Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS RESIKO DAN UPAYA MEMINIMALKAN RESIKO

NO RESIKO ANALISIS UPAYA MEMINIMALKAN RESIKO KET


1 Resiko Pendaftaran Pasien
 Salah identifikasi pasien  Fonen nama pasien mirip  Petugas pendaftaran meminta KTP pasien baru
 Pasien sembarangan mengucapkan
data diri
 Rekam medis tertukar  Manusia :
 Kelelahan karena pasien banyak  Jika pasien ramai dan petugas sedikit,
dan petugas sedikit dibuat analisis pegawai. Jika analisis
 Tidak mematuhi SOP pegawai kecil, maka dibuat permintaan
identifikasi pasien penambahan tenaga di pendaftaran.
 Tidak perduli  Ada SOP identifikasi pasien dan SOP
 Sistem : untuk kebutuhan khusus yang dinilai dari
 Tidak memiliki SOP identifikasi ketaatan CR melalui daftar tilik dan di
 Tidak memiliki prosedur jalankan.
pendaftaran yang mudah  Disediakan sistem penomoran yang dapat
 Tidak memiliki SOP yang mereduksi tertukar rekam medik (tanggal
memperhatikan keadaan yang lahir dan abjad nama yang pertama)
khusus (dysabilitas) seperti  Disediakan sistem penyimpanan yang
pasien tua, cacat pendengaran, memudahkan pengambilan rekam medis
keterhambatan bahasa. dan mencegah tertukar.

 Tertusuk paku antrian  Sediakan ruang kerja dan peralatan yang aman
 Tempat penyimpanan kartu antrian
pasien dari cidera.
pasien menggunakan peralatan tajam
2 Resiko poli rawat jalan
Ruang tunggu
 Infeksi silang antara  Lama di ruang tunggu  Diterapkan kedisiplinan waktu pelayanan,
pasien, terutama  Tidak di pisahkan antara pasien komunikasi efektif, alur pelayanan yang tepat
golongan rentan (anak, rentan dan biasa (tidak ada prosedur sehingga waktu pelayanan jadi optimal.
ibu lansia) atau sarana khusus seperti  Disediakan sarana dan prosedur khusus untuk
mendahulukan anak, bumil, dan pasien kelompok rentan (di dahulukan)
lansia)  Disediakan prosedur khusus dan sarana khusus
 Tidak di terapkan etika batuk bagi pasien dengan resiko kontak droplet (TB)
 Tidak dipisahkan pasien dengan yaitu ruang tunggu terpisah, disediakan masker
resiko kontak droplet dengan pasien partikulat di pendaftaran, dan di jelaskan
umum tentang etika batuk.
 Cidera  Penataan ruang tunggu dan keamanan
lingkungan dari potensi cidera seperti penataan
kabel, mencegah lantai licin, pencahayaan
yang cukup.

Ruang pelayanan
 Kesalahan rekam medis  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Membuat dan mematuhi SOP identifikasi
(identitas) identifikasi pasien
 Kesalahan penegakan  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Membuat dan mematuhi SOP klinis dan secara
diagnosis klinis berkala di Audit klinis.
 Pengulangan yang tidak  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Membuat dan mematuhi SOP cuci tangan,
perlu peresepan sterilisasi alat dan kebersihan ruangan secara
 Kesalahan peresepan  Kelelahan berkala dimonitor.
 infeksi  tidak memiliki sarana prosedur  Membuat dan mematuhi SOP peresepan,
pencegahan infeksi, cuci tangan sehingga tidak terjadi kesalahan penulisan
(wastafel, handrub, sop cuci tangan), resep, dosis, dan cara pakai.
sterilisasi alat, kebersihan ruangan  Membakukan singkatan yang biasa digunakan,
pelayanan, design tata letak ruang sehingga tidak terjadi salah identifikasi.
yang memungkinkan terjadinya  Membuat daftar bahasa daerah yang biasa
infeksi. digunakan penduduk setempat, disosialisasikan
 Tata ruang yang menyebabkan kepada petugas, sehingga kendala bahasa dapat
terjadinya potensi cidera. diatasi.
 Membuat dan menerapkan komunikasi efektif.
 Pengaturan jadwal konsul
 Pengaturan tata graha sehingga mereduksi
potensi cidera.
 Menyediakan exhause fan, sehingga terjadi
tekanan positif pada ruang konsul untuk poli
TB.

3 Resiko Ruang tindakan dan Poli


Gigi
 Kesalahan rekam medis  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Membuat dan mematuhi SOP identifikasi
 Kesalahan penegakan identifikasi pasien
diagnosis  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Membuat dan mematuhi SOP klinis dan secara
 Pengulangan yang tidak klinis berkala di Audit klinis.
perlu  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Membuat dan mematuhi SOP cuci tangan,
 Salah peresepan obat peresepan sterilisasi alat dan kebersihan ruangan secara
 Infeksi  Kelelahan berkala dimonitor.
 Cidera ( cidera fisik  tidak memiliki sarana prosedur  Membuat dan mematuhi SOP peresepan,
karena getaran, suara pencegahan infeksi, cuci tangan sehingga tidak terjadi kesalahan penulisan
alat, kabel-kabel, lantai (wastafel, handrub, sop cuci tangan), resep, dosis, dan cara pakai.
licin) sterilisasi alat, kebersihan ruangan  Membakukan singkatan yang biasa digunakan,
pelayanan, design tata letak ruang sehingga tidak terjadi salah identifikasi.
yang memungkinkan terjadinya  Membuat daftar bahasa daerah yang biasa
infeksi. digunakan penduduk setempat, disosialisasikan
 Tata ruang yang menyebabkan kepada petugas, sehingga kendala bahasa dapat
terjadinya potensi cidera. diatasi.
 Pengkajian awal yg tidak adekuat  Membuat dan menerapkan komunikasi efektif.
 Petugas tidak kompeten  Pengaturan jadwal konsul
 Salah sisi tindakan  Petugas keburu-buru langsung  Pengaturan tata graha sehingga mereduksi
pencabutan Gigi menambal potensi cidera.

 Pembersihan jaringan  Anamnese riwayat penyakit pasien  Audit klinis jika terjadi keluhan medis pasien
karies pada saat kurang di perhatikan  Mengingatkan petugas agar tetap mengupdate
penambalan gigi yang ilmu
tidak adekuat  Prodesur bedah dan anestesi yang di monitor.
 Premedikasi yang tanpa
memperhatikan riwayat
penyakit pasien
 Melakukan tindakan  Ingatkan petugas mengisi RM dengan lengkap
bedah minor tanpa alat  Lupa mensterilkan alat setelah
yang steril dipakai  Mengingatkan petugas mengisi jadwal
pemeliharaan ruangan yang di dalamnya ada
check list sterilisasi harian alat yg digunakan.
4 Resiko poli farmasi
 Salah pemberian obat  Salah identifikasi pasien  Ingatkan petugas selalu menanyakan nama dan
umur setiap hendak memberi obat

 Pemberian Obat  Sistem FIFO dan FEFO tidak jalan  Sistem pengendaliandan penyimpanan obat di
ekspired  Pengendalian obat ekspired tidak monitoring dan di laporkan
jalan
 Kebersihan alat  Alat peracik tidak dibersihkan setiap  Ingatkan petugas agar membersihkan alat
peracikan obat yang kali selesai meracik obat peracik setelah meracik obat.
tidak steril

5 Resiko di laboratorium
 Kesalahan identitas  Tidak memiliki dan atau mematuhi  Buat SOP dan patuhi SOP yang ada di
pasien SOP identifikasi Laboratorium.
 Kesalahan penerimaan  Tidak memiliki atau mematuhi SOP  Tetapkan nilai normal dan disosialisasikan
spesimen pemeriksaan Lab serta di terakan pada lembar hasil pemeriksaan
 Kesalahan pemeriksaan  Tidak memiliki dan mematuhi SOP  Tetapkan nilai lab kritis
spesimen pelabelan, penyimpanan reagen (tata  Pengelolahan reagen yang benar dan di
 Kesalahan penentuan kelola reagen yang buruk) monitoring.
ambang normal dan kritis  Tidak memiliki atau mematuhi  Pencegahan infeksi, APD, keselamatan kerja di
 Kesalahan penyerahan standar keselamatan laboratorium Lab, penanganan limbah dan di monitoring.
hasil Lab. mis. Pedoman keselamatan
 Infeksi laboratorium dan APD
 cidera  Tidak memiliki dan mematuhi nilai
pemeriksaan normal, dan nilai lab
kritis.
 Tidak memiliki dan mematuhi
prosedur pemberian hasil
laboratorium.
 Tata graha dan perkabelan yang
menyebabkan potensi cidera.

 Spesimen laboratorium  Jumlah spesimen yg masuk banyak  Perhatikan etiket spesimen yg di tempel pada
tertukar tempat spesimen
 Spesimen darah  Kecerobohan petugas  Petugas lebih berhati hati
tertumpah
 Tabung spesimen pecah  Kecerobohan petugas
 Reagen yang habis  Kartu stok reagen tidak diperhatikan  Monitoring fifo dan fefo reagen laboratorium
 Reagen ekspired  Label ekspired pada reagen tidak di
baca
 Alkes tak terkalibarasi  Berkolaborasi dengan bagian peralatan untuk
merencanakan kalibrasi alkes setiap tahun.
6 Resiko di UGD
 Salah tindakan bedah  Petugas tidak teliti dalam melakukan  Pengkajian awal yang lengkap dan
minor di UGD, Poli tindakan menyertakan pasien dalam mengambil
Gigi, KIA/KB/Poned keputusan tindakan medis.
 Infeksi akibat alat tidak  Alat tidak disterilkan setelah  Mengingatkan petugas dalam mengisi jadwal
steril melakukan tindakan. pemeliharaan ruangan yang di dalamnya
terdapat check list alat yang disterilkan setiap
melakukan tindakan setiap harinya.
7 Resiko di rawat inap
 Kamar mandi bau pesing  Pasien buang air kecil tidak di  Menjaga kebersihan ruangan dan check list
dan kotor akibat sisa kloset, tapi lantai kamar mandi. kebersihan ruangan dilakukan setiap hari
makanan di buang di  Setelah BAK lantai tidak disiram dilakukan oleh cleaning servis dan perawat.
lantai kamar mandi dengan sempurna  Kamar mandi dibersihkan 2x sehari (pagi dan
siang)
 Pewangi ruangan kamar mandi tidak  Perawat memantau kebersihan ruangan setiap
ada. pergantian shift jaga.
 Kucing berkeliaran di area  Kepala ruangan mengevaluasi kebersihan
puskesmas dan buang kotoran ruangan secara rutin.
sembarangan.  Pasien di edukasi agar menjaga kebersihan
kamar mandi dengan menempel pamplet “
harap Buang air si KLOSET, JANGAN di
lantai” dan “ DILARANG MEMBUANG
BENDA APAPUN DI KLOSET (tissue,
Pembalut)”
 Dibuat pewangi Ruangan yg gantungan di
kamar mandi.
 Meminta tim vektor menyingkirkan kucing
diarea puskesmas belinyu karena fotensial
menularkan Infeksi.

 Infeksi nasokomial di  Ruang perawatan adalah daerah  Sterilisasi ruang perawatan secara rutin
rawat inap yang rawan terjadi infeksi menggunakan lambu LED
nasokomial dikarenakan perawatan
pasien pasien yang terinfeksi
berbagai penyakit sepanjang waktu.
 Prasaranan rawat inap yakni tiang
infus, almari pasien, bed pasien yang
karatan

 Oksigen habis  Kontrol pemeriksaan oksigen tidak  Petugas membuat stok oksigen cadangan
dilakukan (buffer), sehingga jika sudah menggunakan
oksigen cadangan, secepatnya dilakukan
pengisian oksigen yang kosong.
 Pasien terjatuh karena  Lantai licin setelah di pel.  Cleaning servis memberi tanda jika lantai yang
lantai licin  Rembesan air hujan ketika musim sedang di pel dlm keadaan licin, dan pasien
hujan dilarang melaluinya.
 Talang air bocor  Pasang kanopi agar rembesan air hujan dapat
 Prasaranan udah saatnya diganti, tapi di minimalisir.
belum di ganti 10 tahun.

 Potensi cidera di R. Inap  Sisa besi bekas pagar pembatas yang  Meminta tim pemeliharaan gedung
belum di buang menyelesaikan masalah tsb.
 Kabel kabel belum tertata dengan  Meminta tim pemeliharaan gedung
rapi menyelesaikannya
 Sistem jaringan listrik masih belum  Meminta tim pemeliharaan gedung
terstandarisasi menyelesaikannya
 Besi penutup selokan air di R. Inap  Meminta manajemen puskesmas menyiapkan
ada yang rusak sehingga resiko dana untuk penggantian prasarana rawat inap.
injuri
 Kenyamanan pasien  Slot kunci kamar mandi lepas.  Meminta manajemen mempersiapkan dana
terganggu
 Ruangan R. Inap panas untuk standarisasi kabel kabel listrik di
 Besi penutup selokan air sudah rusak puskesmas.
 Penggantian besi penutup selokan yang baru.
 Kipas angin tidak memadai  Diminta penambahan kipas angin di tiap
jumlahnya ruangan
8 Gizi klinis
 Kesalahan pemberian  Petugas tidak menyesuaikan diet  Petugas terlebih dahulu melihat diagnosa
diet pasien pasien terhadap diagnosa dokter dokter di MR sebelum menentuan diet pasien
sesuai asuhan gizi.
9 Resiko yang dialami staf klinis
 Tertular infeksi  Tidak mencuci tangan sebelum dan  Monitoring perilaku mencuci tangan sebelum
setelah memeriksa pasien dan setelah memeriksa pasien
 Tidak menggunakan APD  Monitoring penggunaan APD di puskesmas.
 Perawat tertusuk jarum  Kecerobohan petugas  Jarum setelah di gunakan di buang ke box
khusus benda tajam.
10 Resiko fasilitas kesehatan
 Tertimpah tabung  Tabung oksigen tanpa pengaman  Tabung oksigen wajib memiliki pengaman
oksigen tanpa pengaman
 Limbah infeksius yang  Tidak dikendalikannya pengelolahan  Tersedia IPAL sebagai tempat pembuangan
tidak dikelolah dengan limbah medis dan non medis limbah infeksius dan proses di proses menjadi
baik  Tidak ada kebijakan panduan dan limbah non infeksius.
 Pencemaran udara prosedur pengelolahan limbah
karena proses  Tidak di monitornya pengelolahan  Sarana pengelolahan limbah (tempat sampah,
pembakaran, asap limbah baik itu limbah padat sarana pengelolahan limbah padat dan cair
fogging. maupun limbah cair.
 Tidak adanya pengendalian limbah  Dibuat jadwal pengantaran sampah medis,
yang baik di Puskesmas (bukti tatacara pengiriman sampah medis.( tidak
monitoring, evaluasi dan tindak boleh menggunakan mobis ambulans untuk
lanjut) mengantar limbah medis, limbah tajam, limbah
infeksius.

11 Resiko terkait Keuangan


 Pasien tidak bayar  Pasien melarikan diri ketika dirawat  Perawat jaga memeriksa keadaan ruangan
dirawat inap puskesmas. secara rutin
 Pasien mengaku tidak punya uang  Diminta alamat pasien dan fotocopi KTP untuk
untuk membayar biaya pengobatan direncanakan pembayaran di kemudian hari.
 Klaim BPJS tertunda  Klaim belum di bayar karena ada  Konsultasi dengan BPJS agar pembuatan klaim
kesalahan administrasi pelaporan lebih baik.
klaim ke BPJS
 Pasien umum, tiba-tiba  Pasien dirawat dengan status pasien
bawah surat keterangan umum, dan setelah dirawat, tiba tiba
tidak mampu pasien membawa surat keterangan
tidak mampu
12 Resiko lain
 Ambulans mengalami  Ambulan tergelincir ketika merujuk  Jika masuk kategori kuning/merah, maka
kecelakaan pada hari hujan dibentuk team RCA untuk mencaria akar
masalah dan tindak lanjut untuk mencegah
terulangnya kejadian kecelakaan ambulans.

Anda mungkin juga menyukai