Makalah Sianosis
Makalah Sianosis
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1
Mengetahui definisi, jenis-jenis, patofisiologi, algoritma penegakan diagnosis
serta penatalaksanaan dari sianosis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menambah wawasan tentang definisi sianosis
2. Menambah wawasan tentang jenis - jenis dari sianosis
3. Menambah wawasan tentang patofisiologi sianosis
4. Menambah wawasan tentang algoritma penegakan diagnosa sianosis
5. Menambah wawasan tentang algoritma penatalaksanaan dari sianosis
1.4 Manfaat
Sebagai dasar ilmiah untuk mengetahui definisi, jenis-jenis, patofisiologi, algoritma
penegakan diagnosis serta algoritma penatalaksanaan dari sianosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi Sianois
Sianosis adalah perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan
akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah.1 Adanya warna
kebiruan adalah sebagai akibat dari peningkatan kadar hemoglobin terinduksi atau devirat
hemoglobin di dalam pembuluh darah kecil pada daerah tersebut. Kulit kemerahan yg
menjadi ciri khas polisitemia vera harus dibedakan dengan sianosis. Kemerahan pada
sianosis disebabkan oleh karboksihemoglobin. Derajat sianosis dimodifikasi oleh kualitas
pigmen kutaneus. Deteksi klinis akurat mengenai derajat dan adanya sianosis sulit, dan
ditunjukan oleh oksimetri.3
Pada beberapa keadaan sianosis, sianosis sentral dapat dideteksi bila saturasi arteri
terun menjadi 85 persen. Pada keadaan lain, terutama pada orang berkulit gelap, keadaan
ini tidak dapat terdeteksi sampai saturasi arteri turun menjadi 75 persen. Peningkatan
jumlah hemoglobin yang menurun dalam pembuluh darah kulit yang menimbulkan
sianosis dapat diterima oleh peningkatan kuantitas darah vena di kulit sebagai hasil
dilatasi venula dan ujung vena kapiler atau oleh pengurangan saturasi oksigen di darah
kapiler.3
Umumnya gejala sianosis tampak nyata jika konsentrasi rata-rata hemoglobin
tereduksi di dalam pembuluh darah kapiler melebihi 5g/dL. Hal yang penting dalam
menimbulkan sianosis adalah jumlah absolut hemoglobin terinduksi dan bukan jumlah
relatif. Jadi pasien anemia berat, jumlah relatif hemoglobin terinduksi di dalam vena
mungkin sangat besar di perhitungkan terhadap jumlah total hemoglobin. Namun
demikian karena konsentrasi total hemoglobin ini sangat menurun, maka jumlah absolut
hemoglobin terinduksi mungkin tetap kecil dan dengan demikian pasien anemia berat
bahkan dengan desaturasi arterial yang mencolok tidak memperlihatkan sianosis.3
Sebaliknya, semakin tinggi kandungan total hemoglobin, semakin besar
kecenderungan kearah sianosis. Jadi pasien dengan polisitemia vera yang nyata akan
cenderung untuk mengalami sianosis pada tingkat saturasi oksigen artelial yang lebih
tinggi bila dibandingkan pasien dengan nilai hematokrit yang normal.3
3
dari penurunan tekanan oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan
oleh penurunan laju oksigen tanpa adanya kompensasi yang cukup dari paru-paru
untuk menambah jumlah oksigen tersebut.4
5
oksigenasi yang tidak adekuat dapat dipastikan melalui pemeriksaan analisis gas darah
arteri dan pengukuran PaO2. 5
Istilah sianosis berarti kebiruan pada kulit, dan penyebabnya adalah hemoglobin
yang tidak mengandung oksigen jumlahnya berlebihan dalam pembuluh darah kulit,
terutama dalam kapiler. Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen memiliki warna
biru gelap keunguan yang terlihat melalui kulit. 6
Pada umumnya, sianosis muncul apabila darah arteri mengandung lebih dari 5 gram
hemoglobin yang tidak mengandung oksigen dalam setiap 100 mililiter darah. Pasien
anemia hampir tidak pernah mengalami sianosis karena tidak terdapat cukup banyak
hemoglobin untuk dideoksigenasi sebanyak 5 gram dalam 100 mililiter darah arteri.
Sebaliknya, pada pasien yang mengalami kelebihan sel darah merah, seperti yang terjadi
pada polisitemia vera, hemoglobin yang jumlahnya banyak itu dapat dideoksigenasi
sehingga seringkali menyebabkan sianosis, bahkan dalam keadaan normal.6
Sianosis sentral, kebiruan pada batang tubuh dan membran mukosa, disebabkan >3-
5 g/dL hemoglobin terdeoksigenasi dalam sirkulasi arteri. Sianosis sentral dapat
disebabkan oleh penyakit pulmonal berat, dan pintas intrapulmonal kanan ke kiri
(malformasi arteriovenosa, AVM) atau pintas ekstrapulmonal kanan ke kiri. Ini
merupakan karakteristik dari transposisi pembuluh besar dan tetralogi Fallot.7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Algoritma
3.1.1 Algoritma Penegakan Diagnosa Sianosis
6
Gambar 1: Algoritma penegakan diagnosa sianosis 8
7
Gambar 2: Algoritma penatalaksanaan sianosis sentral. ABCs, airway breathing, circulation; ABG, arterial
blood gas; AV,arteriovenosus; CHF, congestive heart failure; CN, cyanide;CO, carbon
monoxide; CTPA, computed tomography pulmonary angiography; CRX, chest
radiograph; Echo, echocardiogram; G6PD, glucose-6-phospate dehydrogenase; Hct,
hematocrit: ICU, intensive care unit; IV, intravenous; LMWH, low-molecular-weight,
heparin’ MetHgb, methemoglobin; PaO2, tekananparsial O2 padaarteri; PE, pulmonary
embolus; SaO2, saturasi oxygen arterial; SulfHg, sulfhemoglobin; V/Q, ventilation-
perfusion scan.V/Q dapatdilakukanjikakontraindikasiatautidaktersediaCTPA.
8
Gambar 3: Algoritma penatalaksanaan sianosis perifer. 9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
9
Sianosis adalah tanda klinis yang mengacu pada adanya warna biru pada bibir,
lidah (sentral), atau jari tangan (perifer) yang bisa disebabkan karena akibat dari
peningkatan kadar hemoglobin terinduksi atau devirat hemoglobin di dalam pembuluh
darah. Sianosis terbagi menjadi 2, yaitu: sianosis sentral dan sianosis perifer. Adapun
penyebab sianosis pada dasarnya terjadi karena rendahnya kadar oksigen dalam darah
baik itu karena asupan O2 yang kurang, abnormalitas hemoglobin atau kerja jantung
yang menurun. Penatalaksanaan sianosis tergantung pada organ atau jaringan yang
terganggu dan penyebab sianosis itu sendiri.
4.2 Saran
Makalah kelompok ini merupakan bagian dari proses integral pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi diprogram pendidikan dokter Unisma sebagai bentuk
sistem pembelajaran PBL. Kami menyadari bahwa masih banyak aspek dalam
makalah ini yang perlu diperbaiki dan dikritisi baik dari segi format maupun materi
yang terkandung di dalamnya.
Jadi untuk lebih menyempurnakan materi yang terkandung dalam makalah ini
sebaiknya pembahasan mengenai sianosis lebih diperdalam lagi agar nantinya
mekanisme dasar yang telah dipaparkan dalam makalah ini, bisa menjadi acuan untuk
mempelajarari patomekanisme dari berbagai penyakit yang terkait dengan sianosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A. Newman.Dorland`s Pocket Medical Dictionary.Terjemahan oleh Albertus
Agung, 2011. Jakarta: EGC.
2. Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2011
10
3. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. 2000. Harrison, Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam Vol. 1 Ed. 13th, Terjemahan oleh Ahmad H. Asdie. Jakarta: EGC
4. James T. Willerson, Jay N. Cohn, Hein J.J. Wellens, et al. 2007. Cardiovascular
Medicine. Ed ke-3. Springer-Verlag London
5. Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Hal 222-223. Jakarta: EGC
6. Guyton and Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Kesebelas. Hal 557.
Jakarta: EGC
7. Aaronson Philip I. dan Ward Jeremy P.T. 2007. At a Glance Sistem Kardiovaskular Edisi
Ketiga. Hal 116. Jakarta: Erlangga
8. Cleveland,R.H,2012.Imaging in Pediatric Pulmonology.Springer Science & Business
media
9. Mark, J.A Robert S.H and Ron M.W. 2014.Rosen`s emergency medicine: concepts and
clinical 8th ed.Elsevier
11