Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata transformasi belakangan ini menjadi sebuah istilah yang sering digunakan
dalam setiap dialog maupun karya tulis ilmiah. Mulai dari tokoh agama, pemerintah,
akademisi, selebriti dan kebanyakan orang yang hanya sekadar ingin meramaikan istilah
ini. Dalam blog Jaffray Bittikaka seorang pengusaha asal Indonesia sekaligus mantan
aktivis 1998 yang diposting pada tanggal 25 September 2006 menyatakan bahwa istilah
transformasi erat kaitannya denga istilah revormasi.

Dalam lanjutannya, Bittitakka menyatakan bahwa kedua istilah ini berasal dari
bahasa Inggris yang secara kesepakatan umum diserap kedalam bahasa Indonesia
setelah banyak orang yang menggunakan kata tersebut untuk suatu maksud tertentu.
Reformasi berasal dari dua kata ‘re’ yang berarti kembali dan ‘form’ yang berarti
bentuk. ”Reform” berarti membentuk, menyusun, mempersatukan kembali (Kamus
Inggris-Indonesia versi John. M. Echol).

Transformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) versi online terdiri dari
dua suku kata, yakni; trans = melintang; melintas; menembus; melalui, dan formasi =
susunan. Sehingga, transformasi berarti perubahan dari suatu keadaan atau bentuk
semula untuk menghadirkan keadaan atau bentuk yang baru dengan menyisipkan
sebagian keadaan atau bentuk lama dan tidak menghilangkan sama sekali keasliannya.

Istilah transformasi hampir digunakan oleh berbagai bidang keilmuan dan profesi
sehingga menghasilkan definisi yang beragam. Misalnya, seorang dokter menyatakan
bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia harus mampu melakukan transformasi
pelayanan kesehatan melalui berbagai strategi.

TransformasI ArsItektur 1
Dalam pernyataan diatas, transformasi diartikan sebagai jalur untuk mencapai
berbagai strategi sehingga mampu mengatasi masalah pelayanan kesehatan yang
masih memburuk. Makna transformasi dari seorang dokter, tentunya akan berbeda
dengan pemahaman seorang kepala pemerintahan, ahli seni, arsitek dan berbagai
profesi lainnya. Meskipun memiliki makna yang beragam, namun pengertian
transformasi tetap pada satu poin mendasar yakni ‘perubahan’.

Menurut Josef Prijotomo (1995) yang dikutip Stephanie Jill Najoan dan Johansen
Mandey dalam jurnal mereka yang dimuat dalam kumpulan jurnal media madrasain
(2011:117-118) menyatakan bahwa didalam dunia arsitektur, transformasi merupakan
sebuah metode yang memanipulasi bentuk lama untuk menghasilkan bentuk baru yang
berbeda dari bentuk sebelumnya.

Masih dalam lanjutannya, Prijotomo berpendapat bahwa metode transformasi


dilakukan terhadap bentuk dan ruang arsitektur, bertujuan untuk menghasilkan sebuah
karya arsitektur yang dapat memberikan dan mencerminkan jati diri para
perancangnya. Sebuah karya arsitektur yang memiliki bentuk dan ciri yang spesifik
terhadap pencerminan jati diri perancangnya akan lebih mudah dikenali oleh setiap
pengamat. Bentuk dan ruang arsitektur merupakan substansi dasar pengadaan yang
dapat dijadikan bahan dalam melakukan olah kreativitas terhadap penghadiran sebuah
karya arsitektur.

Pengubahan bentuk dan ruang arsitektur akan memerlukan bentuk dasar.


Penetapan bentuk dasar dilakukan terlebih dahulu karena pengubahan menyangkut dua
kesatuan yang berbeda yaitu sebagai pengubahan bentuk arsitektur dan pengubahan
ruang arsitektur. Transformasi bentuk atau perubahan bentuk bisa didapat melalui
berbagai variasi seperti dengan perubahan dimensi bentuk, pengurangan beberapa
bagian dari bentuk awal, dan penambahan beberapa bagian bentuk. Adapun
strategistrategi lain yang bisa diambil dalam rangka mentransformasi sebuah objek
rancangan.

TransformasI ArsItektur 2
1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa masalah yang perlu diidentifikasi,


diantaranya:
 Definisi istilah transformasi berdasarkan studi literature, pendapat para ahli,
factor penyebab transformasi, sejarah munculnya transformasi dalam dunia
arsitektur dan studi kasus mengenai transformasi arsitektur.

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan beberapa masalah yang telah diidentifikasi diatas, penulis merumuskan


beberapa permasalah sebagai berikut:
 Apa saja definisi transformasi berdasarkan studi literatur?
 Apa saja definisi transformasi arsitektur berdasarkan para ahli?
 Apa saja factor penyebab terjadinya transformasi atsitektur?
 Bagaimana sejarah awal adanya transformasi dalam bidang arsitektur?
 Apa saja contoh arsitektur hasil transformasi oleh para arsitek?

1.4 Tujuan

Ada beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, diantaranya:


 Untuk mengetahui makna transformasi dan transformasi arsitektur berdasarkan
studi literatur dan pendapat para ahli
 Untuk mengetahui penyebab terjadi transformasi dalam arsitektur
 Untuk mengetahui sejarah awal munculnya transformasi dalam bidang arsitektur

1.5 Batasan
Ruang lingkup substansial (isi) dalam penulisan makalah ini hanya mencakup
transformasi dalam dunia arsitektur.

TransformasI ArsItektur 3
1.6 Sistematika penulisan

Sistematika Penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan,
batasan dan sistematika penulisan makalah ini.
BAB II : PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai teori - teori yang berkaitan dengan transformasi dan
arsitektur baik dari studi literature maupun pendapat para ahli, sejarah perkembangan
transformasi arsitektur dan contoh-contoh arsitektur hasil transformasi.
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran dari penulis.

TransformasI ArsItektur 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transformasi


 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI).
Transformasi merupakan: 1) perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan
sebagainya): 2) perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal lain
dengan menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya.
 Menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English
Language).
Transformasi menjadikan bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai
yang sama; perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk
yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan
dan fungsi (Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey, 2011:119).
 Menurut Webster Dictionary, 1970.
Transformasi berarti perubahan menjadi sesuatu, transformasi dapat dianggap
sebagai sebuah proses pemulihan total dari suatu bentuk menjadi sebuah sosok
baru yang dapat diartikan sebagai tahap akhir dari sebuah proses perubahan,
sebagai sebuah proses yang dijalani secara bertahap baik faktor ruang dan
waktu yang menjadi hal yang sangat mempengaruhi dalam perubahan tersebut
(Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey, 2011:119).
 Menurut Ryadi Gunawan
Transformasi merupakan upaya pengalihan dari sebuah bentuk kepada bentu
yang lebih mapan. Sebagai sebuah proses, transformasi merupakan tahapan,
atau titik balik yang cepat bagi sebuah makna perubahan (Dalam
https://www.referensimakalah.com).

TransformasI ArsItektur 5
 Menurut Weber
Transformasi merupakan suatu proses dialektika linear sebagaimana pikiran
evolusioner yang mana berbagai unsurnya saling berpengaruh atau saling
mempengaruhi dalam sebuah tipe ideal masyarakat (Dalam
https://www.referensimakalah.com).
 Menurut D’ Arcy Thompson
Transformation is a process and a phenomenon of the change of form under
altering circumstances”. Transformasi adalah sebuah proses fenomena
perubahan bentuk dalam keadaan yang berubah-ubah, dengan demikian
transformasi dapat terjadi secara tak terbatas (Stephanie Jill Najoan dan
Johansen Mandey, 2011:120).
 Menurut Jorge Silvetti (1977)
Transformation “......those operations performed on the elements of a given
existent code which depart from the original, normal, or canonical usage of the
code, by distorting, regrouping, reassembling, or in general altering it in such a
way that it maintains its references to the original while tending to produce a
new meaning”. Transformasi sebagai tindakan perubahan yang dilakukan
terhadap elemen-elemen ataupun aturan-aturan (codes) yang ada dengan cara
penyimpangan, pengelompokkan kembali, perakitan/pengumpulan kembali, yang
mana mengacu pada keaslian dan diharapkan menghasilkan arti yang baru.
Cara–cara ini mampu untuk mempertahankan keasliannya dalam menghasilkan
makna dan wujud yang baru (Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey,
2011:120).

TransformasI ArsItektur 6
2.2 Pengertian Transformasi Arsitektur
 Menurut Laseau (1980) dalam jurnal Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey
(2011:120) serta jurnal Gushendri (2015:4) menyatakan bahwa:
 Transformasi bersifat (geometri) bentuk geometri yang berubah dengan
komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama.
 Transformasi bersifat hiasan (ornamental) dilakukan dengan menggeser,
memutar, mencerminkan, menjungkirbalikan,melipat, dan sebagainya.
 Transformasi bersifat reversal (kebalikan), pembalikan citra pada figur
objek yang akan ditransformasi dimana citra objek diubah menjadi citra
sebaliknya.
 Transformasi bersifat distortion (merancukan) kebebasan perancang
dalam beraktifitas.
 Menurut Anthony Antoniades (1990)
Transformasi arsitektur adalah sebuah proses perubahan secara
berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan dilakukan
dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal
yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya
melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan.
Anthony Antoniades menggambarkan tiga strategi transformasi arsitektur,
yakni:
 Strategi Tradisional
Strategi tradisional merupakan evolusi progresif dari sebuah bentuk
melalui penyesuaian langkah demi langkah terhadap batasan-batasan;
- Eksternal: site, view, orientasi, arah angin, kriteria lingkungan.
- Internal: fungsi, program ruang, kriteria structural.
- Artistik: kemampuan, kemauan dan sikap arsitek untuk
memanipulasi bentuk, berdampingan dengan sikap terhadap dana
dan kriteria pragmatis lainnya.

TransformasI ArsItektur 7
Strategi tradisional merupakan strategi awal yang digunakan oleh
para perancang dalam mencari bentuk yang baru dalam karya mereka.
Strategi dimana masih menitik beratkan pada apa faktor – faktor internal,
eksternal, bahkan artistik. Strategi tradisional merupakan strategi
transformasi yang paling sederhana. Pemanfaatan strategi tradisional
masih sangat memperhatikan apa yang ada di luar dari bangunan itu
misalnya site, bangunan yang ada biasanya mengikuti site yang ada.

 Strategi Peminjaman (borrowing)


Strategi ini meminjam dasar bentuk dari lukisan, patung, obyek
benda-benda lainnya, mempelajari properti dua dan tiga dimensinya
sambil terus menerus mencari kedalaman interpretasinya dengan
memperhatikan kelayakan aplikasi dan validitasnya. Tranformasi pinjaman
ini adalah ‘pictorial transferring’ (pemindahan rupa) dan dapat pula
diklasifikasi sebagai ‘pictorial metaphora’ (metafora rupa).
Strategi peminjaman, dengan meminjam dasar bentuk maupun
lukisan, strategi ini yang nampak pada arsitektur arsitektur modern yang
menyadur karya lukisan menjadi suatu bangunan, misalnya saja arsitektur
kubisme yang berawal dari kemunculan lukisan kubisme akhirnya bisa
ditransformasikan dalam bangunan dengan tentunya tidak meninggalkan
karakter asli dari sebuah lukisan.
Jenis transformasi pinjaman dalam hal ini pictorial transfering
sering dikenal dengan transformasi secara visual dan untuk metafora rupa
dikenal dengan transformasi secara fenomenal, peminjaman suatu bentuk
dengan bertitik tolak pada suatu karya seni misalnya kubisme merupakan
salah satu bagian dari transformasi secara fenomenal, meminjam karakter
asli dalam lukisan dan ditransformasi kan kedalam bangunan, berbeda
dengan transformasi secara visual dimana peminjaman rupa yang bukan
mengambil karakteristik yang terkandung dalam rupa tersebut tapi

TransformasI ArsItektur 8
meminjam bentuk secara visual dengan langsung memindahkan bentuk
yang ada menjadi sebuah bangunan.

 Strategi dekonstruksi atau dekomposisi


Strategi ini merupakan sebuah proses dimana sebuah susunan
yang ada dipisahkan untuk dicari cara baru dalam kombinasinya dan
menimbulkan sebuah kesatuan baru dan tatanan baru dengan strategi
struktural dalam komposisi yang berbeda. Strategi dekonstruksi atau
dekomposisi yang berkembang pada akhir abad XX di era arsitektur
modern kontemporer, dalam karya Bernard Tschumi, Kompleks Parc de La
Villet di Paris.
Adapun dekonstruksi menurut Bernard Tschumi, bahwa
“Deconstruction is 'not only the analysis of concepts in their most rigorous
and internalised manner, but also their analysis from without, to question
what these concepts and their history hide,as repression or dissimulation.”
Transformasi dilakukan terhadap bentuk dan ruang dengan
mengeksporasi arti, nilai dan makna objek serta konsep desain dengan
pertimbangan fungsi bangunan merupakan cara interpretasi arsitektural
tema kedalam objek desain (Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey,
2011:120).

TransformasI ArsItektur 9
2.3 Faktor Penyebab Transformasi Dalam Arsitektur
Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar.
itb.ac.id/wdp/ diakses pada tanggal 11 November 2013) menguraikan faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi, yaitu sebagai berikut:
 Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal
dan ingin memperkenalkan diri terhadap lingkungan.
 Perubahan gaya hidup (Life Style)
 Perubahan struktur dalam masyarakat
 Pengaruh kontak dengan budaya lain
 Munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan
lingkungannya.

2.4 Sejarah Transformasi Arsitektur


Sejarah transformasi arsitektur seperti yang dikutip dalam jurnal
Stephanie Jill Najoan dan Johansen Mandey (2011:120), bahwa starategi
transformasipun dengan sendirinya muncul seiring dengan tuntutan perubahan
ditiap perkembangan arsitektur. Dalam masa modernisasi awal teori-teori
keindahan khususnya dalam arsitektur berkembang secara radikal menentang
klasikisme sebaliknya menekankan pada fungsionalisme dan purism atau
kemurnian.
Semakin berkembangnya teori-teori fungsionalisme mengakibatkan
terjadinya perubahan dan perbedaan pendapat satu dengan yang lain yang
semuanya cenderung menekankan pada fungsi dan teknologi. Antara tahun 1890
hingga tahun 1910, gerakan yang menentang peniruan dan pengulangan bentuk
kaidah dan teori lama semakin meluas keseluruh dunia. Sejalan dengan hal itu
berlangsung pemasyarakatan fungsionalisme, meninggalkan hiasan atau
ornament bentuk lama, dilain pihak menonjolkan kenyataan kemajuan teknologi,
konstruksi, dan struktur bangunan.
Arsitektur modern pada masa itu hanyalah merupakan karya individu yang
terbatas lingkup dan saling pengaruhnya, kemudian terjadi semacam gerakan
TransformasI ArsItektur 10
serempak diikuti oleh para arsitek di Negara-negara industri. Seni tidak lagi
dipandang sebagai sesuatu untuk kesenangan dan kepuasan, tetapi sebagai
suatu seni terapan dalam estetika industri.
Dalam sepuluh tahun terakhir abad XIX dan sepuluh tahun awal abad XX
perkembangan arsitektur, menjadi berkaitan satu dengan yang lainnya dalam
keseragaman gagasan. Meluas dan kesamaan pandangan terhadap arsitektur
sampai keseluruhan dunia membuat gaya arsitektur saat itu disebut arsitektur
International Modern atau International style.
Ciri umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX
dan awal abad XX ini adalah asimetris, kubis, dalam komposisi dan kesatuan
bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap dan lain-lain menyatu dalam
komposisi bangunan. Bahkan ada arsitek dalam hal ini Antonio Gaundi
menerapkan strategi tradisional dalam mentransformasi bentuk atau desain yang
ada. Konsep-konsep yang menonjol adalah penggunaan bentuk-bentuk alami
misalnya pohon, batu karang, goa, dll, sehingga dikatakan sebagai aliran
arsitektur naturalis yang kemudian dikembangkan oleh Frank Lloyd Wright.
Pada abad XX, sebagai perkembangan seni Avant-Grade di Barat, muncul
berbagai aliran seni modern antara lain cubism, fauvism dan existentialism. Pada
masa ini pula di Itali timbul aliran seni futurism, di Jerman lahir aliran Blue Rider
dan di Belanda kelompok De Stijl menjadi pelopor gerakan moderenisme dalam
seni termasuk seni bangunan. Banyak bentuk aliran modernism lainnya timbul
pada masa avant-grade dalam berekspresi seni dan berpengaruh sangat besar
pula dalam seni bangunan atau arsitektur.
Cubism berkembang mulai dari Prancis, futurism berkembang dari Italia
pada pertama abad XX. Futurism yang ada menjadi pelopor dari realisasi dari
budaya avand grade Eropa. Strategi borrowing dipergunakan dalam
menghasilkan sebuah karya meminjam dari lukisan yang ada kemudian
ditransformasikan ke dalam arsitektur, aliran-aliran yang menggunakan strategi
ini antara lain cubism, dimana mengadopsi lukisan cubism dan dijadikan
bangunan. Perkembanganpun terus berlanjut, Konsep “bentuk mengikuti fungsi
TransformasI ArsItektur 11
atau “form follow function” tidak lagi menjadi kriteria utama pada abad XX
setelah perang dunia II. Bentuk tidak ditentukan hanya oleh fungsi, tetapi semua
aspek arsitektural, tata letak, lingkungan, teknologi, bahan dan elemen-elemen
lainnya yang tidak selalu fungsional.
Selanjutnya perkembangan arsitektur pada akhir abad XX zaman,
globalisasi, zaman industri negara maju sudah meningkat menjadi zaman industri
informatika semakin kompleks. Kadang-kadang pengelompokkan dan pemberian
betuk suatu gedung baru, tidak dapat mengikuti kecepatan perkembangannya.
Suatu bentuk arsitektur dapat dikelompokan dalam beberapa aliran karena
semua unsur seperti bentuk pencakar langit yang mengambil unsur Art-deco,
dengan selubung kaca yang pada zaman dahulu tidak ada.
Penerapan unsur art-deco dalam bentuk dan skala yang berbeda,
digabung dengan unsur lain terutama dalam teknologi dan bahan membuat
arsitektur semacam itu tidak dapat disebut sebagai Neo-Art-Deco atau aliran
lainnya. arsitektur pada akhir abad XX ini merupakan arsitektur modern
Kontemporer akhir abad XX. Dimana pada zaman ini merupakan awal dimana
pemanfaatan strategi dekonstruksi atau dekomposisi dipakai dalam rancangan
Bernard Tschumi.
Jadi dari pemaparan yang ada, Arsitektur modern adalah sebuah sesi
dalam perkembangan arsitektur dimana ruang menjadi objek utama untuk
diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara
mengolah fasade, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik,
maka pada masa arsitektur modern kualitas non-fisiklah yang lebih dipentingkan.
Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah
gagasan ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa,
hingga akhirnya diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen ruang secara
nyata. Dengan berkembangnya pemikiran-pemikiran maka dengan bersamaan
strategi transformasipun turut berkembang.

TransformasI ArsItektur 12
Munculnya pemakaian strategi transformasi dalam mendesain karya-karya
arsistektur yakni sejak pada saat akhir abad XIX dan awal abad XX, yang
merupakan awal perkembangan dari arsitektur modern. Pemanfaatan strategi
yang awalnya dari strategi tradisional banyak berkembang pada abad ini,
pemanfaatan apa yang ada di alam bahkan memperhatikan batasan-batasan
yang ada, baik internal, eksternal, maupun artistik.
Selanjutnya perkembangan arsitektur modern pun semakin berkembang
dengan munculnya teori-teori arsitektur yang terinspirasi dari konsep kubisme,
hal inilah yang menjadi dasar munculnya strategi transformasi borrowing atau
peminjaman. Pada akhir abad ke XX arsitektur modern kontemporerpun hadir
yang kemudian menjadi awal pemakaian strategi dekonstruksi atau dekomposisi
yang diperlihatkan lewat karya dari Bernard Tschumi.

2.5 Studi Kasus Transformasi Arsitektur


 Kantor DPRD Kabupaten Timor Tengah Utara

Gambar 1 Kantor DPRD Kabupaten TTU


(sumber: pos kupang.com, kefamenanu)
Bangunan ini merupakan hasil transformasi bentuk ume lopo suku Atoni.
Masyarakat suku Atoni biasanya memanfaatkan ume lopo sebagai tempat
bermusyawarah para lelaki suku dan juga sebagai tempat penerimaan tamu.

TransformasI ArsItektur 13
Berdasarkan tiga strategi transformasi arsitektur yang dikemukakan
Anthony Antoniades, dapat disimpulkan bahwa bangunan ini ditransformasikan
menggunakan strategi peminjaman (borrowing). Hal ini dapat kita lihat pada
atap dan tiang-tiangnya yang meminjam bangunan ume lopo suku dawan.

Gambar 2. Kantor DPRD TTU yang meminjam bentuk atap ume lopo suku dawan
(sumber: internet)

TransformasI ArsItektur 14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Transformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) versi online terdiri
dari dua suku kata, yakni; trans = melintang; melintas; menembus; melalui, dan
formasi = susunan. Sehingga, transformasi berarti perubahan dari suatu keadaan atau
bentuk semula untuk menghadirkan keadaan atau bentuk yang baru dengan
menyisipkan sebagian keadaan atau bentuk lama dan tidak menghilangkan sama sekali
keasliannya.

Anthony Antoniades menggambarkan tiga strategi transformasi arsitektur, yakni;


Strategi Tradisional, strategi Peminjaman (borrowing) dan strategi dekonstruksi atau
dekomposisi.

Faktor Penyebab Transformasi Dalam Arsitektur menurut Habraken (1976) yang


dikutip oleh Pakilaran (2006) menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
transformasi, yaitu sebagai berikut: Kebutuhan identitas diri (identification), perubahan
gaya hidup (Life Style), perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak
dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan
lingkungannya.

3.2 Saran
Berdasarkan substansi dari makalah ini, penulis menyarankan agar arsitektur nusantara
perlu diketahui dan dikaji lebih mendalam lagi agar tidak ada kekeliruan mengenai
makna, fungsi dan bentuk arsitekturalnya dalam menerapkan strategi-strategi
transformasi dalam desain.

ARSITEKTUR ADALAH SENI YANG DIATUR


---Putro Arif W 2014---
TransformasI ArsItektur 15

Anda mungkin juga menyukai