Anda di halaman 1dari 28

Tugas Mata Kuliah Konsep Perancangan Bangunan:

Konsep Analogi

OLEH: KELOMPOK 1

Vincentius Tobias Dwi Kusuma (1905521057)


Galuh Pratama (1905521058)
Meisya Safawenki Putri (1905521059)
Sharon Rose Girsang (1905521060)
I Made Bayu Nugraha (1905521061)
Ni Wayan Winda (1905521062)
I Made Wisasmitha Manggala (1905521064)
Michella Devina Hermawan (1905521065)
I Wayan Ika Semara Dewata (1905521066)
Ni Made Dewi Kurnia Widiya Santi (1905521067)
I Kadek Anandia Uryandana (1905521068)
Wayan Parindra Candradewi (1905521069)
Putu Ramadhitya Ratryananda Sandhi (1905521070)
I Kadek Gita Ambara (1905521071)
Bagus Kresna Wijaya (1905521072)
I Kadek Fajar Wirayudha (1905521073)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Abstrak

Konsep Perancangan adalah cara penggambaran dan perencanaan yang akan


dijadikan dasar dalam pembuatan desain. Salah satu konsep perancangan arsitektur
yang sering digunakan adalah analogi. Analogi menurut KBBI diartikan sebagai
persamaan atau persesuaian antara antara dua benda atau hal yang berlainan.

Kata kunci: konsep, perancangan, analogi


Daftar Isi

Abstrak

Daftar Isi

BAB I ..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN .........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................4
1.4 Manfaat ...........................................................................................................................4
BAB II .........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ...........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Analogi secara Umum ..................................................................................5
2.2 Pengertian Konsep Analogi Menurut Para Ahli ..............................................................5
(a) Analogi menurut Karina Moraes Zarzar .....................................................................5
(b) Analogi Menurut Chris Abel .......................................................................................5
(c) Analogi Menurut Geoffrey Broadbent .........................................................................6
(d) Analogi Menurut P. Duerk ...........................................................................................8
(e) Analogi Menurut Wayne O. Attoe ...............................................................................9
2.3 Ciri - Ciri Konsep Analogi ...............................................................................................12
2.4 Penerapan Konsep Analogi Pada Desain Bangunan .....................................................13
BAB III ......................................................................................................................................26
PENUTUP .................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................26
3.2 Saran ..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur merupakan media komunikasi visual antara sang perancang (dalam hal
ini adalah arsitek) dengan pengguna serta pengamat bangunan tersebut. Di dalam
mengkomunikasikan hasil rancangannya, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh seorang arsitek, salah satunya adalah melalui penggunaan Analogi. Tetapi uraian
yang menjabarkan secara lengkap mengenai apa dan bagaimana analogi itu masih sangat
terbatas. Untuk itu akan dikaji mengenai apakah analogi itu, apakah manfaat analogi,
apakah ciri- ciri analogi serta bagaimana cara menganalogikan sesuatu.

Proses Analogi adalah proses yang membantu kita untuk menafsirkan suatu hal
baru dan tidak biasa, dengan menggunakan pengalaman-pengalaman umum yang
diperoleh di masa lalu atau yang telah kita miliki sebelumnya. Dalam dunia arsitektur,
penggunaan metoda analogi bukanlah merupakan suatu hal baru, metoda analogi mulai
tahap yang paling awal dalam proses berarsitektur digunakan sebagai landasan berpikir
untuk menghadirkan suatu karya arsitektur, dan juga digunakan sebagai landasan dalam
melakukan pengkajian dan penelitian terhadap arsitektur.

Metoda analogi sangat bermanfaat dalam memberikan gambaran tentang


konfigurasi yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu atau konfigurasi yang berkaitan
dengan budaya lokal atau budaya-budaya yang telah populer, yaitu dengan melakukan
pencampuran antara ide-ide baru dengan pengalaman masa lalu yang diungkapkan dalam
wujud gambaran, sehingga akan terjadi dialektika antara bentuk dan figure(gambaran).
Bentuk sebagai konfigurasi kemurnian ide, sedangkan figure(gambaran) disini sebagai
konfigurasi yang menggunakan metode analogi untuk memberikan gambaran yang mudah
dimengerti dan dipahami oleh masyarakat berdasarkan pengalaman masa lalunya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian konsep analogi menurut para ahli?
b. Bagaimana ciri-ciri konsep analogi?
c. Apa saja contoh penerapan konsep analogi pada desain bangunan?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum

Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah untuk membantu pembaca dalam
memahami konsep analogi.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Metode Perancangan
Bangunan Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik , Universitas Udayana.

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk membantu pembaca dalam memahami lebih dalam
tentang konsep analogi sehingga dapat menerapkan dalam desain dengan tepat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analogi secara Umum


Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar
terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Konsep analogi dalam arsitektur merupakan suatu
konsep mengidentifikasi sifat sifat dari suatu benda yang selanjutnya sifat tersebut
digunakan kedalam suatu desain arsitektur sehingga menghasilkan suatu rancangan
yang dapat menjadi pemecahan isu isu atau permasalahan dalam mendesain suatu
bangunan.

2.2 Pengertian Konsep Analogi Menurut Para Ahli

(a) Analogi menurut Karina Moraes Zarzar


Menurut Keith J. Holyoak dan Paul Thagard, analogi dapat digunakan dengan
bermacam cara, salah satunya adalah sebagai alat komunikasi seseorang di dalam
mengekspresikan pemikirannya secara tidak langsung. Suatu benda dikatakan analog
dengan benda lainnya apabila keduanya memiliki beberapa kesamaan. Analogi
memiliki tiga hal dasar, yaitu kesamaan, struktur atau susunan, dan kegunaan. Analogi
ditekankan untuk mengidentifikasi struktur atau susunan paralel antara sumber dan
benda objek. Setiap elemen benda objek harus terhubung dengan hanya satu elemen
pada sumber (dan sebaliknya) (Zarzar, 2008).

Analogi digunakan jika berhubungan dengan pemindahan karakteristik dari suatu


sumber ke suatu objek atau proses. Terdapat dua jenis pemindahan karakteristik pada
analogi, yaitu:

1) Hanya pada konfigurasi elemen-elemennya.

2) Penggunaan struktur atau susunan yang tidak sama dengan fungsi sumbernya.

(b) Analogi Menurut Chris Abel


Analogi di dalam arsitektur digunakan seperti bahasa yang mempunyai
fungsi sebagai berikut:
a. Memperpanjang pengetahuan kita di dalam memahami arsitektur melalui
penandaan dan pemaknaannya sebagai suatu bentuk dari suatu kebudayaan.
b. Merupakan suatu metoda yang dapat dipertanggungjawabkan dan teliti di
dalam melakukan penyelidikan dunia arsitektur.
c. Sebagai suatu sistem komunikasi sosial di dalam menjelaskan produk
arsitektural kepada lingkungannya (Abel, 1997).

Sifat dasar dan fungsi dari karakter dari benda yang dijadikan sumber analogi harus
benar-benar diteliti secara tepat. Terdapat tiga karakter analogi, yaitu:

a. Positif analogi, sifat dasar dan fungsi antara dua ide yang berbeda terlihat jelas.
b. Negatif analogi, sifat dasar dan fungsi antara dua ide yang berbeda tidak jelas.
c. Netral analogi, sifat dasar dan fungsi tidak spesifik di antara tiap ide yang
berbeda, dalam hal ini perlu dicari lagi kesamaan dan perbedaan diantara
keduanya.

(c) Analogi Menurut Geoffrey Broadbent


Dalam bukunya, Design in Architecture, Geoffrey Broadbent mengatakan
bahwa “mekanisme sentral dalam menerjemahkan analisa-analisa ke dalam sintesa
adalah analogi”. Pernyataan ini maksudnya adalah bahwa pendekatan analogi bukan
hanya sekedar menjiplak bentuk objek alam yang dianalogikan, tapi diperlukan
proses-proses analisis dan merangkainya sehingga menghasilkan bentuk baru yang
masih memiliki kemiripan visual dengan objek yang dianalogikan.

Suatu pendekatan analogi dikatakan berhasil apabila pesan yang ingin


disampaikan atau objek yang dianalogikannya dapat dipahami oleh semua orang. Oleh
karena itu, harus terdapat benang merah antara bangunan dan objek yang
dianalogikannya dalam proporsi tertentu sehingga tidak menjadi terlalu naïf seperti
menjiplak secara mentah-mentah.

Broadbent membagi proses pencarian bentuk ke dalam 4 kategori pendekatan,


yaitu:

1. Prakmatik

Merupakan pendekatan melalui tahap percobaan trial and error, dengan


memanfaatkan berbagai sumber daya ( material ) yang ada sedemikian rupa
memenuhi maksud yang ingin dicapai. Penciptaan bentuk tercipta dari material
yang ada kemudian diolah menggunakan alat yang dimiliki dan disesuaikan
dengan iklimnya.

Oleh Broadbent , proses desain secara pragmatis ini dipandang sebagai


cara pertama yang dilakukan manusia dalam menciptakan suatu karya
arsitektural. Sekalipun demikian metode pragmatis ini tetap dipergunakan juga
di masa sekarang, khususnya dalam kaitan dengan upaya pemanfaatan
material-material baru.

2. Ikonik

Pendekatan yang muncul setelah proses desain berhasil dikembangkan


secara pragmatis dan memenuhi kebutuhan ataupun selera pembuatnya,
bentukan ini biasanya akan hadir secara terus-menerus dalam rentang waktu
yang sangat lama , dan tidak jarang hadir pula diberbagai daerah, sehingga
melalui tradisi atau kebiasaan yang telah umum dilakukan atau berdasarkan
kesepakatan sosial, sehingga tradisi merupakan hal yang sangat berpengaruh.

Istilah arsitektur vernakular atau arsitektur rakyat (folk arsitektur),


sebenarnya menunjuk pada pemahaman ini. Dengan kata lain , disini kita
berhadapan dengan suatu metode yang “baru” dalam hal penciptaan bentuk.
Dalam hal ini bentuk tidak lagi diciptakan secara pragmatis (coba-coba), tetapi
dengan cara mengacu (meniru/menjiplak) bentukan yang telah ada
sebelumnya. Peniruan yang berulang-ulang pada akhirnya akan mengakibatkan
terbentuknya image dalam masyarakat yang bersangkutan bahwa bentukan
tersebut adalah bentukan yang ideal bagi mereka yang perlu dipertahankan.

3. Analogik

Penciptaan bentukan arsitektural dengan pendekatan analogi, pada


dasarnya dapat dijelaskan sebagai upaya desain yang berangkat dari suatu
pengibaratan atau pengandaian. Yang dianalogikan menunjukkan pada objek
yang akan didesain, sementara analognya adalah objek yang menjadi sumber
pengibaratan. Pendekatan dapat berupa analogi alam, kerja tubuh manusia,
teori fisika, dan sebagainya.
4. Kanonik atau geometrik

Pendekatan perancangan yang didasarkan pada berbagai aspek tertentu


seperti aspek geometri objek, sistem proporsi, modul , tatanan massa yang
semuanya mengarah pada keteraturan sebagai dasar perancangan. Penerapan
sistem ini dapat kita lakukan dengan beberapa cara. Contohnya dalam
mendesain dengan menggunakan kaedah-kaedah geometris dan matematis,
para desainer dapat menggunakan software-software berbasis algoritmik atau
yang biasa di sebut rekayasa arsitektur digital yang memungkinkan para
perancang untuk membuat bentuk-bentuk yang rumit dan susah untuk
digambarkan dengan kemampuan manual.

(d) Analogi Menurut P. Duerk

Jenis-jenis analogi menurut Donna P. Duerk adalah sebagai berikut:

a. Analogi langsung

Analogi ini digunakan untuk membandingkan suatu objek dengan


beberapa fungsi bangunan yang didesain, dimana analogi tersebut digunakan
untuk menstimulasi ide desain. Perbandingan tersebut digunakan untuk
mengungkapkan aspek dari permasalahan desain yang belum terpecahkan pada
bagian riset proyek tersebut.

b. Analogi personal

Analogi ini bergantung pada persepsi seseorang jika orang tersebut


berada dalam objek yang didesain.
c. Analogi simbolik

Merupakan suatu pengibaratan dari sesuatu yang sudah dikenal secara


umum.

d. Analogi fantasi

Analogi ini menggambarkan keadaan yang lebih indah atau ideal untuk
menciptakan sumber ide bagi pemecahan masalah.

(e) Analogi Menurut Wayne O. Attoe

1. Analogi Matematika

Dalam analogi ini, angka dan geometri merupakan dasar yang penting
untuk mengambil keputusan dalam arsitektur.

2. Analogi Biologis
Teori arsitektur yang berdasarkan analogi biologis terdapat dua bentuk,
yaitu:

1. Bersifat umum. Terpusat pada hubungan antara bagian- bagian


bangunan atau antara bangunan dengan penempatan atau penataannya.

2. Lebih bersifat khusus. Terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan


kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme yang
disebut arsitektur biomorfik.

3. Analogi Romantis

Kunci dari analogi romantis adalah evokatif, yaitu mengemban, menghasilkan


reaksi emosional terhadap pengamat. Terdapat 2 cara, yaitu:

1. Menyatakan asosiasi

Perancangan analogi romantis yang mengacu pada alam, masa


lalu, tempat-tempat eksotis, benda primitif, dan lain-lain.

2. Pernyataan yang dilebih-lebihkan.

Mempengaruhi perasaan-perasaan dengan adanya sarana-sarana


yang formal. Digunakan oleh gerakan ekspresionis Eropa awal abad 20.

4. Analogi Bahasa atau Linguistik

Analogi linguistik dimaksudkan untuk menyampaikan kepada


pengamat dengan menggunakan 3 cara, yaitu:

1. Model Tata Bahasa

Arsitektur yang terdiri dari unsur-unsur yang ditata menurut


aturan sehingga memudahkan dalam pemahaman dan penafsiran yang
disampaikan oleh bangunan tersebut.

2. Model Ekspresionis

Bangunan dianggap sebagai tempat yang digunakan arsitek


untuk mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut.
3. Model Semiotik

Suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi


yang bermakna.

5. Analogi Mekanik

Analogi yang menekankan pada mekanisme atau bekerjanya sebuah


sistem. Yang menjadi perhatian adalah mekanisme yang ada di arsitektur,
mekanisme gaya, pendayagunaan ruang ke ruang lain, mekanisme struktur,
wujud, dan fungsi.

6. Analogi Pemecahan Masalah

Analog ini beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan lingkungan


merupakan masalah yang harus diselesaikan secara analisis.

7. Analogi Adhocis

Dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan langsung dengan cara


menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan tanpa mengarah ke
suatu tujuan.

8. Analogi Bahasa Pola

Perancangan arsitektur yang mengidentifikasi pola-pola dan jenis-jenis


baku dari kebutuhan suatu tempat atau kebudayaan tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan tersebut.

9. Analogi Dramaturgi

Kegiatan manusia dinyatakan sebagai teater, sedangkan lingkungan


buatan dianggap sebagai pentas panggung. Terdapat 2 sudut pandang, yaitu:

1. Sudut pandang aktor

Dengan menyediakan perlengkapan dan kesan yang diperlukan


serta perabot yang ditata teratur.

2. Sudut pandang dermawan


Arsitek menyebabkan orang bergerak ke suatu arah dengan
memberikan petunjuk visual.

2.3 Ciri - Ciri Konsep Analogi


Ciri- ciri konsep analogi:

1. Mengambil sifat suatu benda, mahluk, peristiwa atau kebudayaan

Sebagai contoh adalah the piloti of savage hut dari Le Corbusier, disini konfigurasi
dari piloti telah dipindahkan. Tetapi sifat materialnya tidak. Yang dimaksud dengan piloti of
savage hut adalah sejenis konstruksi panggung yang digunakan pada gubug pemburu (savage
hut). Dimana dengan konstruksi panggung tersebut, lantai dasar bangunan hanya berupa
kolom-kolom, sedangkan bangunan yang bersifat massif berdiri di atas kolom-kolom
tersebut, sehingga tidak mengganggu/merusak kondisi tanah aslinya. Tetapi kolom-kolom
pangguna yang pada bangunan aslinya terbuat dari kayu, pada bangunan hasil karya LC
kolom-kolomnya terbuat dari beton. Hal ini merupakan upaya LC dalam menciptakan suatu
hubungan yang harmonis antara bangunan dengan lingkungannya. Konfigurasi piloti ini telah
banyak diterapkan pada desain-desain LC, antara lain Maison Citrohan, Villa Savoye dan lain-
lain.

2. Mengadaptasi cara kerja suatu mahluk hidup

Gambar 2.1. Contoh Mengadaptasi Cara Kerja Makhluk Hidup

Sebagai contoh, adaptasi sistem mekar dan kuncup pada bunga yang diaplikasikan ke
sistem pintu dan jendela

3. Berbentuk unik dan berbeda dari bangunan sekitar


Sebagai contoh Jewish Museum, Berlin karya Daniel Libeskind, dimana Libeskind
menggunakan proses mimesis bintang David dalam autonomous momen untuk menghasilkan
bentuk dari Jewish Museum., dia juga menggunakan mimesis untuk mempengaruhi secara
psikologis agar seseorang tertarik masuk ke dalam bangunan tersebut.

4. Terdapat makna yang tersirat maupun tersurat

• Tersirat: Sebagai contoh Bangunan Taj Mahal menggambarkan rasa cinta seorang
raja terhadap istrinya.

• Tersurat: Brunel sedang menghadapi masalah dengan konstruksi bangunan di bawah


air, kemudian dia meneliti perilaku cacing teredo yang menyelubungi badannya seperti
tabung dan mengeborkan badannya tersebut ke dalam kayu.

Dari perilaku cacing tersebut akhirnya Brunel menemukan ide tentang alat yang bisa dipakai
turun ke dalam air sehubungan dengan masalah konstruksi bangunan di bawah air yang
tengah dihadapinya.

2.4 Penerapan Konsep Analogi Pada Desain Bangunan

1. L’Hemispheric at City of Arts and Sciences


Gambar 1.1. Tampak Depan

City of Arts and Sciences terletak di ujung tenggara dari bekas palung sungai
Turia, yang dikeringkan dan dialihkan setelah bencana banjir pada tahun 1957. Dasar
sungai tua diubah menjadi taman cekung yang indah.

Dirancang oleh Santiago Calatrava dan Félix Candela, proyek ini memulai
tahap pertama konstruksi pada Juli 1996, dan diresmikan pada 16 April 1998 dengan
pembukaan L'Hemisfèric. Konsep analogi yang dimunculkan oleh sang arsitek adalah
bola mata. Konsep ini tidak hanya diterapkan untuk bentuk saja namun juga struktur,
material hingga fasad. Konsep bola mata untuk mendasari bentuk bangunan
Bangunan memiliki perkiraan luas permukaan 13.000 m². Bangunan diselesaikan pada
tahun 1998. Desainnya menyerupai kelopak mata yang terbuka untuk mengakses
kolam air di sekitarnya. Bagian bawah kolam terbuat dari kaca, menciptakan ilusi mata
secara keseluruhan. Planetarium ini berbentuk setengah bola dalam struktur beton
dengan panjang 110 meter dan lebar 55,5 meter. Penutupnya terbuat dari awning
aluminium memanjang yang dilipat ke atas secara kolektif untuk membentuk atap
soleil yang terbuka di sepanjang sumbu mata yang melengkung. Ini terbuka untuk
mengungkapkan kubah, "iris" mata, yang merupakan planetarium atau teater Ominax.

2. Turning Torso, Swedia - Santiago Calatrava


Gambar 2.1. Tampak Depan

Turning Torso dirancang oleh arsitek Spanyol, Santiago Calatrava, yang juga
menciptakan patung yang menginspirasinya. Gedung ini merupakan pencakar langit
tertinggi di Swedia yang menampung 147 apartemen beserta ruang olahraga, sauna,
dan ruang konferensi. Setiap apartemennya memiliki jendela miring, dinding
lengkung, dan ruangan berbentuk unik. Turning Torso adalah gedung apartemen
dengan 54 lantai dan tinggi total 179. Desainnya terinspirasi oleh bentuk dari sebuah
pahatan patung oleh Santiago Calatrava yang disebut Twisting Torso. Twisting Torso
yang menjadi ide untuk membangun Turning Torso bertujuan untuk menciptakan
kembali pencakar langit di Malmö sejak penghancuran Kockums Crane pada 2002,
yang terletak 1 km dari Turning Torso.

Turning Torso dilengkapi dengan spesifikasi yang tinggi. Bagian dalam dipoles
fitur aula lantai batu kapur, menggunakan bahan-bahan dari wilayah Jamtland utara
Swedia. Batu yang sama juga digunakan pada kusen jendela. Ubin kamar mandi yang
dilengkapi dengan permukaan granit dan Underfloor Heating.

Menara ini mengambil analogi dari pergerakan tubuh manusia, yaitu bentuk
tulang belakang yang dipilin. Dengan analogi seperti itu, menara ini memberi
pembelajaran mengenai ‘movement’ dan ‘structure’.

“… The very idea of a structure is synonymous with stability, static and rigid
organisation of elements in space.” (Tzonis & Lefaivre, 1995:10)

Dari kutipan pernyataan diatas tergambarkan bahwa struktur itu adalah sesuatu
yang sifatnya statis dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pergerakan.
Bahkan struktur seakan menetralkan pergerakan itu sendiri. Namun, Calatrava sadar
bahwa di dalam struktur itu sendiri terdapat movement yang tidak dapat dihindarkan
lagi pasti akan terjadi. Walaupun tampaknya ‘immobile’ atau tidak dapat bergerak,
sebenarnya struktur itu sendiri berada pada suatu pergerakan yang konstan.

Pada rancangan Turning Torso yang mengambil analogi tulang belakang


manusia, bila dilihat secara struktur, tulang belakang manusia sangat memungkinkan
terjadinya pergerakan, namun masih tetap dapat menjadi struktur yang kokoh dan
bertahan hingga sekarang. Struktur ini kemudian dituangkan kedalam bentuk sketsa
dan model sebagai cara pengeksplorasian bagaimana cara struktur itu bekerja dan
tersusun dari bagian-bagian apa saja hingga akhirnya menjadi sebuah objek bangunan.

Pada tahap awal pemodelan, Calatrava menyusun beberapa balok persegi


sedemikian mungkin disekitar baja penopang untuk menemukan wujud spiral yang
mendekati bentuk tulang belakang manusia yang dipilin. Ini merupakan tahapan awal
dari pentransformasian dari movement ke dalam sebuah struktur.

3. Museum Tsunami Aceh - Ridwan Kamil

Gambar 3.1. Tampak Depan

Gedung di atas adalah gedung Museum Tsunami atau disebut juga "Rumoh
Aceh Escape Hill" di Aceh, yang didesain oleh dosen arsitektur Institut Teknologi
Bandung (ITB), yaitu M Ridwan Kamil yang meraih juara pertama pada sayembara
desain museum tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Ridwan
mengikuti lomba desain berjudul "Rumoh Aceh as "Escape Hill"dari seluruh
Indonesia.
Gambar 3.2. Tampilan Interior

Jika dilihat dari desain konsep, Rumoh Aceh Escape Building yang akan
dibangun di atas areal 10.000m2 itu mengambil ide dasar rumoh Aceh yakni rumah
tradisional masyarakat Aceh, berupa bangunan rumah panggung. Desain gambar yang
tertuang dalam karya M Ridwan Kamil memperlihatkan pada lantai pertama bangunan
museum adalah ruang terbuka seperti rumah tradisional Aceh.

Gambar 3.3. Tampilan Interior

Gambar itu bermakna bahwa ruangan terbuka itu dapat dimanfaatkan sebagai
ruang publik dan jika terjadi banjir atau tsunami, maka laju air yang datang tidak akan
terhalangi. Selain itu, dalam desain terdapat unsur tradisional antara lain berupa tari
Saman yang diterjemahkan dalam kulit luar bangunan eksterior. Sementara, denah
bangunan merupakan analogi dari epicenter sebuah gelombang laut tsunami.

Gambar 3.4. Elemen Penyusun Eksterior

Dalam desain itu Ridwan mengilustrasikan bencana alam dalam sebuah


bangunan yang sekaligus mengekspresikan kejadian tsunami 26 Desember 2004.
Selain itu, tampilan eksterior karya tersebut juga mengekspresikan keberagaman
budaya Aceh melalui pemakaian ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit
luar bangunan.

Sedangkan tampilan interiornya mengetengahkan sebuah tunnel of sorrow


yang menggiring pengunjung ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita
warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah
dalam mengatasi sesuatu.

Gambar 3.5. Konsep Bangunan


Desain museum ini juga memiliki escape hill, sebuah taman berbentuk bukit
yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan terhadap
datangnya banjir atau tsunami. Kemudian juga ada The Hill of light, selain taman
untuk evakuasi yang dipenuhi ratusan tiang, para pengunjung dapat meletakkan
karangan bunga, semacam personal space dan juga ada memorial hill di ruang bawah
tanah serta dilengkapi ruang pameran.

Gambar 3.6. Konsep Bangunan

Museum tsunami juga mengandung nilai-nilai religi, seperti ruang yang disebut
"The Light of God"Ruang berbentuk sumur silinder itu menyorotkan cahaya ke atas
sebuah lubang dengan tulisan arab "Allahâ"dan dinding sumur silinder dipenuhi nama
para korban.

Dalam desain gambar tersebut juga terlihat sebuah lorong sempit dan remang.
Melalui lorong itu kita bisa melihat air terjun di sisi kiri dan kanannya yang
mengeluarkan suara gemuruh air. Lorong itu untuk mengingatkan para pengunjung
pada suasana tsunami.

4. Notre-Dame du Haut, Prancis- Le Corbuzier


Gambar 4.1

Notre-Dame du Haut adalah kapel Katolik Roma di Ronchamp , Prancis .


Dibangun pada tahun 1955, ini adalah salah satu contoh terbaik dari arsitektur
arsitek Perancis-Swiss Le Corbusier . Kapel adalah bangunan keagamaan yang
berfungsi dan berada di bawah pengawasan yayasan swasta Association de
l'Œuvre de Notre-Dame du Haut.

Le Corbusier, seorang tokoh arsitek ternama menggunakan analogi romantik


dalam mengeluarkan tanggapan emosional dari dalam dirinya melalui bangunan-
bangunannya. Penerapan ilmu geometri (matematika) sebagai dasar penting bagi
Le Corbusier dalam pengambilan keputusan. Teori ini dapat dilihat pada
bangunan Renchamp Chapel, bentuk geometris pada dinding dan atap bangunan
dengan bentuk kurva yang geometris tersebut, Le Corbusier memperlihatkan
suatu teknik pencahayaan interior bangunan yang baik, melalui kombinasi seluruh
bukaan-bukaan (jendela) lateral. Ekspresi tersebut dinyatakan sebagai berikut :

Bentuk Sculpture dari kapel: Suatu bentuk yang brutal (brutalism), dengan
penggunaan bahan-bahan beton di ekspos, menimbulkan kesan kasar, tidak
selesai, kontras, dan polos tanpa warna.

Lukisan-lukisan pada dinding bangunan, dengan permainan sinar didalam


bangunan yang mempengaruhi efek visual suatu lukisan.

Arsitektur, dengan permainan 3 elemen utama arsitektur, yaitu atap, dinding, dan
lantai.

Pada bangunan ini, efek visual dari bentuk bangunan menimbulkan asosiasi-
asosiasi, seperti yang diungkapkan oleh Francoise Choay dalam bukunya tentang
Le Corbusier dimana Ronchamp Chapel diasosiasikan sebagai menara pengawas
di hamparan kaki bukit.
Gambar 4.2

Karya Le Corbuzier yang satu ini banyak sekali dimiripkan dengan bermacam-
macam objek seperti telapak tangan yang membuka seolah berdoa, atau juga
seperti kapal laut, bentuk bebek, topi pelukis dan masih banyak lagi. Namun
secara umum The Chapelle of Notre-Dame-du-Hautin Ronchamp, bentuknya
dianalogikan seperti cakupan kedua tangan yang sedang memohon. hal ini sesuai
dengan pengertian analogi menurut Duerk. Bangunan The Chapelle of Notre-
Dame-du-Hautin masuk juga kedalam Analogi simbolik. Analogi simbolik sendiri
merupakan suatu pengibaratan dari sesuatu yang sudah dikenal secara umum.

Akan tetapi, arti dari bangunan tersebut ternyata berbeda dengan apa
yang dimaksud dari Le Corbuzier sendiri. Broadbent menuturkan bahwa inspirasi
dari Ronchamp Chapel ini berasal dari sebuah cangkang kepiting yang secara
tidak sengaja ditemukan oleh Le Corbuzier pada saat sedang berjalan-jalan di
Pulau Long Island. Notre Dame Du Haut Ronchamp adalah sebuah kapel atau
gereja kecil yang terletak di kota Ronchamp, kurang lebih 300 KM sebelah timur
kota Paris. Notre Dame terletak dalam sebuah komplek yang di dalamnya terdapat
restoran dan tempat bermain anak. Komplek tersebut terletak di punggung
pegunungan Des Vosges, dengan pemandangan perbukitan di sekelilingnya.

Gamabar 4.3
Bentuk Ronchamp Capel merupakan komposisi bidang – bidang lengkung seperti
kurva dan komposisi ketebalan dinding yang bervariasi sehingga secara
keseluruhan bangunan terlihat seperti massa seni patung (sklupture).

Strukturnya sebagian besar terbuat dari beton dan relatif kecil, tertutup
oleh dinding tebal, dengan atap terbalik yang ditopang pada kolom yang tertanam
di dalam dinding, seperti layar yang mengepul dalam arus angin di puncak bukit.
Di bagian interior, ruang yang tersisa antara dinding dan atap diisi dengan jendela
clerestory , serta cahaya asimetris dari bukaan dinding, berfungsi untuk lebih
memperkuat sifat sakral ruang dan memperkuat hubungan bangunan dengan
sekitarnya. Pencahayaan di bagian dalam lembut dan tidak langsung, dari jendela
clerestory dan memantul dari dinding kapel yang bercat putih dengan menara
yang menonjol.

Bagian utama struktur terdiri dari dua buah membran beton yang
membentuk cangkang yang merupakan atap bangunan. Atapnya didukung oleh
penyangga pendek yang merupakan bagian dari permukaan vertical beton yang
dilapisi dengan gunite yang mengatukan dinding batu Vosges tua yang disediakan
oleh kapel sebelumnya yang dihancurkan oleh pemboman.

Atapnya dibangun dalam dua bagian, menggunakan dua membran beton


bertulang melengkung ke atas, dengan ruang di antaranya untuk insulasi. Plafon
lengkung sinusoidal dibentuk dengan rangka kayu kemudian dikapur. Kesan linier
dan bertekstur yang tertinggal dari rangka kayu menegaskan garis-garis yang
semakin menambah kelengkungan atap.

5. Beijing National Stadium, Beijing, China. - Jacques Herzog and Pierre de Meuron
of Herzog

Stadion Nasional Beijing, juga dikenal sebagai Stadion Nasional, atau bahasa
sehari-hari sebagai Bird's Nest, adalah sebuah stadion di Beijing, Cina. Stadion ini
dirancang untuk digunakan di seluruh Olimpiade 2008 dan Paralimpiade.
Gambar 5.1. Tampak Depan

Terletak di Green Olimpiade, stadion berbiaya US $ 423 juta. Desain telah


diberikan kepada pengajuan dari arsitektur perusahaan Swiss Herzog & de
Meuron pada bulan April 2003, setelah proses penawaran yang mencakup 13
pengajuan akhir. Desain, yang berasal dari studi tentang keramik Cina, baja
dilaksanakan balok untuk menyembunyikan dan pendukung untuk atap yang bisa
dibuka, memberikan stadion berpenampilan seperti "Sarang Burung". Di pimpin
seniman Cina Ai Weiwei adalah konsultan artistik pada proyek ini. Ini atap yang
bisa dibuka kemudian dihapus dari desain setelah aspek inspiratif stadion paling
dikenali. Ground rusak pada bulan Desember 2003 dan stadion resmi dibuka pada
bulan Juni 2008. Sebuah pusat perbelanjaan dan hotel yang direncanakan akan
dibangun untuk meningkatkan penggunaan stadion, yang telah mengalami
kesulitan menarik acara, sepak bola dan sebaliknya, setelah Olimpiade.

Konsep awal dari desain Herzog & de Meuron adalah merancang sebuah karya
arsitektur yang tidak hanya akan menjadi arena olahraga para olimpiade 2008,
namun juga sebuah jarya yang menggambarkan nilai-nilai budaya China serta
menjadi ikon baru bagi Beijing. Sesuai dengan persyaratan dari Beijing
Manucipal Planning Commission, bangunan juga harus dapat terus berfungsi
sebagai ruang public bagi masyarakat Kota Beijing
Gambar 5.2. Tampak Atas

Desain mangkok pada bangunan ini memiliki karakter mengundang orang untuk
masuk dan berkumpul, hal ini sejalan dengan karakter masyarakat china yang
suka berkumpul dan beraktifitas di ruang-ruang public. Bentuk dasar dari stadium
ini adalah elips melingkar yang dalam hal ini mewakili symbol surge dan
kebudayaan china .

Kapasitas Beijing National Stadium untuk 80.000 pengunjung. Konstruksi baja


bukan saja digunakan sebagai elemen arsitektur yang membentuk bangunan,
namun juga merupakan suatu sistem struktur. Ukuran bentang bangunan ini
adalah 335m untuk panjang, 284m untuk lebar dan 69m untuk tinggi. Pada proses
konstruksi bangunan ini menggunakan banyak kontraktor. Untuk sistem
konstruksinya menggunakan sistem konstruksi baja.

Gambar 5.3. Potongan


Bangunan ini menggunakan 16 buah truss colom yang berfungsi sebagai kolom-
kolom penyangga utama. Setiap kolom 3D ini dibentuk secara pre-fabrikasi dari
baja jenis HSS (Hollow Structural Steel) kelas high-strength dengan 128 titik
kontak sambungan las. Di kiri-kanan struktur utama pun lalu terjalin konstruksi
berbagai balok baja silang-menyilang melengkapi balok 3D girders yang memang
ditata berpasang-pasangan diantara setiap pasangan kolom utama. Untuk penutup
atapnya menggunakan panel transparan ETFE.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian dan penerapan yang telah dijabarkan, analogi
merupakan suatu konsep desain yang berdasarkan pada kemiripan satu hal
dengan sesuatu yang lain, bisa berupa bangunan lain, hal-hal yang terdapat di
alam, suasana, karakter, maupun benda-benda hasil buatan tangan atau
pemikiran. Kemiripan di antara keduanya menjadi dasar terjadinya bentuk yang
lain. Desain yang baru mengambil sifat, pola, atau unsur sebuah benda yang di
desain menjadi bentuk yang berbeda.

3.2 Saran
Pembuatan makalah ini menyadarkan penyusun bahwa makalah ini masih jauh

dari kata sempurna dan butuh perkembangan agar lebih baik lagi kedepannya.

Makalah ini masih melampirkan banyak kesalahan dan kekurangan sehingga

dibutuhkan perbaikan bagi penyusun sendiri, maupun bagi penyusun-penyusun

lain. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan demi menciptakan

makalah yang lebih baik lagi, yaitu:

1. Memperluas literatur yang dipakai sebagai dasar penelitian, sehingga


informasi yang didapatkan lebih beragam, luas, dan mendetail.
2. Melakukan lebih banyak riset untuk menemukan bangunan-bangunan
yang menggunakan pendekatan analogi.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2013. Turning Torso Karya Arsitektur Monumental. Dapat ditemukan dalam
www.edupaint.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020, Pukul 18.43.

Admin. 2012. Beijing Olympic Stadium. Dapat ditemukan dalam


www.wikiarquitectura.com, diakses pada tanggal 21 Oktober 2020, pukul 17.30.

Admin. 2012. City of Arts and Sciences. Dapat ditemukan dalam www.arcspace.com.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2020, Pukul 19.20.

Zahari, Muhammad Fachri. 2016. Analogi Biologis dalam Perancangan Arsitektur.


Institut Teknologi Medan. Dapat ditemukan dalam www.academia.edu, diakses pada
tanggal 20 Oktober 2020, pukul 19.42

Anda mungkin juga menyukai