Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS /PTK

PTK memiliki karakteristik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian


lainya. Adapun beberapa karakter tersebut adalah:

1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran perlu
diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk
membenahi masalah dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi.
Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan kompetensi tinggi merupakan
seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya.
Sehingga Ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan
maksimal.

2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial. Dan ini
sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang menggunakan responden
dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan
refleksi diri. (Tahir,2012:80)

3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara siswa
dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan
hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya proses
pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)

4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. PTK
dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau
perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga
diperoleh model pembelajaran yang paling baik. (Daryanto,2011:6)

5. PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme guru, karena PTK
memberi motivasi kepada guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru
untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di mana semua itu dapat menunjang
kemampuan guru dalam pembelajaran. (Daryanto,2011:6)

6. PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan kelas. Dengan
demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu model saja.(Tahir,2012:81)

7. PTK menggunakaan metode kontekstuall. Artinya variable- variable yang akan dipahami
selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya
berlaku untuk kelas itu saja dan tidak dapat digeneralisasikan dengan kelas lain.
(Tahir,2012:81)
8. PTK dalam pelaksanaannya terbikai dalam beberapa pembagian waktu atau siklus.
(Sukardi,2011:212)

9. PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian semata. melainkan
harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang sedang berjalan di kelas tersebut.
(Sanjaya,2010:34)

10. Menurut Ibnu (dalam Aqib,2009:16) memaparkan bahwa PTK memiliki karakteristik dasar
yaitu:

a. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru;

b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;

c. Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi;

d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;

e. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.

Menurut Richard Winter ada enam karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu :

1. Kritik Refleksi.

Salah satu langkah penelitian kualitatif pada umumya, dan khususnya penelitian tindakan
kelas ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan
suatu aksi. Hanya saja, di dalam(PTK) yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya
evaluasi atau penelitian, dan refleksi ini perlu adanya kritik sehingga dimungkinkan pada
taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan. Adapun menurut Schmuck (1997), yang
dimaksud refleksi disini adalah refleksi dalam pengertian melakukan introspeksi diri,
seperti guru mengingat kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas,
apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian dan
sebagainya.

2. Kritik Dialektis.

Dengan adanya kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap
fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemerisaan
terhadap :

a. Kontek hubungan secara menyeluruh yang merupakan suatu unit walaupun dapat
dipisahkan secarta jelas.

b. Struktur kontradiksi internal, maksudnya dibalik unut yang kelas yang


memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang
berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3. Kritik Kolaboratif.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) diperlukan hadirnya suatu kerjasama dengan
pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya.

4. Kritik Resiko.

Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agr peneliti berani mengambil resiko,
terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada
diantaranya: Adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi, dan Melesetnya
hipotesis.

5. Kritik Susunan Jamak.

Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena


ditentukan oleh suara tunggal, penelitiannya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak
karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasitif dan kolaboratif.

6. Kritik Internalisasi Teori dan Praktek.

Di dalam penelitian tindakan kelas (PTK), keberadaan antara teori dan praktik bukan
merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi keduanya merupakan dua tahap yang
berbeda, yang saling bergantung dan keduanya berfungsi untuk mendukung transformasi.

Pendapat lainnya tentang Karakteristik PTK, diantaranya :

1. Masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah “mikro” yang dibatasi oleh “dinding-
dinding kelas”. Masalah perbaikan pengajaran, evaluasi, dan pengayaan kurikulum
merupakan salah satu sasaran PTK. Objek PTK lebih berorientasi pada masalah yang
dihadapi guru dan siswa di dalam kelas.

2. PTK bersifat “evaluasi diri” terhadap kualitas pengajaran guru itu sendiri.

3. PTK merupakan penelitian terapan untuk memecahkan masalah-masalah real yang


dihadapi guru dan siswa. Tujuan akhir dari PTK adalah untuk menyempurnakan kualitas
PBM

4. PTK bersifat siklus. Artinya, perencanaan pengajaran dan pelaksanaan pembelajaran dapat
ditindaklanjuti dengan pengamatan dan upaya memperbaikinya. Hasil perbaikan tersebut
dapat diterapkan pada tahap berikutnya hingga mencapai kesempurnaan PBM yang
diharapkan.

5. PTK berorientasi pada daya serap dan taraf serap materi pengajaran. Objek PTK dalam hal
ini adalah keterukuran kemampuan siswa dalam menyerap materi pengajaran sesuai dengan
RPP yang telah diterapkan guru.
Menurut Ibnu (dalam Aqib, 2009 :16) memaparkan bahwa PTK memiliki karakteristik
dasar, yaitu :

a. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru.

b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaannya.

c. Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi

d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;

e. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode

Menurut Kunandar (2008: 55) PTK memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah rill atau nyata yang
muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab
peneliti).

2. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan
oleh guru sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam
PBM di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya
menyempurnakan PBM di kelasnya.

3. Improvement oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam


rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di
kelasnya.

4. Cyclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang
terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK terdiri 4 tahapan,
yaitu perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi, dan analisis
atau refleksi.

5. Action oriented. Dalam PTK selalu didasari pada adanya tindakan (treatment) tertentu
untuk memperbaiki PBM di kelas.

6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Maksudnya dampak tindakan yang harus


dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberi dampak positif lain,
atau bahkan menimbulkan dampak negative yang merugikan peserta didik.

7. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh
guru dalam PBM di kelas. permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang sifatnya
spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas
tersebut.
8. Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan
pihak lain, seperti teman sejawat.

9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.

10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus
terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, dan selanjutnya diulang
kembali dalam beberapa siklus.

Menurut Drs. Tatang Sunendar, M.Si. dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) Jawa Barat, adalah sbb: Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK
memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang
lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika
dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian
kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data
dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai
penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan
terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya
perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1)
didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam
pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan
memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam
rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Menurut Richart Winter ada (enam) karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik
dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek
(Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK
tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu
upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga
dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia


melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang
merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi
internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya
kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit
tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain
seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi
dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi
dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau
kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu
proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang
yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap
sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut
pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara
tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak.
Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap
sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah
sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat
dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan
sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang
mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk
melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian,
aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan
sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya
menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal
karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur
jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif.
Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus
mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh,
seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya
harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi
belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan
praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan
dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian
konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah.
Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat
digunakan dan dikembangkan bersama.

Untuk membedakan PTK dari penelitian lain, berikut ini karakteristik PTK, antara lain:

1. PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi)


sebagai prosedur baku penelitian.

2. PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2/3 bulan) secara kontinyu
untuk memperoleh data yang diperlukan

3. Hasilnya tidak untuk digeneraliasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan di
tempat lain yang konteksnya mirip.

4. Guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti
guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.

5. PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak
dengan hal yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal
yang diteliti.

6. Dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru)
dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.

7. PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata
dan terjangkau oleh guru; tidak menggarap masalah-masalah besar.

8. Pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan,
dan tercapainya tujuan penelitian.

9. PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.

10. Bermaksud mengubah kenyataan, keadaan dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan
memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis. Sehingga
membantu pendidik untuk menjadi lebih sadar terhadap masalah-masalah pembelajaran yang
dihadapi oleh guru dan siswa di kelas.

11. Fokus penelitian yang dilakukan hanya merupakan pelaksanaan tindakan yang telah
direncanakan untuk mengatasi masalah.

12. Bersifat refleksi diri/evaluasi diri (self-reflective/ self-evaluation).

13. Masalah penelitian dianggap dari peristiwa yang mengganggu peneliti dalam pembelajaran
sehari-hari, misalnya strategi pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan
bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun
paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan,
terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

Anda mungkin juga menyukai