07-Pola Peledakan PDF
07-Pola Peledakan PDF
PELATIHAN
AHLI PELEDAKAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Modul BLE – 07 = Pola Peledakan, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan untuk
melatih atau membentuk ahli peledakan yang bermutu, mampu dan mau melakukan
pekerjaan peledakan secara efektif, efisien dan aman dalam lingkungan kerjanya yang
cukup penting untuk dipahami dan dipraktekkan.
Dimaklumi bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan perlu koreksi dan sumbang saran
untuk penyempurnaan, maka bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penuh
harapan berkenan menyampaikan saran dan pendapatnya untuk penyempurnaan.
Terima kasih.
ii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi peledakan pada lokasi
peledakan yang mengacu kepada teknologi dan peraturan perundang-undangan yang
berwawasan keselamatan, kesehatan, keamanan dan pelestarian lingkungan hidup
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
iii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Dasar Ledakan ......................................................................... 1-1
1.2 Gelombang Tekanan ................................................................................. 1-1
1.3 Pengaruh Gas Ledakan ............................................................................... 1-1
1.4 Penggunaan Tenaga Ledakan ................................................................... 1-2
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli Peledakan“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
DAFTAR MODUL
vi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
DAFTAR GAMBAR
vii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
27. Gb. 2-27 ”J”Look dan tabel tunda pada detonator nonel
viii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian
Keterangan
1. Seri / Judul BLE – 07 = Pola Peledakan
ix
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
B. PROSES PEMBELAJARAN
2. Penjelasan Bab I
Pendahuluan
• Pengertian dasar • Mengikuti penjelasan dan
peledakan terangsang untuk berdiskusi
OHT2
• Gelombang tekanan • Mencatat hal-hal penting
• Pengaruh gas ledakan • Mengajukan pertanyaan bila
• Penggunaan tenaga perlu
ledakan
• Waktu = 10 menit
3. Penjelasan Bab 2
Mempersiapkan peledakan
• Desain pola peledakan • Mengikuti penjelasan dan
• Mempersiapkan terangsang untuk berdiskusi
OHT3
peledakan primer • Mencatat hal-hal penting
• Coyote hole • Mengajukan pertanyaan bila
• Distribusi muatan perlu
• Perpanjangan lubang
• Muatan bertingkat
x
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
• Snak hole
• Perlengkapan peledakan
• Detonator
• Penggunaan
perlengkapan yang
benar
• Waktu = 60 menit
4. Penjelasan
Bab 3 Pengisian Muatan
• Mempersiapkan muatan • Mengikuti penjelasan dan
• Pengisian muatan terangsang untuk berdiskusi
• Pengisian muatan • Mencatat hal-hal penting
dengan ANFO • Mengajukan pertanyaan bila
• Alat pengisian lubang perlu
ledak
OHT4
• Jaringan penyala
• Pemeriksaan kabel
penyala
• Menyalakan muatan
primer
• Pemeriksaan hasil
peledakan
• Peledakan sekunder
• Waktu = 75 menit
5. Penjelasan
Bab 4 Peledakan primer
dengan sistem coyote hole
• Pengeboran coyote hole • Mengikuti penjelasan dan
• Perhitungan jumlah terangsang untuk berdiskusi
bahan peledak • Mencatat hal-hal penting OHT 5
• Pengisian dan • Mengajukan pertanyaan bila
penutupan coyote hole perlu
• Peledakan coyote hole
Waktu : 25 menit
xi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
6. Penjelasan : Bab 5
Peledakan Primer dengan
benah cut (peledakan
jenjang)
• Pengeboran • Mengikuti penjelasan dan
OHT 6
• Pengisian lubang bor terangsang untuk berdiskusi
Waktu : 20 menit • Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu
7. Penjelasan Bab 6
Rangkuman / Penutup
• Rangkuman Peserta diberi kesempatan
• Diskusikan bertanya jawab/ diskusi dan
OHT 7
• Penjajakan, penyerapan, ditanya oleh instruktur secara lisan
pembelajaran maupun tertulis
• Penutup
• Waktu = 25 menit
xii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
MATERI SERAHAN
xiii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
BAB 1
PENDAHULUAN
1-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
1-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
BAB 2
MEMPERSIAPKAN PELEDAKAN SESUAI POLA PELEDAKAN
2-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Arah lemparan
batuan
B
4 3 2 1
B y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
4 3 2 1
5 4 3 2
6 5 4 3
SETELAH PELEDAKAN
2-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Arah lemparan
batuan
B
4 3 2 1
B
y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM PELEDAKAN
1,15B 1,15B 1,15B 1,15B
B B B
4 3 2 1
5 4 3 2
6 5 4 3
SESUDAH PELEDAKAN
Arah lemparan
w
batuan
B
4 3 2 1
1.4B B
4 3 2 1 y
1.4B
2B 4 3 2 1
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
4 3 2 1
SETELAH PELEDAKAN
2-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
B
1 1 1 1
B
B y
2 2 2 2
B 1,4B
3 3 3 3
2B 2B 2B 2B
SEBELUM PELEDAKAN
3
SETELAH PELEDAKAN
B
4 3 2 1 2 3 4
1.4B B
2B y
5 4 3 2 3 4 5
1.4B
6 5 4 3 4 5 6
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
1
2 2
3 3
SETELAH PELEDAKAN 4 4
5 5
6 6
2-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
B
4 3 2 1 2 3 4
B y
6 5 4 3 4 5 6
B
8 7 6 5 6 7 8
3 2 1 2 3
4 4
SETELAH PELEDAKAN 5 4 3 4 5
6 6
7 6 5 6 7
8 8
2-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Wall holes
atau rib holes
Cut holes
Tinggi
abutment
Cut spreader holes
atau raker holes
18 18 18 18 18
18 18
19 18 17
16 15 16 17
18 19
18 16 15 14 14 15 16 18
12
17 17
15 13 11 9 11 13 15
5,2 m
16 16
14 12 10 10 12 14
16 16
15 13 11 9 11 13 15
17 17
18 17 16 14 12 14 16 17 18
7,5 m
5 7
3 4
8 6
Gambar 2.8. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
2-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
12
11 11
11 11 11
11 11
11 11 10 8 8 10
10 9 9 10
11 11
10 9 8 7 7 7 8 9 10 9 7 6 7 9
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
6,4 m
9 7 2 4 6 8 2,8 m
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
10 9 9 9 9 9 9 9 9 10 8 6 1 3 5 7
9 7 2 4 6 8
9,4 m
TAMPAK DEPAN 12 11 10 11 12
2,5 m
TAMPAK DEPAN
5,6 m
1,0 m
2-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
ANG
JENJ )
UN CAK NC H
P BE
(TOP
S
B
CREST
KOLOM LUBANG
T
LEDAK ( L )
AS
G BEB )
A N CE
BID EE FA
(F R
H
PC
TOE
G
NJAN
N TAI JE NCH)
LA E
J OR B
(FLO
Terminologi dan simbul yang digunakan pada geometri peledakan seperti terlihat pada
Gambar 2.2 yang artinya sebagai berikut:
B = burden ;L = kedalaman kolom lubang ledak
S = spasi ;T = penyumbat (stemming)
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling
2-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Lubang ledak tidak hanya vertikal, tetapi dapat juga dibuat miring, sehingga terdapat
parameter kemiringan lubang ledak. Kemiringan lubang ledak akan memberikan hasil
berbeda, baik dilihat dari ukuran fragmentasi maupun arah lemparannya. Untuk
memperoleh kecermatan perhitungan perlu ditinjau adanya tambahan parameter
geometri pada lubang ledak miring.
Dalam banyak hal pengerjaan coyote ini bisa dianggap cukup ideal untuk memproduksi
batu-batu besar, batu untuk pengisi tebing-tebing, tanggul-tanggul, bendungan-
bendungan, pelabuhan dan lainnya. Selain itu bisa juga untuk pemotongan gunung
pada pembuatan jalan baru. Lubang-lubang coyote hole biasanya dibuat horizontal dan
2-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
besarnya lubang coyote hole ini kira-kira 4 feet (120 cm) atau 5 feet (150 cm), sehingga
lubang yang cukup besar ini bisa untuk tempat melakukan pekerjaan.
Dalam hal pengerjaan peledakan dengan coyote hole perlu pengalaman cukup matang
dan tidak sembarangan melakukannya.
Lantai Kerja
Permukaan
Snake Hole
Perpanjangan
2-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
terpisah. Sisa lubang diisi dengan peledak macam lain juga dengan muatan
pimer terpisah. Kemudian kedua muatan diledakan bersama-sama.
2-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Lantai Kerja
Permukaan
Snake Hole
2-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Anyaman tekstil
sintetis
Serat nylon
Sumbu ledak juga diproduksi untuk keperluan khusus oleh beberapa pabrik,
diantaranya ICI Explosives memproduksi seri sumbu ledak dengan merk
dagang sebagai berikut (lihat Gambar 2.7):
2-15
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
SHEARCORD 70 gr/m
GEOFLEX 40 gr/m
GEOFLEX 20 gr/m
FLEXICORD 10 gr/m
TUFFCORD 10 gr/m
POWERCORD 5 gr/m
REDCORD 10 gr/m
TRUNKCORD 5 gr/m
2-16
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
2-17
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Biasanya nomor periode delay ini juga ditempatkan pada kawat yang
merupakan tanda pengenalnya.
Terdapat tiga macam waktu tunda dalam detonator listrik, yaitu halfsecond,
quartersecond dan millisecond. Tabel 4.1 pada modul BLE–05 :
Perencanaan Peledakan adalah contoh interval waktu tersebut dan interval
waktu terkecil dalam peledakan adalah 25 ms, sehingga selang waktu
menjadi 25, 50, 75, 100, 125 ms, dan seterusnya.
Setiap produsen memberikan ciri khusus untuk membedakan masing-
masing sistem waktu tundanya, misalnya dengan warna, nama seri, atau
nama khusus. Demikian juga dengan interval harga waktu tunda dari tiap
sistem tersebut, biasanya hanya dibedakan menggunakan warna label
penunjuk waktu tunda (delay tag color) dan pemberian strip atau garis
dengan warna berbeda pada detonatornya.
Untuk mendapatkan hasil yang baik pelor dinamit yang digunakan harus
berukuan sebesar mungkin, tanpa menimbulkan kesulitan dalam
penempatannya.
Untuk memulai peledakan sebuah pelor dinamit pada setiap muatan harus
dilengkapi dengan detonator dan sumbu pengaman atau detonator listrik atau
“cordtex” (detonating cord), muatan ini dinamakan muatan primer yang
diletakkan berimpit dengan muatan lainnya perlu dilakukan karena mengurangi
resiko timbulnya pengisian muatan tidak meledak.
a. Penyiapan muatan primer dengan sumbu pengaman
Sumbu pengaman dapat dipergunakan bila ujungnya dipasang detonator
biasa dalam ukuran cocok untuk pekerjaan quarry. Pemasangan detonator
dapat dilakukan dengan memotog sumbu pengaman melintang, memakai
pemotong sumbu yang tajam dan bersih.
Ujung yang baru dipotong ini dimasukan kedalam detonator sehingga
ramuan dan sumbu berimpit. Sumbu ditahan tertekan sedikit pada ramuan
tanpa pemuatan dan detonator dijepit dengan penjepit yang sesuai. Ujung
dari sumbu dijaga agar tidak terkena air, minyak atau pelumas.
Setelah selesai pemasangan detonator, maka dengan ujung detonator itu
sumbu pengaman dimasukan kedalam pelor dinamit sebagai muatan
primer, lalu sumbu pengaman bisa diikat dengan isolasi pada pelor dinamit.
2-19
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
2-20
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
a. Cara ke b. Cara ke 2
1
Gb. 2.22. Pembuatan muatan primer menggunakan detonator listrik
Terdapat dua cara yang umum digunakan untuk membuat primer dengan
sumbu ledak, yaitu seperti terlihat pada Gambar 2.11. Cara ke 1 sebagai
berikut (Gambar 2.11.a):
1) Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator,
kemudian buatlah lubang tembus di bagian samping cartridge memakai
penusuk kayu
2) Sisipkan sumbu ledak ke dalam lubang, kemudian ikatlah dengan cara
pengikatan bunga cengkeh atau dapat pula diikat kuat menggunakan
selotip dan siap dimasukkan ke dalam lubang ledak.
a. Cara ke 1 b. Cara ke 2
Gb. 2.23. Pembuatan muatan primer menggunakan sumbu ledak
Gb. 2.24. Detonator listrik seismik dan bawah air (ICI Explosives, 1988)
f. Detonator nonel
Detonator nonel (non-electric) dirancang untuk mengatasi kelemahan yang
ada pada detonator listrik, yaitu dipengaruhi oleh arus listrik liar, statis, dan
kilat serta air. Akhirnya diketemukan suatu proses transmisi signal energi
rendah gelombang kejut menuju detonator tanpa mempengaruhi bahan
peledak yang digunakan. Transmisi signal terjadi di dalam suatu sumbu
(tube) berdiameter 2 – 3 mm terbuat dari semacam lapisan plastik yang
pada bagian dalamnya dilapisi dengan material reaktif yang sangat tipis.
Ketika inisiasi dilakukan, signal energi rendah tersebut bergerak
disepanjang sumbu yang kecepatan propagasinya enam kali kecepatan
suara (2000 m/s). Fenomena gelombang kejut tersebut, yang sama dengan
ledakan debu pada tambang batubara bawah tanah, merupakan rambatan
2-23
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
2-24
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Lapisan luar
Lapisan tengah
Lapisan dalam
2-25
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
elemen tunda
isian utama plug penutup
isian dasar
tidak tembus air
sumbu
nonel label
tunda
“J” hook
Gb. 2.27. “J” hook dan label tunda pada detonator nonel (ICI Explosives, 1988)
2-26
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
BAB 3
PENGISIAN MUATAN DAN JARINGAN PENYALA
Setelah muatan primer disiapkan, lalu muatan primer itu dapat dimasukan kedalam
lubang dahulu dan perlahan-lahan didorong keposisinya.
3-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Bagian sumbu atau leg wire yang bebas harus ditahan atau diikatkan pada patok agar
tidak jatuh kedalam lubang. Dinamit lainnya kemudian dilepas perlahan-lahan kedalam
lubang dua atau tiga buah sekaligus.
Petugas pengisi harus mendengarkan setiap dinamit yang meluncur kedalam lubang
sebelum melepaskan yang lain. Apabila dinamit macet ditengah lubang, harus
diturunkan secara hati-hati denga tongkat. Setiap dua atau tigas dinamit harus
dipadatkan perlahan-lahan dengan menekan mantap-mantap memakai tongkat pada
lubang isian dinamit. Untuk tongkat pemadat bertanda feet, tiga buah pelor dinamit
berukuran 8 inchi akan menunjukkan pembacaan 2 feet pada tongkat, sehingga
kontinuitas muatan dapat dijaga. Adanya celah udara dimana „detonating cord“
digunakan tidak akan mengganggu, karena seluruh panjang detonating cord dapat
memulai peledakan. Untuk detonator-detonator listrik dan detonator biasa, pelor
dinamit harus lekat satu sama lainnya. Bilamana muatan primer digunakan detonator
listrik, muatan primer ini dapat diletakan dimana saja, namun disarankan supaya
diletakan sedekat mungkin pada dasar lubang. Bila digunakan muatan primer dengan
detonator biasa dan sumbu pengaman, muatan primer harus diisikan kedalam lubang
paling akhir. Setelah semua muatan diisikan, sisa lubang harus diisi penutup. Semua
bahan penutup harus digunakan dalam keadaan lembab dan tidak dapat terbakar.
Menurut pemilihannya, bahan-bahan penutup adalah :
• campuran dua bagian pasir dan satu bagian lempung
• lempung
• pasir
• tanah napal
Debu pengeboran dapat digunakan untuk mengganti pasir tetapi pecahan tajam harus
dibuang, karena dapat memotong sumbu pada waktu pemadatan.
Bahan penutup harus dipadatkan setao 1 -2 feet (30-60 cm) dengan tongkat pemadat.
Selama pengerjaan pengisian dan pemadatan, sumbu detonating cord atau kabel-
kabel listrik (leg wire) dipegang betul-betul dan dijaga lurus tanpa terjadi tegangan.
3-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Corong untuk
butiran AN
Inlet untuk
Fuel Oil
Gb. 3.1. Pencampur ANFO Coxan (ICI Explosives)
3-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Alat Coxan ANFO Mixer dapat dioperasikan tangan atau tenaga listrik. Bila
dioperasikan tangan, maka dipasang engkol di bagian ujung pipa pengeluaran
produk ANFO dan laju pengeluaran ANFO bisa mencapai 1000 kg/jam.
Sedangkan bila dioperasikan oleh tenaga listrik, diperlukan energi 1100 watt,
dan laju produk ANFO antara 40 – 100 kg/menit.
ANFO loader pada Gambar 2.2.a adalah salah satu jenis pengisi lubang
ledak dengan bahan peledak ANFO. Alat ini terdiri dari tangki konis terbuat
dari baja dan bertekanan serta klep bola yang mengatur tekanan menuju
selang pengisi berdiameter antara 50 – 75 mm. Tekanan udara tambahan
(secondary air pressure) dapat dimasukkan melalui pipa di bagian bawah
3-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
alat untuk menambah tekanan ke selang pengisi. Cara kerja alat ini adalah
sebagai berikut:
1) ANFO dicurah melalui corong di bagian atas ke tangki konis.
2) Corong ditutup rapat dan kuat.
3) Klep bola dibuka perlahan-lahan sampai tekanan untuk mengeluarkan
ANFO melalui selang pengisi memuaskan. Besar tekanan akan sangat
tergantung pada densitas ANFO. Alat ini dirancang untuk ANFO dengan
densitas sampai 0,95 gr/cm³.
Pneumatic cartridge charger pada Gambar 2.2.b adalah alat pengisi lubang
ledak dengan bahan peledak cartridge, khususnya cartridge berbasis
emulsi, misalnya powergel. Alat ini sangat efektif bila digunakan pada
lubang ledak kecil yang berukuran antara 57 – 76 mm (2” – 3”) dengan
kedalaman 58 m untuk lubang kering dan 15 m bila lubang berair. Sangat
cocok digunakan untuk pengisian lubang ledak ke arah miring atau ke atas
pada tambang bawah tanah. Tekanan udara yang dialirkan melalui selang
mampu memberikan pemadatan, sehingga densitas bahan peledak di
dalam lubang ledak bertambah antara 20% - 40% dibanding dengan
pemadatan secara manual (dengan tangan biasa). Besarnya tambahan
densitas tersebut tergantung pula pada besar tekanan udara yang dialirkan.
Alat ini dirancang untuk bahan peledak cartridge berbasis emulsi, namun
dengan memperhatikan segala kemungkinan yang berkaitan dengan
keselamatan kerja dapat pula digunakan untuk bahan peledak cartridge
berbasis nitroglyserin.
3-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
sederhana ini pelaksanaan peledakan menjadi lebih cepat dan biaya pun
dapat dikurangi.
Seseorang
memegang Hose pengukur kedalaman
ANFO dituang ke
legwire
lubang ledak bahan peledak
Gb. 3.3 Tipikal pengisian manual lubang ledak di quarry atau tambang terbuka
3-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Cartridge
Tongkat
pendorong dan
pemadat
Primer
Tongkat
pendorong
Gb. 3.6. MMU sedang beroperasi mengisi lubang ledak di tambang terbuka (PT. Dahana, Indonesia)
Oleh sebab itu, setiap MMU harus dilengkapi dengan alat pengeluaran yang
mampu mengalirkan bahan peledak sesuai dengan viskositasnya ke dalam
lubang ledak dengan kecepatan yang terukur. Gambar 2.8 menunjukkan
sketsa MMU buatan Dyno Westfarmers yang menunjukkan susunan
kompartemen dan bagian-bagian penting lainnya.
3-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Penyumbat
(Stemming)
Kolom lubang
ledak
Bahan peledak TOP
utama (COLLAR)
(ANFO) DECK
(MIDDLE) PRIMING
PRIMING
BOTTOM
PRIMING
3-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
b. Detonasi Listrik
Dengan penggunaan detonator listrik, muatan primer dapat diletakan
didasar atau ditengah lubang, namun harus terletak disatu tempat sehingga
apabila terjadi sebagian tidak meledak, bahaya tertinggalnya muatan primer
dalam lubang dapat dikurangi seminimum mungkin.
Asalkan muatan primer serta detonatornya telah melemah, maka AN-FO
bisa dikeluarkan lagi tanpa ada bahaya meledak. Apabila detonator
ditempatkan didalam lubang sebelum pengisian AN-FO, kabel massa mesin
pemuat dan leg wire detonator harus ditanam dalam tanah dan selang
pengisi anti arus listrik (selang karet harus digunakan). Hal ini untuk
menghidarkan detonaso akibat selang pengisi.
3-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-14
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3. Relay Detonasi
Didalam penambangan batu pada areal terbuka, relay detonasi yang
menggunakan “cord tex” dalam peledakan pada umumnya memberikan cara
yang baik, sebab waktu peledakan dapat diperlambat.
Untuk pemasangan relay detonasi ini biasanya ada peralatan khusus yang
dilengkapi dengan delay detonator yang tertutup pipa alumunium kekar dan
kedua ujungnya terbuka untuk menerima „cordetx“. Jangka pelambatan untuk
setiap relay umumnya tergantung dari nomor delay detonatornya. Dalam
pemakaianya, tali „cordtex“ dipotong pada tempat pelambatan yang
dikehendaki dan relay detonasi diantara kedua potongan tali. Dengan pemilihan
titik-titik penyisipan relay detonasi, urutan peledakan yang dikehendaki dapat
diatur.
3-15
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
10 0,10 1,0
12 0,08 1,6 Standard gauge
14 0,06 2,5 adalah menurut
16 0,05 4,0 A.W.G
18 0,04 6,4
20 0,03 10,2
3-16
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-17
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-18
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-19
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-20
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
3-21
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Penggunaan muatan yang tergantung dari ukuran brangkal adalah sebagai berikut :
Ukuran brangkal (ft.) Muatan (ons)
1- 1 ½ 4
1½-2 6
2–1½ 8
2½-3 10 -12
3–3½ 12 – 16
3-22
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
BAB 4
PELEDAKAN PRIMER DENGAN SISTEM COYOTE HOLE
4-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Setelah peralatan sudah siap semua, maka dapatlah dimulai pelaksanaan pengeboran
pertama pada titik-titik yang telah ditentukan seperti gambar dimuka.
Pengeboran cukup dengan leg drill (jackhammer) sedalam 1,5 m dan setelah
pengeboran untuk semua lubang yang direncanakan sudah selesai, baru bahan
peledak bisa diisikan secukupnya. Dalam pengisian bahan peledak jangan lupa pada
setiap lubang diisikan muatan primer lengkap dengan delay detonator yang mempuyai
nomor delay berlainan (lihat gambar) lalu ditutup dan disumbat dengan tanah liat atau
lainnya sampai rapat.
Setelah itu, semua detonator dihubungkan dengan leg wire secara seri (disini contoh
peledakan dengan detonator listrik).
Didalaml menghubungkan leg wire dengan seri harus ditest dahulu baik tidaknya
sambungan dengan ohm tester.
Baru setelah sambungan baik dihubungkan langsung dengan blasting machine untuk
peledakan. Sesudah diadakan peledakan maka hasil peledakan pertama maupun
kedua dapat dibersihkan dengan bulldozer dan untuk peledakan selanjutnya bisa
dipakai kereta dorong, dimana setiap kali setelah peledakan ditunggu beberapa saat
agar supaya gas dinamit habis.
Biasanya untuk mempercepat menghilangkan gas dinamit bisa digunakan angin dari
compresor dengan memasukan pipanya (air hose) kedalam lubang coyote.
Bila sudah nyata gas dinamit yaitu untuk mendapatkan bidang yang rata lagi. Untuk
memulai pengeboran lagi terlebih dahulu diperiksa oleh ahli ukur untuk menetapkan
dan meluruskan lubang sesuai as yang ditentukan.
PENGEBORAN COYOTE
4-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Sebelum pelaksanaan pengisian bahan peledak dari suatu coyote, terlebih dahulu
direncanakan dan diperhitungkan jumlah bahan peledak pada tiap-tiap kamar (tempat
bahan peledak).
Selain itu bisa menyiapkan material maupun peralatan yang akan dipergunakan untuk
penutupan yaitu batu-batu, tanah liat, pasir dan bahan lain yang diperlukan dimuka
lubang coyote sebagai bahan penutupnya. Adapun perhitungan bahan peledak yang
akan dipergunakan dapat dihitung sebagai berikut. Sebelum diperhitungkan banyaknya
bahan peledak di setiap kamarnya, lebih dahulu harus mengetahui situasi, denah dan
potongan-potongan lubang coyote yang akan diledakan (lihat gambar). Dalam
menghitung jumlah bahan peledak ini harga W dan H dicari dalam gambar potongan
denah. Dengan rumus-rumus yang ada banyaknya bahan peledak tiap kamar dihitung
dan pada kamar-kamar ujung coyote perlu ditambahkan bahan peledak 10% sampai
30% yang tergantung apakah dikiri atau kanan coyote hole ada bidang batu yang
4-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
menahan atau bidng bebas. Jika dipergunakan AN-FO sebagai bahan peledak, jumlah
yang diperlukan dipisahkan yaitu :
90% sampai 95% AN-FO dan
5% sampai 10% dinamit untuk meledakan (sebagai muatan primer)
Potongan
1
Potongan
2
4-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Potongan
3
Potongan
4
Pada penggalian coyote seperti contoh terdapat 4 kamar bahan peledak dimana
panjang sayap 19 m = D.
Untuk potongan :
1. H = 11,90 m
W=9m
2. H = 12,50 m
W = 8,20 m
3. H = 12,80 m
W = 9,40 m
4. H = 11,30 m
W = 7,10 m
Dimana :
H = tinggi dari as dasar sampai bidang atas
W = titik singgung dari as dasar sampai dengan bidang muka terdekat.
4-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Tinggi dari as dasar sampai bidang atas H, disarankan setinggi 150 feet (45 meter), jika
ternyata H lebih dari 70 feet (20 meter) kamar peledak bisa direncanakan / dibuat lebih
dari satu sayap dan untuk mengukur W sayap belakang diambil dari as kamar peledak
sayap belakang sampai dengan garis tepi sayap dimukanya. Selain itu peledakan
sistem coyote hole satu baris lubang vertikal yang dibor dari permukaan bidang atas
dan sejajar sayap coyote. Letak baris lubang vertikal ini kurang lebih 6 meter
dibelakang sayap coyote hole paling belakang.
Dalam perhitungan harus ditentukan koefisien batu, misalnya telah dihitung dan
ditentukan yaitu :
C1 = C2 = 0,50 dan C3 = C4 = 0,45 dengan demikian dapat dihitung kebutuhan bahan
peledak pada tiap kamar dengan ketentuan sebagai berikut :
CW x (1 D / W )
Lq Lq = banyaknya bahan peledak
4 kamar
Untuk kamar :
0,50 x 9 x (1 19 / 9)
No. 1 -------- Lq1 295 20% 355 kg
4
Jadi bahan peledak keseluruhan untuk coyote = Lq1 sampai dengan Lq4 = 1.027,5 kg.
Begitulah cara-cara perhitungan bahan peledak setiap coyote di tiap kamar. Adapun
pelaksanaan pengisian sebagai berikut :
kg. Sebelum bahan peledak dimasukan dalam lubang coyote, terlebih dahulu diperiksa.
Selanjutnya dimasukan papan-papan yang telah disediakan bahan peledak untuk
mencegah kelembaban bahan peledak. Sesudah penyusunan papan-papan tersebut
selesai, maka bahan peledak dapat dimasukan dengan kereta dorong sesuai dengan
perhitungan yang telah ditentukan oleh perencana coyote. Untuk setiap kamarnya
disusunlah bahan peledak dengan baik (lihat gambar) sedangkan tenaga yang
menyusun + 3 orang dalam kamar itu, seterusnya dipasang suatu muatan primer
dengan sumbu dari detonating cord, yaitu terdiri dari satu bungkus bahan peledak
(misalnya dinamit dahana) + 10 kg diikat erat-erat dengan detonating cord rangkap dua
yang diperkirakan panjang dari ikatan disesuaikan dengan banyaknya dinamit.
Dalam melakukan pengisian ikatan dinamit ini harus ditengah-tengah susunan bahan
peledak dalam kamar tersebut, selanjutnya ikatan dinamit tersebut disambungkan
dengan detonating cord penghubung sumbu utamanya.
Hubungan antar ikatan dinamit dan detonating cord minimum 50 cm dan panjang
sumbu utama ini sepanjang sayap coyote dengan rangkap dua. Untuk menjaga agar
detonating cord tidak putus, dapat dilindungi dengan bambu dibelah dua dan ruas-ruas
didalamnya dihilangkan lalu ditangkupkan, selanjutnya diikat dengan kawat tali
(bindrat). Penempatan dari detonating cord sebagai sumbu utama tidak boleh dibawah/
berdekatan dengan kabel penerangan, setelah itu dimasukan angko/ tanah liat, batu-
batu kecil dan maupun batu besar untuk penutup, cara memasukan angko/ tanah liat,
batu-batu kecil dan batu besar dapat memakai kereta dorong dengan dua tenaga
orang, orang kesatu menarik dan orang kedua mendorongnya dari belakang . Dalam
4-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
pelaksanaan ini ada beberapa tenaga (+ 3 sampai dengan 4 orang) yang berada
didalam coyote untuk mengatur dan menyusun bahan peledak, sambungan-
sambungan detonating cord, penutup dengan angko/ tanah liat dan batu-batu kecil
yang ditutup lagi dengan batu besar. Jadi susunan penutup tiap-tiap kamar peledak
terdiri dari :
- Tanah liat campur pasir setebal + 0,50 meter
- Susunan batu-batu kecil setebal + 1 meter
- Susunan batu besar sampai susunan batu kecil pada kamar berikutnya.
Ditempat pertemuan sayap coyote dan lubang masuk ditutup juga dengan batu-batu
kecil dicampur tanah liat dan pasir setebal + 1 meter.
Setelah itu dilanjutkan penutupan lagi dengan batu-batu besar sampai mulut lubang
coyote.
Dalam penyusunan penutup ini harus diusahakan serapat mungkin, karena penutupan
yang kurang rapat dapat mengakibatkan peledakan tidak menghasilkan sesuatu yang
diharapkan.
4-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
Lalu ujung dari detonating cord yang merupakan sumbu utama coyote, dipasang
detonator (bisa dipakai detonator delay) seterusnya dihubungkan dengan leg wire
snake hole secara seri juga lalu dichek ohm tester. Bila sambungan sudah baik leg wire
tersebut dihubungkan ke alat blasting machine, biasanya kabel penyala yang dipakai
untuk peledakan coyote 1,20 mm. Sebelum terjadinya peledakan coyote pada
tempat-tempat yang tertentu biasanya batas rencana peledakan coyote diberi tanda
bendera merah dan selanjutnya perlu juga menjauhkan alat-alat dari bahaya
pelemparan batu ketempat-tempat yang sekiranya aman dan menjaga agar orang-
orang yang tidak berkepentingan tidak mendekati tempat coyote. Dalam memberikan
tanda bendera ini perlu juga dipasang diatas ujung coyote dan mulut coyote. Karena
coyote hole merupakan peledakan besar, maka satu jam sebelum peledaka dimulai
dibunyikan tanda pertama berupa sirine + 40 detik, lalu dimatikan 20 detik dan diulang
3 kali. Bersamaan dengan bunyi sirine tersebut petugas-petugas disebarkan disekitar
coyote hole dan harus melarang orang-orang / kendaraan yang akan masuk kedaerah
peledakan.
4-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
BAB 5
PELEDAKAN PRIMER DENGAN BENCH CUT (PELEDAKAN JENJANG)
5.1 Pengeboran
Peledakan jenjang atau bisa juga disebut dengan Bench Cut adalah suatu peledakan
primer yang umum dan biasa dilaksanakan di quarry-quarry. Adapun cara pengeboran
biasanya tegak lurus di permukaan lantai kerja. Dalam lubang pengeboran biasanya
tegak lurus dipermukaan lantai kerja. Dalam lubang pengeboran untuk peledakan
jenjang atau peledakan primer ini adalah bisa setinggi jenjang yang dibuat dan akan
lebih baik bilamana lubang ini ditambahkan kedalamannya lebih dari 30% kali jarak
batas-batas pengeboran bench cut itu.
Lantai Kerja
Permukaan
Snake hole
Snake hole
Untuk jarak antara baris ke baris lainnya W dan jarak lubang satu dengan lubang
lainnya pada satu baris D (dapat diambil + 2 ½ m sampai 3 m). Ini adalah usaha untuk
mencapai hasil peledakan agar bisa mendapatkan batu pecah berukuran kecil
sehingga peledakan sekunder akan berkurang. Sebelum dilaksanakan pengisian
lubang bor bench cut, terlebih dahulu dihitung dan direncanakan jumlah bahan peledak
yang akan digunakan pada setiap lubangnya. Adapun perhitungan pengisian bench cut
ini sama seperti pembentukan jenjang.
Data-data yang diperlukan untuk memperhitungkan banyaknya bahan peledak dapat
diikuti contoh sebagai berikut :
D = 2 ½ m (jarak lubang-lubang dalam satu baris)
W = 2 ½ m (jarak antara baris ke baris)
H = 8 m (dalamnya lubang)
5-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
5-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
5-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
5-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
RANGKUMAN
Bab 1 :
1. Pelaksanaan peledakan supaya mengacu kepada desain peledakan yang sudah
disetujui.
2. Proses peledakan terjadi karena :
• Gelombang tekanan
• Pengaruh gas ledakan dan
• Penggunaan tenaga ledakan
Bab 2 :
1. Pola peledakan pada areal terbuka dan areal bawah tanah berbeda. Adapun yang
membedakan yaitu :
• Faktor pengeboran
• Urutan peledakan yang ditentukan jeda waktu (delay time) yang memberikan
keuntungan :
1. Mengurangi getaran
2. Mengurangi over break atau batu terbang
3. Mengurangi getaran akibat air blast dan suara.
4. Dapat mengarakan lemparan material ledakan
5. Memperbaiki ukuran bongkahan hasil ledakan
2. Penentuan pola peledakan pada tambang terbuka sangat ditentukan oleh :
• Peledakan tunda antar baris
• Peledakan tunda antar beberapa lubang
• Peledakan tunda antar lubang
• Arah lemparan hasil ledakan
3. Penentuan pola peledakan pada bawah tanah selalu diawali dengan pembuatan cut
untuk membentuk/ mendapatkan bidang bebas lebih satu permukaan sehingga lemparan
material ledakan akan terarah.
4. Para bukaan bawah tanah (terowongan) dibagi kedalam beberapa kelompok lubang
sesuai fungsinya yaitu :
• Cut hole
• Cut spreader hole
• Stoping hole
• Wall hole
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
• Floar hole
5. Bentuk cut hole terdiri ;
• Burn cut
• Wedge cut
• Drag cut
Bab 3 :
1. Perlengkapan peledakan antara lain :
a. Detonator biasa dan sumbu pengaman
1. Detonator biasa dan sumbu pengaman
2. Sumbu detonator cord tex
3. Detonator listrik
2. Detonator listrik dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Detonator instantonius yaitu : detonator listrik yang bila dinyalakan akan meledak
seketika itu.
2. Detonator delay (tunda) second yaitu bila dinyalakan bisa meledak dengan jarak
waktu tertentu sesuai nomor delaynya.
3. Detonator delay milli secara atau biasa disebut delay lambat jarak waktu tertentu
sesuai dengan nomor delaynya.
3. Penyiapan muatan primer dengan detonator listrik sebagai berikut :
1. Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator, kemudian
buatlah lubang kira-kira sedalam 6 cm ditengah-tengah atau dari samping cartridge
dengan atau tanpa dibuka pembungkusnya memakai penusuk kayu.
2. Sisipkan detonator listrik kedalam lubang sedemikian rupa sehingga detonator
terbenam seluruhnya kedalam cartridge
3. Lingkaran legwire sekali atau dua kali ke sekitar cartridge, lalu kencangkan dan siap
dimasukan kedalam lubang kedak.
4. Kedua ujung kawat detonator yang mengarah keatas harus digabungkan untuk
menghindari pengaruh arus listrik liar atau listrik statis.
4. Penyiapan muatan primer dengan ”cordtex” (detonating cord) ada 2 cara yaitu :
1. Untuk pelor dinamit berdiameter kecil lubang dibuat dari ujung pelor dinamit keujung
lainnya, lalu cordtex dimasukan melalui lubang ini dan ujungnya diikatkan agar tidak
lepas.
2. Untuk pelor dinamit yang berdiameter besar lubang dapat dibuar dari sisi-sisi pelor
dinamit, lalu cordtex dimasukan dan diikatkan biasa.
5. Terdapat dua cara yang umum digunakan untuk membuat primer dengan sumbu ledak
yaitu sebagai berikut :
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
1. Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator, kemudian
buatlah lubang tembus di bagian samping cartridge memakai penusuk kayu.
2. Sisipkan sumbu ledak kedalam lubang, kemudian ikatlah dengan cara pengikatan
bunga cengkeh atau dapat pula diikat kuat menggunakan selotip dan siap dimasukan
kedalam lubang ledak.
Bab 4 :
1. Peledakan primer dengan sistem coyote hole dapat dilakukan dengan perhitungan
matang dan dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman.
Bab 5 :
1. Peledakan primer dengan Bench Cut (jenjang) adalah suatu kegiatan peledakan yang
umumnya dilaksanakan diQuarry/ pertambangan.
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Peledakan
DAFTAR PUSTAKA
2. Sugiri : Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga Ditjend Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976
3. Anon, 1988, ANFO Type Blasting Agents, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive
Division.
4. Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16th ed, Sales Development Section,
Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc), Wilmington,
Delaware.
5. Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation, Pty. Ltd.
Explosive Division, pp. 1 – 17.
9. Gustafsson, Rune, Blasting Technique, Dynamit Nobel Wien, Austrian Edition, 1981
11. Jimeno, C.L., Jimeno, E.L., and Carcedo, F.J.A 1995, Drilling and Blasting of Rocks,
A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield, Netherlands.
12. Manon, J.J., 1978, Explosives: their classification and characteristics. E/MJ Operating
Handbook of Underground Mining, New York, USA.
13. White, T. E and Robinson, P, 1988, Modern Commercial Explosives & Accessories,
“Explosives Engineering Handbook”, Institute of Explosives Engineers.