kejadian stroke pada usia dan 568 orang pada tahun 2015. Angka
produktif (15-64 tahun) yang telah kejadian stroke kasus baru ini memang
didiagnosa medis dan gejala sebesar tidak menunjukkan peningkatan secara
62.6%3. signifikan per tahunnya, akan tetapi dapat
Menurut Laporan Nasional Riset kita lihat bahwa jumlah kasus baru dengan
Kesehatan Dasar4, proporsi penyebab penyakit stroke pada usia produktif cukup
kematian stroke pada usia produktif banyak dalam 5 tahun terakhir, belum lagi
menurut tipe daerah perkotaan dan dengan pasien lama menderita stroke yang
pedesaan pada usia (15-44 tahun) terus berobat ulang, maka jumlah pasien
merupakan penyebab kematian urutan stroke di Poliklinik Saraf RSUZA Banda
ketujuh di perkotaan yaitu (4,2%) dan Aceh terus bertambah.
urutan kedelapan di pedesaan (3.7%).
Sedangkan pada usia (45-54 tahun) METODE PENELITIAN
merupakan penyebab kematian pertama di
perkotaan (15.9%) dan penyebab kematian Penelitian ini dilaksanakan di
kedua di pedesaan (11.5%). Pada rentang Poliklinik Saraf RSUZA, Banda Aceh.
usia (55-64 tahun) merupakan penyebab Pengumpulan data dilakukan mulai
pertama kematian di perkotaan maupun di tanggal 5 Agustus-19 Agustus 2016.
pedesaan, sebanyak (26.8%) dan (17.4%). Rancangan penelitian yang digunakan
Berbagai penyakit yang menyerang adalah studi epidemiologik Analitik
usia produktif dapat mempengaruhi Observasional dengan desain case control
sumber daya manusia Indonesia. Apabila study yang bertujuan untuk mengetahui
di usia produktif telah terserang penyakit hubungan stroke dengan faktor risiko
berbahaya seperti stroke, maka secara penyebab stroke pada usia produktif,
langsung akan mempengaruhi aktivitas dengan perbandingan 1:1. Penyetaraan
kerja, waktu kerja yang terbuang dan biaya (matching) dengan kasus dilakukan pada
Epidemiologi 122
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
saat pemilihan kelompok kontrol dalam responden. Analisis data yang dilakukan
hal ini karakteristik umur. secara univariat, bivariat, dan multivariat.
Besar sampel didasarkan pada hasil
perhitungan sampel yang diperkenalkan HASIL
oleh Lameshow. Berdasarkan hasil
perhitungan, maka didapatkan besar Hasil analisis multivariat diperoleh
sampel sebesar 116 responden, terdiri dari variabel yang paling berhubungan dengan
58 kasus usia produktif dan 58 kontrol usia kejadian stroke pada usia produktif adalah
produktif. Unit analisis dalam penelitian Pola Makan (OR = 18.17; 95% CI: 4.81-
ini adalah semua variabel independen yang 68.55; p = 0.0001), Merokok (OR = 7.65;
merupakan faktor risiko kejadian stroke 95% CI: 2.23-26.22; p = 0.001),
serta variabel dependen yaitu stroke pada Olahraga (OR = 7.79; 95% CI: 2.41-25.21;
usia produktif. Pengumpulan data p = 0.001), dan Diabetes Mellitus (OR =
menggunakan kuesioner dengan 13.30; 95% CI: 3.60-49.16; p = 0.0001).
wawancara serta pemeriksaan fisik berupa Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 1
pengukuran tinggi badan dan berat badan berikut:
Tabel 1. Analisis Bivariat dan Multivariat Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Usia
Produktif
Epidemiologi 123
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
PEMBAHASAN produktif dengan nilai p = 0.001 dan OR =
7.65. Sehingga merokok merupakan
Faktor Risiko Pola Makan dengan determinan penting terhadap kejadian
Kejadian Stroke pada Usia Produktif stroke pada usia produktif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hasil uji statistik diperoleh nilai Burhanuddin7, menunjukkan bahwa pasien
probabilitas (p-value 0.0001), yang berarti yang memiliki perilaku atau kebiasaan
ada hubungan yang signifikan antara pola merokok berisiko 2.68 kali mengalami
makan dengan kejadian stroke pada usia stroke pada dewasa awal (18 - 40 tahun)
produktif, dengan OR sebesar 6.33, artinya dibandingkan dengan pasien yang tidak
responden yang memiliki pola makan memiliki perilaku atau kebiasaan merokok.
kurang baik berisiko 6.33 kali mengalami Dengan nilai LL dan UL (95% CI: 1.475–
stroke pada usia produktif dibandingkan 4.895) dan bermakna secara statistik.
dengan responden yang memiliki pola
makan yang baik. Dari analisis multivariat Faktor Risiko Olahraga dengan
menunjukkan bahwa pola makan Kejadian Stroke pada Usia Produktif
merupakan variabel yang paling dominan
terhadap kejadian stroke pada usia Hasil uji statistik diperoleh nilai
produktif dengan nilai p = 0.0001 dan OR probabilitas (p-value 0.0001) yang berarti
= 18.17. ada hubungan yang signifikan antara
Penelitian ini sejalan dengan penelitian olahraga dengan kejadian stroke pada usia
sebelumnya yang dilakukan oleh produktif, dengan OR sebesar 4.69, artinya
Purwaningtiyas ,1
yang mengatakan responden yang tidak berolahraga berisiko
terdapat hubungan yang bermakna antara 4.69 kali mengalami stroke pada usia
konsumsi makanan tinggi lemak dan produktif dibandingkan dengan responden
kolesterol sebanyak (p = 0.000, OR = yang berolahraga. Analisis multivariat
6.655 dan LL-UL 2.925-15.139) yang menunjukkan bahwa tidak berolahraga
artinya seseorang yang selalu secara konsisten menunjukkan adanya
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan risiko terhadap kejadian stroke pada usia
kolesterol mempunyai risiko sebesar 6.655 produktif dengan nilai p = 0.001 dan OR =
kali terhadap kejadian stroke usia dewasa 7.79.
muda dibandingkan dengan seseorang Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang jarang mengkonsumsi makanan Purwaningtyias1, dalam penelitiannya
tinggi lemak dan kolesterol. dengan judul hubungan gaya hidup dengan
kejadian stroke usia dewasa muda (19 - 40
Faktor Risiko Merokok dengan tahun) mengatakan terdapat hubungan yang
Kejadian Stroke pada Usia Produktif bermakna antara aktivitas olahraga
sebanyak (p = 0.000; OR = 15.476 dan
Hasil uji statistik diperoleh nilai LL-UL 5.877-40.754) dengan kejadian
probabilitas (p-value 0.003) yang berarti stroke usia dewasa muda. Pudiastuti8
ada hubungan yang signifikan antara mengungkapkan bahwa faktor risiko
merokok dengan kejadian stroke pada usia perilaku yang dapat menyebabkan stroke
produktif, dengan OR sebesar 3.11, artinya adalah kurangnya berolahraga, merokok
responden yang memiliki perilaku (aktif dan pasif), mengkonsumsi makanan
merokok berisiko 3.11 kali mengalami tidak sehat, kontrasepsi oral, mendengkur,
stroke pada usia produktif dibandingkan narkoba, obesitas, dan stres.
dengan responden yang tidak merokok.
Pada analisis multivariat merokok juga
memberikan risiko yang konsisten
terhadap kejadian stroke pada usia
Epidemiologi 124
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Faktor Risiko Jenis Kelamin dengan diabetes mellitus berisiko 4.56 kali
Kejadian Stroke pada Usia Produktif mengalami stroke pada usia produktif
dibandingkan dengan responden yang tidak
Hasil uji statistik diperoleh nilai mengalami diabetes mellitus. Analisis
probabilitas (p-value 0.006) yang berarti multivariat yaitu uji regresi logistik
ada hubungan yang signifikan antara jenis menunjukkan bahwa mengalami penyakit
kelamin dengan kejadian stroke pada usia diabetes mellitus secara konsisten
produktif, dengan OR sebesar 2.93, artinya menunjukkan adanya risiko terhadap
responden yang memiliki jenis kelamin kejadian stroke pada usia produktif dengan
laki-laki berisiko 2.93 kali mengalami nilai p = 0.0001 dan OR = 13.30.
stroke pada usia produktif dibandingkan Junaidi1 mengatakan pentingnya
dengan responden yang berjenis kelamin menghindari faktor risiko stroke agar
wanita. Wiwit9 mengatakan penelitian terhindar dari stroke, seperti mendeteksi
menunjukkan bahwa pria lebih banyak kadar gula secara dini, apabila terdapat
terkena stroke daripada wanita, yaitu riwayat kencing manis dalam keluarga
mencapai 1.25 lebih tinggi. Namun justru ataupun ternyata telah mengidap kencing
lebih banyak wanita yang meninggal dunia manis agar segera melakukan pengobatan
karena stroke. Hal ini disebabkan pria secara teratur. Diabetes mellitus
umumnya terkena serangan stroke pada menyebabkan kadar lemak darah meningkat
usia muda. Sedangkan wanita sebaliknya, karena konversi lemak tubuh yang
terkena stroke yaitu saat usianya sudah tua. terganggu. Bagi penderita diabetes
peningkatan kadar lemak darah sangat
Faktor Risiko Obesitas dengan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
Kejadian Stroke pada Usia Produktif stroke.
Epidemiologi 125
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
kejadian stroke. 2016].
2. Kementrian Kesehatan, R.I. ‘Buletin
Saran jendela data dan informasi
kesehatan penyakit tidak menular’.
Bagi pemerintah, sangat penting untuk Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
mempertimbangkan determinan- 2012. Tersedia dari:
determinan penting terkait dengan <http://webcache.googleusercontent.com/s
kejadian stroke pada usia produktif dalam earch?q=cache:ZopwlEwbYckJ:www.d
menyusun rencana dalam menurunkan epkes.go.id/download.php%3Ffile%3D
angka kematian dan kecacatan masyarakat download/pusdatin/buletin/buletin-
Indonesia. ptm.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=i
Bagi keluarga pasien stroke, d> [3 April 2016].
diharapkan untuk dapat menambah 3. Adrian, J., Goldszmidt, M.D., Lous, R.,
wawasan serta pengetahuan tentang faktor dan Caplan, M.D., Esensial Stroke,
risiko kejadian stroke pada usia produktif Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:
sehingga lebih memperbaiki prognosis EGC; 2011.
penyakit yang dialami oleh pasien stroke. 4. Departemen Kesehatan, R.I., Laporan
Diharapkan ini dapat bermanfaat bagi Nasional Riset Kesehatan Dasar
peningkatan kesembuhan pasien stroke ke (Riskesdas) 2007, Jakarta: Badan
depan, sehingga pasien stroke Penelitian dan Pengembangan
dapat kembali menjalani kehidupan Kesehatan Depkes RI; 2007.
bermasyarakat secara sehat dan produktif. 5. Dourman, K., Waspadai Stroke Usia
Bagi perawat di Poliklinik Saraf, Muda, Jakarta: Cerdas Sehat; 2013.
diharapkan agar dalam memberikan 6. Departemen Kesehatan, R.I., Riset
perawatan di rumah sakit bagi pasien Kesehatan Dasar, Jakarta:
stroke, selain memberikan asuhan Badan Penelitian dan Pengembangan
keperawatan guna mempertahankan Kesehatan Departemen Kesehatan
keseimbangan fisiologis pada pasien yang Republik Indonesia; 2013.
berobat, perawat juga memberikan 7. Burhanuddin, M., ‘Faktor Risiko
penyuluhan dan pengetahuan tentang Kejadian Stroke pada Dewasa Awal
faktor risiko penyebab stroke kepada (18 – 40 Tahun) di Kota Makassar
keluarga pasien serta pasien lainnya yang Tahun 2010-2012; 2013. Tersedia dari:
belum terkena stroke, diharapkan akan <http://repository.unhas.ac.id/bitstream
meningkatkan pengetahuan pengunjung /handle/123456789/5426/MUTMAINN
poli saraf tentang faktor risiko stroke A%20B_FAKTOR%20RISIKO%20K
sehingga menjadi motivasi dan bekal EJADI AN_140613.pdf?sequence=1>
pengetahuan agar dapat menghindari [3 Januari 2016].
terserangnya penyakit stroke. 8. Pudiastuti, R.D., Penyakit Pemicu
Stroke, Yogyakarta: Nuha Medika;
DAFTAR PUSTAKA: 2011.
9. Wiwit, S., Stroke dan
1. Purwaningtiyas, P., Kusumawati, Y., penanganannya: Memahami,
dan Nugroho, F.S., ‘Hubungan Mencegah dan Mengobati,
Antara Gaya Hidup dengan Yogyakarta: Kata hati; 2013.
Kejadian Stroke Usia Dewasa Muda 10. Azwar, S., Metode Penelitian,
di RSUD dr. Moewardi Surakarta’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 11. Bhat, V.M., Cole, J.W., Sorkin, J.D.,
2014. Tersedia dari: Wozniak, M.A., Malarcher, A.M.,
<eprints.ums.ac.id/32390/16/NASKA Giles, W.H., dan Kittner, S.J. ‘Dose-
H%20PUBLIKASI.pdf> [8 Januari Response Relationship between
Epidemiologi 126
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Cigarette Smoking and Risk of Penelitian Kesehatan, (G. M. U. Press
Ischemic Stroke in Young Women’, Ed. Cetakan Pertama ed. Vol. Cetakan
Stroke; 2008. vol. 39, no. 9, p.p. 2439- Pertama), Yogyakarta: University of
2443; . Tersedia dari: Massachusetts; 1990.
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme 19. Mansjoer, A., Wardani, W.I., dan
d/18 703815>. [2 Februari 2016]. Setiowulan, W., Kapita Selekta
12. Budiarto, E. dan Anggraeni, D., Kedokteran, Cetakan Ketiga, Jakarta:
Pengantar Epidemiologi (Vol. Media Aesculapius; 2000
Cetakan 1), Jakarta: Penerbit buku 20. Mulyadi, E., '74.070 Warga Aceh
kedokteran EGC; 2003. Terserang Stroke', Serambi Indonesia;
13. Bunna, O.R.T., 'Analisis Faktor 6 Desember 2015.
Risiko Kejadian Stroke pada Usia 21. Notoatmodjo, S., Metodologi
Dewasa Produktif di Rumah Sakit Penelitian Kesehatan, Cetakan ketiga,
Umum Pusat dr. Wahidin Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
Sudirohusodo Kota Makassar tahun 22. Nursalam, Pendekatan Praktis
2012' [Tesis]. Makassar: Program Metodologi Riset Keperawatan,
Pascasarjana Universitas Hasanuddin; Jakarta: Info Medika; 2001.
2012. Tersedia dari: 23. Prishardoyo, B., Trimarwanto, A., dan
<https://repository.usd.ac.id/1390/2/1 Shodiqin, Ekonomi, Jakarta: Grasindo;
12114127_full.pdf>. [4 April 2016]. 2005
14. Bustan, M.N., Pengantar
Epidemiologi, Cetakan Kedua,
Jakarta: Rineka Cipta; 2006.
15. Ginsberg, L., Lecture Notes:
Neurologi (Vol. Edisi kedelapan),
Jakarta: Erlangga; 2008.
16. Jusman, R. dan Koto, F., ‘Faktor
Risiko Kejadian Stroke di RSUD
Undata Palu tahun 2011, EJurnal
Preventif FKIK; 2014. vol.1, no. 1,
Tersedia dari:
<http://webcache.googleusercontent.c
om/search?q=cache:qIiLHhiUAEAJ:j
urnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EPr
ev/article/vi
ew/2700/1817+&cd=1&hl=id&ct=cln
k& gl=id> [2 Maret 2016].
17. Kabi, G.Y., Tumewah, R., dan
Kembuan, M.A., ‘Gambaran Faktor
Risiko pada Penderita Stroke
Iskemik yang Dirawat Inap
Neurologi RSUP Prof. Dr. Rd
Kandou Manado Periode Juli 2012 -
Juni 2013’, e-CliniC; 2015. vol. 3, no.
1. Tersedia dari:
<http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
/eclinic/article/download/7404/6947>.
[November 2015].
18. Lameshow, S., Jr, D.W.H., dan
Janeileklar, Besar Sampel dalam
Epidemiologi 127
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
ABSTRAK
Latar Belakang: Para penderita gagal ginjal harus menjalani terapi dan salah satu alternatif pengobatan adalah
melalu terapi Hemodialisa (HD). Terjadi peningkatan signifikan pada jumlah pasien yang menjalan terapi HD di
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) di Banda Aceh. Tercatat pada tahun 2013 sebanyak 192 pasien,
2014 sebanyak 335 pasien dan 2015 meningkat menjadi 462 pasien. Pasien penyakit ginjal seringkali dihadapi
berbagai komplikasi yang berakibat semakin menurunnya kualitas hidup pasien tersebut. Tujuan penelitian ini
menganalisis kuesioner “Quality of Life” (WHOQOL-BREF) dari WHO untuk mengukur kualitas hidup pasien
HD di RSUZA. Metode: Desain penelitian adalah Statistical Equal Modeling (SEM) dengan data analisis
menggunakan AMOS 22. Populasi adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi HD di RSUZA pada
tahun 2015 (n= 462) dan total sampel sejumlah150 pasien dengan teknik pengambilan sampel secara simple
random sampling. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner langsung kepada responden. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setiap indikator pada variabel dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial,
dan dimensi lingkungan memenuhi kriteria yaitu nilai CR di atas 1.96 dengan p- value lebih kecil dari pada 0.05.
Terkecuali pada indikator “rasa sakit” dan “kebutuhan terapi” yang tidak memenuhi kriteria sehingga perlu
dihilangkan. Saran: Perlu menyosialisasikan kepada para pasien terapi HD pentingnya menjaga kulitas hidup
melalui kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial pasien dan kesehatan lingkungan sehingga kualitas hidup
pasien yang menjalankan terapi HD dapat menjadi positif.
Kata kunci: Dimensi, Kualitas Hidup, Gagal ginjal, dan Terapi Hemodialisa.
ABSTRACT
Background: The people with kidney failure must undergo therapy and one alternative treatment is through
therapy Hemodialysis (HD). There is a significant increasing number of patients who are running the HD
treatment in the General Hospital Zainoel Abidin (RSUZA) in Banda Aceh. In 2013 as many as 192 patients, as
many as 335 patients in 2014 and 2015 amounted to 462 patients. Kidney disease patients are often encountered
various complications that resulted in the declining their quality of life. The purpose of this study is to analysis
the questionnaire "Quality of Life" (WHOQOL-BREF) from WHO to measure the quality of life of patients with
HD treatment in RSUDZA. Methods: The study design is Statistical Equal Modeling (SEM) with data analysis
using AMOS 22. The population is patients with chronic renal failure undergoing HD treatment in RSUZA in
2015 (n = 462) which total sample are 150 patients through simple random sampling technique. Data were
collected by distributing questionnaires directly to respondents. Results: The results showed that each indicator
in variable physical dimension, psychological dimension, social dimension, and environmental dimensions meet
the criteria of value CR above 1.96 with a p-value less than 0:05. With the exception, "pain" and "therapeutic
needs" indicators does not meet the criteria therefore need to be deleted. Recommendations: Need to socialize
to patients of HD therapies the importance of maintaining quality of life through physical, psychological, social
relations and environmental health so that the quality of life of patients can turn into positive.
Epidemiologi 128
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
PENDAHULUAN menganalisis kuesioner WHOQOL-BREF
untuk digunakan dalam mengukur kualitas
Ginjal adalah organ tubuh yang sangat hidup pasien gagal ginjal yang sedang
penting. Namun, banyak orang yang tidak menjalankan terapi HD di Rumah Sakit
sadar untuk menjaganya sehingga ginjal Umum dr. Zainoel Abidin (RSUZA) di
menjadi tidak sehat dan bahkan terjadi kota Banda Aceh.
gagal ginjal1. Sebuah penelitian di
Indonesia mengungkapkan bahwa METODE PENELITIAN
sebanyak 6.2% dari populasi penduduk
Indonesia menderita gagal ginjal2. Para Penelitian ini adalah penelitian
penderita itu harus menjalani terapi dan deskriptif analitik dengan pendekatan
pengobatan yang memerlukan biaya besar3. kuantitatif, dimana variabel independen
Dari angka 6.2% tersebut, banyak dan variabel dependen dikumpulkan pada
penderita yang mengalami gagal ginjal saat bersamaan. Metode yang digunakan
kronik tahap lima4. dalam penelitian kuantitatif ini adalah
Ada beberapa terapi pengganti ginjal survei dengan menyebarkan kuesioner
yang dapat dijadikan sebagai alternatif langusng kepada responden. Kuesioner
pengobatan pasien yang mengalami gagal diadopsi penuh dari WHOQOL-BREF.
ginjal antara lain Hemodialisa (HD), Populasi pada penelitian ini adalah
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
(CAPD) transplanstasi ginjal1. terapi HD di RSUDZA selama tahun 2015
Transplantasi ginjal dan peritonial dialisis yaitu sebanyak 462 pasien8. Sedangkan
merupakan pilihan terapi pengganti ginjal total sampel sejumlah 150 pasien (atau
yang dapat dijadikan alternatif pengobatan. lebih dari 30% dari populasi). Teknik
Pasien penyakit ginjal seringkali pengambilan sampel secara simple random
dihadapi dengan berbagai komplikasi yang sampling. Menurut8 bahwa ukuran sampel
berakibat semakin menurunnya kualitas yang layak dalam penelitian antara 30-500
hidup orang tersebut 5. Kualitas hidup bisa responden.
dipandang dari segi subjektif dan obyektif. Desain analisis penelitian adalah
Dari segi subyektif merupakan perasaan Statistical Equal Modeling (SEM) dengan
senang dan puas atas segala sesuatu secara menggunakan AMOS 22. Untuk
umum, sedangkan secara obyektif adalah menganalisis kuesioner WHOQOL-BREF
perubahan psikiologis, pemenuhan pada kasus pasien gagal ginjal di RSUZA
tuntutan ekonomi, status sosial, dan di kota Banda Aceh maka penelitian ini
kesempurnaan fisik secara sosial atau menggunakan formula statistik Analisis
budaya6. Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor
Analysis/CFA).
WHO7 mengungkapkan bahwa kualitas
hidup dipengaruhi oleh 4 (empat) dimensi:
HASIL PENELITIAN
dimensi kesehatan fisik, dimensi kesehatan
psikologis, dimensi hubungan sosial, dan
Hasil Uji CFA: Model Awal
dimensi lingkungan. WHO telah membuat
kuesioner WHO Quality of Life-BREF
Pada Gambar 1 terlihat hasil uji CFA
(WHOQOL-BREF) untuk mengukur
yang menjelaskan hubungan indikator–
kualitas hidup masyarakat sejak tahun
indikator pada setiap dimensi pada model
19917. Kuesioner WHOQOL-BREF
awal. Dengan SEM dapat dilihat hubungan
mewakili empat dimensi tersebut dengan
indikator dan unobserved variabel
26 indikator.
(variabel laten) dalam Measurement Model.
Tujuan penelitian ini adalah
Epidemiologi 129
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Gambar 1
Loading factor yang digunakan untuk (loading factor 0.92). Dengan begitu,
mengukur konstribusi masing-masing semua indikator diikutsertakan pada proses
indikator bila nilainya di atas 0.3 maka analisa data selanjutnya.
dikatakan indikator itu representatif. Hasil
model pada Gambar 1 di atas Hasil Uji CFA: Model Akhir
menunjukkan bahwa dimensi fisik
(loading factor 0.65), dimensi psikologis Indikator dari variabel dimensi fisik
(loading factor -0.76), dimensi sosial yang mempunyai skor tertinggi adalah
(loading factor -0.29), dan dimensi “vitalitas yang cukup” sebesar 0.694.
lingkungan (loading factor 0.14). Artinya, indikator ini memberi kontribusi
Sedangkan kovarian dimensi fisik sebesar 69.4% terhadap dimensi fisik. Bila
dengan dimensi psikologis saling pasien gagal ginjal yang menjalani terapi
mempengaruhi (loading factor 1.00), HD ingin meningkatkan kualitas fisiknya,
kovarian dimensi psikologis dengan sosial maka indikator “vitalitas” harus mendapat
saling mempengaruhi (loading factor 0.72), prioritas utama dibandingkan indikator
kovarian dimensi sosial dengan dimensi lainnya.
lingkungan saling mempengaruhi (loading Indikator dari variabel dimensi
factor 0.60), kovarian dimensi sosial psikologis yang mempunyai skor tertinggi
dengan dimensi fisik saling mempengaruhi adalah “kebutuhan terapi” yaitu sebesar
(estimate loading factor 0.88), kovarian 0.859. Berarti indikator ini memberi
dimensi fisik dengan dimensi lingkugan kontribusi sebesar 85.9% terhadap dimensi
saling mempengaruhi (loading factor 1.02), psikologis. Pasien gagal ginjal yang
dan kovarian dimenesi psikologi dengan menjalani terapi HD bila ingin
dimensi lingkungan saling mempengaruhi
Epidemiologi 130
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
meningkatkan kualitas dimensi psikologis, prioritas utama dibandingkan indikator
maka “kebutuhan terapi” harus mendapat lainnya.
Gambar 2
Epidemiologi 131
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Evaluasi
Kriteria Indeks Ukuran Cut-off Value Hasil Analisis
Model
Default model di antara
saturated dan
CMIN 1.985 Baik
independence
Di atas 0,5 untuk NFI,
Baseline Comparisons Mendekati 1 Relatif Baik
IFI, TLI dan CFI
Pration, PNFI, PDCFI
Parsymony Adjusted Measures 0-1 Baik
berada di antara 0 – 1
Epidemiologi 132
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
medis, energi dan kelelahan, mobilitas,
rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan
istirahat agar kualitas hidup pasien
semakin baik.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Epidemiologi 133
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
ABSTRAK
Latar Belakang: Jumlah suspek HIV/AIDS yang melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di
RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli mengalami penurunan, yaitu 31 orang dari 72 kasus (43.05%) pada tahun 2013
dan menurun pada tahun 2014 menjadi 57 orang dari 150 (31.33%) serta pada tahun 2015 hanya sebanyak 49
orang dari 193 kasus (25.39%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku klien suspek HIV/AIDS
terhadap kesediaan (Intensi) melakukan VCT di RSUD Tgk. Chik Ditiro berdasarkan Teori Perencanaan
Perilaku. Metode: Metode quantitative research, menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah klien suspek HIV/AIDS yang melakukan VCT sebanyak 49
klien. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil pengumpulan data dianalisa dengan
menggunakan SEM dengan aplikasi AMOS. Hasil: pengujian model menampilkan bahwa Sikap berhubungan
dengan Intensi di mana terbukti dari loading factor >0.3 dengan nilai 0.46. Persepsi kontrol prilaku (PBC)
berhubungan dengan Intensi di mana terbukti dari loading factor >0.3 dengan nilai 0.66. Norma tidak
berhubungan Intensi di mana terbukti dari loading factor <0.3 dengan nilai -0.10. Kovarian Sikap dengan
Norma (loading factor >0.3 dengan nilai 0.33), kovarian Sikap dengan Persepsi (loading factor >0.3 dengan
nilai 0.67), kovarian Norma Subjektif dengan Persepsi (loading factor <0.3 dengan nilai 0.06). Kesimpulan:
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap pengukuran model lengkap empat konstruk laten sekaligus
yaitu Sikap, Norma Subjektif, PBC, dan Intensi maka dapat disimpulkan model dapat diterima.
ABSTRACT
Background: The number of people who allegedly (suspek) HIV/AIDS who are willing to do Voluntary
Counseling and Testing (VCT) at Tgk. Chik Ditiro General Hospital Sigli has decreased, from 31clients of 72
cases (43.05%) in 2013 and decline in 2014 into 57clients from 150 cases (31. 33%) as well as by 2015 only 49
clients from 193 cases (25.39%). This study aim is to know the behavior of suspected HIV/AIDS towards their
willingness (Intention) to do VCT in Tgk. Chik Ditiro General Hospital based on the Theory of Planned
Behavior. Methods: This study is categorized as quantitative research through correlation design with cross
sectional study. The population in this research is suspected HIV/AIDS that going through VCT as much as 49
clients. The instrument for data was collected by distributing questionnaires. The data were analyzed by using
SEM and AMOS applications. Results: Model test results showing that “Attitude” associated with “Intention”
with loading factor >0.3 and value of 0.46. Perception of control behavior (PBC) is associated with “Intention”
with loading factor >0.3 and value of 0.66. Norm is unrelated with “Intention” with loading factor <0.3 and
value of -0.10. The kovarian of Attitude is interconnected with Norm (loading factor > 0.3 with value of 0.33),
the kovarian of Attitude with Perception (loading factornya >0.3 with value of 0.67), and kovarian Subjective
Norm with Perceptions (loading factor 0.3< with value of 0.06). Conclusion: From the analysis that has been
done to measure the full model of four latents constructs: Attitude, Subjective Norms, PBC and Intention can
concluded that the model is acceptable.
Epidemiologi 134
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
PENDAHULUAN Sigli.
Menurut KPA kabupaten Pidie2, salah
Human Immunodeficiency Virus (HIV) satu faktor yang menyebabkan suspek
adalah virus penyebab Acquired Immune HIV/AIDS tidak melakukan VCT adalah
Deficiency Syndrom1. Sedangkan stigma dan dikriminasi dari masyarakat.
pengertian Acquired Immune Deficiency Kondisi ini menyebabkan suspek
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan HIV/AIDS yang ada di kabupaten Pidie
gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul merasa tertekan, malu dengan kondisi
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh penyakitnya dan kurang informasi tentang
manusia akibat infeksi virus HIV (CDC, penanganan HIV/AIDS.
2013). Tahun 2013 sebanyak 37.2 juta Berdasarkan peningkatan jumlah
penduduk dunia terinfeksi HIV. Angka suspek HIV/AIDS di kabupaten Pidie
kematian akibat HIV/AIDS pada tahun setiap tahun dan terjadinya penurunan
2013 adalah 1.7 juta jiwa1. Data dari jumlah suspek HIV/AIDS yang melakukan
Ditjend menyatakan bahwa di provinsi VCT di RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli,
Aceh jumlah kasus HIV pada tahun 2014 maka peneliti tertarik untuk mengetahui
sebanyak 131 kasus dan meningkat pada perilaku klien suspek HIV/AIDS terhadap
tahun 2015 menjadi 162 kasus. Sedangkan kesediaannya melakukan VCT.
jumlah penderita AIDS pada tahun 2014
adalah 165 orang dan meningkat pada METODE PENELITIAN
tahun 2015 menjadi 193 orang.
Kabupaten di provinsi Aceh yang Penelitian ini menggunakan metode
mengalami kenaikan jumlah kasus quantitative research. Desain yang
HIV/AIDS adalah kabupaten Pidie. digunakan adalah cross sectional study,
Jumlah penderita HIV/AIDS di kabupaten yaitu mempelajari hubungan atau kolerasi
Pidie pada tahun 2013 adalah 12 kasus dan antara faktor-faktor risiko dengan dampak
meningkat pada tahun 2014 menjadi 14 atau efeknya. Faktor resiko dan dampak
kasus serta tahun 2015 sebanyak 20 kasus2. atau efeknya diobsevasi pada saat yang
Fenomena tentang HIV/AID yang terjadi sama3. Desain ini dipilih dalam penelitian
di kabupaten Pidie saat ini adalah dari 193 tentang perilaku klien suspek HIV/AIDS
orang suspek HIV/AIDS yang terdata di terhadap kesediaan melakukan VCT di
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA, RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli karena
2015) kabupaten Pidie, hanya 49 orang penelitian ini bertujuan untuk melihat
(25.39%) yang rutin memanfaatkan pengaruh antara variabel-variabel dalam
Voluntary Counseling and Testing (VCT). Teori Perencanaan Perilaku (Theory of
Pengertian VCT menurut Centers for Planned Behaviour) terhadap kesediaan
Disease Control and Prevention (CDC) klien suspek HIV/AIDS melakukan VCT.
adalah kegiatan konseling yang Populasi dalam penelitian ini adalah
menyediakan dukungan psikologis, seluruh orang yang diduga (suspek)
informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, HIV/AIDS di kabupaten Pidie yang
mencegah penularan HIV, sedang melaksanakan VCT di RSUD Tgk.
mempromosikan perubahan perilaku yang Chik Ditiro di tahun 2015. Jumlah
bertanggung jawab, pengobatan populasi sebanyak 49 suspek5. Sementara
antiretroviral (ARV) dan memastikan itu, jumlah sampel sebanyak 46 orang dari
pemecahan berbagai masalah terkait total populasi 49 orang. Analisis data
dengan HIV/AIDS yang bertujuan untuk menggunakan program SEM (Structural
perubahan perilaku ke arah perilaku lebih Equation Modeling) dengan aplikasi
sehat dan lebih aman. Klinik VCT di program statistik AMOS.
kabupaten Pidie hanya terdapat di Rumah
Sakit Umum (RSUD) Tgk. Chik Ditiro
Epidemiologi 135
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
HASIL DAN PEMBAHASAN variabel Sikap (Attitude) adalah 0.24 >0.05,
Norma Subjektif (Subjective Norms) 0.09
Uji Normalitas >0.05, Persepsi kontrol prilaku/PBC
(Perception of control behavior) adalah
Hasil uji normalitas data dapat dilihat 0.08 >0.05, dan Intens (Intention) adalah
pada Tabel 1. Hasil uji normalitas data 0.47 >0.05, sehingga data seluruh variabel
menggunakan Shapiro-Wilk W Test untuk berdistribusi normal.
Uji Confirmatory Factor Analysis (CFA) itu, pada uji model selanjutnya indikator
x12 disisihkan.
Hasil uji CFA pada variabel Sikap
dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 3. Uji CFA pada Variabel Norma
Tabel 2, maka diketahui bahwa indikator Subjektif dan PBC
x1, x3, x4, x5 menunjukkan representatif
untuk mengukur variabel Sikap dengan Indikator Variabel Loading Factor
nilai loading factor >0.3. Indikator x2 x6 Norma 0.42
tidak representatif untuk mengukur x7 Subjektif
Norma 0.44
variabel Sikap karena memperoleh nilai x8 Subjektif
Norma 0.56
0.28 <03. Pada uji model selanjutnya x9 Subjektif
Norma 0.90
indikator x2 disisihkan dari pengukuran Subjektif
Norma
x10 0.70
model. Subjektif
x11 Norma 0.49
x12 Subjektif
Norma 0.29
Tabel 2. Uji CFA pada Variabel Sikap
x13 Subjektif
Norma 0.75
x14 Subjektif
Norma 0.90
Indikator Variabel Loading Factor
x15 Subjektif
Norma 0.89
x1 Sikap 0.48
x16 Subjektif
Norma 0.94
x2 Sikap 0.28
x17 Subjektif
Norma 0.77
x3 Sikap 0.96
x18 Subjektif
Norma 0.79
x4 Sikap 0.50
x19 Subjektif
PBC 0.73
x5 Sikap 0.52
Sumber: Data Primer (diolah Maret, 2016) x20 PBC 0.45
x21 PBC 0.64
Hasil uji CFA pada variabel Norma x22 PBC 0.74
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan x23 PBC 0.70
Tabel 3, maka diketahui bahwa indikator x24 PBC -0.11
x6, x7, x8, x9, x10, x11, x13, x14, x15, Sumber: Data Primer (diolah Maret, 2016)
x16, x17, x18 representatif untuk
mengukur variabel Norma dengan loading Berdasarkan Tabel 3, maka diketahui
factor lebih besar 0.3. Sementara indikator bahwa indikator x19, x20, x21, x22, x23
x12 tidak representatif karena memperoleh representatif untuk mengukur variabel
nilai loading factor 0.29 <03. Oleh karena PBC. Hal tersebut terbukti dari nilai
Epidemiologi 136
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
loading factor lebih besar 0.3. Indikator selanjutnya.
x24 tidak representatif karena memperoleh
nilai -0.11 <03. Pada uji model selanjutnya Hasil Uji Model: Model Awal
indikator x24 disisihkan dari pengukuran
model. Pengujian model menggunakan SEM
AMOS. Dari pengujian model didapatkan
Tabel 4. Uji CFA Variabel Intensi hasil CMIN/ DF sebesar 1.825. Nilai yang
direkomendasikan untuk menerima
Indikator Variabel Loading Factor kesesuaian sebuah model adalah
y1 Intensi 1.00 CMIN/DF ≤ 2.00.
y2 Intensi 6.86 Nilai RSMEA menunjukkan goodness
y3 Intensi 3.34 of fit yang diharapkan. Nilai ≤0.08
Sumber: Data Primer (diolah Maret, 2016) merupakan indeks agar model dapat
diterima. Dari model pada Gambar 1
Berdasarkan Tabel 4, maka diketahui menghasilkan nilai RSMEA sebesar 0.135
seluruh indikator y1, y2, dan y3 sehingga dapat disimpulkan fit model di
representatif untuk mengukur variabel atas tidak cukup baik. Oleh sebab itu perlu
Intensi dengan nilai estimate loading dilakukan pengujian model yang lebih
factor >0.3. Oleh karena itu, untuk baik dengan mengikuti saran modifikasi
variabel dependen Intensi, tidak ada (respesifikasi) model yang diberikan oleh
indikator yang disisihkan pada uji model AMOS dengan menggunakan folder
modification Indices I Covariances4.
Epidemiologi 137
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
mana nilai loading factor >0.3 dengan saling berhubungan di mana nilai estimate
nilai 0.67. Hasil model menampilkan loading factor <0.3 dengan nilai 0.06.
bahwa kovarian Norma dengan PBC tidak
Tabel 5. CMIN
Pada Tabel 6 didapatkan hasil GFI kesesuaian sebuah model adalah GFI ≤1.0.
sebesar 0.704. Nilai yang Dapat disimpulkan bahwa model ini dapat
direkomendasikan untuk menerima diterima.
Epidemiologi 138
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Table 7. Baseline Comparisons
Tabel 8. RMSEA
Epidemiologi 139
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
suspek HIV/AIDS dalam menjalani 10. Babbie E., The Basics of Social
konseling dan tes. Juga diperlukan Research, Cengage Learning; 2013.
peningkatan kemampuan petugas 11. CDC, Guideline for the Prevention
kesehatan dalam melakukan VCT melalui and Treatment of Oportunistic
pelatihan. Peneliti lainnya yang tertarik Infections in HIV-Infected Adults
melakukan penelitian tentang VCT pada and Adolescents, Tersedia dari:
suspek HIV/AIDS disarankan agar <www.cdc.gov2013> [Maret 2015].
memfokuskan pada kegiatan konseling dan 12. Conner M., Lawton R., Parker D.,
tes yang dilakukan. Chorlton K., Manstead A.S. dan
Stradling S., Application of the
DAFTAR PUSTAKA Theory of Planned Behavior to the
Prediction of Objectively Assessed
1. WHO, Scaling-up HIV Testing and Breaking of Posted Speed Limits,
Counseling Services: a Toolkit for British, Journal of Psychology; 2007.
Program Managers, Switzerland: vol. 98, no. 3, p.p. 429-453.
WHO Library Cataloguing-in- 13. Ditjen P. dan RI P.D., Laporan
Publication Data; 2005 Triwulan Situasi Perkembangan
2. KPA, Laporan Kasus HIV/AIDS, HIV/AIDS di Indonesia s/d 31
Provinsi Aceh: Komisi Desember 2009: Jakarta; 2015.
Penanggulangan AIDS; 2015. 14. Dyk A.V., HIV/AIDS; care and
3. Muijs D., Doing Quantitative counselling, South Africa: Pearson
Research in Education, 2nd ed, Education Ltd; 2008.
London: SAGE Publications; 2010 15. Febriana, Determinan keikutsertaan
4. Dachlan U., Panduan Lengkap Pelanggan Wanita Pekerja Seks
Structural Eqution Modeling, (WPS) dalam Program Voluntary
Semarang: Lentera Ilmu; 2014 Conseling and Testing (VCT),
5. Klinik VCT., Laporan Jumlah Kesehatan Masyarakat, No 8, Jurusan
Kunjungan VCT, Pidie: RSUD Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Tgk.Chik Ditiro Sigli; 2015 Ilmu Keolahragaan: Universitas
6. Abamecha. F dan Godesso. A. (eds), Negeri Semarang; 2013.
Predicting Intention to Use 16. Ferdinand A., Metode Penelitian
Voluntary HIV Counseling and Manajemen: Pedoman Penelitian
Testing Services among Health untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Professionals in Jimma, Ethiopia, Disertasi Ilmu Manajemen,
Using the Theory of Planned Semarang: Badan Penerbit Universitas
Behavior, Journal Multidisciplinary Diponegoro; 2006.
Health; 2013. vol. 6, p.p 399-407. 17. Green L.W., Manual for Scoring
7. Achmat Z., Theory of Planned Socioeconomic Status for Research
Behavior, Masihkah Relevan?, on Health Behavior, Public Health
Tersedia dari: Reports; 1970. vol. 85, no. 9, p.p. 815.
<http://zakarija.staff.umm.ac.id/files/2 18. KPA, HIV dan AIDS Sekilas
0, 2010;10:12> Pandang, 2nd ed, Jakarta: Komisi
8. Arikunto S., Pendekatan, Prosedur Penanggulangan AIDS; 2007.
Penelitian Suatu Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta; 2010.
9. Armitage C.J. dan Conner M.,
Efficacy of the Theory of Planned
Behaviour: A Meta‐analytic Review,
British Journal of Social Psychology;
2011. vol. 40, no. 4, p.p. 471-499.
Epidemiologi 140
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72– 153
ABSTRAK
Latar Belakang: Filariasis merupakan salah satu penyakit menular yang meskipun tidak mematikan tetapi dapat
menyebabkan kecacatan permanen sehingga menurunkan produktivitas. Terdapat peningkatan kasus filariasis di
Aceh. Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten dengan kasus filariasis terbanyak. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis faktor risiko kejadian filariasis di Aceh Jaya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain matched
case control 1:1. Kelompok kasus adalah semua pasien dengan filariasis, sementara kontrol adalah semua orang
yang tidak menderita filariasis. Sampel sebanyak 118 orang responden terdiri dari 59 kasus dan 59 kontrol. Hasil:
Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian filariasis adalah
“Lingkungan Fisik” yaitu Pemakaian Kawat Kasa OR = 4.13 (95% CI: 1.76-9.68), Konstruksi Dinding Rumah OR
= 3.94 (95% CI: 1.71-9.04), Konstruksi Plafon OR = 2.33 (95% CI:1.10-4.92), Genangan Air OR = 2.17 (95% CI:
1.03-4.59), dan Keberadaan Semak-semak OR = 4.97 (95% CI: 2.19-11.24), dan “Prilaku” yaitu Kebiasaan
Menggunakan Obat Nyamuk OR = 2.59 (95% 1.20-5.60). Dari analisis multivariat, faktor risiko yang paling
dominan adalah Konstruksi Dinding Rumah dengan OR= 3.69 (95% CI: 1.52-8, p-value 0.004) dan Keberadaan
Semak-semak dengan OR = 4.72; (95% CI: 2.01-11.06, p-value 0.000). Saran: Perlu dilakukan penelitian
selanjutnya mengenai faktor risiko filariasis mulai dari pemeriksaan vektor sampai dengan pemeriksaan darah
tepi pada malam hari sehingga dapat diidentifikasi jenis bddmikrofilaria yang terdapat di kabupaten Aceh Jaya.
ABSTRACT
Background: Filariasis is one of the infectious diseases that although not deadly but can cause permanent
disability resulting in lower productivity. There is an increase in cases of filariasis in Aceh and Aceh Jaya is
one of the districts with the most cases of filariasis. The purpose of this study was to analyze the risk factors of
filariasis in Aceh Jaya. Methods: This study design used a matched case control 1:1. The case group was all
patients with filariasis, while the controls are all people who do not suffer from filariasis. Total sample is 118
respondents consisting of 59 cases and 59 controls. Results: Bivariate analysis showed that the risk factors
associated with the incidence of filariasis are “Physical Environment” variable measured by the Use of Wire
Netting OR = 4.13 (95% CI: 1.76-9.68), House Wall Construction OR = 3.94 (95% CI: 1.71-9.04), Ceiling
Construction OR= 2.33 (95% CI: 1.10-4.92), Puddle Near House OR = 2.17 (95% CI: 1.03-4.59), Existence of
Bushes OR = 4.97 (95% CI: 2:19-11:24), and “Behavior” variable measured by the Using of Insect Repellent
OR = 2.59 (95% CI: 1.20-5.60). Results from multivariate analysis showed the most dominant risk factor are
House Wall Construction with OR = 3.69 (95% CI: 1.52-8, p-value 0.004) and Existence of Bushes with OR =
4.72 (95% CI: 2.01-11:06, p-value 0.000). Recommendations: Further research need to be done starting from
filariasis vectors inspection to peripheral blood examination so type of microfilariae in the district of Aceh
Jaya can be identified.
Epidemiologi 141
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72– 153
PENDAHULUAN Jaya pada tahun 2014 dari 62 orang
penderita hanya 77% yang mendapat
Filariasis atau penyakit kaki gajah pengobatan dari pelayanan kesehatan5.
adalah penyakit menular menahun yang Dengan semakin meningkatnya
disebabkan oleh cacing filaria yang dapat masyarakat yang menderita filariasis di
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk Aceh Jaya penting untuk mengetahui
antara lain nyamuk Mansonia, Anopheles, faktor-faktor risiko penyebab
Aedes, Culex, Armigeres1. Penyakit ini meningkatnya penyakit tersebut.
dapat merusak system limfe, menimbulkan
pembengkakan pada tangan, kaki, glandula METODE PENELITIAN
mammae, dan scrotum. Dapat juga
menimbulkan cacat seumur hidup serta Penelitian ini merupakan penelitian
stigma sosial bagi penderita dan kuantitatif menggunakan studi mached
keluarganya. Hasil penelitian Departemen case control (kasus control) digunakan
Kesehatan Masyarakat, Universitas untuk melihat faktor risiko kejadian
Indonesia tahun 1998 menunjukkan bahwa filariasis dengan perbandingan 1:1.
biaya perawatan yang diperlukan seorang Matched dilakukan pada umur dan jenis
penderita filariasis per tahun sekitar 17,8% kelamin. Sampel dalam penelitian faktor
dari seluruh pengeluaran keluarga atau risiko filariasis adalah 118 orang yang
32.3% dari biaya makan keluarga2. terdiri dari 59 orang kasus yaitu penderita
Filariasis tersebar luas hampir di filariasis dan 59 orang sebagai kontrol
seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan yaitu bukan penderita filariasis. Data
data jumlah kasus klinis filariasis yang diambil dengan dengan wawancara dan
dilaporkan dari tahun ke tahun observasi. Analisis data untuk mengetahui
menunjukkan adanya peningkatan. Dalam faktor risiko dilakukan melalui statistik
10 tahun terakhir dari tahun 2.000 jumlah univariate, bivariate, dan multivariate
kasus yang dilaporkan sebanyak 6.233 dengan regresi logistik.
kasus, meningkat pada tahun 2009
sebanyak 11.914 kasus. Tiga provinsi HASIL
dengan kasus terbanyak berturut-turut
adalah pemerintah Aceh sebanyak 2.359 Dari hasil penelitian pada Tabel 1,
orang, Nusa Tenggara Timur 1.730 orang, menunjukkan variabel yang berhubungan
dan Papua sebanyak 1.158 orang. Di dengan kejadian filariasis adalah
Indonesia penyakit tersebut lebih banyak Pemakaian Kawat Kasa (p-value 0.001),
ditemukan di pedesaan3. Konstruksi Dinding Rumah (p-value
Kasus filariasis di Aceh cukup banyak 0.001), Konstruksi Plafon (p-value 0.027),
dan tersebar pada 23 kabupaten/kota. Pada Genangan Air (p-value 0.041), Semak-
tahun 2014 terdapat 457 penderita semak (p-value 0.000), dan kebiasaan
filariasis, kemudian pada tahun 2015 Menggunakan Obat Nyamuk (p-value
sampai bulan Juni terdapat 443 kasus 0.015).
dengan 23 diantaranya merupakan kasus Variabel-variabel yang memiliki nilai
baru4. Kabupaten Aceh Jaya merupakan p-value ≤0.25 atau secara substansi
salah satu kabupaten dengan kasus dianggap perlu dimasukkan sebagai faktor
filariasis terbanyak selain dari Aceh Besar risiko kemudian dilanjutkan ke analisis
dan Lhokseumawe dengan jumlah multivariate. Hasil analisis multivariate
penderita filariasis pada tahun 2013 adalah menunjukkan kondisi Konstruksi Dinding
59 orang, meningkat menjadi 62 orang Rumah kurang p-value 0.004 dan OR =
pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 3.69 (95% CI 1.52-8.95), adanya Semak-
2015 adalah 59 orang5. Cakupan semak di sekitar rumah p-value 0.000 dan
pengobatan filariasis di kabupaten Aceh OR = 4.72 (95% CI 2.01-11.06)
Epidemiologi 142
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72– 153
merupakan faktor yang dominan dengan kejadian filariasis.
Epidemiologi 143
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72– 153
disimpulkan bahwa orang yang di penelitian ikan predator (OR = 3.8; p-value
sekeliling rumahnya terdapat genangan air 0.051). Lingkungan biologi dapat menjadi
lebih berisiko menderita filariasis 2.17 kali rantai penularan filariasis, contoh
lebih besar dibandingkan dengan orang lingkungan biologi adalah adanya tanaman
yang disekeliling rumahnya tidak ada air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk
genangan air. Hasil penelitian ini Mansonia spp2. Tidak adanya hubungan
mendukung penelitian yang dilakukan antara keberadaan tanaman air dengan
penelitian Paiting9 yang menyatakan ada kejadian filariasis dalam penelitian ini
hubungan antara genangan air dengan disebabkan keberadaan tanaman air pada
filariasis (p-value 0.045; OR = 6). kasus dan kontrol menunjukkan proporsi
Faktor lingkungan memegang peranan yang sama.
penting terhadap kejadian filariasis.
Genangan air seperti selokan atau air Sosial Budaya
limbah rumah tangga yang tergenang di
sekitar rumah dapat menjadi tempat Hasil analisis bivariat menunjukkan
perindukan vektor Mansonia sebagai salah bahwa tidak ada hubungan antara
satu penular filariasis. Hasil analisis lingkungan sosial dengan kejadian
bivariat menunjukkan p-value 0.000 dan filariasis. Hal ini dapat dilihat dari faktor
OR = 4.9 sehingga dapat disimpulkan jenis pekerjaan dengan nilai p-value 0.245.
bahwa risiko menderita filariasis pada Di kabupaten Aceh Jaya pada umumnya
orang yang di sekeliling rumahnya memiliki pekerjaan yang berisiko sehingga
terdapat semak-semak 4.97 kali lebih besar peluang terjadinya kontak dengan nyamuk
bila dibandingkan dengan orang yang baik pada kasus dan pada kontrol memiliki
disekeliling rumahnya tidak ada semak- proporsi yang hampir sama. Faktor
semak. Hasil penelitian ini memperkuat pengetahuan juga tidak berhubungan
penelitian Windiastuti10 menyatakan ada dengan kejadian filariasis (p-value 0.067).
hubungan keberadaan semak-semak Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan kejadian filariasisi (p-value 0.025 penelitian Ardias7 yang menyatakan tidak
dan OR = 2.70). ada hubungan antara pengetahuan dengan
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p- kejadian filariasis (p-value 0.07; OR =
value 0.43 dan OR = 1.3 menunjukkan 0.33). Dalam penelitian ini proporsi
tidak terbukti secara statistik berhubungan responden yang memiliki pengetahuan
dengan kejadian filariasis. Penelitian ini baik pada penderita filariasis (57.5%) lebih
tidak sejalan dengan penelitian yang tinggi bila dibandingkan dengan bukan
dilakukan oleh Uloli and Sumarni12 yang penderita filariasis (40.7%), hal ini dapat
menemukan adanya hubungan antara disebabkan karena penderita filariasis telah
rawa-rawa dengan kejadian filariasis (p- mendapat informasi tentang penyakit
value 0.049; OR = 2.2). filariasis sehingga tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan antara
Lingkungan Biologi pengetahuan dengan filariasis.
Epidemiologi 146
JUKEMA
Vol. 2, No. 2, Oktober 2016: 72 – 153
Cost Analysis for Hospitalized Chronic Kidney Disease Patients in dr. Zainoel Abidin
Hospital Banda Aceh
ABSTRAK
Latar Belakang: Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) merupakan
penyakit yang sangat serius di antara beberapa penyakit lain di dunia saat ini. Hal tersebut dapat berimplikasi
terhadap peningkatan biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembiayaan/belanja
terhadap penderita CKD yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUZA). Metode:
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan cross-sectional design. Populasi dalam penelitian ini semua
pasien CKD yang dirawat inap di RSUZA tahun 2016. Sampel diambil sebanyak 50 orang dari total populasi
461 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil: Dari hasil penelitian, total tarif ina-
CBGs Rp. 661.685.089.00, total biaya belanja pasien selama dirawat inap Rp. 49.535.000.00, dan tarif rumah
sakit Rp. 930.698.811.00, sedangkan total opportunity cost pendamping Rp. 26.205.000.00, dan total
opportunity cost pasien Rp. 112.420.000.00. Hasil uji statistik diperoleh tidak ada perbedaan biaya langsung dan
biaya tidak langsung dengan variabel-variabel yang diteliti nilai p-value >0.05. Kesimpulan: Total biaya Ina-
CBGs pada 50 pasien CKD yang dirawat inap di RSUZA adalah sebesar Rp. 661.685.089.00. Besarnya biaya
pengobatan pada pasien CKD dilihat berdasarkan Severity Level penyakit dan Length of Stay (LOS) pasien.
Kata Kunci: Cronic Kidney Disease (CKD), Tarif Ina-CBGs, Biaya Langsung, dan Biaya Tidak Langsung
ABSTRACT
Background: Chronic Kidney Disease (CKD) or End Stage Renal Disease (PGTA) is a very serious disease
among some other disease in the world today. This could have implications on the rising of health care costs.
The purpose of this study was to determine the funding/spending on patients with CKD who are hospitalized in
the Hospital dr. Zainoel Abidin (RSUZA). Methods: This study used a descriptive analytic cross-sectional
design. The population in this study was all patients with CKD who are hospitalized in RSUZA in the year of
2016. Samples taken as many as 50 people from a total population of 461 people by using simple random
sampling technique. Results: The research results shows that total of Ina-CBGs rates Rp. 661.685.089.00, total
hospital fare Rp. 930.698.811.00, total expenditures for hospitalized patients Rp. 49.535.000.00, total
companion opportunity cost Rp. 26.205.000.00, and total patients opportunity cost Rp. 112.420.000.00.
Statistical test results obtained that there is no difference in direct costs and indirect costs to the variables
studied with p-value >0.05. Conclusion: The total cost Ina-CBGs for 50 CKD patients who are hospitalized in
RSUZA were Rp. 661.685.089.00. The cost of treatment in CKD patients can be seen by Severity Level diseases
and Length of Stay (LOS) patients.
Keywords: Cronic Kidney Disease (CKD), Ina-CBGs Rates, Direct Cost, and Indirect Cost
Tabel 2. Total Tarif Ina-CBGs pada Pasien CKD Berdasarkan Severity Level
Tabel 3. Total Tarif Ina-CBGs pada Pasien CKD Berdasarkan Length of Stay (LOS)
dan Average Length of Stay (ALOS)
Variabel Biaya Langsung (Rp) p-value Biaya Tidak Langsung (Rp) p-value
Umur
Umur <55 tahun 14.174.617,46 0,9808 3.246.522,00 0,4225
Umur >55 tahun 14.245.081,82 1.788.571,00
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15.341.792.97 0.3371 3.513.793.00 0.1365
Perempuan 12.501.365.00 688.666,70
Pendidikan
Tinggi 10.566.420.00 0.3709 1.006.250.00 0.6784
Menengah 15.873.526.00 2.502.727.30
Dasar 13.707.516.00 3.373.571.40
Pekerjaan
PNS 12.993.067.00 0.7162 1.116.666.70 0.419
Swasta 16.351.100.00 4.372.857.10
IRT 3.217.582.00 703.000.00
Petani 8.473.000.00 450.000.00
Mahasiswa 13.392.937.00 80.000.00
Waktu Tempuh
<60 Menit 12.846.084.00 0.3495 899.545.45 0.1164
60-120 Menit 10.377.650.00 335.000.00
>120 Menit 16.553.257.00 4.733.888.90
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN (12 pt, BOLD, Kapital kecuali kata sambung). Jarak antara
CAPITAL) paragraf adalah satu spasi tunggal.
(kosong satu spasi,12 pt) Penggunaan catatan kaki/footnote sebisa
Petunjuk penulisan ini dibuat untuk mungkin dihindari.
keseragaman format penulisan dan Notasi sebaiknya ringkas dan jelas serta
kemudahan untuk penulis dalam proses konsisten dengan cara penulisan yang baku.
penerbitan naskah di jurnal ini. Naskah Simbol/lambang ditulis dengan jelas dan
ditulis dengan Times New Roman ukuran 12 dapat dibedakan seperti penggunaan angka 1
pt, spasi tunggal, justified dan tidak ditulis dan huruf l (juga angka 0 dan huruf O) perlu
bolak-balik pada satu halaman. dibedakan dengan jelas. Singkatan
Naskah ditulis dalam bentuk dua kolom sebaiknya tidak digunakan dan harus
dengan jarak antara kolom 1 cm pada kertas dituliskan secara lengkap. Istilah asing
berukuran A4 (210 mm x 297 mm) dengan ditulis dengan huruf Italic. Angka perlu
margin atas 2.54 cm, bawah 2.54 cm, kiri dituliskan dalam bentuk kata jika digunakan
dan kanan masing-masing 2.54 cm. Panjang pada awal kalimat.
naskah hendaknya tidak melebihi 10 Tabel ditulis dengan Times New Roman
halaman termasuk gambar, tabel dan berukuran 10-11 pt dan diletakkan berjarak
referensi, apabila jauh melebihi jumlah satu spasi tunggal di bawah judul tabel.
tersebut maka dianjurkan untuk dibuat Judul tabel ditulis dengan huruf berukuran
dalam seri. 12 pt, Bold dan ditempatkan di atas tabel
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format seperti terlihat pada contoh.
atau bahasa Inggris. Apabila ditulis dalam Penomoran tabel menggunakan angka Arab.
bahasa Inggris sebaiknya telah memenuhi Jarak tabel dengan paragraf adalah satu spasi
standar data bahasa Inggris baku. tunggal (12 pt).
Judul naskah hendaknya singkat dan Tabel diletakkan segera setelah
informatif serta diusahakan tidak melebihi 4 penunjukkannya dalam naskah. Kerangka
baris. Jika naskah bukan dalam bahasa tabel menggunakan garis setebal 1 pt (garis
Inggris maka naskah dilengkapi dengan horizontal saja). Apabila tabel memiliki lajur
abstrak dalam bahasa Inggris yang diawali yang cukup banyak, dapat digunakan format
dengan judul dalam bahasa Inggris seperti satu kolom pada setengah atau satu halaman
contoh di atas. penuh. Jika judul pada setiap lajur tabel
Keyword dalam bahasa Inggris cukup panjang dan rumit maka lajur diberi
dituliskan di bawah abstrak untuk nomor dan keterangannya diberikan di
mendeskripsikan isi dari naskah. bagian bawah tabel. Tabel diletakkan pada
Dianjurkan untuk menggunakan daftar posisi paling atas atau paling bawah dari
keyword yang biasa digunakan di jurnal setiap halaman dan jangan diapit oleh
atau jika sesuai dapat mengikuti klasifikasi kalimat.
berikut: metode teoritis, metode eksperimen, (satu spasi tunggal, 12 pt)
fenomena, obyek penelitian dan aplikasinya. Tabel 1. Jumlah Pengujian WFF Triple
Naskah disusun dalam 5 subjudul NA=15 atau NA=8
PENDAHULUAN, METODE (satu spasi tunggal, 12pt)
PENELITIAN, HASIL, PEMBAHASAN, NP
KESIMPULAN DAN SARAN. Subjudul NC 3 4 8 10
ditulis dengan huruf kapital. UCAPAN
TERIMA KASIH (apabila ada) diletakkan 3 1200 2000 2500 3000
setelah subjudul KESIMPULAN DAN 5 2000 2200 2700 3400
SARAN. 8 2500 2700 16000 22000
Sebaiknya penggunaan subsubjudul
10 3000 3400 22000 28000
dihindari, apabila diperlukan maka ditulis
dengan Title Case (huruf depan saja yang (satu spasi tunggal, 10 pt)
Formulir Berlangganan
Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh
Aceh Public Health Journal
ISSN: 2008- 1592
Nama : ..........................................................
Alamat : ..........................................................
..........................................................
Telepon : ..........................................................
E-mail : ..........................................................
.........................., ..............
(........................................)
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat
Aceh
Aceh Public Health Journal
Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016: 72-153
Editorial: Regulasi, Aplikasi Pemberian ASI Ekskluksif dan Status Gizi Balita Aceh
Basri Aramico
Prevalensi dan Determinan Stunting Anak Sekolah Dasar di Wilayah Tsunami di
Aceh Besar
Uswati, Nasrul Zaman, dan Aulina Adamy
Analisis Penggunaan Jenis MP-ASI dan Status Keluarga terhadap Status Gizi Anak
Usia 7-24 Bulan di Kecamatan Jaya Baru
Agus Hendra AL-Rahmad
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Atlet Tarung Derajat Aceh
Nazalia, Basri Aramico, dan Fauzi Ali Amin
Peningkatan Ketepatan Kader Melalui Modul Pendamping KMS dalam
Menginterpretasikan Hasil Penimbangan Balita
Agus Hendra AL-Rahmad
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Bidan Desa dalam
Standar Pelayanan Ante Natal Care
Suryani, Aulina Adamy, dan Nizam Ismail
Analisis Faktor Risiko Abortus di Rumah Sakit Ibu dan Anak Pemerintah Aceh
Masni, Asnawi Abdullah, dan Melania Hidayat
Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh
Meilia Hidayah, Aulina Adamy, dan Teuku Tahlil
Analisis Faktor Risiko Penyebab Stroke pada Usia Produktif di Rumah Sakit Umum
dr. Zainoel Abidin
Sartika Maulida Putri, Hajjul Kamil, dan Teuku Tahlil
Analisis Kuesioner WHOQOL-BREF: Mengukur Kualitas Hidup Pasien yang
Menjalankan Terapi Hemodialisis di RSUDZA Banda Aceh
Muzafarsyah, Aulina Adamy, dan Nasrul Zaman
Perilaku Klien Suspek HIV/AIDS terhadap Kesediaan Melakukan
Voluntary Counseling and Testing di Rumah Sakit Umum Tgk. Chik Ditiro Sigli
Annas, Aulina Adamy, dan Nasrul Zaman
Faktor Risiko Filariasis di Kabupaten Aceh Jaya
Mutia Ulfa Rahmad, Aulina Adamy, dan Asnawi Abdullah
Analisis Pembiayaan/Belanja Terhadap Penderita Chronic Kidney Disease (CKD)
Rawat Inap di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Syarkawi, Taufiq A. Rahim, dan Irwan Saputra
Alamat PKPKM:
Gedung Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh Lantai II
Jln. Muhammadiyah No.93 Bathoh-lueng Bata Banda Aceh, Indonesia (23245)
Telpon : 0651 - 28422
Fax : 0651 - 31053
Email : jukema@fkm.unmuha.ac.id
Website: http://pps-unmuha.ac.id/pusat-kajian-dan-penelitian-kesehatan-masyarakat/
Volume 02 | Nomor 02 | Oktober 2016 : 72 – 153 Jurnal Kesehatan Masyarakat Aceh | Aceh Public Health Journal PKPKM