Skripsi Lengkap PDF
Skripsi Lengkap PDF
WENNY ANDITA
E211 12 008
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
ABSTRAK
ii
UNIVERSITY OF HASANUDDIN
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF PUBLIC ADMINISTRATION
STUDY PROGRAM OF PUBLIC ADMINISTRATION SCIENCE
ABSTRACT
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah, Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, dzat yang maha
Agung, maha bijaksana atas segala limpahan karunia dan hidayah yang diberikan kepada
Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) I Lagaligo Kabupaten Luwu
Timur”. Tak lupa pula penulis kirimkan Syalawat dan Salam kepada junjungan nabi kita
Muhammad SAW sang pemilik semua kalimat, penghulu semua mahluk yang senantiasa
ikhlas dan sabar dalam menuntun ummatnya kearah yang lebih baik.
Banyak tantangan maupun kendala dalam penulisan skripsi ini. Namun dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan limpahan rasa hormat, penulis wajib
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten
Luwu Timur beserta seluruh staf dan pegawainya yang telah berkenan mengizinkan saya
untuk melakukan penelitian baik dalam hal pengambilan data maupun wawancara sehingga
Penulis juga wajib mengucapkan banyak terima kasih dengan segala kerendahan
hati dan segenap cinta dan hormat kepada Ayahanda tercinta Muis Muhammad, S.Pd dan
ibunda tercinta Suyatni, S.Pd yang telah membesarkan dan mendidik penulis, penulis
mutlak berterima kasih dan sekaligus meminta maaf kepada beliau karena dengan
dukungan beliau pula penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga keperguruan tinggi.
Penulis menyadari begitu banyak pengorbanan yang telah beliau berikan dari kecil hingga
dewasa, terima kasih atas segala pengorbanan, dan doa serta kasih sayangnya baik materi
dan moral secara rohani dan jasmani. Serta saudara-saudari saya yaitu Muhammad Owen
Muis dan Dinda Amaliah yang selalu memberikan dorongan dan semangat selama saya
vii
sekolah dan juga semua keluarga yang senantiasa mendoakan dan turut membantu dalam
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati, penulis juga
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas Hasanuddin
2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Ibu, Dr. Hj. Hasniati, S.Sos, M.Si Selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi FISIP
Universitas Hasanuddin dan Bapak Drs. Nelman Edy M.Si selaku Sekretaris Jurusan
4. Bapak Dr. Suryadi Lambali, MA selaku pembimbing I dan Dr. Muhammad Yunus,
5. Bapak Prof. Dr. Suratman, Dr. Hj. Syahribulan, M.si dan Dr. Hj. Hasniati, M.Si
selaku dosen penguji dalam sidang skripsi penulis. Terima kasih penulis ucapkan atas
kehadiran Bapak dan Ibu dalam sidang skripsi penulis beserta masukan-masukan dan
atas bimbingan, arahan, didikan dan motivasi yang diberikan selama kurang lebih 3,5
tahun perkuliahan beserta para staf jurusan Pak Refi, Kak Ros, Bu Ani, dan Pak Lili
7. Seluruh Keluarga Besar PT. Melia Sehat Sejahtera yang telah banyak mendukung
dan memberikan motivasi yang sangat besar bagi saya untuk mengejar kesuksessan di
usia muda dan membuktikan bahwa sukses itu dapat diraih melalui pendidikan dan
bisnis.
viii
8. Seluruh Pengurus Harian KGI Komda Sul-Sel Unit FISIP Unhas yang telah banyak
kurang lebih tiga tahun telah menjadi rekan kerja yang baik.
11. Seluruh pegawai rektorat khususnya kepada kak Lilis, kak Ina, kak Dinar, kak
Lisa, dan masih banyak lagi yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu,
yang selama saya berkarir di Student Employee Unhas telah banyak memberikan
12. Teman-teman seperjuangan saya di Grup Three A Team Makassar yaitu Mia, Ana,
Desi dan Ruri yang selalu menjadi motivator bagi saya untuk bisa terus berjuang
13. Dan juga teman-teman seperjuanganku di Pondok Ananda 2 yaitu Ika Yusvika dan
Mari Makalo yang selalu memberikan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan merupakan
suatu hal yang instan, tetapi buah dari suatu proses yang relatif panjang menyita segenap
tenaga dan pikiran, namun atas bantuan dan dorongan yang diberikan berbagai pihak, maka
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penutup penulis sadar akan segala
keterbatasan yang ada oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membagun sangat
penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, dan
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
x
II.2.4 Faktor-faktor Keberhasilan Implementasi Kebijakan ……………………… 20
xi
IV.1.1.2 Sarana dan Prasarana ……………………………………………….. 45
xii
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Inap…………………………………………………………………….…….. 77
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan nasional. Dan salah satu tolok ukur keberhasilan tersebut adalah
Kesehatan Nasional (JKN) sebagai salah satu dari beberapa program unggulan
1
JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
rehabilitative. Selain itu melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat
Sosial (BPJS).
bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. Dan bertujuan
bagi setiap Peserta dan/ atau anggota keluarganya. Badan publik ini terbentuk
bahwa pada tanggal 30 Juni 2014 tercatat jumlah masyarakat yang terdaftar
data per 8 Agustus 2014 menyebutkan bahwa jumlah total peserta BPJS
2
Kesehatan adalah 126.487.166 jiwa (Data Kinerja BPJS Kesehatan Semester I,
Bantuan Iuran (PBI) dan 57.063.863 jiwa peserta non-Penerima Bantuan Iuran
Tingkat Lanjutan (FKRTL), memiliki acuan atau pedoman yang jelas dalam
fokus utama penelitian. Karena salah satu faskes yang banyak dikunjungi oleh
3
peserta BPJS Kesehatan adalah rumah sakit. Keberadaan faskes ini sebagai
provider tingkat lanjutan sangat dibutuhkan karena keseluruhan hasil rujukan dari
lanjutan baik untuk Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat
Lanjutan (RITL) diselenggarakan oleh Rumah Sakit yang bekerja sama dengan
PT. Askes (Persero), (Pedoman Bagi Peserta Askes Sosial dalam Bata, 2013 :
3).
dari puskesmas untuk wilayah kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya. Rumah
sakit ini merupakan milik pemerintah kabupaten Luwu Timur yang terletak di
perawatan dengan jumlah total tempat tidur sebanyak 141 buah. Adapun jumlah
tenaga medis yaitu sebanyak 26 orang, tenaga perawat sebanyak 108 orang,
kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh BLUD
4
kunjungan pasien pada pelayanan medik unit rawat jalan poli klinik dan
pelayanan medik instalasi rawat inap selama dua tahun terakhir yaitu 2014 dan
2015. Untuk jumlah kunjungan pasien BPJS Kesehatan/ JKN pada unit rawat
jalan poli klinik adalah tahun 2014 sebesar 12.838 (34%) dan tahun 2015
Kesehatan/JKN pada instalasi rawat inap adalah tahun 2014 sebesar 4.174
yang diperoleh dari beberapa staf rumah sakit terkait penyelenggaraan BPJS
sehingga klaimnya tidak dapat dibayarkan oleh pihak BPJS Kesehatan. Selain
itu, defisit pendapatan yang dialami oleh bagian pelayanan medik poli obygn
5
a. Bagaimanakah penyelenggaraan dari kebijakan BPJS Kesehatan di
yaitu:
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
1. Akademis
peneliti maupun pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang
sama.
2. Manfaat Praktis
6
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan Implementasi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yunani dan Romawi yang mengambil konsep publik dan privat. Bangsa Romawi
mendefinisikan kedua istilah tersebut dalam term res publica dan res priva.
Gagasan publik dan privat pada masa Yunani kuno diekspresikan dalam istilah
konion (yang dapat diartikan publik) dan idion (yang bisa diartikan privat).
publik yang bersatu dan adil pada masa ketika Babilonia mengalami transisi dari
Negara kota kecil menjadi wilayah yang luas (Fermana, 2009 : 30-31).
bagi para perumus dan penganalisis kebijakan publik dikemudian hari manakala
mereka berdiskusi dalam ruang politis (Nawawi, 2009 : 7). Sedangkan menurut
Nugroho (2003) dalam (Nugroho, 2014 : 105), kebijakan publik tidak pernah
mengapa dan apa efek dari tindakan aktif (action) dan pasif (inaction) pemerintah
atau kebijakan publik adalah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah,
8
mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan
mengatakan bahwa:
Furlong (2005) seperti yang dikutip oleh Nugroho (2014 : 105) yang
berpendapat bahwa:
policy yang menyimpulkan bahwa policy di satu pihak dapat berbentuk suatu
pihak policy merupakan suatu teknik atau cara untuk mengatasi konflik dan
beberapa poin yaitu: (1) Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa
kepentingan publik, dan (3) Kebijakan publik adalah tindakan pemilihan alternatif
9
publik. Dye dalam Anshori et al. (2012 : 75) mendefenisikan kebijakan publik
melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda
(what government do, why they do it, and what difference it makes). Dan Output
dari hubungan yang saling mempengaruhi dalam proses politik dalam institusi
jika membahas beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik
seperti yang diutarakan oleh Young dan Quinn (2002) dalam Suharto (2005 : 44-
45) yaitu:
berkembang di masyarakat.
beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan
10
dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan. Keputusan yang telah
bentuknya, merupakan suatu landasan hukum yang sah bagi Pemerintah untuk
mengambil tindakan. Oleh karena itu, suatu kebijakan publik haruslah dibuat
yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis
Siklus hidup atau tahap-tahap dari suatu kebijakan pada dasarnya adalah
11
Gambar II.1
Identifik
Impleme asi
ntasi Alternati
f
Interpre
Evaluasi
tasi
Pemilihan
Alternatif
formulasi kebijakan?
Persyaratan / kriteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan
12
6. Implementing (implementation) : Siapa yang terlibat dalam implementasi
kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?
undang. Menurut Lester dan Stewart dalam (Winarno, 2007 : 144) Implementasi
program-program.
implementasi kebijakan. Sedangkan Meter dan Horn dalam (Safawi et al., VOL 3
yang dilakukan oleh publik maupun swasta baik secara individu maupun
13
kelompok yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan kebijakan. Ripley dan Franklin dalam (Sidik, VOL 19 Nomor 1 2015 :
Menurut Van Metter dan Van Horn (1975) dalam (Setyati dan Utomo, VOL
menyatakan bahwa:
dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain;
apa motivasi-motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa motivasi lain yang
Grindle dan Quade dalam (Rifandi dan Maryani, VOL 5 Nomor 1 2014 :
14
Berbeda halnya dengan Riant Nugroho (2014 : 213-214) yang
sangat bagus, 60% berkontribusi dari implementasi yang genius, dan 20% dari
birokrasi terhadap kebijakan; (2) lancarnya pelaksaan rutinitas fungsi dan tidak
adanya kendala; serta (3) terwujudnya kinerja dan dampak yang diinginkan.
transfer informasi atau pesan dari institusi yang lebih tinggi ke institusi yang lebih
paksaan pada tingkat federal; (b) kapasitas pusat/Negara; dan (c) dorongan dan
paksaan pada tingkat pusat dan daerah (Rifandi dan Maryani, VOL 5 Nomor 1
2014 : 122).
kebijakan atau program (Akib, VOL 1 Nomor 1 2010 : 4). Karena konsistensi
15
Untuk menemukan keberhasilan di dalam pengimplementasian suatu
kebijakan maka diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan oleh para
keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses
dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-
kebijakan.
16
II.2.3 Teori Implementasi Kebijakan
1. Model The Top Down Approach: Brian W. Hogwood and Lewis A. Gunn
tertentu, yaitu:
yang handal.
penghubungannya.
Model ini terdiri dari 10 point yang harus diperhatikan dengan saksama
17
yang harus tersedia dengan memadai. Di samping itu, sumber daya yang
memadai tersebut harus dalam kombinasi yang berimbang. Tidak boleh terjadi,
misalnya, sumber daya manusia cukup tetapi peralatan tidak memadai, atau
cukup. Hambatan lain, kondisi eksternal pelaksana harus dapat dikontrol agar
Menurut Model ini, untuk mencapai kinerja kebijakan secara berhasil guna,
b. Sumber Daya
Randall. B. Ripley and Grace A. Franklin (1986 : 232-233), menulis tentang three
18
Sehubung dengan three dominant ways of thinking about successful
yang kedua, ada juga yang mengukur dengan adanya kelancaran rutinitas fungsi.
Oleh karena Ripley dan Franklin menganggap kedua parameter tersebut “is too
narrow and have limited political interest.” Maka mereka mengajukan perspective
yang ketiga, yaitu dampak yang diinginkan. Mereka mengutarakan ini dengan
analyzed.” Jadi menurut Repley dan Franklin (1986 : 232-233) ada 3 perspektif
yaitu:
19
something. Of what problems should the students of implementation be
aware if this perspective is adopted?
Ketiga faktor ini akan diuraikan, dan setiap faktor memiliki beberapa
indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran dalam melihat tingkat keberhasilan
atau dengan tingkat kepatuhan pada bagian dari birokrasi pada umumnya
memiliki sedikit minat, dalam arti sempit, untuk siswa atau untuk peserta atau
kompetitif. Menurut definisi, hampir tidak ada contoh dari kebijakan peraturan
atau redistribusi pelindung bisa sukses. Konflik tidak, dalam pandangan kami,
selalu buruk. Ketika hasrat menjalankan tinggi, seperti yang mereka lakukan
20
politik adalah cara yang wajar bagi pelaku untuk mencapai tujuan yang saling
seperti fitur dasar dari sistem kami, dapat dikatakan pelaksanaan yang
kurang berhasil itu ditunjukkan sejauh politik konfliktual masuk akal. Untuk
memastikan, hasil dari politik dapat membuat campuran dari setiap program
Kami berpikir bahwa kedua konsep keberhasilan ini terlalu sempit dan hanya
terbatas pada kepentingan politik saja. Oleh karena itu, kami mengajukan
kinerja yang diinginkan dan dampak dari program yang sedang dianalisis.
Perspektif ini adalah yang paling menarik bagi kita - meskipun masalah kita
berharga hanya jika mencapai sesuatu. Apa masalah yang harus disadari
a. Pertama, tidak ada cara sekitar kenyataan bahwa yang diinginkan adalah
yang dipegang oleh satu orang atau lebih. Dalam beberapa kasus hampir
semua pihak terkait dapat menyepakati sifat kinerja yang diinginkan dan
asalkan jelas diberi label) pada waktu yang sama. Dan, tergantung pada
21
isi perspektif mereka, pelaksanaan program yang sama dapat diberi label
b. Kedua, dampak program adalah konsep yang sangat rumit. Ada berbagai
kesehatan yang baik, dan perbaikan dalam tingkat morbiditas (sakit) dan
dan mekanisme atau tata cara pelaksanaannya di atur dalam Peraturan Menteri
Setiap orang, termasuk orang asing yag bekerja paling singkat 6 (enam)
22
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang
perundang-undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) : terdiri dari:
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
pensiun;
23
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
membayar iuran.
Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung,
Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat
sendiri;
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
terbatas).
24
meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
meliputi kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.
Hak Peserta
kesehatan;
Kewajiban Peserta
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang
II.3.4 Iuran
25
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga
Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri,
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga
persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar oleh
peserta.
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD,
dan Swasta sebesar 45% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per
bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak
ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar 1% (satu
persen) dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja
penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara
a. Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang
b. Sebesar Rp.42.500,- (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang
c. Sebesar Rp. 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) per
duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan,
26
iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima
persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa
Gigi.
Poliklinik Induk POLRI, Poliklinik Umum POLRI, Poliklinik Lain POLRI dan
d. Praktek Dokter Umum/ Klinik Umum, terdiri dari Praktek Dokter Umum
27
a. Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum (RSU), RS Umum Pemerintah Pusat
Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Balai
Kesehatan Jiwa.
a. Laboratorium Kesehatan
b. Apotek
d. Optik
28
b. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai
keluarganya;
c. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai
keluarganya;
Negeri dengan gaji atau upah sampai dengan 1,5 (satu setengah) kali
penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak,
c. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
d. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan;
29
g. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan gaji atau upah diatas 1,5 (satu setengah) sampai
dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin
a. Administrasi pelayanan;
a. Administrasi pelayanan;
dan subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non nedah sesuai dengan
Indikasi medis;
30
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Rehabilitas medis;
g. Pelayanan darah;
Gambar II.2
31
II.4 Pelaksanaan BPJS Kesehatan di Rumah Sakit
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan (Permenkes No. 71/2013 pasal 2).
a. Administrasi pelayanan;
dan subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
32
II.4.2 Klasifikasi Rumah Sakit
dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
33
II.5 Kerangka Pikir
Kerangka berfikir merupakan alur pemikiran yang diambil dari suatu teori
RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur. Maka teori dari Repley dan Franklin
(1986 : 232-233) ada tiga faktor yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
Indikatornya meliputi:
Pemenuhan Persyaratan
INA-CBGs
Indikatornya meliputi:
Indikatornya meliputi:
34
Berikut adalah gambaran kerangka fikir penulis terhadap penelitian
Luwu Timur:
Gambar II.3
Kerangka Pikir
35
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Ini berarti untuk mendapatkan data yang
dan sistematis. Maka dari itu, untuk mendapatkan dan menggunakan data yang
valid dalam penelitian maka dijelaskan metode yang akan digunakan dalam
memperoleh data.
36
objektif, yang berlandaskan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
yang dipengaruhi oleh ketiga pendekatan yaitu tingkat kepatuhan pada ketentuan
yang dikehendaki berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Repley dan
Franklin.
III.4. Informan
sedang dikaji. Dalam penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah
para aktor yang terlibat dalam proses implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan
Timur.
Timur.
37
III.5. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
pada objek penelitian atau field research. Data primer yaitu hasil
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang dimiliki
pihak informan atau semua pihak yang terlibat dalam program SPP
survey.
2. Observasi (Observation)
38
Observasi atau pengamatan ini dimaksudkan sebagai
melalui berbagai situasi dan kondisi nyata yang terjadi baik secara
dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa buku-
buku, literatur, laporan tahunan, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
dengan apa yang telah diuatarakan oleh Matthew Miles dan Michael Huberman
(2014) bahwa analisis dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
1. Reduksi Data
39
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.
Namun dua hal lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan.
tidak terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan pemahaman
dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini, maka maksud dan fokus penelitian
40
pendekatan yang relevan dengan implementasi kebijakan tertentu dan
dengan INA-CBGs.
41
obatan yang harus disesuaikan dengan INA-CBGs dan waktu
penerbitan SEP).
42
BAB IV
dari Kabupaten Luwu Utara. Secara defenitif Kabupaten Luwu Timur beriri pada
dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 3 Mei 2003. Dan secara
Tenggara dan Teluk Bone. Sementara itu, batas sebelah Barat merupakan
Selain itu, di kabupaten Luwu Timur juga memiliki 5 danau. Kelima danau
43
tersebut adalah antara lain danau Matano (dengan luas 245,70 km 2), Danau
Mahalona (25 km 2), dan Danau Towuti (585 km 2), Danau Tarapang Masapi
(2,43km2) dan Danau Lontoa (1.71 km 2). Danau Matano terletak di kecamatan
Kabupaten ini juga merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup
tinggi. Selama tahun 2011, tercatat rata-rata curah hujan mencapai 258 mm,
dengan rata-rata jumlah hari hujan per bulan mencapai 17 hari. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember, yakni 393 mm dengan jumlah hari hujan
sebanyak 23 hari.
IV.1.1.1 Demografi
jiwa per km2. Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Malili dengan
jumlah penduduk 32.112 Jiwa. Sedangkan kecamatan yang paling rendah jumlah
besar dibandingkan perempuan. Hal ini terlihat dengan rasio jenis kelamin (sex
ratio) penduduk Luwu Timur sebesar 107.41 yang artinya bahwa setiap 100
bahwa 36% penduduk Luwu Timur berusia muda (umur 0-14 tahun), 60%
berusia produktif (15-64 tahun) dan 4% usia tua (65 tahun ke atas). Sehingga
diperoleh rasio ketergantungan penduduk Luwu Timur 150,81 yang artinya setiap
100 penduduk usia produktif menanggung 140 penduduk usia non produktif.
44
Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu daerah penempatan
Timur diantaranya adalah UPT Malili SP (425 KK) dan SP II (400 KK) dan UPT
Mahalona SP (330 KK) dan SP II (100 KK). Para Transmigran yang ada di
keempat UPT tersebut berasal dari beberapa daerah antara lain Jawa Barat,
Jawa Tengah, Yogyakarta, NTP, Bali, Ambon, Poso, maupun Timor Timur.
Fasilitas Umum
telah ditunjang dengan sarana dan prasarana umum yang dimanfaatkan oleh
Nuha, dan Tomoni. Untuk jumlah KUD pada tahun 2008 17 unit, sedangkan
jumlah koperasi non KUD pada tahun 2007 sebanyak 162 unit. Jumlah kantor
pos yang ada di kabupaten Luwu Timur pada tahun 2010 sebanyak 5 KPC,
Kalaena. Jumlah produksi pos secara umum pada tahun 2010 mengalami
peningkatan disbanding tahun 2009. Jenis Pos yang paling besar mengalami
peningkatan adalah paket Pos dalam negeri yang meningkat sebesar 265,27
Fasilitas Sosial
45
Sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
kepada Tuhan Yang Maha Esa, membangun masyarakat yang religious dan
pada agama. Untuk itu, diperlukan sarana sarana dan prasarana yang
untuk tempat ibadah terdapat jumlah yang sama dengan tahun 2009. Mesjid
mencapai jumlah 311, musholla sebanyak 155 buah, gereja sebanyak 227
jemaah haji tahun 2010 sebanyak 160 orang yang terdiri atas 53 orang laki-
laki dan 107 orang perempuan. Jumlah ini sedikit lebih besar disbanding
dengan tahun 2009 yang mencapai 151 orang. Jemaah Haji yang
b) Pendidikan
sumber daya manusia (SDM) yang handal. Hal ini disebabkan karena banyak
yang beranggapan bahwa bangsa yang mempunyai SDM yang handal dan
46
kaitan ini, salah satu komponen yang berkaitan langsung dengan
146 unit taman Kanak-Kanak, 171 unit Sekolah Dasar, 57 unit Sekolah
c) Kesehatan
Timur terdapat dua buah rumah sakit yakni milik PT. INCO (sekarang PT.
Vale) yang berada di Kecamatan Nuha dan milik Pemerintah Daerah berada
adalah 74 Puskesmas (Induk dan pembantu), dan 248 Posyandu. Selain itu,
umum, 7 dokter gigi, 5 apoteker, 182 bidan, 250 perawat, dan 271 dukun
47
banyak anak lahir hidup pada tahun 2010 berjumlah 5.256 anak, sedangkan
d) Transportasi
yang lain sudah tersedia. Pada tahun 2010 tercatat panjang jalan di
Kabupaten Luwu Timur mencapai 1.803,22 kilometer yang terdiri dari jalan
1.549,91 kilometer pada tahun 2008 menjadi 1.777,18 kilometer pada tahun
2009.
e) Komunikasi
negeri. Saat ini, jumlah kantor pos pembantu di Kabupaten Luwu Timur
sebanyak 6 buah. Kantor Pos Pembantu yang ada juga telah mampu
48
sambungan cadangan. Sambungan terbanyak terdapat di Kecamatan Nuha
Tahun 2008 mengenai izin pemanfaatan RSUD I Lagaligo diikuti dengan Izin
sarana dan prasarana baik tenaga, sarana teknis medis maupun operasional
pelayanan dan aspek legal formal maka pada bulan desember 2008 dipimpin
oleh Direktur dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS pelayanan RS mulai dioperasikan
secara terbatas dengan 50 tempat tidur dan 2 orang dokter spesialis tetap. Dan
pada bulan April 2009 melalui Surat Rekomendasi DINKES Provinsi Sulsel
sebagai RS Tipe C dan pada tanggal 05 April 2010 melalui Keputusan Menteri
di tahun 2013.
49
Upaya untuk menciptakan mutu pelayanan yang lebih baik lagi
diupayakan melalui proses Akreditasi Baru oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Visi dari BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur adalah “Menjadi
yang berkelanjutan.
IV.1.2.4 Tujuan
50
IV.1.2.5 Sasaran Strategi
9001.
IV.1.2.6 Motto
rujukan BPJS Kesehatan dari beberapa daerah yang ada di wilayah tersebut
seperti: Kecamatan Burau yang memiliki luas area sebesar 256,23 km 2 dengan
jumlah penduduk sebanyak 36.509 orang, Kecamatan Wotu yang memiliki luas
Kecamatan Tomoni yang memiliki luas area sebesar 230,09 km 2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 26.093 orang, Kecamatan Tomoni Timur yang memiliki luas
Kecamatan Angkona yang memiliki luas area sebesar 147,24 km 2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 24.812 orang, Kecamatan Malili yang memiliki luas area
Kecamatan Towuti yang memiliki luas area sebesar 1.820,48 km 2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 34.962 orang, kecamatan Nuha yang memiliki luas area
51
jumlah penduduk sebanyak 21.420 orang, Kecamatan Mangkutana yang memiliki
orang, dan Kecamatan Kalaena yang memiliki luas area sebesar 41,98 km 2
dengan jumlah penduduk sebanyak 11.649 orang. Sehingga jika ditotalkan maka
kecamatan yang ada di kabupaten Luwu Timur dengan BLUD RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur yaitu 1 : 290.930 atau 1 rumah sakit dapat menampung
pada umunya sama dengan yang ditujukan kepada pasien lain di BLUD RSUD I
a. Pelayanan Medik
Pelayanan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: Poli Klinik Bedah, Poli Klinik
Interna, Poli Klinik Obygn, Poli Klinik Anak, Poli Klinik Gigi, Poli Klinik Neuro,
Poli Klinik Kulit Kelamin, Poli Klinik Umum, Poli THT, Poli Mata, dan UGD.
Pelayanan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: Farmasi, Laboratorium, UTD,
52
Pelayanan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: Rekam Medis Rawat Jalan
peserta BPJS Kesehatan tidak hanya dilihat dari segi penanganan medisnya
saja, tetapi juga dapat dilihat dari segi penyediaan sarana dan prasarana. Di
1. Tempat Tidur
Untuk setiap ruangan perawatan VIP Utama (R. Matano 3), VIP A (R. Matano
1), dan VIP B (R. Matano 2) jumlah tempat tidur yang disediakan adalah
perawatan Kelas I (R. Towuti) ada 6 buah tempat tidur dengan tingkat
perawatan Kelas III Interna (R. Mahalona 1) dan Kelas III Bedah (R.
buah tempat tidur dengan tingkat presentasi 3,5%, dan ruang Isolasi
sebanyak 7 buah tempat tidur dengan tingkat presentasi 4,9%. Atau jika
53
ditotalkan secara keseluruhan terdapat 141 buah tempat tidur yang
disediakan.
2. Penunjang
menyediakan Ipal, Genzet, Incenerator, PDAM dan Sumur Bor, Hot Spot,
IV.1.2.10 Ketenagaan
Jumlah tenaga yang ada pada BLUD RSUD I Lagaligo Tahun 2015 Tahun 2015
sebanyak:
1. Tenaga Medik
Untuk golongan PNS secara umum terdapat 19 orang yang terdiri dari:
terdapat 6 orang dan golongan Upah Jasa terdapat 1 orang yang masing-
2. Tenaga Perawat
54
Untuk golongan PNS secara umum terdapat 108 orang yang terdiri dari: S1
untuk golongan Upah Jasa secara umum terdapat 26 orang yang terdiri: dari
Serta golongan Sukarela secara keseluruhan terdapat 178 orang yang terdiri
Untuk golongan PNS secara keseluruhan terdapat 67 orang yang terdiri dari:
sebanyak 1 orang, dan STM sebanyak 2 orang. Golongan Upah Jasa secara
55
Sekretaris sebanyak 1 orang, SMA/SLTA/SMK/SMEA sebanyak 51 orang,
sebanyak 3 orang.
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA dan Lembaga Teknis Daerah
56
Gambar IV.1
DEWAN PENGAWAS
KEPALA TATA
USAHA
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUBAG SUBAG SUBAG
UMUM & KEUANGA PERENC &
KEPEGAWAI N
AN PELAPORA
N
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah pada BLUD RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur
BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur yang telah ditempuh selama lima
57
2. Melaksanakan Pelayanan Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum
rawat jalan (standar > 90%); dan pasien rawat jalan tuberculosis yang
bedah (standar tersedia); jam visite dokter spesialis 08.00 s/d 14.00
100%); kematian pasien > 48 jam (standar < 0,75%); kejadian pulang
paksa (standar < 5%); kepuasan pelanggan rawat inap (standar >
58
Untuk data terkait SOP BLUD RSUD I Lagalaligo tidak bisa dilampirkan
Pelayanan Loket
RSUD I Lagaligo.
59
Pemantauan/evaluasi kepuasan pelanggan Rumah Sakit.
bagi rumah sakit, mengigat besarnya sumber daya serta luasnya cakupan
pelayanan yang ada pada rumah sakit. Sistem Manajemen Informasi Rumah
Sakit (SIM RS) dengan aplikasi SIM GOS dari KEMENKES sementara
kelancaran informasi bagi seluruh konsumen dan pegawai rumah sakit maka
BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat dalam beberapa
60
Mengikuti Indonesian-Case Base Groups (INA-CBGs). Adapun penjabaran
1. Pemenuhan Persyaratan
pihak. Namun isi dokumen resmi tersebut tidak bisa dilampirkan di dalam
Terkait MoU dalam pernyataan di atas, maka isinya dapat dilihat di dalam
karena isi Mou antara pihak BPJS Kesehatan dan BLUD RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur tidak jauh berbeda dengan isi peraturan tersebut.
a. Pelayanan Kesehatan
61
- Pelayanan Kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah
5).
62
kesempatan untuk melakukan pendaftaran dan pembayaran iuran
kesehatan
63
3. Rumah Sakit Khusus.
1. Administrasi pelayanan;
rehabilitasi medis;
6. Pelayanan darah;
64
Adapun tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan pada Fasilitas
mendapatkan pelayanan.
spesialis/subspesialis.
65
pelayanan rehabilitasi medik dasar) atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
rumah sakit.
medik.
66
pernyataan yang sama. Seperti yang disampaikan oleh bapak B, yang
menyatakan bahwa:
“Pertama harus ada MoU atara BPJS Kesehatan dengan pihak rumah
sakit, kemudian aturan-aturan lainnya yaitu tidak boleh keluar dari
paket INA-CBGs, kecuali yang mereka atur ada yang bisa diklaim
tersendiri misalnya pemeriksaan-pemeriksaan canggih dan obat-
obatan tertentu. Yang jelas aturan yang digelontorkan oleh pihak
BPJS Kesehatan harus dipatuhi oleh pihak rumah sakit”
(Wawancara pada tanggal 19 Mei 2016)
dengan yang ada pada isi BAB III yaitu Kerja Sama Fasilitas Kesehatan
“Dari awal BLUD RSUD I Lagaligo sudah bekerja sama dengan PT.
Askes dalam menjalankan asuransi kesehatan yang awalnya hanya
ditujukan bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja. Namun setelah
diterapkannya BPJS Kesehatan, asuransi yang diberikan sudah
bersifat menyeluruh karena berbagai kalangan sudah bisa pakai
soalnya terbagi kepesertaannya ada yang ditanggung oleh
pemerintah yaitu PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan yang membayar
sendiri (Non PBI). Sehingga kalau untuk perjanjian kerjasamanya
tidak ada yang berbeda secara keseluruhan melainkan bagian-bagian
tertentunya saja. Jadi untuk kelengkapan berkas persyaratan
langsung lanjut saja tinggal memenuhi beberapa kriteria untuk
kebijakan yang baru ini. Jadi tidak ada yang rumit”.
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
67
asuransi kesehatan (askes), ada perjanjian kerja sama yang telah
disepakati sebelumnya dengan PT. Askes yang saat ini telah berubah
Kesehatan mulai diberlakukan pada tanggal 1 April 2014, maka isi MoU
ini.
68
Gambar IV.2
Pasien
Pulang
Sistem Resume
Informasi
Grouping
VERIFIKASI
KLAIM
BPJS
KE BPJS
mengenai verifikasi klaim FKTP dan FKRTL diatur lebih lanjut dalam
69
Pada umumnya pelaksanaan pembayaran klaim bagi seluruh fasilitas
sebagai FKRTL harus mengikut pedoman yang ada. Dan alur proses
bulan berikutnya, kecuali kapitasi, tidak perlu diajukan klaim oleh Fasilitas
“Kalau rumah sakit I Lagaligo sendiri selama ini selalu tepat waktu
dalam melaporkan klaimnya ke BPJS, bahkan sebelum batas akhir
waktu yang ditentukan”
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
klaim dengan sistem paket INA CBGs dan di luar paket INA CBGs.
70
dari FKRTL baik untuk pelayanan rawat jalan maupun untuk
kendala seperti kasus yang terjadi pada beberapa pasien peserta BPJS
menyatakan bahwa:
“Rumah sakit ini selalu taat dalam melakukan pelaporan klaim terkait
pelayanan kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Namun terkadang
dalam prakteknya masih menemui kendala seperti ada klaim
beberapa pasien peserta BPJS Kesehatan yang tidak dibayarkan oleh
pihak BPJS Kesehatan karena adanya keterlambatan penerbitan SEP
(Surat Elegibilitas Pasien). Kami merasa hal ini dikarenakan waktu
penerbitan SEP yang ada yaitu 3x24 jam tidak cukup untuk melayani
banyaknya pasien yang berobat, apalagi jika pasien yang ingin
dilayani datang diluar jam kerja administrasi rumah sakit. Sehingga
pihak yang paling dirugikan dalam hal ini adalah pasien itu sendiri”.
(Wawancara pada tanggal 18 Mei 2016)
71
orang pasien peserta BPJS Kesehatan yang tidak dibayarkan akibat
salah satu dari sekian permasalahan yang ada. Untuk kasus beberapa
dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama
Rumah sakit di era BPJS Kesehatan saat ini harus memiliki ICP yang
72
sehingga efisiensi dapat diupayakan dalam pelaksanaan kebijakan ini.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak YT, yang menyatakan bahwa:
klinis dan non klinis serta proses-prosesnya. Hal ini melibatkan urutan
standar, hasil akhir klinis dari pasien. Terdapat empat komponen utama
ICP yaitu:
a) Timeline atau Jangka Waktu. Berdasarkan jenis kasus yang ada, hal
bulan.
73
Kesehatan pada Jaminana Kesehatan Nasional, diketahui bahwa
pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada
ICP yang ada pada setiap rumah sakit bersifat permanen dan
hasil yang terukur dan mudah dipantau, sehingga dapat menjamin kendali
Untuk kasus yang ditangani dan sesuai bagi ICP di dalam INA-CBGs
kondisi ini dapat berbeda menurut devisi medis, operasi, UGD, dan lain-
lainnya. Tetapi, kondisi umum ini haruslah kondisi yang lazim terjadi dan
membutuhkan biaya perawatan yang besar. Biaya yang besar ini dapat
yang diperlukan memiliki keahlian tinggi. Determinan lain dari kasus yang
sesuai dengan ICP adalah bahwa mereka harus memiliki hasil yang dapat
diprediksi (baik hasil menengah atau jangka panjang) oleh spesialis dan
praktisi layanan kesehatan. Hasil klinis ini harus didasari oleh hasil dari
74
Seolah untuk membenarkan hal di atas, Bapak B memberikan
pernyataan bahwa:
menjadi mitra dari BPJS Kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa
yang telah dilakukan, ketaatan pelaporan klaim yang selalu tepat waktu, dan
Faktor kelancaran rutinitas fungsi terdiri dari dua indikator. Yang mana
75
Kecepatan proses pelayanan kesehatan merupakan ukuran yang
untuk pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap. Berdasarkan hasil
bahwa:
pelayanan yaitu Pelayanan Rawat Jalan dan Pelayanan Rawat Inap yaitu:
76
Tabel IV.1
77
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
mendapatkan pelayanan.
tersebut.
a. Administrasi Pelayanan;
78
b. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter
medis;
f. Rehabilitasi medis;
g. Pelayanan darah;
Kesehatan;
lihat BPJS ini cepat sekali dilayaninya dan tidak ada kendala”
79
“Saya sebelumnya pernah berobat ke rumah sakit ini dengan
menggunakan kartu jamkesmas, jadi kalau mau dibandingkan proses
kecepatan pelayanannya sama saja dan tidak ada yang berbeda”
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
diperoleh cepat dan baik. Hanya saja dari segi obat-obatan yaitu obat
generik yang diberikan menurut beliau tidak ada yang berbeda justru tidak
80
Hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak MY yang menyatakan
bahwa:
rumah sakit ini justru lebih lambat dan tidak memuaskan semenjak
lebih memuaskan.
berbeda. Karena di satu sisi, ada pasien yang merasa proses pelayanan
yang mereka dapatkan sangat cepat, namun di sisi lain ada juga yang
dan bermutu kepada pasien peserta BPJS Kesehatan, hanya saja ada
81
memang beberapa kendala di dalam penerapannya sehingga pelayanan
82
dibayarkan oleh pihak BPJS Kesehatan kepada pasein tersebut
hanya sesuai waktu yang ditentukan, sisa waktu lainnya harus dibayar
sendiri oleh pihak pasien. Bahkan tidak menutup kemungkinan dokter
yang menangani pasien jika hanya berfikir keuntungan akan
memulangkan pasien sebelum waktunya karena jumlah pembayaran
sudah melebihi tanggungan yang klaimnya dibayarkan oleh pihak
BPJS Kesehatan. Namun untuk data pastinya kami tidak ada, hanya
berdasarkan keluhan atau komplain yang dirasakan oleh pasien yang
bersangkutan, karena kami biasanya selalu mengadakan monitoring
terkait pelayanan rumah sakit. ”
(Wawancara pada tanggal 19 Mei 2016)
menyatakan bahwa:
83
menggunakan asas gotong royong. Intinya rumah sakit dan BPJS
Kesehatan memiliki standarisasi tersendiri untuk biaya pengobatan.
Namun otonomi rumah sakit yang ada sekarang harus mengikuti
standarisasi dari BPJS Kesehatan.
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
tidak cukup baik. Hal tersebut dapat di lihat dari beberapa indikator yaitu
merasa puas namun di sisi lain ada juga merasa tidak puas. Sedangkan untuk
hambatan diantaranya seperti salah satu bagian rumah sakit yaitu Poli Obygn
Pasien (SEP) peserta BPJS Kesehatan, masalah ketentuan waktu rawat inap,
dan sistem INA-CBGs dalam hal pembayaran klaim peserta BPJS Kesehatan
yang dianggap membebani pihak pasien dan rumah sakit karena adanya
pembatasan waktu rawat inapnya (hasil ini diketahui dari data primer yaitu
atau tidak. Dan faktor ini terdiri dari tiga indikator yaitu tingkat kualitas pelayanan
84
kesehatan, tingkat kepuasan pasien dan surplus penerimaan bagi rumah sakit.
Dalam penelitian ini, tingkat kepuasan yang dimaksud terbagi menjadi 2 yaitu
RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur tahun 2013, 2014, 2015 yang
dikhususkan untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap adalah sebagai
berikut:
85
Tabel IV.2
Tahun 2015
Tahun 2014
No Uraian
%
Jumlah % Jumlah
15.198
1 Pasien Baru 40 13.634 37
22.725
2 Pasien Lama 60 23.438 63
- -
Total Kunjungan 37.923 37.027
-
Rata-rata Kunjungn/hari 122 pasien - 118 pasien
Jenis Asuransi
a. Jamkesda 21.647
57 17.855 48
b. Jamkesmas - - - -
3.411
c. umum 9 2.379 7
12.838
d. JKN/Askes 34 16.837 45
Sumber: Data sekunder yang telah diolah BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten
Luwu Timur
Kesehatan (JKN) terhadap pelayanan rumah sakit di unit gawat darurat (poli
klinik) dapat dilihat dari jumlah pasien yang berkunjung setiap tahunnya. Dan
hal tersebut dapat dilihat pada table di atas yang menjelaskan bahwa ada
peningkatan jumlah jumlah pasien yaitu pada tahun 2014 yang awalnya
hanya 12.838 orang (34%) bertambah jumlahnya pada tahun 2015 menjadi
86
Tabel IV.3
1 Jumlah Pasien -
12.172 - 12.508
2 Jumlah Tempat Tidur: 133 TT 141 TT
74 78
BOR
1,9 hr 2,6 hr
ALOS
1 hr 1 hr
TOI
92 kali 76 kali
BTO
14 20
NDR
27 40
GDR
3 Jenis Pasien:
a. Pasien Baru 8.585 7.614
b. Pasien Lama 3.587 4.894
4 Hari Perawatan Kelas:
VIP Matano 3.641 hr 4.460 hr
Kelas 1 & 2 3.909 hr 5.363 hr
(Towuti)
Mahalona 1 8.497 hr 7.056 hr
Sumber: Data sekunder yang telah diolah pada BLUD RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur
jumlah pasien yang awalnya pada tahun 2014 hanya 4.174 orang (36%)
87
Berdasarkan hasil wawancara terkait kepuasan pasien peserta BPJS
membantu dari segi pelayanan ruangan rawat inapnya yang sangat nyaman.
Pelayanan yang dimaksud oleh Ibu E disini adalah terkait pelayanan para
Luwu Timur yang sangat baik dan mudah dalam memberikan pelayanan
“Saya itu mau dibilang kesal tidak juga, mau di bilang tidak tetapi kesal
juga. Ya soalnya istilahnya BPJS obatnya seperti antalgin, parasetamol,
dan ampisilin. Sedangkan untuk penyakit gula tidak ada obat paten lah
dan yang cocok justru obat mahal bukan obat generik. Terus untuk
mendapatkan obatnya juga harus beli sendiri di apotek yang ada di luar
rumah sakit karena rumah sakit tidak menyediakan”
88
Dari pernyataan yang disampaikan oleh keluarga dari Ibu SR dapat
diketahui bahwa sebenarnya ada ketidak senangan dari pasien peserta BPJS
bahwa untuk apa mengeluarkan uang setiap bulannya demi membayar BPJS
Kesehatan (untuk peserta kelas I dan kelas II) kalau obat yang diberikan
hanya obat generik yang fungsi dan khasiatnya hanya berfungsi pada
penyakit-penyakit tertentu atau dalam hal ini penyakit ringan saja. Sedangkan
sering bolak balik rumah sakit tetapi tidak pernah mendapatkan perubahan
Tingkat Lanjut (FKRTL). Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara
Lagaligo Kabupaten Luwu Timur, hal tersebut dapat diketahui dari beberapa
poli obygn dan klaim beberapa pasien yang tidak dibayarkan yang
89
disebabkan karena keterlambatan penerbitan SEP karena masa tenggang
waktu yang hanya 3 x 24 jam untuk pengurusannya. Selain itu, masalah lain
yaitu lama waktu perawatan pasien yang disebabkan oleh inveksi nosokomial
Dan hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak AA, yang menyatakan
bahwa:
“Ya pasti rumah sakit merasa tidak puas dengan kebijakan BPJS
Kesehatan ini, dan saya rasa seluruh Indonesia tahu seperti apa
permasalahan yang muncul dari diterapkannya kebijakan ini. Seperti
masalah penyediaan obat yang dibatasi dan harus disesuaikan dengan
INA-CBGs dan informasi penerapan kebijakan-kebijakan tertentu yang
informasinya lambat diberitahukan oleh pihak BPJS Kesehatan dan masih
banyak lagi”
surplus penerimaan pada penelitian ini adalah terkait penerimaan klaim dari
hasil pelayanan kepada pasien BPJS Kesehatan yang dilakukan oleh rumah
90
Oleh karena itu, untuk melihat hasil tersebut maka dilakukanlah studi
Tabel IV.4
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah pada BLUD RSUD I Lagaligo
Kabupaten Luwu Timur
91
setiap bagian hampir semuanya defisit, tetapi kita kan hitungnya secara
keseluruhan. Jadi kalau ada salah satu bagian yang defisit penerimaan
akan langsung ditutupi dengan bagian yang surplus penerimaannya.
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
bahwa sebenarnya masalah defisit pendapatan itu hanya diketahui jika dilihat
dari data setiap kasus seperti salah satunya pada bagian poli Obygn, tetapi
jika dilihat secara keseluruhan maka tidak ada defisit pendapatan yang
Karena BPJS Kesehatan memiliki sifat gotong royong atau saling membantu
Obygn yang penilaiannya dilihat secara perkasus. Hanya saja untuk masalah
pasiennya setelah poli bedah umum dan paling lama waktu penanganannya.
92
pada bagian pelayanan medis poli Obygn yang setiap tahunnya mengalami
cukup baik walaupun ada juga pasien yang merasa tidak puas dengan
yang positif dan hal tersebut terlihat dari hasil wawancara dengan pihak
rumah sakit terkait penerapan BPJS Kesehatan dapat dilihat pada data yang
Kesehatan dan juga melalui hasil wawancara dengan informan terkait dapat
bagian poli Obygn (untuk data terkait tidak bisa dilampirkan karena bersifat
rahasia bagi BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur), namun secara
93
IV.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan BPJS
BPJS Kesehatan di BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur melalui tiga
pendekatan dari teori yang yang dikemukakan oleh Randall B. Repley dan Grace
A. Franklin yaitu pertama tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku, kedua
dalam pelaksanaannya di lapangan. Oleh karena itu pada bagian ini akan
BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur, maka ada beberapa hal yang
kelas yaitu sebanyak 114 buah dan hal-hal penunjang lainnya seperti Ipal,
Genzet, Incenerator, PDAM dan Sumur Bor, Hot Spot, SIM RS, Kendaraan
Direktur dan Dokter, Kantin, Water Treatment, O2 Sentral, Parking Area, dan
94
Ambulnce/Mobil Jenazah. Kelengkapan sarana dan prasarana ini menjadi
menyatakan bahwa:
“Salah satu syarat rumah sakit dapat menjadi mitra dari BPJS
Kesehatan adalah karena kelengkapan sarana dan prasarananya.
Jadi tidak mungkin rumah sakit ini dapat menjadi salah satu FKRTL
kalau tidak lengkap sarana dan prasaranya”
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
selama tiga tahun terakhir yaitu untuk pasien rawat jalan pada pada tahun
2014 terdapat 12.838 orang dan pada tahun 2015 terdapat 16.837 orang.
Sedangkan untuk pasien rawat inap pada pada tahun 2014 terdapat 4174
orang dan pada tahun 2016 terdapat 5.555 orang. Melihat peningkatan
jumlah pasien peserta BPJS Kesehatan yang terus bertambah selama tiga
itu, BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu
rumah sakit yang sangat sigap dengan hal tersebut, ini dapat dilihat dari
tersedianya 530 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari 200 orang tenaga
PNS, 111 orang tenaga Upah Jasa, dan Tenaga Sukarela sebesar 219 orang
95
(Data dari profil BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur). Seperti
“Kalau tenaga kesehatan memang kita disini ada 530 orang yang
semuanya terdiri dari PNS, Tenaga Upah Jasa dan Tenaga Sukarela
yang siap untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh
pasien tidak hanya dari peserta BPJS Kesehatan saja tetapi juga dari
asuransi kesehatan lainnya maupun pasien umum juga”
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
BPJS Kesehatan oleh BLUD RSUD I Lgaligo Kabupaten Luwu Timur, ada pula
1. Defisit Pendapatan/Penerimaan
sesuatu hal yang sangat penting karena hal tersebutlah yang membuat
instansi atau organisasi tetap survive. Sama halnya dengan BLUD RSUD I
Kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari rumah sakit tersebut dapat
(data sekunder dari BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur). Data
96
dari pendapatan yang ditargetkan dan yang terealisasikan. Selain
salah satu bagian poli yang ada di BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu
harus disesuaikan dengan INA-CBGs dan waktu penerbitan SEP bagi pasien
ini diberi otonomi pengadaan obat dan pihak rumah sakit dibayar
nasional dan bisa diakses melalui e-katalog. Hal ini seperti yang tertera di
97
purchasing, atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan
secara manual. Dalam hal jenis obat tidak tersedia dalam Fornas dan
harganya tidak terdapat dalam e-katalaog, maka pengadaannya dapat
menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku”
juga rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dalam hasil wawancara berikut ini:
“Saya itu mau dibilang kesal tidak juga, mau di bilang tidak tetapi
kesal juga. Ya soalnya istilahnya BPJS obatnya seperti antalgin,
parasetamol, dan ampisilin. Sedangkan untuk penyakit gula tidak ada
obat paten lah dan yang cocok justru obat mahal bukan obat generik.
Terus untuk mendapatkan obatnya juga harus beli sendiri di apotek
yang ada di luar rumah sakit karena rumah sakit tidak menyediakan”
(Wawancara pada tanggal 20 Mei 2016)
menyatakan bahwa:
98
sesuai dengan yang tertera di dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Hal inilah yang kemudian oleh pihak rumah sakit dianggap sebagai
“Sebenarnya tidak ada data pasti yang bisa kami tunjukkan untuk
kasus ini, hanya saja berdasarkan keluhan dari beberapa pasien
yang kami dapatkan pada saat evaluasi yang diadakan oleh rumah
sakit. Itu dilatarbelakangi karena waktu pengurusan SEP yang dinilai
hanya 3 x 24 jam itu tidak cukup. Karena seperti ini apabila ada
pasien kecelakaan, yang masuk ke rumah sakit lalu tidak diketahui
identitasnya, itu agak sulit, karena hal yang harus dilakukan adalah
mencari identitas pasien tersebut untuk selanjutnya diuruskan status
kepesertaannya demi mendapatkan pelayanan di rumah sakit ini.
Sedangkan waktu yang diberikan untuk mengurus data-data pasien
tersebut untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan hanya 3 x 24 jam
sampai bisa diterbitkan SEPnya. Jadi terkadang kalau kepengurusan
berkasnya terlambat, pasien hanya akan dinyatakan sebagai pasien
umum”
(Wawancara pada tanggal 9 Juni 2016)
99
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
ketaatan pelaporan klaim yang selalu tepat waktu, dan ICP rumah
100
Kesehatan tidak cukup baik. Hal tersebut dapat di lihat dari beberapa
merasa puas namun di sisi lain ada juga merasa tidak puas. Selain itu
sakit yaitu Poli Obygn yang setiap tahunnya selalu mengalami defisit
indikator tingkat kepuasan pasien yang cukup baik walaupun ada juga
positif dari beberapa petugas rumah sakit dan hal tersebut terlihat dari
101
2. Secara umum beberapa catatan kunci dan hasil dari temuan di
Luwu Timur.
V.2 Saran
pendapatan yang dialami pada bagian poli Obygn yang ada di rumah
102
intensif yaitu bisa dengan melakukan pertemuan dengan pihak pasien
103
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Peraturan Perundang-undangan
104
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS).
Peraturan Menteri kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Jurnal
Sumber Lain:
105
Bata, Y. W., Arifin, M. A. & Darmawansyah. (2013). Hubungan Kualitas
Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Pengguna
Askes Sosial Pada Pelayanan Rawat Inap di RSUD
Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. Makassar: Repository
Unhas.
106
LAMPIRAN
107
INFORMASI WAWANCARA
Bapak B : Baso
Ibu L : Linda
Bapak S : Sumardi
Ibu E : Evelin
108
DOKUMENTASI WAWANCARA PENELITIAN
Tampak Depan BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Lobi BLUD RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur
Timur
Tempat Pendaftaran Pasien Peserta BPJS Kesehatan Spanduk Informasi Mengenai BPJS Kesehatan
109
Wawancara dengan Bapak YT Wawancara dengan Ibu L
Penanggung Jawab BPJS Kesehatan BLUD RSUD I Verifikator BPJS BLUD RSUD I Lagaligo
110
Wawancara dengan Bapak S Wawancara dengan Ibu SR
Pasien Rawat Inap BLUD RSUD I Lagaligo Pasien Rawat Inap BLUD RSUD I Lagaligo
Pasien Rawat Jalan BLUD RSUD I Lagaligo Pasien Rawat Jalan BLUD RSUD I Lagaligo
111
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Email : wennyandita@yahoo.com
No Hp : 082293537534
Pendidikan Formal
Riwayat Organisasi
112