2. Seorang anak laki 3 tahun dibawa orang tuanya ke UGD RS dengan keluhan diare lebih dari 1 minggu yg lalu. Pada anamnesis didapatkan bahwa konsistensi fesesnya cair dan terdapat darah dan lendir,
frekwensi buang air besar 5-8 x/hr disertai dengan rsa mual dan muntah. Pasien telah berobat ke dokter dan minum antibiotik tetapi belum ada perbaikan. Pada pemeriksaan mikroskopis feses
didapatkan adanya organisme yg berbentuk bulat dan berinti 4 dimana anak inti terletak di sentral dan kromatin perifer tersusun rata. Apakah organisme penyebab diare pd pasien ini?
a. trofozoit entamoeba coli
b. kista giardia lambia
c. kista entamoeba histiolytica
d. trofozoit entamoeba hartmanni
e. kista balantidium coli
Dx Entamuba hystolitica: Menemukan trofozoit dan kista pada tinja
Trofozoit: ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma, pseudopodium tipis seperti jari, endoplasma bergranula halus kadang – kdang ditemukan eritrosit dengan berbagai
tingkat kerusakan. Kista : oval atau bulat, agak simetris, jumlah inti 1,2 atau 4 buah, kista muda seperti cerutu
Hlm. 126, 133
Dx Balantidiasis menemukan kista pada tinja padat dan trofozoit pada tinja encer. Kista berwarna hijau bening, lonjong memiliki dinding rangkap terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia.
Trofozoit warnanya kelabu tipis, lonjong berbentuk seperti kantong Hlm. 140
Dx Giardiasis menemukan kista pada tinja padat berbentuk lonjong, berinti 2 – 4 terletak pada satu kutub aau menemukan trofozoit (btk vegetatif) bagian anteriornya memiliki batil isap, inti 2, emepunyai
4 pasang flagel, 2 axosystole dan 2 benda parabal.
Parasitologi EGC Hlm. 142-143
3. Seorang anak laki 6 thn dibawa ibunya ke dokter praktek umum dengan keluhan hidung sebelah kanan berbau busuk sejak seminggu yg lalu. Pasien tidak mengalami batuk,pilek, dan demam. Saat tidur
pasien tidak mendengkur dan tidak mengeluh sesak. Apakah diagnosis pasien ini?
a. rinosinusitis akut bakterial
b. rinosinusitis viral
c. angiofibroma nassofaring juvenillis
d. benda asing rongga hidung kanan
e. difteri hidung
4. Seorang laki 50 thn datang ke poliklinik dengan keluhan penglihatan kabur sejak 5 tahun yg lalu. Penglihatan kabur semakin memberat sejak 1 bulan yg lalu. Riwayat diabetes mellitus sejak 15 thn yg lalu.
Riwayat konsumsi OAD rutin dan pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post prandial dalam batas normal. Pemeriksaan visus mata normal. Pada funduskopi ditemukan media jernih, papil
normal, retina datar, tidak ada neovaskularisasi, hard eksudat (+), dot hemorrages (+), macula edema (-), dan reflek fovea normal. Apakah diagnosis pd pasien ini?
a. Oklusi vena sentralis retina
b. Oklusi arteri sentralis retina
c. Pelepasan retina/retina detachment
d. Retinopati diabeticum proliferatif
e. Retinoapati diabeticum non proliferatif
Bedakan soal yang ada jawabannya OCT, itu DM dan hipertensi. Ini DM saja
5. Seorang laki - laki berusia 20 thn datang ke puskesmas dengan keluhan bentol-bentol yang terasa gatal di badan setiap hari, yang hilang keesokan harinya. Pada saat di periksa tidak ditemukan adanya
kelainan kulit. Keluhan ini sudh dialami sejak 2 bulan terakhir. Pemeriksaan apakah yg sebaiknya dilakukan untuk membangkitkan gejala bentol-bentol pd pasien tersebut?
a. Prick test
b. Patch test
c. Dermatopatologi
d. Pemeriksaan KOH
e. Dermatografisme
6. Seorang laki dewasa ditemukan meninggal didalam mobil tua dengan mesin dan ac yg masih menyala. Pintu dan jendela mobil tertutup rapat. Pada pemeriksaan dalam ditemukan darah cherry red, dan
kongesti jaringan otak dan paru. Tiak ditemukan tanda tanda kekerasan. Apakah gas yang paling mungkin menyebabkan kematian?
a. CO
b. CO2
c. O2
d. Arsen
e. Nitrogen
7. Seorang laki 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur yg semakin memberat sejak 6 bln yg lalu. Sejak 3 bulan ini semakin kabur dan 2 hari ini mata kanan tidak bisa
melihat. Riwayat penyakit sebelumnya didapatkan hipertensi dan diabetes mellitus. VOD 5/8,5 pin hole tetap. VOS 5/15 pin hole tetap. Segmen anterior tidak didapatkan kelainan,segmen posterior
didapatkan perdarahan vitreus, pembuluh baru, retina didapatkan perdarahan eksudat dan cotton wool spots. Makula : reflek +/+. Apakah pemeriksaan lanjutan yg paling tepat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dan membantu menemukan terapi?
a. goldman three morror
b. fundal fluorescein angografi
c. OCT
d. ophtalmoscopy indirect
e. opthalmoscopy direct
Optical coherence tomography (OCT)[13] scanning is a noninvasive, noncontact, transpupillary imaging technology that can image retinal structures in vivo with a resolution of 10-17 µm. OCT quantitatively
measures the retina in micrometers in situ and in real time. OCT can detect even subtle macular edema in the presence of significant hemorrhages, which is not evident by fluorescein angiography because
of blockage from hemorrhage. OCT is useful in quantitatively monitoring the development of macular edema and resolution with treatment.[13, 14]
http://emedicine.medscape.com/article/1223746-workup#showall
Central retinal vein occlusion (CRVO) is a common retinal vascular disorder. Clinically, CRVO presents with variable visual loss; the fundus may show retinal hemorrhages, dilated tortuous retinal veins, cotton-wool spots,
macular edema, and optic disc edema. Note the images below.
Recent onset central retinal vein occlusion, showing extensive hemorrhages in the posterior pole and giving the "blood and thunder appearance."
Peripheral fundus view of the same patient as in the previous image, showing hemorrhages extending all over the fundus.
Fluorescein angiograph of same patient as in previous images, showing hypofluorescence due to blockage from hemorrhages in the retina. It is not
useful to perform a fluorescein angiogram in acute stages of the disease. Fundus picture of the same patient as in previous images, showing
resolving neovascularization of the disc and panretinal photocoagulation scars. Fluorescein angiogram of the same patient as in the previous
images, taken more than 1 year later, showing persistent cystoid macular edema with good laser spots.
In view of the devastating complications associated with the severe form of CRVO, a number of classifications were described in the literature. All of these classifications take into account the area of retinal capillary
nonperfusion and the development of neovascular complications.[1, 2, 3, 4, 5]
Broadly, CRVO can be divided into 2 clinical types, ischemic and nonischemic. In addition, a number of patients may have an intermediate in presentation with variable clinical course. On initial presentation, it may be
difficult to classify a given patient into either category, since CRVO may change with time.
A number of clinical and ancillary investigative factors are taken into account for classifying CRVO, including vision at presentation, presence or absence of relative afferent pupillary defect, extent of retinal hemorrhages,
cotton-wool spots, extent of retinal perfusion by fluorescein angiography, and electroretinographic changes.
Patient with nonischemic central retinal vein occlusion presented with dilated, tortuous veins and superficial hemorrhages.
Fundus picture of the same patient as in previous image, showing resolved hemorrhages and pigmentary changes in the macula several months
later.
Ischemic CRVO is the severe form of the disease. CRVO may present initially as the ischemic type, or it may progress from nonischemic. Usually, ischemic CRVO presents with severe visual loss, extensive retinal
hemorrhages and cotton-wool spots, presence of relative afferent pupillary defect, poor perfusion to retina, and presence of severe electroretinographic changes. In addition, patients may end up with neovascular
glaucoma and a painful blind eye
http://emedicine.medscape.com/article/1223746-overview
A direct review of systems toward the various systemic and local factors predisposing the CRVO is indicated.
Significant history includes the following:
Hypertension
Diabetes mellitus
Cardiovascular disorders
Vasculitis
Autoimmune disorders
Closed-head trauma
Alcohol consumption
Asymptomatic
Decreased vision
Visual loss can be sudden or gradual, over a period of days to weeks. Visual loss ranges from mild to severe. Patients can present with transient obscurations of vision initially, later progressing to constant
visual loss.
Photophobia
Redness of eyes
Ocular symptoms in later stages are as follows:
Decrease of vision
Discomfort
Redness
Watering
CRAO
In 1859, Van Graefe first described central retinal artery occlusion (CRAO) as an embolic event to the central retinal artery in a patient with endocarditis. In 1868, Mauthner suggested that
spasmodic contractions could lead to retinal artery occlusion. There is a multitude of causes of CRAO, but patients typically present with sudden, severe, and painless loss of vision.
http://emedicine.medscape.com/article/1223625-overview#showall
The most common presenting complaint is an acute, persistent, painless loss of vision in the range of counting fingers to light perception in 90% of patients. Consider ophthalmic artery occlusion if visual
acuity is worse.
Some patients may reveal a history of amaurosis fugax involving transient loss of vision lasting seconds to minutes but which may last up to 2 hours. The vision usually returns to baseline after an episode
of amaurosis fugax.
Ask about symptoms of temporal arteritis in the older population. Patients complain of sudden, painless, nonprogressive vision loss in one eye. History of headaches, jaw claudication, scalp tenderness,
proximal muscle and joint aches, anorexia, weight loss, or fever may be elicited.
Ask about any medical problems that could predispose to embolus formation (eg, atrial fibrillation, endocarditis, coagulopathies, atherosclerotic disease, hypercoagulable state).
Prolonged direct pressure to the globe during drug-induced stupor or improper positioning during surgery may lead to CRAO.
Determine the degree of vision loss (eg, no light perception, hand movement, counting fingers).
Mekanisme kerja anestesi lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ion natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak.
Obat – obat Penting Hlm. 383 – 384
http://eprints.undip.ac.id/13638/1/2002FK504.pdf
12. Seorang bayi 6 bln dibawa ke puskesmas dengan keluhan perut kembung dan diare sejak 1 minggu yg lalu. Keluhan diare sebanyak 7 kali/hr, tidak ada darah, tidak ada lendir, dan tidak ada demam. Pasien
mendapat susu formula sejak 1 minggu yg lalu. Riwayat mendapat ASI ekslusif selama 6 bln. Riwayat 1 jam yg lalu masih kencing. Pada pf didapatkan keadaan umum tidak rewel, mata cowong, ubun ubun
tidak cekung, turgor kulit <3 detik, denyut nadi 120x/mnt, frekwensi napas 24x/mnt, suhu 36, meteorismus, kulit sekitar anus kemerahan. Apakah proses yang menyebabkan terjadinya kelainan pd pasien
tersebut?
a. adanya laktase di usus halus
b. penurunan Ph feces akibat pembentukan asam laktat
c. terbentuknya gas metana (CH4) di usus halus
d. terbentuknya gas H2 di usus halus
e. reaksi hipersensitivitas
Sama dengan Deni
13. Satu program kesehatan diselenggarakan di suatu kecamatan dengan jumlah kejadian malaria yg cukup tinggi. Petugas pelaksana membagi bagikan kelambu gratis yang mengandung insektisida yang aman
bagi manusia kepada masyarakat untuk melindungi mereka dari gigitan nyamuk. Termasuk kegiatan apakah program ini?
a. secondary health care service
b. primary health care service
c. secondary prevention
d. primary prevention
e. tertiary prevention
Prepatogenesis Patogenesis
Tindakan Preventif Primer Tindakan Preventif Tindakan Preventif
Sekunder tersier
Promosi Kesehatan Diagnosis Dini Limitasi Kecacatan
Proteksi Spesifik Terapi Adekuat Rehabilitasi
Tes Skrining
Sumber :
Chandra, Budiman.(2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 8, 14 – 15
Tindakan preventif primer merupakan usaha dan tindakan preventif yang dilakukan pada fase pra patogenesis suatu penyakit dengan menjaga keseimbangan antara agen penyakit, pejamu dan
lingkungan agar tetap dinamis dan tidak terganggu dengan cara :
- Memusnahkan atau menghancurkan agen penyakit yang berbahaya, usaha- usaha yang dapat dilakukan antara lain menyucihamakan atau desinfeksi, manipulasi lingkungan hidup,
pendidikan dan promosi kesehatan.
- Mencegah terjadinya kontak antara agen penyakit dan pejamu dengan cara memutus rantai penularan melalui pengendalian vektor penyakit, isolasi penderita dan tindakan preventif
seperti memakai masker dan alat pelindung lainnya.
- Meningkatkan daya tahan tubuh pejamu terhadap agen penyakit dengan cara memberikan kekebalan buatan berupa imunisasi dan vaksinasi serta perbaikan status gizi masyarakat
Sumber :
1. Mansjoer, Arif et all. (2009). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. 3th edn. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius. Hlm. 7
Chandra, Budiman.(2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlm. 8, 14 – 15
15. Seorang laki 62 thn dibawa oleh ortunya ke UGD dengan keluhan mengalami kelemahan mendadak pada sisi kanan tubuhnya. Sesaat setelah selesai solat subuh. Pasien masih bisa berjalan sendiri
ketempat tidur untuk berbaring dan memanggil keluarganya untuk minta tolong. Saat turun dari mobil pasien sudah tidak bisa menggerakkan kaki kanannya dan suaranya menjadi tidak jelas. Pasien
mempunyai riwayat penyakit hipertensi,diabetes mellitus,dislipidemia dan osteoarthritis genus. Dari pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis,TD 180/100 mmhg, denyut nadi 88x/mnt,
frekwensi napas 22x/mnt, suhu 36,8. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. syok hipoglikemia
b. stroke iskemik
c. OA genue eksaserbasi akut
d. stroke perdarahan
e. paraplegia
16. Seorang perempuan 25 thn datang ke klinik dokter keluarga dgn keluhan batuk batuk sejak 1 bln yg lalu. Pasien jg mengeluh demam khususnya waktu malam dan BB menurun. Pasien ini bekerja sebagai
karyawan cafe dan pekerja seks komersial sejak 5 thn yg lalu. Salah satu pelanggannya menderita HIV aids dan telah meninggal beberapa hari yg lalu. Sebagai dokter keluarga apa yg harus dikerjakan
pertama kali pd kasus ini?
a. memberikan pengobatan sesuai dgn gejala dan tanda yang muncul
b. memastikan diagnosis
c. merujuk ke spesialis
d. memberi pengobatan penyakit dgn tepat.
e. menyarankan berhenti sebagai karyawan cafe dan pekerja seks komersial.
17. Seorang laki - laki 24 thn datang ke puskesmas dgn keluhan muka mencong sejak tadi pagi disertai mata kanan sulit menutup. Pasien bekerja sebagai supir truk. Pada pf tanda vital normal. Pemeriksaan
neurologis didapatkan kelemahan facial tanpa kelemahan anggota gerak. Apakah terapi pd pasien tersebut?
a. methyprednisolon
b. CDP choline
c. piracetam
d. alloperidol
e. baklofen
18. Seorang anak 5 thn dibawa ortunya ke poklinik RS dgn keluhan leher sebelah kanan membengkak sejak 5 hr yg lalu. Pasien tidak merasakan nyeri pd tenggorokan. Pada pf didapatkan suhu 35,5 dan
kelenjar getah bening teraba membesar pd daerah leher sebelah kanan dgn konsistensi padat, batas tegas, dan sulit digerakkan. Hasil pemeriksaan PA pd kelenjar getah bening daerah leher kanan
ditemukan sebaran netrofil. Apakah diagnosis pasien ini?
a. bakteri limfadeniti
b. limfadenitis granulomatosa
c. nekrosis limfadenitis
d. toxoplasma limfadenitis
e. TB limfadenitis
19. Seorang laki 41 thn datang ke puskesmas dgn keluhan pilek yg berulang sejak bekerja di bagian cleaning service. Ingus berwarna kuning sejak 1 bln yg lalu. Pasien jg mengeluh sakit kepala. Pd pemeriksaan
didapatkan adanya nyeri ketok pd pipi kanan dan kiri. Tes iluminasi (+). Apakah diagnosis pd pasien ini?
a. rhinitis
b. sinusitis frontalis
c. sinusitis eithmoidalis
d. sinusitis splenoidalis
e. sinusiis maxillaris
122-123 berulang dgn deni
20. Seorang laki 30 thn datang ke UGD dengan keluhan tungkai kanan nyeri dan bengkak setelah terjatuh dari sepeda motor disertai luka terbuka. Pada pf ditemukan krepitasi dengan luka lebar disertai
kerusakan jaringan yg hebat. Apa kemungkinan diagnosa klinis pasien tersebut?
a. patah tulang tertutup
b. patah tulang terbuka
c. patah tulang terbuka derajat 1
d. patah tulang terbuka derajat 2
e. patah tulang terbuka derajat 3
21. Seorang perempuan 47 thn datang ke IGD RS dgn keluhan nyeri di lidah. Pada pemeriksaan didapatkan lesi 1 cm warna merah kebiruan. Hasil biopsi pasien dikirim ke bagian patologi anatomi. Pasien
didiagnosa mengalami hemangioma capilaris. Apakah gambaran klinis yg akan tampak?
a. spongiosa
b. berkapsul
c. ulserasi
d. tidak mudah berdarah
e. batas tidak jelas.
Histologic appearance varies with the growth phase. Early in the course, enlarged endothelial cells exist in lobules separated by fibrous septa. Mitotic figures are common, as this corresponds to the
greatest proliferative phase. Vascular lumina remain small and irregular. As the lesion matures, the vascular structures become more prominent as the endothelial cells flatten and decrease in number.
During involution, the fibrous septa thicken, the endothelial cells are replaced by adipocytes and the vascular structures atrophy.
http://www.aao.org/publications/eyenet/200902/pearls.cfm
22. Seorang perempuan 54 thn datang ke puskesmas karna merasa nyeri di dada bila bekerja berat. Setelah diperiksa dokter pasien dinyatakan menderita angina pectoris dan diberi propanolol. Apakah aksi
terapeutik dari propanolol?
a. penurunan produksi catecholamine
b. dilatasi pembuluh darah coroner
c. penurunan kebutuhan oksigen oleh miocardium
d. peningkatan tahanan perifer
e. peningkatan sensitivitas myocardium terhadap catecholamine.
Kelbhan penyekat beta dalam pengbatan AP adalah karena obat ini memiliki efek inotropik dan kronotropik negatif sehinngga menurunkan kebutuhan oksingen jantung
Hlm yg btul 134 EKG
23. Seorang bayi 3 bln dibawa ibunya ke puskesmas dgn keluhan batuk sejak 8 minggu terakhir. Batuk semakin hari makin parah. Setiap batuk pendek - pendek, berturutan 15-20 kali batuk sampai muka
tampak merah, dan diakhiri dengan muntah. Tidak didapatkan keluhan panas. Bila tidak sedang batuk, pasien tetap aktif seperti biasa. Pada pf bayi tidak tampak sakit berat, suhu 37. Apakah tata laksana
yg tepat untuk pasien ini?
a. codein
b. ambroksol
c. catirizin
d. guaifenisin
e. nebulasi PZ
24. seorang laki 18 thn dibawa ke UGD RS dengan keluhan sesak setelah sebelumnya mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 80/50 mmhg, denyut nadi
120x/mnt, frekwensi napas 30x/mnt, suhu tubuh 36. Pada pemeriksaan di daerah thoraks, di bagian dada sebelah kanan didapatkan adanya jejas, gerakan dinding dada tertinggal, dan pada perkusi
didapatkan suara redup pada bagian basal sampai dengan bagian tengah thoraks dextra disertai dengan suara napas pada thoraks dextra yang menghilang. Akral teraba dingin. Apakah diagnosis yang
mungkin pd pasien ini?
a. Pneumotorax dextra
b. Contusio miokard
c. Contusio pulmonum
d. Hemathorax dextra
36. Seorang laki2 dewasa ditemukan meninggal didalam mobil tua dgn mesin dan ac yg masih menyala. Pintu dan jendela mobil tertutup rapat. Pd pemeriksaan dapat ditemukan darah berwarna cherry red,
dan kongesti jaringan otak dan paru. Tidak ditemukan tanda2 kekerasan. Apakah pemeriksaan kualitatif sederhana yg diperluakan?
a. Reinsch test
b. Schonbein test
c. Prussian blue test
d. Alkali dilution test
e. Gutzeit test
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:lERknDXORE0J:http://filzahazny.wordpress.com/2008/09/28/pemeriksaan-atas-unsur-
logam/%2Bpemeriksaan+Gutzeit+test&hl=en&gbv=2&ct=clnk
Test isi lambung Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:GjK6hcZemzwJ:http://yumizone.wordpress.com/2009/03/19/pemeriksaan-laboratorium-forensik-
sederhana/%2Bpemeriksaan+Prussian+blue+test&hl=en&gbv=2&ct=clnk
37. Seorang perempuan usia 18 thn dibawa ke UGD RS dgn keadaan kedua mata menonjol sejak 3 minggu yg lalu. Pd pemeriksaan radiologis ditemukan beberapa lesi pd calvarium dan dasar tengkoraknya.
Apakah diagnose pasien tsb?
a. Letterer-siwe disease
b. Hand-schuller-christian disease
c. Dermatopathic lymphadenopathy
d. Unifocal langerhans cell histiocyosis
e. Sarcoidosis
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17772/4/Chapter%20II.pdf
38. Seorang dokter muda ingin mempelajari system pelayanan kesehatan primer di puskesmas A. pd hari pertama dipuskesmas, ia merasa bingung krn banyak sekali program yg tercantum dalam laporan
tahunan puskesmas tsb, akan tetapi saat menggali lebih jauh terdapat beberapa program yg sudah tdk dilaksanakan terutama program pengembangan. Kemudian kepala puskesmas menyarankan dokter
muda tsb untuk mempelajari program wajib terlebih dahulu. Program manakah yg bisa ditunda untuk dipelajari oleh dokter muda tsb?
a. Kesehatan gigi dan mulut
b. Pencegahan penyakit menular (P2M)
c. Promosi kesehatan
d. Kesehatan ibu dan anak (KIA) dan keluarga berencana (KB)
e. Balai pengobatan
39. Seorang laki-laki berusia 64 thn datang ke poliklinik RS mata dgn keluhan mata sebelah kanan kabur. Pd pemeriksaan didapatkan VOD 3/60 conjungtiva tenang, kornea jernih, COA sedang, pupil bulat,
reflex cahaya +, TIO 15 mmHg. Pd funduskopy didapatkan cup/disc ratio 0,9 dan dgn gonioskopy didapatkan sudut terbuka. Apakah pemeriksaan lain yg dianjurkan diagnosis pasien tsb?
a. USG
b. Refraktometry
c. Tonometry
d. Octopus perimetri
e. Streak retinometry
40. Seorang laki - laki 57 tahun diantar ke IGD dengan keluhan tiba2 nyeri ulu hati yang terus menerus sejak 2 jam lalu, disertai muntah. Demam (-). Pasien sering minum obat penghilang rasa sakit atau jamu
diwarung untuk mengobati nyeri sendi sejak 10 tahun lalu. PF TD100/70 mmHg, HR 115 x/menit, RR 28 x/ menit T 36,8. Diagnosa?
a. gastritis akut
b. perforasi ulkus peptikum
c. koletistis akut
d. perforasi usus
e. karsinoma kolon
Dx: gastritis akuta korosiva. Sujono Hadi. Gastroenterolgi. Hlm. 186
41. Seorang laki – laki berusia 63 tahun dth kPKM dngan keluhan sulit buang air kecil dan harus mengedan sejak 1 minggu disertai nyeri kepala. PF : TD 150/90 mmHg, pemeriksaan colok dubur pembesaran
prostat. Apakah terapi hipertensi paling tepat:
a. HCT
http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2980.pdf
http://penelitian.unair.ac.id/artikel/5cb084e478ec6df30cbdd79fdc4f37d4_Unair.pdf
44. Perempuan 65 thn dtg kepoli RS denga keluhan penambahan BB sebnyak 10 kg dalam 3 bulan terakhir. Keluhan disertai tidak tahan dingn, konstipasi dan serak. PF muka tampak edem (puffy) dan HR 54
x/menit. Apakah pemeriksaan paling tepat?
a. TSH, TT4
b. TSH, FT4, TPO antibodi
c. TT4, TTPO antibodi
d. TSH, fT3, fT4
e. TSH, fT4, TTO antibodi
Hashimoto thyroiditis is part of the spectrum of autoimmune thyroid diseases (AITDs) and is characterized by the destruction of thyroid cells by various cell- and antibody-mediated immune processes. This condition is the
most common cause of hypothyroidism in the United States in individuals older than 6 years.
Essential update: Role of vitamin D deficiency in Hashimoto thyroiditis
In a recent study, investigators found that levels of serum 25-hydroxyvitamin-D [25(OH)D] in patients with Hashimoto thyroiditis were significantly lower than those in control patients. [1] In this report by Bozkurt et al, there
was also found to be a correlation between the severity of vitamin-D deficiency and the disease duration, thyroid volume, and antibody levels. There were 3 groups studied: (1) euthyroid patients with HT who were on
levothyroxine, (2) euthyroid patients who were newly diagnosed with HT, and (3) healthy controls. Group 1 had the lowest 25(OH)D levels. Severe vitamin-D deficiency (< 10 ng/ml) was present in 48.3% of group 1, 35% of
group 2, and 20.5% of controls.[2]
Signs and symptoms
Hypothyroidism usually has an insidious onset, with signs and symptoms slowly progressing over months to years. Thus, the presentation of patients with hypothyroidism may be subclinical, may be asymptomatic, and may
be found from routine screening of thyroid function.
Common, early presenting symptoms of hypothyroidism are nonspecific and may include the following:
Fatigue
Constipation
Dry skin
Weight gain
Other symptoms of hypothyroidism include the following:
Cold intolerance
Voice hoarseness and pressure symptoms in the neck from thyroid enlargement
Decreased sweating
Peripheral neuropathy
Galactorrhea
Memory loss
Hair loss
Menstrual irregularities
Bradycardia
Diminished deep tendon reflexes and the classic prolonged relaxation phase
Macroglossia
Slow speech
Ataxia
Testing
Laboratory studies and potential results for patients with suspected Hashimoto thyroiditis include the following:
Serum TSH levels: Sensitive test of thyroid function; levels are invariably raised in hypothyroidism due to Hashimoto thyroiditis and in primary hypothyroidism from any cause
Free T4 levels: Needed to correctly interpret the TSH in some clinical settings; low total T4 or free T4 level in the presence of an elevated TSH level further confirms diagnosis of primary hypothyroidism
T3 levels: Low T3 level and high reverse T3 level may aid in the diagnosis of nonthyroidal illness
Thyroid autoantibodies: Presence of typically anti-TPO (anti-thyroid peroxidase) and anti-Tg (anti-thyroglobulin) antibodies delineates the cause of hypothyroidism as Hashimoto thyroiditis or its variant;
however, 10-15% of patients with Hashimoto thyroiditis may be antibody negative
The following tests are not necessary for the diagnosis of primary hypothyroidism but may be used to evaluate complications of hypothyroidism in some patients, as indicated:
Total and fractionated lipid profile: Possibly elevated total cholesterol, LDL, and triglyceride levels in hypothyroidism
Basic metabolic panel: Decreased glomerular filtration rate, renal plasma flow, and renal free water clearance in hypothyroidism; may result in hyponatremia
A large goiter with obstructive symptoms, such as dysphagia, voice hoarseness, and stridor, caused by extrinsic obstruction of airflow
45. Seorang perempuan 27 tahun datang ke PKM dengan keluhan keputihan berwarna hijau kekuningan disertai bau amis. Pemeriksaan dengan spekulum memperlihatkan dinding vagina yang erimatosa dan
sekret kekuningan yg berbusa. Penyebabnya adalah?
a. kandida
b. herpes simples virus
c. trikomonas vaginalis
d. garniela vaginalis
e. hpv
46. Seorang anak lakilaki 15 tahun ke IGD dengan keluhan keluar darah darah dari lubang hidung sebelah kiri. Keluhan tersebut mulai dirasan sejak 2 tahun lalu, hilang timbul dan dapat berhenti sendiri. Pada
pemeriksaan didapatkan konjmgtifa anemis dan pada kavum nasi kiri tampak masa kebiruan setinggi konka media yang mudah berdarah. Hasil pemeriksaan lab didapatkan HB 8,0 gr/dl. Bagai mana
management yang harus dilakukan.
a. ekstirpasi tumor
b. ekstirpasi tumor + radioterapi
c. radioterapi
d. kemoterapi
e. kemoradiasi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15580/1/mkn-sep2005-%20(8).pdf
47. Seorang laki – laki berusia 45 tahun datang ke UGD dengan sesak nafas 6 hari. Keluhan disertai batuk berdahak kental berwarna kehijauan dan panas badan. Pada PF ditemukan TD 120/80 mmHg. HR 100
x/menit, RR 34 x/menit T 38,5. Pada pemeriksaan fisik Paru kanan ditemukan ronki. Apa diagnosa?
a. pneumonia
b. atelektasis
c. abses paru
d. empiema
e. tumor paru
48. Seorang anak berusia 12 tahun dibawa kedoter dengan keluhan nyeri kepala dan demam tidak terlalu tinggi. 2 minggu lalu pasien mengeluh demam dan keluar caian dari telinga kanan. Pada pemeriksaan
neurologi didapatkan parese nervus fasialis kanan perifer dan hemiparise kanan ringan. Apa diagnosa penyakit yang paling mungkin.
a. meningitis bakterialis
b. ensepalitis
c. mastoiditis
d. abses serebri
e. ensephalitis
49. Seorang anak perempuan 7 tahun dibawa ibunya keruma sakit setelah kecelakaan. Pasien terlempar dan menghantam trotoar. Pasien dilaporkan mengalami penurunan kesadaran singkat, saat ini
memiliki orientasi yg baik terhadap nama,tempat dan waktu. Saat menunggu pemeriksaan pasien muntah dan tak sadarkan diri. Pasien mengalami bradikardia dan pernafasan tidak teratur. Apakan
diagnosa yng paling mungkin.
a. perdarahan subdural
b. perdarahan epidural
c. perdarahan intraventrikular
d. epilepsi post traumatik
e. kontusio
50. Perempuan 45 tahun datang ke IGD karena tiba – tiba mengalami kesulitan pemahaman bahasa. Pasien mampu menghasilkan beberapa frase yg dapat dimengerti dan menghasilkan suara cukup lancar,
namun ia tidak mampu mengikuti instruksi sederhana atau mengulangi kalimat sederhana. Pada saat mencoba menulis ia menjadi sangat frustasi dan gelisah. Pemeriksaan MRI menunjukan lesi dari
lobus temporal kiri yang membentang ke girus temporal superior. Apakan diagnosa yng paling mungkin?
a. afasia broka
b. afasia wernice
c. global afasia
d. transkortikal sensorik afasia
e. afasia konduksi
http://www.scielo.br/img/revistas/anp/v69n5/a12tab1.jpg
51. Dokter PKM akan melakukan penelitian perbandingan kadar kolesterol total tehadap laki - laki dewasa di kota dan di desa. Besar sampel adalah 200 org. Selajutny dihitung ratarata kadar kolesterol total
dan standart deviasi untuk masingmasing lokasi penelitian. Penelitian tersebut kemudian dinyatakan bermakna. Apakah dasar penarikan kesimpulan tersebut?
a. besar sampel tepat
b. terima H1
c. tolak H0
d. tolak H1
e. terima H0
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-395-1311160947-bab%20iv.prop%20new.pdf
52. Seorang perempuan 28 tahun datang kepraktek dokter umum dengan nyeri saat berkemih sejak dua hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut bawah dan rasa panas ketika berkemih. Tidak ada keluhan
demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan suprapubik. Hasil pemeriksaan urine menunjukkan leukosit banyak, nitrit (+), pH 7. Apakah diagnose paling mungkin?
a. Sistitis
b. Pyelonephritis
c. Ureterolithiasis
d. Glomerulonephritis
e. Vesicolithiasis
53. Seorang perempuan 19 tahun datang kepraktek dokter umum dengan nyeri saat berkemih sejak dua hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut bawah dan rasa panas ketika berkemih. Tidak ada keluhan
demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan suprapubik. Hasil pemeriksaan urine menunjukkan leukosit banyak, nitrit (+), pH 7. Apakah mikroorganisme penyebab yang paling mungkin?
a. E.coli
b. S. aureus
c. Neisseria sp
d. Streptococcus
e. Chlamydya trachomatis
54. Seorang laki -laki berusia 40 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan bercak-bercak merah bersisik. Keluhan tersebut tersa gatal dan hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan kulit
didapatkan plak eritem dengan permukaan skuama tebal berlapis-lapis seperti mika pada kulit kepala berambut, siku, bokong, dan lutut. Kuku mengalami onikodistrofi. Apakah tanda patognomonis yang
paling menunjang pada diagnose pasien tersebut?
a. Koebner phenomenon
b. Autspitz sign
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1125-ENDOKRINOLOGI/mk_end_slide_pubertas_prekoks_-_diagnosis_dan_tatalaksana.pdf
56. Seorang perempuan berusia 68 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan timbul massa di leher kanan sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa subkutan dengan diameter
0,5 cm, lunak. Saat eksisi tumor ditemukan massa tumor lunak. Berlobus, warna kuning. Apakah kemungkinan diagnosis?
a. Fibroma d. Hemangioma
b. Rhabdomioma e. Limfangioma
c. Lipoma
57. Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat di RS karena infeksi masif daerah leher setelah ekstraksi gigi 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan temperatur 390C, denyut nadi 110x/menit,
rahang bawah dan leher bengkak, merah dan nyeri tekan. Kultur swab tenggorok dijumpai bakteri aerob dan anaerob. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Actinomycosis d. Pyogenic granuloma
b. Acute necrotizing ulcerative gingivitis e. Scarlet fever
c. Ludwing angina
Ludwig’s angina
To use the sharing features on this page, please enable JavaScript.
Email this page to a friend Share on facebook Share on twitter Bookmark & Share Printer-friendly version
Ludwig's angina is an infection of the floor of the mouth under the tongue. It is due to bacteria.
Causes
Ludwig's angina is a type of skin infection that occurs on the floor of the mouth, under the tongue. It often develops after an infection of the roots of the teeth (such as tooth abscess) or a mouth injury.
This condition is uncommon in children.
Symptoms
The infected area swells quickly. This may block the airway or prevent you from swallowing saliva.
Symptoms include:
Breathing difficulty
Fever
Neck pain
Neck swelling
Difficulty swallowing
Drooling
Earache
Speech that is unusual and sounds like the person has a "hot potato" in the mouth
Exams and Tests
Your health care provider will do an exam of your neck and head to look for redness and swelling of the upper neck, under the chin.
The swelling may reach to the floor of the mouth. Your tongue may be swollen or out of place.
You may need a CT scan of the neck. A sample
of the fluid from the tissue may be sent to the lab to test for bacteria.
Treatment
If the swelling blocks the airway, you need to get emergency medical help right away. A breathing tube through your mouth or nose and into the lungs to restore breathing. You may need to have surgery called a
tracheostomy that creates an opening through the neck into the windpipe.
Antibiotics are given to fight the infection. They are usually given through a vein until symptoms go away. Antibiotics taken by mouth may be continued until tests show that the bacteria have gone away.
Dental treatment may be needed for tooth infections that cause Ludwig's angina.
Surgery may be needed to drain fluids that are causing the swelling.
Outlook (Prognosis)
Ludwig's angina can be life threatening. However, it can be cured with getting treatment to keep the airways open and taking antibiotic medicine.
Possible Complications
Airway blockage
Septic shock
When to Contact a Medical Professional
Breathing difficulty is an emergency situation. Go to the emergency room or call your local emergency number (such as 911) right away.
Call your health care provider if you have symptoms of your condition, or if symptoms do get better after treatment.
Prevention
Visit the dentist for regular checkups.
Treat symptoms of mouth or tooth infection right away.
Alternative Names
Submandibular space infection; Sublingual space infection
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001047.htm
Acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) is a serious infection of the gums that causes ulcers, swelling, and dead tissues in the mouth. Although it is a very painful condition, it can be healed with treatment.
Causes
Acute necrotizing ulcerative gingivitis is typically caused by excess bacteria in the mouth. Too much bacteria can form in the mouth from smoking , stress, lack of dental care, a virus, and poor diet.
Risk Factors
A risk factor is something that increases your chance of getting a disease or condition. Risk factors for ANUG include:
Poor diet
Vitamin deficiencies
Smoking
Stress
Fever
Crater-like ulcers in the gums that may contain plaque and debris from food
Dental x-rays
Facial x-rays
Dental X-ray
Dental surgery
Improved diet
Changes in diet
Prevention
To help reduce your chances of getting ANUG, take the following steps:
58. Seorang laki – laki berusia 36 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan gatal di badan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal terlihat merah dan bentol-bentol. Gatal tersebut hilang timbul. Keluhan berkurang
bila pasien makan antihistamin. Gatal dirasakan terutama pada saat pasien duduk atau tiduran di karpet sambil menonton TV di rumahnya. Tidak ada keluhan sesak nafas dan batuk. Apakah kelainan yang
dialami pasien di atas?
a. Reaksi hipersensitivitas tipe I d. Reaksi hipersensitivitas tipe IVa
b. Reaksi hipersensitivitas tipe II e. Reaksi hipersensitivitas tipe IVb
c. Reaksi hipersensitivitas tipe III
59. Seorang bayi laki-laki berusia 1 hari dibawa bidan ke poliklinik RS dengan keluhan sulit buang air kecil dan rewel terus sejak lahir. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa meatus uretra terletak di sisi bawah
batang penis. Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Epispadia d. Phimosis
b. Hidroureter e. Striktura uretra
c. Hipospadia
60. Seorang laki-laki berusia 60 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan sesak napas sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengeluh bahwa sesak bertambah bila ditidurkan berbaring, sehingga pasien
harus diposisikan semifowler, baru sesaknya berkurang. Pada pemeriksaan fisik dijumpai dyspnoe, peninggian tekanan vena jugularis, asites dan pitting oedem. Foto toraks Cardio-Thorasic ratio > 50%.
Apakah pengobatan lain selain diuretic lini pertama yang dapat diberikan pada pasien ini?
a. ACE inhibitor d. Dobutamin
61. Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan hidung tersumbat, beringus dan sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa sebelumnya pasien
sering bersin dan hidung tersumbat terutama bila cuaca dingin atau terkena debu. Pada pemeriksaan kavum nasi ditemukan polip nasi mutipel dan dilakukan reseksi. Mikroskopik tampak jaringan
diliputi epitel respiratorik dan mengandung kelenjar yang bersekresi diantara stroma mukoid, disertai sebaran sel plasma, limfosit dan eosinofil. Apakah kelainan yang menjadi penyebab terbentuknya
massa kavum nasi pada pasien di atas?
a. Rhinitis alergi kronik d. Sinustis
b. Tonsillitis akut e. Rinitis vital
c. Deviasi septum
62. Di Ruang Perawatan Penyakit Anak sebuah RS sedang di rawat 2 orang pasien bronkopnemonia, pasien A (usia 6 bulan, BB 6,2 Kg) dan pasien B (usia 1 tahun, BB 10,1 Kg). Dalam lembar instruksi obat yang
digantung pada tempat tidur pasien A tertulis Amoksisilin intravena (IV) 3 x 150 mg, sedangkan pasien B Amoksisilin IV 3 x 250 mg. Pemberian obat dilakukan oleh perawat yang sudah mendapat
pendelegasian wewenang dari dokter. Suatu hari kartu instruksi obat telah bertukar letaknya oleh mahasiswa yang sedang praktek. Karena perawat jaga yang akan memberikan obat juga tidak membaca
nama dengan hati-hati, maka obat kedua pasien tersebut tertukar. Menyadari kekeliruannya, perawat segera melaporkan kejadian tersebut kepada dokter penanggungjawab pasien dengan rasa bersalah
dan penyesalan yang dalam. Syukurlah tidak terjadi pengaruh buruk karena margin of safety obat yang cukup lebar. Apakah istilah yang paling tepat untuk kejadian di atas?
a. Adverse event d. Commission
b. Unprecentable adverse event e. Omission
c. Near miss
menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau
sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).
http://www.google.com/url?q=http://andaners.files.wordpress.com/2011/07/kasus-kelalaian.doc&sa=U&ei=qH2BUv2SI-mPiAfHmIDIBw&ved=0CBgQFjAA&usg=AFQjCNFaeQL_D0xaiugljRWlv3bJ_AKuVw
63. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri di daerah tulang punggung. Pada anamnesis didapatkan pasien sudah menopause sejak 3 tahun yang lalu dan minum
obat golongan steroid > 1 tahun ini hampir setiap hari. Pada pemeriksaan tulang punggung didapatkan Gibbus. Setelah dilakukan ronsen foto kolumna vertabralis didapatkan fraktur kompresi CV lumbal
III-IV. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien di atas?
a. Osteoporosis d. Osteomalaci
b. Osteoarthritis e. Osteopetrosis
c. Osteitis deforman
64. Seorang laki-laki berusia 16 tahun dibawa orangtuanya ke praktik dokter dengan keluhan nyeri di kemaluan diserrtai demam sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan testis membengkak
dan nyeri tekan, ditemukan pula pembengkakan kelenjar parotis. Apakah kemungkinan penyebab?
a. Haemophilus decreyi d. Mumps virus
b. Human Immunodeficiency virus e. Streptococcus pyogenes
c. Human papilloma virus
65. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun dibawa orangtuanya ke praktik dokter dengan keluhan nyeri di pinggul sejak 2 minggu yang lalu, disertai demam tinggi. Pemeriksaan fisik ditemukan lesi di os femur
proksimal kanan, yang mengeluarkan pus. Kultur pus ditemukan staphylococcus aureus. Pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan ESR. Pemeriksaan ronsen foto dijumpai efek radiolusen di
temur proksimal, disertai massa tulang baru. Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Osteosarkoma d. Artritis juvenile
b. Osteomielitis e. Avascular osteonecrosis
c. Arthritis rematoid
ESR (erythrocyte sedimentation rate) It is commonly called a "sed rate."
It is a test that indirectly measures how much inflammation is in the body.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003638.htm
Diagnosis osteomyelitis akut dapat di tegakkan berdasarkan beberapa penemuan klinik yang spesifik. 2 dari 4 tanda dibawah ini harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis osteomyelitis akut; (1) adanya materi purulen/
pus pada aspirasi tulang yang teinfeksi; (2) kultur bakteri dari tulang atau darah menunjukkan hasil positif; (3) ditemukannya tanda-tanda klasik lokal berupa nyeri tekan pada tulang , dengan jaringan lunak yang eritem atau
udem; (4) pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang positif, berupa gambaran udem pada jaringan lunak diatas tulang setelah 3-5 hari terinfeksi.1,4 Pada minggu kedua gambaran radiologi mulai menunjukkan
destruksi tulang dan reaksi periosteal pembentukan tulang baru.7
sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/to-z-about-osteomielitis.html#ixzz2kOF4xzn9
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
http://sanirachman.blogspot.com/2009/11/to-z-about-osteomielitis.html
Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Jumlah kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang
disebabkan oleh adanya degenerasi maligna, terutama penyakit Paget.
Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang-tulang yang sering terkena adalah femur distal, tibia proksi mal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya
mengenai metafisis. Garis epifiser merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya. Metastasis cepat terjadi secara hematogen, biasanya ke paru.
Gambaran radiologik : tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada medula dan terlihat sebagai daerah yang radio lusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium yang masih dini terlihat
reaksi periosteal yang gambarannya dapat lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang (sunray appearance). Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak
oleh tumor yang meluas ke luar tulang. Dari reaksi periosteal itu hanya sisanya yaitu pada tepi yang masih dapat dilihat, berbentuk segi tiga dan dikenal sebagai segi tiga Codman. Pada kebanyakan tumor
ini terjadi penulangan (ossifikasi) dalam jaringan tumor sehingga gambaran radiologiknya variabel bergantung pada banyak sedikitnya penulangan yang terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar
dibedakan dengan osteomyelitis
http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/tumor-tulang-dan-lesi-yang-menyerupai.html
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3882/2877
66. Seorang perempuan berusia 30 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan keluar darah bergumpal dari organ kewanitaan sejak 4 jam yang lalu, disertai nyeri di perut. Pasien mempunyai
riwayat abortus berulang dan ini adalah kehamilan ke-4, dengan usia kehamilan 12 minggu. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan kanalis servikalis terbuka selebar 1 jari dan besar uterus sesuai
dengan kehamilan 8 minggu. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Abortus komplit d. Abortus insipiens
b. Abortus inkomplit e. Missed abortion
c. Abortus imminens
67. Seorang laki-laki berusia 59 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan batuk dan sulit bernafas sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mendapat kemoterapi atas indikasi kanker kolorektal 2 bulan
sebelumnya. Pemeriksaan ronsen foto torak ditemukan infiltrate instersisial difus bilateral. Kultur sputum (-) dan pasien tidak memberikan respon terhadap antibiotika. Biopsi paru ditemukan tanda
penumonitis intersisial akut dan kronik disertai sel yang besar dan mengandung inklusi nuklear berwarna biru gelap. Apakah kemungkinan penyebab keluhan pasien di atas?
a. Cytomegalovirus d. Mycoplasma
b. Epstein-Barr virus e. Pnemucytis jiroveci
c. Herpes simplex virus
http://eprints.undip.ac.id/321/1/MA_Lisyani_Budipardigdo_Suromo.pdf
Interstitial pneumonia: Bacteria, viruses, or fungi may infect the interstitium of the lung. A bacterium called Mycoplasma pneumonia is the most common cause.
http://www.webmd.com/lung/interstitial-lung-disease
Radang akut
Onset yang dini, dalam hitungan detik hingga menit
Proses berlangsung singkat, beberapa menit hingga beberapa hari
Gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma
Emigrasi sel lekosit terutama netrofil
Radang kronis
Onset yang terjadi kemudian, dalam hitungan hari
Berlangsung lebih lama, dalam hitungan minggu hingga tahun
Ditandai adanya sel limfosit dan makrofag
Proliferasi pembuluh darah dan jaringan ikat
Jenis Eksudat yang terjadi pada radang
Jenis cairan eksudat dipengaruhi oleh beratnya reaksi, penyebab dan lokasi lesi.
1. Eksudat serosa : eksudat jernih, sedikit protein akibat radang ringan contoh : luka bakar, efusi pleura.
2. Eksudat Supuratifa/purulenta: eksudat mengandung nanah/pus, campuran leukosit rusak, jaringan mati/nekrotik serta mikrorganisme yang musnah.
3. Eksudat fibrinosa: eksudat yang banyak fibrin sehingga mudah membeku.
4. Eksudat hemoragika: mengandung darah
Berbagai bentuk radang akut:
1. Radang kataral
2. Radang supuratifa
3. Radang fibrinosa
4. Radang psudomembranosa
5. Radang serosa
Tanda klinis sistemik peradangan akut:
1. Demam
2. Lekositosis
3. Penguraian protein fase akut
4. Reaksi fase akut lainnya seperti: Rasa kantuk, hipotensi, lipolisis
RADANG KRONIS
Radang korinis terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak sempurna, bila penyebab jejas menetap, atau bila penyebab ringan timbul berulang-ulang. Dapat pula diakibatkan olaeh reaksi imunologik.
Radang berlangsung lama (berminggu-minggu, berbulan-bulan) sedangkan proses perdangan, kerusakan jaringan serta penyembuhan terjadi serentak.
Ciri-ciri histologis radang kronis:
1. Infiltrasi sel mononuclear, yaitu makrofag, monosit, limfosit dan sel plasma.
2. Kerusakan sel
3. Penggantian jaringan ikat yang terkena oleh suatu proses yang ditandai oleh proliferasi pembuluh darah (angiogenesis) dan fibrosis.
Radang kronik granulomatosa
Granuloma merupakan suatu daerah pada granulomatosa yang menunjukan kumpulan sel epiteloid, sel datia dikelilingi oleh limfosit dan kadang-kadang sel plasma.
Contoh radang granulomatosa:
1. Infeksi Mikobakteri: tbc, lepra, virus
2. Infeksi treponema: sifilis
3. Infeksi jamur: histoplasma
4. Infeksi parasit: skistosomiasis
Ada dua jenis granuloma yaitu-
1. Granuloma benda asing: ditandai benda asing yang relative inert, umumnya tidak terjadi nekrosis, dan dikenal dengan adanyabahan sintetik (benang operasi), asbes.
2. Granuloma autoimun: dibentuk karena reaksi imun diperantarai sel T terhadap antigen yang sulit di degradasi. Contohnya: Penyakit Hashimmoto, arthritis rheumatic
Ada radang granulomatosa yang tidak diketahui sebabnya seperti colitis ulseratifa, sarkoidosis.
http://doktermonita.blogspot.com/2013/02/radang-inflamasi.html#!/2013/02/radang-inflamasi.html
Inflamasi kronis tipe khusus adalah inflamasi granulomatosa. Kondisi ini pertama kali ditemukan pada tuberkulosis, dimana pada beberapa pasien tertentu sekarat karena penyakit dan ditemukan
granula putih (granuloma) yang ganjil/khas menyebar ke seluruh tubuh. Benda-benda kecil tersebut kemudian diketahui sebagai tuberkel, yang mempunyai karakteristik akumulasi spheric fagosit
besar atau sel-sel histiositik (yang sayangnya diistilahkan dengan sel-sel epitelioid).
http://irulbm07.blogspot.com/2009/01/mekanisme-inflamsi.html
Gamb Makros Khusus pd Inflamasi Akut :
- Inflamasi serosa: tdp banyak cairan eksudat yg kaya prot namun rendah kandungan selular. Cont: inflamasi pd ruang serosa (peritonitis, synovitis)
- Inflamasi catarrhal: hipersekresi mukus pd inflamasi akut membran mukosa. Cont: common cold
- Inflamasi fibrinosa: eksudat inflamasi mengandung banyak fibrinogen yg berpolimerisasi menjadi lap fibrin tebal. Cont: perikarditis akut
- Inflamasi hemorragik: menunjukkan jejas vaskular yg berat / deplesi fc koagulasi. Cont: pancreatitis akut ok kerusakan proteolitik dr dinding vask & meningitis septikemia ok DIC
- Inflamasi suppurativa (purulenta): inflamasi yg meghasilkan pus.
- Inflamasi membranosa: pd inflamasi membranosa akut maka epitel dilapisi oleh fibrin, sel epitel yg deskuamasi & sel-sel inflamasi. Cont: membran abu-abu pd faringitis / laringitis ok C.
Diphtheriae
- Inflamasi pseudomembranosa: ulserasi superfisial mukosa yg dilapisi oleh mukosa yg rusak, fibrin, mukus & sel-sel radang. Cont: kolitis pseudomembranosa ok C. Difficile
Inflamasi nekrotisasi (gangrenosa): tek yg tinggi thd jar ok udema → oklusi vask & trombosis → nekrosis septik dr organ. Kombinasi dr nekrosis & bakteri → gangren. Cont: apendisitis gangrenosa.
http://www.google.com/url?q=http://repository.unand.ac.id/18494/1/Respon%2520Inflamasi,%2520KP%25202.1.27.ppt&sa=U&ei=5bqBUo67F-fJ4gTr04HIDw&ved=0CBgQFjAA&usg=AFQjCNGHxX-
j3hRu0hx1TAuMtukF2xqeAQ
69. Seorang laki-laki berusia 24 tahun dibawa ke UGD RS karena ditemukan dalam keadaan pingsan di pinggir jalan. Pasien sedang mengikuti lomba marathon. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kulit pasien
panas dan kering tidak berkeringat. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hipokalsemia dan asidosis laktat. Apakah kemungkinan diagnosis?
a. Dysautonomia d. Myotonic dystrophy
b. Heat stroke e. Polymyositis
c. Malignant hyperthermia
Dx Exertional Heatstroke
Heatstroke is defined typically as hyperthermia exceeding 41°C and anhidrosis associated with an altered sensorium. However, when a patient is allowed to cool down prior to measurement of the
temperature (as may occur during transportation in a cool ambulance or evaluation in an emergency department), the measured temperature may be much lower than 41°C, making the temperature
criterion relative. Similarly, some patients may retain the ability to sweat, removing anhidrosis as a criterion for the diagnosis of heatstroke. Therefore, strict adherence to the definition is not advised
because it may result in dangerous delays in diagnosis and therapy.
Clinically, 2 forms of heatstroke are differentiated. Classic heatstroke, which occurs during environmental heat waves, is more common in very young persons and in the elderly population and should
be suspected in children, elderly persons, and individuals who are chronically ill who present with an altered sensorium. Classic heatstroke occurs because of failure of the body's heat dissipating
mechanisms.
On the other hand, EHS affects young, healthy individuals who engage in strenuous physical activity, and EHS should be suspected in all individuals with bizarre irrational behavior or a history of
syncope during strenuous exercise. EHS results from increased heat production, which overwhelms the body's ability to dissipate heat.
Exertional heatstroke
EHS is characterized by hyperthermia, diaphoresis, and an altered sensorium, which may manifest suddenly during extreme physical exertion in a hot environment.
A number of symptoms (eg, abdominal and muscular cramping, nausea, vomiting, diarrhea, headache, dizziness, dyspnea, weakness) commonly precede the heatstroke and may remain
unrecognized. Syncope and loss of consciousness also are observed commonly before the development of EHS.
EHS commonly is observed in young, healthy individuals (eg, athletes, firefighters, military personnel) who, while engaging in strenuous physical activity, overwhelm their thermoregulatory system
and become hyperthermic. Because their ability to sweat remains intact, patients with EHS are able to cool down after cessation of physical activity and may present for medical attention with
temperatures well below 41°C. Despite education and preventative measures, EHS is still the third most common cause of death among high school students.
Risk factors that increase the likelihood of heat-related illnesses include a preceding viral infection, dehydration, fatigue, obesity, lack of sleep, poor physical fitness, and lack of acclimatization.
Although lack of acclimatization is a risk factor for heatstroke, EHS also can occur in acclimatized individuals who are subjected to moderately intense exercise.
Sodium: Hypernatremia due to reduced fluid intake and dehydration commonly is observed early in the course of disease but may be due to diabetes insipidus. Hyponatremia is observed in patients using
hypotonic solutions, such as free water, and in patients using diuretics. It also may be due to excessive sweat sodium losses.
Potassium: Hypokalemia is common in the early phases of heatstroke, and deficits of 500 mEq are not unusual. However, with increasing muscle damage, hyperkalemia may be observed.
Other: Hypophosphatemia secondary to phosphaturia and hyperphosphatemia secondary to rhabdomyolysis, hypocalcemia secondary to increased calcium binding in damaged muscle, and
hypomagnesemia also are observed commonly.
Hepatic function tests
Aminotransferases (aspartate aminotransferase [AST] and alanine aminotransferase [ALT]) commonly rise to the tens of thousands during the early phases of heatstroke and peak at 48 hours, but they
may take as long as 2 weeks to peak.
Jaundice may be striking and may be noted 36-72 hours after the onset of liver failure.
Muscle function tests
Creatinine kinase (CK), lactate dehydrogenase (LDH), aldolase, and myoglobin commonly are released from muscles when muscle necrosis occurs.
Elevations in myoglobin may not be noted despite muscle necrosis because myoglobin is metabolized rapidly by the liver and excreted rapidly by the kidneys.
Complete blood cell count: Elevated white blood cell counts commonly are observed in patients with heatstroke, and levels as high as 40,000 have been reported. Platelet levels may be low.
Renal function tests: Elevations in serum uric acid levels, blood urea nitrogen, and serum creatinine are common in patients whose course is complicated by renal failure.
Urinalysis: Remember that urinary benzidine dipsticks do not differentiate between blood, hemoglobin, and myoglobin. Urine dipstick analyses that are positive for blood must be followed by a microscopic urinalysis to
determine the presence or absence of red blood cells. Proteinuria also is common.
Cerebrospinal fluid analysis: Cerebrospinal fluid (CSF) cell counts may show a nonspecific pleocytosis, and CSF protein levels may be elevated as high as 150 mg/dL.
Myoglobin causes a reddish brown discoloration of the urine but does not affect the color of plasma. This is in contrast to hemoglobin, which causes discoloration of both plasma and urine.
http://emedicine.medscape.com/article/166320-workup
Dysautonomia (or autonomic dysfunction) is any disease or malfunction of the autonomic nervous system (ANS). The autonomic nervous system controls a number of functions in the body, such as
heart rate, blood pressure, digestive tract peristalsis, and sweating, amongst others. Dysfunction of the ANS can involve any of these functions.
The symptoms of dysautonomia are numerous and vary widely from person to person. Since dysautonomia is a full-body condition, a large number of symptoms may be present that can greatly alter a person's quality of
life. Each patient with dysautonomia is different—some are affected only mildly, while others are left completely bed-ridden and disabled.
The primary symptoms present in patients with dysautonomia are:
Excessive fatigue
http://en.wikipedia.org/wiki/Dysautonomia
70. Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan badan lesu dan mudah lelah sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini sebenarnya sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, disertai
demam ringan dan pasien beberapa kali mendapat transfusi darah. Pasien bekerja sebagai panata radiologi di sebuah RS sejak 20 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis,
purpura (+) >. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8 gr/dL, leukosit 1.500/mm3, trombosit 80.000/mm3. Pemeriksaan aspirasi dan biopsy sumsum tulang ditemukan gambaran sebagai berikut :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24116/4/Chapter%20II.pdf
72. Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan bercak-bercak putih, tidak gatal di daerah jari-jari tangan dan punggung tangan sejak 2 tahun ini. Pada pemeriksaan status
dermtologis dijumpai pada region digiti II, III dan IV manus tekstra dan region dorsum manus dekstra, macula depigmentasi berukuran antara 0,5 cm bentuk bulat dan lonjong dengan batas tegas. Riwayat
trauma tidak dijumpai. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Leukoderma
b. Hipopigmentasi paska inflamasi
c. Piebaldisme
d. Vitiligo
e. Pitriasis versikolor
http://books.google.co.id/books?id=vpN4ksOeDroC&pg=PA340&lpg=PA340&dq=gejala+klinis+Piebaldisme&source=bl&ots=eDhPBcj5Lf&sig=NapoIxWr1Mv3xL3qJtTh2C51G2I&hl=en&sa=X&ei=mMuBUqvjHsi
o4ATOxoGoCg&redir_esc=y#v=onepage&q=gejala%20klinis%20Piebaldisme&f=false
http://ocw.usu.ac.id/course/download/1110000112-dermatomusculoskeletal-system/dms146_slide_kelainan_pigmentasi.pdf
73. Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan keluar cairan campur darah dari kemaluan sejak 6 minggu yang lalu. Pemeriksaan fisik ginekologik ditemukan massa
bertangkai dengan diameter 2 cm, berlobus dan permukaan licin. Dilakukan eksisi massa dan mikroskopik ditemukan jaringan diliputi epitel kolumnar selapis, dengan stroma mengandung kelenjar-kelenjar
dan sebukan limfosit. Apakah diagnosis yang paling tepat?
a. Prolaps uteri
b. Kista nabothi
c. Hyperplasia adenomatosa endoserviks
d. Polip endoserviks
e. Myoma geburt
Myioma Geburt PA
http://www.google.com/url?q=http://digilib.unsri.ac.id/download/Mioma%2520Uteri.pdf&sa=U&ei=EsmBUrmNHsXl4gSR-oDwDA&ved=0CBgQFjAA&usg=AFQjCNFOYYUvSmLx0jCPUpqswhphEEuDMQ
74. Seorang perempuan berusia 36 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan pembengkakan di leher depan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sulit menelan karena bengkak tersebut. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan massa tiroid yang simetris, bernodul-nodul, kenyal. Pemeriksaan mikroskopik tampak folikel tiroid dilapisi selapis epitel kuboid, dengan ukuran bervariasi dan berisi koloid.
(gambar di bawah)
75. Seorang perempuan berusia 24 tahun dibawa keluarganya ke UGD RS karena badan terasa berat, berjalan seperti robot, bicara agak pelo, tangan gemetar dan air liur menumpuk di mulut. Sepuluh hari
yang lalu pasien berobat ke RS. Jiwa karena marah-marah, berjalan hilir-mudik dalam rumah, dan mandi berkali-kali. Obat-obat pasien dari RS. Jiwa adalah Haloperidol, Diazepam dan Vitamin. Keluarga
menceritakan bahwa pernah juga pasien terlihat tambah gelisah, berjalan hilir mudik dalam rumah, kalau duduk kaki selalu bergerak-gerak sewaktu pertama kali meminum obat dari poliklinik jiwa.
Apakah nama gejala yang paling tepat yang terjadi pada pasien pada saat itu?
a. Khorea d. Diskinesia
b. Ataksia e. Bradikinesia
c. Akathisia
Ataksia (bahasa Inggris: ataxia, dystaxia), (bahasa Yunani: ατάξις) bukanlah penyakit, dan juga bukan merupakan sindrom. Ataksia adalah simtoma berupa pudarnya kemampuan koordinasi atas
gerakan otot.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ataksia
Akathisia
Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk.
Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal).
http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-untuk.html
76. Seorang perempuan berusia 59 tahun dengan keluhan utama batuk berdahak sejak satu bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan penurunana nafsu makan, demam yang hilang timbul dan lemah badan.
Pasien pernah mendapat pengobatan paru pada 6 tahun yang lalu dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Pemeriksaan fisik menunjukkan : tanda vital dalam batas normal, ronkhi +/-. Pemeriksaan
sputum BTA : +/-. Apakah regimen terapi yang paling tepat?
a. 2(RHEZ)4(HR)3
b. 2(RHEZS)4(HR)3
c. 2(RHEZS)HRZE/5(HR)3E3
d. 4(RHEZ) 2(HR)3
e. 4(RHEZS) 2(HR)3
[PSORIASIS]. Psoriasis is a relatively common chronic inflammatory disease of the skin affecting up to 1-2% of individuals. It may be associated with other clinical disorders including but not limited to arthropathy and
enteropathy. The histologic findings depend on the clinical stage and type of psoriasis but in well-established cases three main histologic findings are commonly seen: (1) the epidermis shows thickening (acanthosis) with
regular elongation of rete ridges (long arrow), (2) superficial dermis shows a chronic inflammatory infiltrate composed mainly of small T-lymphocytes (arrowhead), (3) hyperkeratosis with parakeratosis (top arrow).
http://www.pathpedia.com/education/eatlas/histopathology/skin_and_adnexa/psoriasis.aspx
Histology of psoriasis is characterised by parakeratosis (cell nuclei within stratum corneum) and thickened projections of the prickle cell layer of keratinocytes (psoriasiform hyperplasia). There is no granular layer.
Polymorphonuclear leukocytes and lymphocytes infiltrate dermis (CD8+) and epidermis (CD4+).
http://www.dermnet.org.nz/doctors/scaly-rashes/psoriasis-overview.html
198. Seorang perempuan berusia 24thn datang kepuskesmas dengan keluhan lemah, lesu dan cepat lelah sejak 1 bulan. Keluhan disertai jantung sering berdebar. Pasien bekerja sebagai buruh perkebunan dan sering
tidak memakai alas kaki. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, kuku pucat dan bentuknya menyerupai sendok. Pemeriksaan Lab didapat Hb 4,5 g/dL, leukosit 10.000/mm 3. Hematocrit 13,5%.
Trombosit 400.000/mm3, MCV 68m3, MCH 22pg, MCHC 32%. Apakah diagnosis yang paling tepat?
a. Anemia defesiensi asam folat
b. Anemia defesiensi vit B12
c. Anemia defesiensi Fe
d. Anemia aplastic
e. Thalaxemia
194. Seorang perempuan berusia 24 thn datang ke RS dengan keluhan tiba tiba kehilangan kata kata saat sedang berpidato. Pemahaman pasien bagus, dan pasien tampak frustasi oleh ketidakmampuannya untuk
berbicara atau menulis. Pasien mampu mengulangi kalimat sedehana. Dalam waktu 5 hari sejak munculnya gangguan akut bahasa, pasien mulai memproduksi kata kata sederhana. Apakah diagnosis yang paling
mungkin?
A. Aphasia broca
B. Aphasia wernicke
C. Global aphasia
D. Aphasia transkortical sensorik
E. Aphasia konduksi
Tidak ada jawaban seharusnya Aphasia transkortikal motorik
Bentuk Afasia Ekspresi Komprehensi Repetisi Menamai Komprehensi Menulis Lesi
(Pemahaman) (pengulangan) membaca
Verbal
Reseptif Lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Temporal Superior Posterior
(Wermicke) (Area Wernicke)
Global Tak lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Fronto temporal
Konduksi Lancar Relatif terpelihara Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Fasikulus arkualtus, girus
supramarginal
Nominal Lancar Relatif terpelihara Terpelihara Terganggu Bervariasi Bervariasi Girus angular, temporal
superior posterior
Transkortikal motor Tak lancar Relatif terpelihara Terpelihara Terganggu Bervariasi Terganggu Peri sylvian anterior
195. Seorang anak laki laki usia 3thn dibawa ibunya ke RS dengan keluhan bengkak diseluruh tubuhnya. Bengkak awalnya muncul di kedua kelopak mata menyebar ke kaki dan seluruh tubuhnya. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tanda vital dalam batas nomal. Ditemukan oedem palpebral dan pretibial dan asites pada abomen. Pada pemeriksaan urin didapatkan protein (+++). Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Glomerulonefrritis akut
b. Sindrom nefrotik
c. Pielonefritis akut
d. Sistitis
e. Sindrom nefritik
196. Seorang perempuan berusia 17 tahun dibawa oleh tetangganya karena ditemukan kejang berulang lebih dari 10 kali sejak 1 jam yang lalu. Diantara kejang pasien tidak sadar. Pasien diketahui mengidap epilepsy,
namun sejak 1 bulan yang lalu sering tidak makan obat. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Penanganan apakah yang harus dilakukan untuk mengatasi keluhan utama?
a. Fenitoin IM
b. Largaktil IV
c. Fenitoin IV
d. Diazepam IV
e. Diazepam IM
197. Seorang anak laki laki berusia 37 tahun, datang ke pliklinik THT dengan keluhan sulit menelan yang dirasakan hilang timbul. Awalnya penderita dapat menelan makanan padat dengan dibantu minuman. Makin
lama keluhan bertambah berat, saat ini hanya bias menelan makanan cair. Pasien mengeluh sering tersedak atau batuk saat makan. Foto thoraks menunjukkan dilatasi esophagus. Apakah pemeriksaan penunjang
lain yang sebaiknya dilakukan untuk memastikan diagnose?
A. Laboratorium
B. Chest x-ray
C. Computed tomography scan
D. Lektrocal diography
E. Barium swallow
Laboratory Studies
Imaging Studies
Barium swallow
o The esophagus appears dilated, and contrast material passes slowly into the stomach as the LES opens intermittently. The distal esophagus is narrowed and has been described as
resembling a bird's beak (see the image below). Barium swallow demonstrating the bird-beak appearance of the lower esophagus,
dilatation of the esophagus, and stasis of barium in the esophagus.
o The test may show esophageal dilatation.
Other Tests
Esophageal manometry (see the image below) is the criterion standard in helping to diagnose the classic findings of achalasia.[4] These findings include the following:
o Incomplete relaxation of the LES in response to swallowing
o High resting LES pressure
o Absent esophageal peristalsis Manometric evaluation of the esophagus in a patient with achalasia. Pertinent
findings include absence of propulsive peristalsis in the body of the esophagus (note simultaneous contractions), elevated resting lower esophageal sphincter (LES) pressure, and the
absence of LES relaxation.
Procedures
Perform an esophagogastroduodenoscopy (EGD) to rule out cancer of the gastroesophageal junction or fundus. If a tumor is suspected, perform an endoscopic ultrasound at the same time.
http://reference.medscape.com/article/169974-workup#showall
198. Seorang perempuan, 20thn datang ke UGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu. Keluhan sesak nafas disertai dgn bunyi mengi dan batuk dengan dahak yang berwarna putih. Riwayat asma sejak
kecil. pada pemerikssan fisik ditemukan pasien dalam keadaan setengah duduk. TD 110/80mmHg, nadi 110x/menit, frekuensi nafas 28x/mnt, suhu 37,9c. wheezing (+). Apa penatalaksanaan awal pada kasus ini?
a. Nebulisasi dengan beta 2 agonist
b. Kortikosteroid intravena
c. Antihistamin
d. Theophylline
e. Phosphodiestterase-4 inhibitors
199. Seorang dokter bertugas di puskesmas yang mengalami kendala dalam pelaksanaan program KIA. Cakupan pemberiaan imunisasi jauh lebih rendah dari target. Dokter sebagai kepala puskesmas memutuskan
untuk segera mengatasi. Apakah langkah yang paling tepat?
a. Mengumpulkan juru imunisasi untuk diberi motivasi “ jemput bola”
b. Jadwal posyandu di tambah
c. Ibu yang memiliki balita diberi penyuluhan tentang pentingnya imunisasi
d. Memasang target imunisai nyang lebih rasional
e. Menganalisis penyebab kesenjangan
200. seorang laki - laki berusia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan emam sejak 1 minggu. Demam dirasakan hilang timbul disertai mual muntah. Pasien diketahui berkunjung ke papua sekitar 1 bulan lalu.
Pada pemeriksaan Lab didapatkan anemia dan sediaan apus darah didapatkan plasmodium. Apakah penyebab anemia pada pasien?
a. Defesiensi besi
b. Infiltrasi sumsum tulang oleh plasmodium
c. Hemolisis akut
d. Defisiensi vit B12
e. Perdarahan kronis
201. Seorang perempuan berusia 32 tahun dengan status obstetric G2P1A0 hamil 8 minggu datang ke puskesmas untuk pemeriksaan AnteNatal Care(ANC). Anak pertamanya lahir sesaat setelah dilahirkan karena
anensephalus. Pemeriksaan fisik dan obstetri dalam batas normal. Anda akan memberikan suplemen pada masa kehamilan. Apakah suplemen yang harus diberikan untuk mencegah kelainan janin seperti
kehamilan sebelumnya?
a. Asam folat
b. Zinc
c. Asam retinoat
d. Asam ascorbat
e. Sulfas ferosus
202. seorang pasien perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan disertai demam dan mengigil. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 112x/menit,respirasi
20x/menit,suhu 38,90c. pada pemeriksaan didapatkan nyeri ketok costovertebrae (+) kanan.Apakah diagnose yang paling mungkin?
a. Urethritis akut
b. Sistilis akut
c. Pyelonefritis akut
d. Diverticulitis
e. Glomerulonephritis akut
203. Seorang laki-laki berusia 43 tahun dengan keluhan utama batuk berdahak sejak dua bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan panas badan yang tidak terlalu tinggi, penurunan berat badan dan keringat malam.
Pasien sudah pernah mendapat pengobatan paru satu bulan yang lalu, namun obat hanya di minum selama 2 minggu dan selanjutnya berhenti karena dirasa batuknya sudah sembuh. Pemeriksaan fisik
menunjukkan : indeks massa tubuh :19. Tanda vital dalam batas normal. Ronkhi +/-, pemeriksaan sputum BTA : ++. Apakah kategori penyakit yang paling tepat?
a. Kasus baru
b. Kasus kambuh
c. Relaps
d. After default
e. Kasus kronik
204. Seorang laki laki, 75thn datang ke poliklinik dengan keluhan utama tangan gemetar saat beristirahat. Bila berjalan terlihat lambat dan kaku serta mudah terjatuh. Pada pemeriksaan fisik diperoleh kesadaran
compos mentis, TD 120/80mmHg, denyut nadi 84x/mnt, frekuensi nafas 20x/mnt. Pada pemeriksaan neurologis diperoleh mask face, resting tremor, rigiditas, dan gangguan postural. Tidak terdapat kelumpuhan
ataupun gangguan sensoris. Hasil Lab dalam batas normal. Apakah obat yang paling tepat untuk diberikan pada pasien ini?
a. Acetosal
b. Donepezil
c. Levodopa
d. Prostigmin
e. Clopidogrel
205. seorang anak perempuan berusia 9 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena perawakannya pendek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya disgenesis gonad,kelainan skletal,malformasi jantung dan
ginjal,wajah dysmorfik. Tidak ditemukan adanya cacat mental. Hasil analisis kromosom mengugkapkan kariotipe 45, X dengan kelainan struktur kromosom X. Apakah diagnose yang paling mungkin pada pasien ini?
a. Sindroma reifenstein
b. Sindroma klinefelter
c. Sindroma turner
d. Sindroma fragile X
e. Sindroma marfan
206. seorang bayi kira-kira usia 7 bulan dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan sesak dan nafas berbunyi. Bila posisi bayi terlentang atau saat menangis keluhan tersebut bertambah berat. Apakah diagnosa yang
paling mungkin pada pasien diatas?
a. Laringotrakeobronhitis akut
b. Laringomalasia
c. Laringitis akut
d. Epiglottitis akut
e. Benda asing laring
207. Seorang laki-laki berusia 25 tahun terancam kehilangan pekerjaannya akan kebiasaan datang terlambat kekantor. Hal ini disebabkan oleh ia berulang kali kembali kekamar mandi untuk memeriksa kran bak mandi.
Keadaan ini bisa belangsung selama beberapa jam sebelum ia berangkat kerja. Manakah dibawah ini mwrupakan neuritransmiter yang paling mungkin terlibat gangguan tersebut?
a. Dopamine
b. Nerophinephrine
c. Asetilkolin
d. Histamin
e. Serotinin
Obsessive-compulsive disorder (OCD) is characterized by distressing, intrusive obsessive thoughts and/or repetitive compulsive physical or mental acts. Once believed to be rare, OCD was found to have a
lifetime prevalence of 2.5% in the Epidemiological Catchment Area study
The exact process that underlies the development OCD has not been established. Research and treatment trials suggest that abnormalities in serotonin (5-HT) neurotransmission in the brain are
meaningfully involved in this disorder. This is strongly supported by the efficacy of serotonin reuptake inhibitors (SRIs) in the treatment of OCD
http://emedicine.medscape.com/article/1934139-overview#showall
208. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, dibawa kepoliklinik dengan keluhan tidur mengorok sejak 1 tahun yang lalu, hilang timbul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran tonsil, tidak hiperemis, kripta
melebar dan terdapat dendritus.Apakah komplikasi yang paling sering pada kasus ini?
a. Abses submandibula
b. Abses bezold
c. Abses peritonsiler
d. Abses retroaurikuler
e. Angina ludwig
213. Seorang laki-laki berusia 57 tahun diantar ke UGD dengan keluhan tiba-tiba nyeri ulu hati yang hebat dan terus-menerus sejak 2 jam yang lalu. Keluhan disertai muntah.Riwayat demam disangkal.Pasien diketahui
sering minum obat penghilang sakit atau jamu diwarung untuk mengobati nyeri sendi sejak 10 tahun.Pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/70mmHg, denyut nadi 115x/menit, frekuensi nafas 28x/menit, suhu
36,8c.Apakah pemeriksaan fisik paling patognomonis untuk menegakkan diagnosisi?
a. Abdomen cembung
b. Free air subdiaphargma
c. Bising usus meningkat
d. Pekak hepar hilang
e. Teraba massa pada rectal touccer
Dx: Peritonitis
214. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan pangkal jari kanan membengkak, ada rasa nyeri sejak 3 hari yang lali. Keluhan disertai pegal-pegal dan terasa panas. Pada anamnesis lebih
lanjut , pasien diketahui sering makan jeroan. Hasil pemeriksaan fisik : suhu badan 37,3c, a/r ibu kiri kaki merah, bengak, dan nyeri tekan, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Apakah diagnosis yang paling
munkin?
a. Osteoarthritis
b. rheumatoid arthritis
c. acute gouty arthritis
d. septic arthritis
e. soft tissue rheumatism
215. Seorang laki-laki berusia 23 tahun, datang kepuskesmas dengan keluhan diare sejak 3 hari yang lalu. Diare lebih dari 10 kali per hari, cair bercampur lendir dan darah serta terasa nyeri saat akan buang air besar.
Saat datang penderita juga mengeluh badannya menggigil serta perut kram.Penderita adalah seorang pegawai pengangkut sampah yang tinggal didaerah padat penduduk dan dengan hygiene sanitasi buruk, pada
pemeriksaan ditemukan turgor kulit menurun.Apa sumber penularan infeksi kasus ini?
a. Trophozoite
b. Schistosoma
c. Kista
d. Larva
e. Parasit dewasa
Parasitologi Kedokteran EGC. Hlm. 126
216. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan nyeri di perut kanan atas disertai batuk sejak 3 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh pernah mual dan muntah serta diare berdarah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali dan bagian lunak di kuadran kanan atas abdomen. Biopsy hepar ditemukan proliferasi fibroblastic dan trofozoit.
Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Hepatitis fulminan d. Sirosis hepatis
b. Abses hati e. Perlemakan hati
c. Karsinoma hepatoselular
217. Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan rasa baal di kedua kaki yang semakin bertambah sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mempunyai riwayat DM tipe II dan spondilosis servikal
yang sudah dioperasi 8 tahun yang lalu, pasien juga seorang alkoholik. Pada pemeriksaan fisik neurologis kedua kaki ditemukan kelemahan ringan bilateral saat dorsofleksi, refles pergelangan kaki (-), sensasi
sentuhan ringan (-), sensasi posisi sendi ibu jari (-) dan sensasi getaran di bawah pinggul (-). Ditemukan juga atasia sensoris dan pseudoathetosis di lengan kiri. Tidak ditemukan tanda retinopati. Urinalis dalam
batas normal.
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Alcohol-induced neuropathy d. Diabetic oerioheral neurophaty
b. Central lumbar disc prolapsed e. Vitamin B12 deficiency
c. Cervical cord compression
The development of peripheral neuropathy, specifically the formation of primary axonal sensorimotor peripheral polyneuropathy, is a risk for persons with a history of chronic consumption of large volumes of alcohol.
Symptoms of alcoholic neuropathy, like those of many of the other axonal mixed polyneuropathies, manifest initially in the distal lower extremities. Sensory symptoms (eg, numbness, paresthesias, dysesthesias, allodynia,
and loss of vibration and position sense) generally manifest prior to motor symptoms (eg, weakness). However, patients may present with both motor and sensory symptoms at initial presentation.
In most cases of alcoholic neuropathy, the onset of the polyneuropathy is insidious and prolonged, but some cases have been associated with acute, rapidly progressive onset.[1] Symptoms seem to be associated with the
lifetime consumption of alcohol, although exceptions are common. Severe cases of alcoholic neuropathy can lead to the development of symptoms in the proximal lower extremities and distal upper extremities.
http://emedicine.medscape.com/article/315159-overview
Patients with alcoholic neuropathy typically present with a history of chronic consumption of alcohol and an insidious onset of distal lower extremity paresthesias, dysesthesias, or weakness. The most common presenting
complaint seems to be paresthesias in the feet and toes. Over time, these symptoms usually progress proximally and symmetrically. Less commonly, patients present with a more rapid, acute onset of symptoms.
Patients also may have a history of gait ataxia and difficulty walking or a history of frequent falls.
In rare cases, vagus or recurrent laryngeal nerve involvement has been described. These patients may present with hoarseness and a weak voice.
http://emedicine.medscape.com/article/315159-clinical#showall
218. Seorang perempuan 48 tahun dibawa ke UGD rumah sakit dengan keluhan pusing berputar. Keluhan hilang timbul dalam 5 bulan ini. Pada saat serangan telinga pasien berdenging dan pendengaran terganggu.
Setelah serangan hilang, pendengaran kembali normal. Pada pemeriksaan hellpike manuver negatif.
Apakah kemungkinan diagnose?
a. Meniere’s disease d. Labyrinthitis
b. Vestibular neuritis e. Benign postural vertigo
c. Multiple sclerosis
Pemeriksaan
Diagnosis VPPJ pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara:
Memprovokasi dan mengamati repon vertigo dari kanalis semi sirkularis yang terlibat.
Lebih sering digunakan karena pada perasat tsb posisi kepala sangat sempurna untuk Canalith Repositioning Treatmant (CRT).
o Perasat Dix-Dix Hallpike kanan pada kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan:
a. Pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala mnlh 450 ke kanan.
b. Dengan cepat pasien dibaringkan dnegan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasie menggantung 20-300 pada ujung meja pemeriksaan.
d. Penilaian respon pada monitor dilakukan selama ±1 menit atau sampai res[on menghilang.
f. Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tsb tidak diikuti dgn CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukan kembali.
o Lanjutkan perasat dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 45 0 ke kiri
d. Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT.
o Perasat Sidelying kanan yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.
o Perasat Sidelying kiri yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal denga kanal posterior pada posisi paling bawah.
Pada orang normal: nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien VPPJ: setelah provokasi, ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, ±40 detik,
o pada kupulolitiasis dapat terjadi lebih dari 1 menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersama-sama dengan nistagmus.
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.
1) Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan.
2) Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan.
3) Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan.
4) Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri.
2. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o – 40o, penderita diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
3. Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
4. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
5. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.
6. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.
7. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.
8. Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang
timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul
bersamaan dengan nistagmus.
Tes kalori.
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 derajat C, sedangkan suhu air panas adalah 44 derajat C. volume air yang dialirkan kedalam
liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian
telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit ( untuk menghilangkan pusingnya).
Diagnosis banding
1. Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan.
Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan
ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan pendengaran.
2. Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis
toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal
ini diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-¬struktur telinga
dalam. Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-
perubahan patologik yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin
3. Penyakit meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.
Manifestasi klinis : vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15 menit sampai beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan pendengaran, tinitus yang kadang menetap, dan rasa penuh di dalam
telinga.
Penatalaksanaan
b. Perasat Laberatory
c. Latihan Brandt-Daroff
a. Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-
25%.
omplikasi:
a. Kadang-kadang CRT dapat menimbulkan komplikasi, y.i kanalith dapat pindah ke kanal yang lain.
b. Komplikasi lain CRT: spasme otot leher akibat kepala diletakkan pada posisi tegak selama beberapa waktu setelah terapi.
http://kikiamelia1065.blogspot.com/2011/02/penyakit-tht.html
219. Seorang anak laki-laki berusia 8 bulan dibawa ibunya ke poliklinis RS dengan keluhan batuk, pilek sejak 2 minggu yang lalu dan batuk semakin bertambah 3 hari yang lalu. Di akhir batuk sering terdengar bunyi
melengking saat anak berusaha bernafas. Pada pemeriksaan fisik tampak anak sakit sedang dengan temperatur 380C, frekuensi nafas 30 x/menit, denyut nadi 96 x/menit. Tidak tampak nafas cuping hidung dan
retraksi dinding dada, suara nafas versikuler, rhonki dan wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11,5 gr/dL, leukosit 25.000/mm2, hitung jenis 0/1/0/21/75/3.
Apakah pengobatan yang paling tepat diberikan pada pasien ini?
a. Kliramfenikol d. Eritromisin
b. Kotrimoksazol e. Amoksisilin
c. Gentamisin
Pertussis (whooping cough) is a respiratory tract infection characterized by a paroxysmal cough. The most common causative organism is Bordetella pertussis, though Bordetella parapertussis has also
been associated with this condition in humans. Pertussis remains a significant cause of morbidity and mortality in infants younger than 2 years.
http://emedicine.medscape.com/article/967268-overview#showall
Although antimicrobial agents initiated during the paroxysmal stage do not affect the duration and severity of illness, they can hasten the eradication of Bpertussis in the respiratory tract and help to prevent spread.
Antibiotics may also prevent or alleviate secondary bacterial infection.
For patients aged 1 month or older, macrolide antibiotics such as erythromycin, clarithromycin, and azithromycin, are the preferred agents.
Erythromycin and clarithromycin are not recommended in infants younger than 1 month, because their use has been associated with increased risk of infantile hypertrophic pyloric stenosis (IHPS). Azithromycin is the
recommended agent for the youngest patients, although it also carries some risk of IHPS. Patients who are aged 2 months or older with hypersensitivity to macrolides may be treated with trimethoprim-sulfamethoxazole.
http://emedicine.medscape.com/article/967268-treatment#aw2aab6b6b2
Croup is a common, primarily pediatric viral respiratory tract illness. As its alternative names, laryngotracheitis and laryngotracheobronchitis, indicate, croup generally affects the larynx and trachea,
although this illness may also extend to the bronchi. It is the most common etiology for hoarseness, cough, and onset of acute stridor in febrile children. Symptoms of coryza may be absent, mild, or
marked. The vast majority of children with croup recover without consequences or sequelae; however, it can be life-threatening. (See Etiology, Epidemiology, Prognosis, Clinical, and Treatment.)
http://emedicine.medscape.com/article/962972-overview
Urgent care or emergency department treatment of croup depends on the degree of respiratory distress. In mild croup, a child may present with only a croupy cough and may require nothing more than parental
reassurance, given alertness, baseline minimal respiratory distress, proper oxygenation, and stable fluid status. The caregivers may only need education regarding the course of the disease and supportive homecare
guidelines.
However, any infant/child who presents with significant respiratory distress/complaints with stridor at rest must have a thorough clinical evaluation to ensure the patency of the airway and maintenance of effective
oxygenation and ventilation. Keep young children as comfortable as possible, allowing him or her to remain in a parent's arms and avoiding unnecessary painful interventions that may cause agitation, respiratory distress,
and lead to increased oxygen requirements. Persistent crying increases oxygen demands, and respiratory muscle fatigue can worsen the obstruction.
Concurrently, careful monitoring of the heart rate (for tachycardia), respiratory rate (for tachypnea), respiratory mechanics (for sternal wall retractions), and pulse oximetry (for hypoxia) are important. Assessment of the
patient’s hydration status, given the risk of increased insensible losses from fever and tachypnea, along with a history of decreased oral intake, is also imperative.
Infants and children with severe respiratory distress or compromise may require 100% oxygenation with ventilation support, initially with a bag-valve-mask device. If the airway and breathing require further stabilization
due to increasing respiratory fatigue and hence, worsening hypercarbia, (as evident by ABG) the patient should be intubated with an endotracheal tube. Intubation should be accomplished with an endotracheal tube that is
0.5-1 mm smaller than predicted. Once airway stabilization is achieved, these patients are transferred for their ongoing care to a pediatric intensive care unit.
The current cornerstones of treatment in the urgent care clinics or emergency departments are corticosteroids and nebulized epinephrine; steroids have proven beneficial in severe, moderate, and even mild croup.[22] In the
straightforward cases of croup, antibiotics are not prescribed, as the primary cause is viral. Lack of improvement or worsening of symptoms can be due to a secondary bacterial process, which would require the use of
antimicrobials for treatment. Typically, these patients initially would have had moderate-to-severe croup scores, requiring inpatient care and observation.
Throughout the 19th and most of the 20th century, cool mist administration was the mainstay of treatment. Hospitals had "croup rooms" filled with cool mist. Theoretically, mist moistens airway secretions, decreases their
viscosity, and soothes the inflamed mucosa. Animal data show that microaerosol inhalation activates mechanoreceptors that produce a reflex slowing of respiratory flow rate and leads to improved airflow.
However, despite its continued widespread use, little evidence supports the clinical efficacy of cool mist or humidification therapy. Randomized studies of children with moderate-to-severe croup revealed no difference in
outcome between those who received cool mist and those who did not.[23] Mist tents, used in the hospital setting, can disperse fungus and molds if not properly cleaned. More importantly, the tents separate the child from
the parentby creating a “plastic barrier”, causing anxiety and agitation, potentially worsening the child’s symptoms and hindering ongoing clinical assessment.[24, 25, 26] In the home, vaporizers (heated humidification)
producing hot steam to moisten the air should not be used because of the risk of scalding or burns.[27]
Corticosteroids are beneficial due to their anti-inflammatory action, whereby laryngeal mucosal edema is decreased. They also decrease the need for salvage nebulized epinephrine. Corticosteroids may be warranted even
in those children who present with mild symptoms. Treatment of croup with corticosteroids has not shown significant adverse effects; however despite the low risk, their use should be carefully evaluated for children with
diabetes, an underlying immunocompromised state, or those recently exposed to or diagnosed with varicella or tuberculosis, due to the potential risk of exacerbating the systemic disease process.[28, 29, 30, 31, 32, 27]
A single dose of dexamethasone has been shown to be effective in reducing the overall severity of croup, if administered within the first 4-24 hours after the onset of illness. The long half-life of dexamethasone (36-54 h)
often allows for a single injection or dose to cover the usual symptom duration. Studies have shown that dexamethasone dosed at 0.15 mg/kg is as effective as 0.3 mg/kg or 0.6 mg/kg (with a maximum daily dose of 10 mg)
in relieving the symptoms of mild-to-moderate croup. Despite this knowledge, clinicians still tend to favor the dose of 0.6 mg/kg for initial treatment of croup. This dosage, in fact, is more effective for patients diagnosed
with severe croup and remains the optimalamount for safety, benefit and cost-effectiveness.[33, 34] Dexamethasone has shown the same efficacy if administered intravenously, intramuscularly, or orally. [35] The route of
administration is patient-dependent as based on the patient’s age, ability to tolerate orals, an severityofpresentingillness. The use of inhaled corticosteroids (budesonide) with systemic treatment does not provide
additional benefit.[36]
Patients given a single oral dose of prednisolone (1 mg/kg) were found to have made more return visits than did those who received a single oral dose of dexamethasone (0.15 mg/kg).[37] This is due to the lesser potency to
reduce inflammation and shortened half-life of prednisolone (18-36 h) when compared with dexamethasone (36-54 h).
Epinephrine
Nebulized racemic epinephrine is a 1:1 mixture of dextro (D) isomers and levo (L) isomers of epinephrine with the L form (L-epinephrine) as the active component. Its use is typically reserved for patients in the hospital
setting with moderate-to-severe respiratory distress. Epinephrine works by adrenergic stimulation, which causes constriction of the precapillary arterioles, thereby decreasing capillary hydrostatic pressure. This leads to
fluid resorption from the interstitium and improvement in the laryngeal mucosal edema. [22] Epinephrine’s beta2-adrenergic activity leads to bronchial smooth muscle relaxation and bronchodilation. Its effectiveness is
immediate with evidence of therapeutic benefit within the first 30 minutes and then, lasts from 90-120 minutes (1.5-2 h).
Patients who receive nebulized racemic epinephrine in the emergency department should be observed for at least 3 hours post last treatment because of concerns for a rebound phenomenon of bronchospasm, worsening
respiratory distress, and/or persistent tachycardia. Patients can be discharged home only if they demonstrate healthy color, good air entry, baseline consciousness, and no stridor at rest and have received a dose of
corticosteroids.
Heliox
Heliox is a gas containing a mixture of helium and oxygen (with not less than 20% oxygen). Delivery to the patient is via nasal cannula, face mask, or hood. It has low viscosity and low specific gravity, which allows for greater
laminar airflow through the respiratory tract. Helium decreases the force necessary and facilitates the movement of oxygen through the airways and decreases the mechanical work of respiratory muscles. This clinical
response reduces respiratory distress.[38, 39]
Several trials of heliox have demonstrated no advantage over conventional modalities; however, other trials have shown it to be equally effective in moderate to severe croup when compared with racemic epinephrine.[40,
41, 42]
Heliox has also been shown to improve symptoms in very severe croup that failed to improve with racemic epinephrine. Currently, the evidence is not sufficient to establish the beneficial effect of heliox in pediatric
croup management
http://emedicine.medscape.com/article/962972-treatment#showall
220. Seorang perempuan berusia 47 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan berat badan menurun dan napas agak sesak sejak 1 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mempunyai riwayat DM
sejak 5 tahun yang lalu tetapi sudah 1 tahun tidak pernah kontrol. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kolesterol 205 mg/dL, trigliserida 300 mg/dL, HbA1c 8,7%.
Apakah kandungan asupan nutrisi yang dianjurkan untuk pasien ini?
a. Banyak makan karbohidrat terutama serat larut
b. Banyak protein terutama hewani
c. Bahan makanan dengan indeks glikemi < 70
d. Bahan makanan tinggi serta terutama selulosa
e. Bahan makanan dengan gulukosa 240 g/hari
221. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan batuk yang tidak mau sembuh sejak 3 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien selesma dan demam ringan tetapi sakitnya
berkepanjangan bahkan bertambah dengan batuk yang tidak mau sembuh, bila batuk, bisa berkepanjangan dan pasien muntah di sela batuk. Pada pemeriksaan fisik tampak sklera kemerahan. Ibu pasien
mengatakan bahwa imunisasi pasien tidak lengkap diberikan.
Apakah diagnosa yang paling mungkin?
a. Bronkopneumonia d. Difteri
b. Bronkhiolitis e. Tuberkulosis
c. Pertussis
222. Seorang perempuan berusia 25 tahun diantar ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas ditabrak mobil saat menyeberang jalan. Korban bernapas tersengal-sengal, nadi lemah, gelisah dan tampak
cedera berdarah di dada dan punggung.
Apakah Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang harus diberikan untuk mempertahankan oksigenasi emergensi pada kasus di atas?
a. Airway, Breathing, Circulation
b. Airway, Breathing, Circulation, Drug
c. Airway, Breathing, Circulation, Drug, EKG
d. Airway, Breathing, Circulation, Drug, EKG, Fibrillation treatment
e. Airway, Breathing, Circulation, Oksigenation
223. Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan lengan kiri atasnya terasa membengkak. Dari anamnesis diketahui bahwa 2 tahun yang lalu pasien pernah menjalani mastektomi
radikal atas indikasi kanker payudara. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda rekurensi tumor payudara tersebut.
Apakah kemungkinan kelainan yang diderita pasien ini sekarang?
a. Inflamasi kronik d. Tromboflebitis
b. Limfangioma e. Vena varikosa
c. Limfedema
224. Sebuah surat yang ditujukan ke jurnal kedokteran mengatakan bahwa obat antidepresan yang baru dipasarkan perusahaan farmasi mempunyai efek samping fotosensitifilitas. Perusahaan farmasi tersebut
berencana melakukan penelitian untuk mengetahui efek samping tersebut benar atau tidak, dalam waktu singkat dan seefisien mungkin.
Apa desain penelitian yang paling sesuai untuk tujuan di atas?
a. Case control study
b. Dose ranging study
c. Meta analysis
d. Sequential trial
e. Double blind, randomized, placebo controlled study
The double-blind randomized controlled trial (RCT) is accepted by medicine as objective scientific methodology that, when ideally performed, produces knowledge untainted by bias. The validity of the RCT
rests not just on theoretical arguments, but also on the discrepancy between the RCT and less rigorous evidence (the difference is sometimes considered an objective measure of bias). A brief overview of
historical and recent developments in "the discrepancy argument" is presented. The article then examines the possibility that some of this "deviation from truth" may be the result of artifacts introduced
Meta-Analysis
Definition
A subset of systematic reviews; a method for systematically combining pertinent qualitative and quantitative study data from several selected studies to develop a single conclusion that has greater statistical power. This
conclusion is statistically stronger than the analysis of any single study, due to increased numbers of subjects, greater diversity among subjects, or accumulated effects and results.
To examine subgroups with individual numbers that are not statistically significant
If the individual studies utilized randomized controlled trials (RCT), combining several selected RCT results would be the highest-level of evidence on the evidence hierarchy, followed by systematic reviews, which analyze all
available studies on a topic.
Advantages
Disadvantages
Not all studies provide adequate data for inclusion and analysis
225. Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa ibunya ke UGD RS dengan keluhan buang air besar lebih dari 6 kali perhari dengan konsistensi encer sejak 3 hari yang lalu dan malas minum. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan BB 20 kg, T 37°C, RR 36x/i, HR 100x/i, mata cekung, bibir tampak kering dan turgor kulit lambat kembali. Apakah terapi awal yang harus diberikan pada pasien ini ?
a. Infus RL 300 cc dalam ½ jam
b. Infus RL 300 cc dalam 1 jam
c. Infus RL 600 cc dalam ½ jam
d. Infus RL 600 cc dalam 1 jam
e. Infus RL 600 cc dalam 3 jam
226. Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri ibu jari kaki kanan yang dirasakan saat bangun pagi. Pada malam sebelumnya pasien mengkonsumsi danging kambing. Pada
pemriksaan fisik tanda vital dalam batas normal dan inspeksi tampak metatarsaphalangeal 1 kanan bengkak. Apakah penyebab utama dari kasus ini ?
a. Deposit kalsium apatite
b. Deposit Kristal monosodium urat
c. Deposit Kristal kalsium
d. Deposit kalsium hidroxyapatitte
e. Deposit kalsium pirifosfatdihidrat
227. Seorang perempuan berusia 36 tahun, sudah melahirkan sejak 2 minggu yang lalu, datang ke poliklinik dengan keluhan utama batuk yang dialami sejak 2 bulan belakangan ini dan kadang kala disertai sesak. Dua
hari yang lalu pasien mengalami batuk darah, riwayat batuk lama dalam keluarga (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi basah kasar (+) pada apeks kedua paru. Saat ini pasien sementara dalam pengobatan
TB dan ragu untuk meneruskan pengobatannya. Apakah nasehat yang anda berikan berkaitan pengobatannya?
a. Menyarankan terhadap pasiennya untuk menunda pengobatan TB sampai anaknya berumur 2 bulan
b. Menyarankan terhadap pasiennya untuk melanjutkan konsumsi obat TB dengan dikurangi dosisnya
c. Melanjutkan obat TB untuk dikonsumsi selama menyusui tanpa mengurangi dosisnya
d. Tidak melanjutkan meminum obat TB-nya sebelum dilakukan evaluasi dengan foto toraks
e. Melanjutkan dosis TB untuk dikonsumsi selama menyusui dengan menambah dosisnya
228. Pada suatu kegiatan sunatan masal yang diadakan di puskesmas anda, seorang anak telah disunat tampak lemas dan keringat dingin. Pada pemeriksaan fisis didapatkan TD 80/60 mmHg, HR 120x/menit, akral
teraba dingin. Apakah tindakan awal yang paling tepat?
The goals of pharmacotherapy are to reduce morbidity and prevent complications. The most commonly used agents are benztropine and diphenhydramine. Both are effective treatments, and data do not support one over
the other.IV is the route of choice, with signs and symptoms often resolving within 10 minutes. The medication can be delivered IM if an IV line cannot be established, but medications will take 30 min to be absorbed. More
than 1 dose may be necessary for complete resolution of dystonia.
http://emedicine.medscape.com/article/814632-medication#2
236. Seorang perempuan berusia 17 tahun dibawa kembali oleh orangtuanya ke poliklinik RS karena menolak minum obat yang diberikan oleh dokter poliklinik jiwa. Pasien berobat 4 minggu yang lalu, stelah minum
obat selama 3 hari pasien mengalami gejala mata membelalak dan mendelik ke atas, leher terpuntir ke samping. Pasien merasa ketakutan, orangtua segera menghentikan pemberian obat dan membawa pasien
ke puskesmas. Setelah mendapat obat dari puskesmas gejala reda, selanjutnya pasien menolak minum obat. Apakah nama gejala mata membelalak, mendelik dan leher terpuntir ke samping?
a. Akatisia d. Distonia akut
b. Rigiditas e. Diskinesia tardif
c. Bradikinesia
Akatisia : gerakan seperti gelisah yang memindahkan berat tubuh dari kaki kanan ke kiri
Rigiditas : kaku terutama di ekstremitas
Bradikinesia : Memulai dan mengakhiri gerakan lambat(parkinson)
Distonia akut : Rahang kaku
Tardif : gerakan mengunyah spt mulut kelinci
Akathisia, or acathisia, is a syndrome characterized by unpleasant sensations of inner restlessness that manifests itself with an inability to sit still or remain motionless
http://en.wikipedia.org/wiki/Akathisia
Bradykinesia means slowness of movement and is one of the cardinal manifestations of Parkinson's disease.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11673316
Distonia adalah kontraksi otot yang singkat atau lama, biasanya menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal, termasuk krisis okulorigik, prostrusi lidah, trismus, tortikolis, distonia laring-faring, dan postur distonik
pada anggota gerak dan batang tubuh.
Distonia lebih banyak diakibatkan oleh APG I terutama yang mempunyai potensi tinggi, dan umumnya terjadi di awal pengobatan (beberapa jam sampai beberapa hari pengobatan) atau pada peningkatan dosis secara
bermakna.
Kriteria diagnostik dan riset untuk distonia akut akibat neuroleptik menurut DSM- IV adalah sebagai berikut :
Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang tubuh yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan dosis medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi
yang digunakan untuk mengobati gejala ekstrapiramidal).
A. Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut yang berkembang berhubungan dengan medikasi neuroleptik :
1) Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh (misalnya tortikolis)
4) Penebalan atau bicara cadel karena lidah hipertonik atau membesar (disartria, makroglosia)
B. Tanda atau gejala dalam kriteria A berkembang dalam tujuh hari setelah memulai atau dengan cepat menaikkan dosis medikasi neuroleptik, atau menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati (atau mencegah)
gejala ekstrapiramidal akut (misalnya obat antikolinergik)
C. Gejala dalam kriteria A tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental (misalnya gejala katatonik pada skizofrenia). Tanda-tanda bahwa gejala lebih baik diterangkan oleh gangguan mental dapat berupa berikut :
gejala mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai dengan pola intervensi farmakologis (misalnya tidak ada perbaikan setelah menurunkan neuroleptik atau pemberian antikolinergik)
D. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi neurologis atau medis umum. Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena kondisi medis umum dapat berupa berikut : gejala
mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik, terdapat tanda neurologis fokal yang tidak dapat diterangkan, atau gejala berkembang tanpa adanya perubahan medikasi.
3. Akatisia
Merupakan bentuk yang paling sering dari sindroma ekstrapiramidal yang diinduksi oleh obat antipsikotik. Manifestasi klinis berupa perasaan subjektif kegelisahan (restlessness) yang panjang, dengan gerakan yang gelisah,
umumnya kaki yang tidak bisa tenang. Penderita dengan akatisia berat tidak mampu untuk duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritabel. Akatisia terkadang sulit dinilai dan sering salah diagnosis dengan ansietas
atau agitasi dari pasien psikotik, yang disebabkan dosis antipsikotik yang kurang.
b. Kronik (late)
1.
1. Tardive dyskinesia
Terjadi setelah menggunakan antipsikotik minimal selama 3 bulan atau setelah pemakaian antipsikotik dihentikan selama 4 minggu untuk oral dan 8 minggu untuk injeksi depot, maupun setelah pemakaian dalam jangka
waktu yang lama (umumnya setelah 6 bulan atau lebih). Penderita yang menggunakan APG I dalam jangka waktu yang lama sekitar 20-30% akan berkembang menjadi tardive dyskinesia. Seluruh APG I dihubungkan dengan
risiko tardive dyskinesia.
Umumnya berupa gerakan involunter dari mulut, lidah, batang tubuh, dan ekstremitas yang abnormal dan konsisten. Gerakan oral-facial meliputi mengecap-ngecap bibir (lip smacking), menghisap (sucking), dan
mengerutkan bibir (puckering) atau seperti facial grimacing. Gerakan lain meliputi gerakan irregular dari limbs, terutama gerakan lambat seperti koreoatetoid dari jari tangan dan kaki, gerakan menggeliat dari batang
tubuh.
2. Tardive distonia
Ini merupakan tipe kedua yang paling sering dari sindroma tardive. Gerakan distonik adalah lambat, berubah terus menerus, dan involunter serta mempengaruhi daerah tungkai dan lengan, batang tubuh, leher (contoh
torticolis, spasmodic disfonia) atau wajah (contoh meige’s syndrome). Tidak mirip benar dengan distonia akut.
3. Tardive akatisia
Mirip dengan bentuk akatisia akut tetapi berbeda dalam respons terapi dengan menggunakan antikolinergik. Pada tardive akatisia pemberian antikolinergik memperberat keluhan yang telah ada.
4. Tardive tics
Sindroma tics multiple, rentang dari motorik tic ringan sampai kompleks dengan involuntary vocazations (tardive gilles de la tourette’s syndrome).
5. Tardive myoclonus
Singkat, tidak stereotipik, umumnya otot rahang tidak sinkron. Gangguan ini jarang dijumpai.
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium tergantung pada tampilan klinis. Pasien dengan distonia simplek tidak membutuhkan tes. Pemeriksaan kualitatif untuk mendeteksi adanya antipsikotik tidak tersedia secara luas. Selain itu,
kandungan obat dalam serum untuk tranquilizer mayor tidak berkorelasi dengan baik dengan keparahan klinis dari overdosis dan tidak bermanfaat pada pengobatan akut. Pemeriksaan rutin elektrolit, nitrogen urea darah,
kreatinin darah, glukosa darah, dan bikarbonat bermanfaat dalam menilai status hidrasi, fungsi ginjal, status asam basa, dan termasuk hipoglikemi sebagai penyebab kelainan sensorium.
Kontraksi otot yang terus menerus sering menyebabkan perusakan otot yang terlihat dari pningkatan potassium, asam urat, dan keratin kinase-MM. Perusakan otot juga menghasilkan myoglobin yang diserap oleh ginjal,
sehingga menyebabkan disfungsi tubulus ginjal. Dehidrasi memperburuk penyerapan ini. Pada myoglobinuria, urin menjadi berwarna cokelat gelap.
DIAGNOSIS BANDING
Parkinson Disease
Distonia primer
Tetanus
PENYULIT
Gangguan gerak yang dialami penderita akan sangat mengganggu sehingga menurunkan kualitas penderita dalam beraktivitas.
Gangguan gerak saat berjalan dapat menyebabkan penderita terjatuh dan mengalami fraktur.
http://aytseira.wordpress.com/2011/06/04/sindroma-ekstrapiramidal/
237. Seorang perempuan berusia 42 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan sakit perut kanan yang hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien suka makan makanan
berlemak, haid teratur. Pada pemeriksaan fisik ditemukan TB 150 cm, BB 75 kg, sclera sub ikterik, Murphy sign (+).
Apakah kemungkinan diagnosis
a. Perforasi gaster d. kehamilan ektopik terganggu
b. Apendisitis infiltrat e. Kolik renal
c. Kolesistitis
238. Seorang laki-laki berusia 37 tahun dibawa satpam ke UGD RS karena tiba-tiba marah, mengamuk dan hendak membunuh atasannya. Pasien mendengar dari berita yang dibawa angin bahwa atasannya
berselingkuh dengan istrinya. Pasien curiga teman-teman sekantornya bersekongkol merahasiakan hal itu dari dirinya. Pada pemeriksaan terlihat seorang laki-laki, sesuai usia, wajah beringas, berteriak-teriak
rnemaki istri dan perawat. Istri pasien menyampaikan bahwa sejak 6 bulan yang lalu pasien terlihat sering termangu, gelisah, tidak bisa tidur dan tidak mau ke kantor. Sering terlihat duduk di pojok rumah seperti
sedang memikirkan sesuatu. Apakah gejala klinis yang paling tepat pada kasus di atas sebagai indikasi rawat inap?
a. Abulia d. Pikiran autistik
b. Raptus e. Afek inappropriate
c. Halusinasi
Ngamuk tanpa sebab yang jelas disebut raptus
Pakaian lusuh tidak mengurus diri disebut abulia
http://contekanoez.wordpress.com/2010/01/08/psikosis-dan-penatalaksanaannya/
Indikasi Rawat Inap :
• Membahayakan diri sendiri dan orang lain.
• Perawatan di rumah tdk memadai.
• Observasi lbh lanjut.
Medikasi Gawat Darurat (gadar) Psikiatri : Antipsikotik : Haloperidol 0.5 mg-5 mg IM gejala berkurang
ECT: Depresi berat, menolak makan dan minum, minum obat.
http://4cardio.files.wordpress.com/2013/10/gadarpsik2013.ppt
Abulia adalah hilangnya daya kehendak atau kemampuan kehendak. Orang mempunyai keinginan mengerjakan sesuatu, akan tetapi tidak akan melaksanakannya seolah-olah tidak ada kekuatan atau
daya. Keadaan ini biasanya terdapat pada gangguan jiwa Schizorfenia.
http://indoglobalvacancy.blogspot.com/2010/12/abulia.html
239. Angka kejadian TB paru masih saja tinggi di beberapa daerah. Angka kesembuhan menunjukkan penurunan yang berakibat penderita mengalami komplikasi bahkan ada yang meninggal akibat penyakit tersebut.
Berbagai usaha sudah dijalankan seperti memberi penyuluhan kepada masyarakat khususnya kepada penderita TB paru agar berobat secara teratur. Agar angka kejadian bisa diturunkan, komplikasi dapat
dihindarkan dan tidak terjadi kematian, maka perlu dilakukan berbagai usaha pencegahan. Agar penyakit tesebut tidak menular kepada orang lain, apakah pencegahan yang perlu?
a. Pencegahan primer d. Pemberian imunisasi
b. Pencegahan sekunder e. Pengobatan penderita secara tuntas
c. Pencegahan tertier
240. Seorang kepala dinas kesehatan kabupaten mendapat laporan dari seksi surveillans bahwa incidance rate dan prevalence rate penyakit diare meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini, terutama didaerah padat
penduduk. Apakah kegunaan incidance rate bagi ahli Epidemiologi?
a. Perencanaan kesehatan d. Mempelajari etiologi penyakit
b. Mempelajari faktor risiko penyakit e. Menentukan populasi beresiko
c. Merencanakan pengobatan
Manfaat Incidence Rate adalah :
o Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
o Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
o Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.
http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/01/09/pengukuran-epidemiologi/
242. Seorang laki-laki berusia 50 tahun, pensiunan pegawai negeri sipil, datang berobat ke puskesmas dengan keluhan penebalan pada pergelangan tangan kanan disertai dengan rasa gatal sejak 1 tahun ini. Pada
pemeriksaan dermatologis dijumpai pada region wrist joint dextra plak berbentuk polygonal berwarna keunguan permukaannya rata berkilat dan pada puncaknya ditemukan delle. Pada pemeriksaan dengan
menggunakan kaca pembesar dapat terlihat Wickham striae. Pada kuku terlihat kuku yang atrofi, hancur dan berwarna coklat. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Lichen planus d. Lichen striatus
b. Psoriasis e. Lichen nitidus
c. Granuloma annulare
In addition to the cutaneous eruption, lichen planus (LP) can involve the mucous membranes, the genitalia, the nails, and the scalp. The clinical presentation of lichen planus has several forms: actinic
(in sun-exposed areas), annular, atrophic, erosive, follicular, hypertrophic, linear, pigmented, and vesicular/bullous. The papules are violaceous, shiny, and polygonal; varying in size from 1 mm to
greater than 1 cm in diameter (see the image below). They can be discrete or arranged in groups of lines or circles. Characteristic fine, white lines, called Wickham stria, are often found on the papules
(see the image below).
243. Gambaran situasi kesehatan Puskesmas Garuda menunjukkan peningkatan penyakit jantung koroner. Pimpinan puskesmas merencanakan adanya media promosi luar ruangan di atas secarik kain dan dipasang di
suatu tempat yang strategis agar dapat dilihat oleh semua orang dalam rangka mengingatkan bahaya penyakit tersebut. Apakah program promosi kesehatan dalam PHBS rumah tangga, yang termasuk dalam
upaya yang ditujukan untuk penyakit di atas?
a. Makanan tinggi protein dan lemak
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Hindari merokok
d. Imunisasi
e. Cuci tangan sebelum makan
244. Seorang laki-laki berusia 25 tahun sudah menikah selama 3 tahun tetapi sampai sekarang belum mempunyai anak. Pasien dan istrinya pergi ke sebuah klinik infertilasi dan menjalani berbagai pemeriksaan. Pada
pemeriksaan disimpulkan bahwa fungsi reproduksi istrinya normal. Pemeriksaan fisik pasien ditemukan testis berukuran normal. Dilakukan biopsi dan mikroskopik tampak hanya sel sertoli yang terdapat dalam
tubulus seminiferus. Apakah interpretasi dari biopsy testis tersebut?
a. Penurunan jumlah sperma d. Peningkatan testosterone
b. Peningkatan HCG serum e. Peningkatan AFP
c. Penurunan LH serum
Tubulus seminiferus merupakan tubulus kontortus yang membentuk jala-jala, berujung buntu dan pada ujung yang lain menjadi saluran yang lurus dengan lumen menyempit dan dibatasi oleh epitel selapis kubus
berflagela satu. Bentuk yang lurus ini dinamakan tubulus rektus. Bagian ini pendek yang bermuara pada saluran-saluran yang beranastomose yang dinamakan rete testis.
Tubulus seminiferus terdiri dari epitel germinativum, lamina basalis dan tunika jaringan ikat fibrosa. Epitelnya terdiri atas 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel –sel spermatogenik (tersusun atas 4-8
lapisan). Urutan sel-sel dari lapisan yang paling dasar hingga mendekati lumen adalah sebagai berikut spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoa.
Sel sertoli merupakan sel-sel piramidal panjang yang saling bertautan dengan sel-sel spermatogenik. Dasar sel sertoli melekat pada lamina basalis, sedang ujung apikalnya menjorok ke dalam lumen
tubulus seminiferus. Akibat adanya sel-sel spermatogenik di sisi lateral dan di sisi basalnya, maka bentuk sel sertoli menjadi tidak teratur.
Sel-sel sertoli mempunyai 3 fungsi utama ; (1) pelindung, penyokong dan pengatur nutrisi sel-sel spermatogenik yang sedang berkembang, (2) fagositosis, yaitu dengan membuang kelebihan sitoplasma
spermatid dalam proses spermiogenesis (perubahan bentuk spermatid menjadi spermatozoa), (3) sekresi, yaitu sel-sel sertoli mensekresi sekret untuk transpor spermatozoa.
http://www.google.com/url?q=http://biologi.fst.unair.ac.id/matkul_S1bio/Semester%2520genap/Histologi%2520Hewan/histologi/Handout%2520sist.%2520rep.%2520jantan.doc&sa=U&ei=zMaDUv-
cIeHl4gTX1YGQBQ&ved=0CCkQFjAE&usg=AFQjCNHOItPJN_HRTC_M9lirPHm9Fw8rSw
245. Seorang perempuan berusia 21 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan mudah lelah dan buang air kecil berwarna kuning tua sejak 2 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 110/60
mmHg, denyut nadi 90 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, temperatur 36,80C, konjungtiva anemis, sclera ikterik, hepatomegali (+), lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 8,4
g/dL, MCV 90 μm3, MCH 25/pc/cell, MCHC 30%, retikulosit 7% darah tepi normositer normokrom, poiklitosis. Pemeriksaan faal hepar bilirubin direck 1,0 mg/dL, bilirubin indirek 5,4 mg/dL, SGOT 35 U/L, SGPT 36
U/L dan LDH 1200 U/L. Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Anemia defisiensi besi d. Anemia aplastik
b. Anemia hemolitik e. Anemia defisiensi asam folat
c. Anemia paska perdarahan
246. Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa keluarga ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut di bawah pusat telah dialaminya 1 hari ini. Nyeri sangat tidak tertahankan hingga pasien pingsan dan akral dingin serta
pucat. Dari anamnesis juga didapatkan sedikit perdarahan dari kemaluan yang timbul bersamaan dengan nyeri. Pasien berhenti haid satu bulan yang lalu. Dari pemeriksaan USG terlihat pertumbuhan janin di tuba
fallopii. Apakah gambaran khas yang akan ditemukan secara mikroskopik pada kasus di atas?
a. Darah yang bercampur dengan chorionic villi dan extravaillous trophoblast
b. Villi scalloped dengan prolifederasi minimal dari trofoblast dan dijumpai jaringan fetus.
c. Degenerasi hidroflik villi dengan cisten sentral dan proliferasi trofoblast serta tidak dijumpai jaringan fetus
d. Degenerasi hidrofik villi dengan cisten sentral dan proliferasi trofoblast yang menembus hingga miometrium
e. Villi scalloped dengan proliferasi trifiblast yang menembus hingga miometrium
http://azamamrullah.blogs.ukrida.ac.id/JKUNUKR/jou/FKedD/2009/jkunukr-ns-jou-2009-2075-1851-ektopik-resource4.pdf
247. Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan luka disertai nyeri di bibir atas sejak 3 hari yang lalu. Satu minggu sebelumnya pasien flu. Pada pemeriksaan fisik temukan
versikel berdiameter 0,2-0,4 cm, dengan ulserasi fokal. Mikroskopik dari lesi ditemukan sel epitel yang mengalami degenerasi “ballooning”, dengan inklusi intranuklear dan ada sel epitel berinti banyak.
Apakah diagnosis yang paling sesuai?
a. Herpes labiallis d. Pyogenic granuloma
b. Angina ludwing e. Candidiasis
c. Stromatitis aphthosa
Herpes simplex virus (HSV) infection is best confirmed by isolation of the virus in tissue culture (the criterion standard fo r diagnosis). Tissue culture success is operator-dependent, but this modality can yield positive results
within 48 hours of inoculation.
o Characteristic cytopathic effect with ballooning of cells and cell death are observed, and death of the entire monolayer of cells may be rapid.
o Immunofluorescent staining of the tissue culture cells can be used to quickly identify HSV and can distinguish between types 1 and 2.
The characteristic cytologic changes induced by HSV can be demonstrated in Tzank smears (see Procedures); however, this procedure does not distinguish between HSV-1 and HSV-2.
o Rapid diagnosis (usually within an hour) is possible based on the histological appearance of the lesion.
o Multinucleated giant cells and epithelial cells containing eosinophilic intranuclear inclusion bodies distinguish the lesions of herpesviruses.
o Punch biopsy provides more reliable material for histological examination, particularly when lesions are infected with bacteria and fungi.
Detection of HSV DNA in clinical specimens is possible with polymerase chain reaction (PCR) techniques.
o In HSV encephalitis, PCR using CSF provides a rapid, noninvasive diagnostic technique that is as sensitive as brain biopsy. [11]
o PCR has been used to detect HSV-2 as the cause of recurrent meningitis (Mollaret) and has shown a strong association between HSV-1 and Bell's palsy.
o PCR can be used to detect asymptomatic viral shedding.
Direct fluorescent antigen (DFA): Cells scraped from ulcer bases can be stained with a direct fluorescent antibody, used to distinguish HSV-1 from HSV-2. Additionally, tissue culture cells can also be stained
(see above). This procedure can usually be performed within 2-3 hours.
Antibody testing can demonstrate a primary seroconversion, particularly with HSV-1 in childhood.[1]
o Because of sero–cross-reactivity, HSV-1 and HSV-2 are not generally distinguishable unless a glycoprotein G antibody assay is available. Testing for HSV-specific immunoglobulin M (IgM)
antibodies is not available.
o Antibody titer increases generally do not occur during recurrences of HSV infection. Therefore, the test is generally not used for the diagnosis of mucocutaneous HSV relapse.
o Antibody testing has been the mainstay of large-scale epidemiologic studies.
http://emedicine.medscape.com/article/218580-workup
248. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dibawa orangtuanya ke praktik dokter dengan keluhan kejang seperti menyentak pada seluruh tubuh 10 menit yang lalu. Lama serangan 2 menit. Saat serangan pasien tidak
sadar, keluar buih dari mulut. Ini merupakan serangan ketiga dalam 1 tahun terakhir. Dari anamnesis diketahui bahwa orangtua tidak menyangkal riwayat trauma kepala, demam sebelum serangan dan nyeri
kepala pada pasien ini. Pasien sudah pernah menjalani terapi untuk kasus yang sama sebelumnya dan karena alasan biaya, orangtua pasien tidak melanjutkan pengobatan lagi. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan. Apakah criteria penghentian pengobatan pada kasus di atas?
a. Penderita 6 bulan bebas kejang
b. Penderita 1 tahun bebas kejang
c. Penderita 2 tahun bebas kejang
d. Penderita minimal 2 tahun bebas kejang sengan pengurangan dosis bertahap
e. Pengobatan harus seumur hidup, tidak boleh dihentikan
Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE adalah sebagai berikut :
- Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau keluarga setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan
- Gambaran EEG normal
- Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3 – 6 bulan
- Bila digunkan lebih dari 1 OAE, maka pengehntian dimulai dari OAE yang bukan utama
Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Hlm. 20
Pada kejang demam penghentian obat 1 tahun bebas kejang, pengobatan diturunkan bertahap.
Sumber :
1. PERDOSI. (2006). Pedoman Tatalaksana Epilepsi. 2th edn. Hlm. 16
2. IDAI. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Hlm. 1, 12
249. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke poliklinik RS untuk kontrol kesehatan. Pasien memiliki riwayat pemasangan stent karna infark miokard 2 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
Gula Darah Sewaktu 185 mg/dl, Kolesterol total 190 mg/dl, HDL 40 mg/dl, LDL 130 mg/dl, Trigliserid 240 mg/dl.
Apakah manajemen yang paling tepat?
a. Tidak perlu diberikan obat golongan statin, dilakukan pengaturan pola hidup/makan
b. Diberikan obat golongan statin dengan target LDL <130 mg/dl
c. Diberikan obat golongan statin dengan target LDL <100 mg/dl
d. Diberikan obat golongan statin dengan target LDL <70 mmHg
e. Diberikan obat golongan fibrate dengan target TGL 150 mg/dl
Faktor resiko (selain kolesterol LDL) yang menentukan saran kolesterol yang ingin dicapai
250. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan dada tidak nyaman. Pasien adalah seorang perokok dan memiliki riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 90/60
mmHg, denyut nadi 160x/mnt dengan nadi kecil sulit diraba, frekuensi napas 26x/mnt. Pada pemeriksaan EKG didapatkan gambaran sebagai berikut:
251. Seorang anak laki-laki 14 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS dengan keluhan bengkak kebiruan yang terjadi pada lutut kiri setelah terjatuh. Dari anamnesis diketahui riwayat perdarahan yang sukar berhenti
ketika menjalani khitan. Pada pemeriksaan laboratoriurn darah didapatkan A 14g/dl, leukosit 8.000/mL. trombosit 225.000/mL, trombosit 225.000/mL, PT 11 (kontrol 12) dan APTT 40 (kontrol 30).
Apakah jenis kelainan yang terjadi pada kasus tersebut?
a. Kualitatif trombosit
b. Defisiensi faktor Von Willebrand
c. Koagulasi
d. Defisiensi vitarnin K
e. Pembuluh darah
APTT saja yang memanjang sedangkan PT normal 11 sedangkan kontrol 12
• Hemofilia A : defisiensi F VIII.
– 3. F VIIIAg : antigen.
252. Seorang anak laki-laki 14 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS dengan keluhan bengkak kebiruan yang terjadi pada lutut kiri setelah terjatuh. Dari anamnesis diketahui riwayat perdarahan yang sukar berhenti
ketika menjalani khitan. Pada pemeriksaan laboratoriurn darah didapatkan A 14g/dl, leukosit 8.000/mL. trombosit 225.000/mL, trombosit 225.000/mL, PT 11 (kontrol 12) dan APTT 40 (kontrol 30).
Apakah jenis kelainan yang terjadi pada kasus tersebut?
a. Kualitatif trombosit
b. Defisiensi faktor Von Willebrand
c. Koagulasi
Clinical cure of an uncomplicated tinea cruris infection usually can be achieved using topical antifungal agents of the imidazole or allylamine family. Consider patients unable to use topical treatments consistently or with
extensive or recalcitrant infection as candidates for systemic administration of antifungal therapy, which has been proven safe in immunocompetent persons.[8]
Prevention of tinea cruris reinfection is an essential component of disease management. Patients with tinea cruris often have concurrent dermatophyte infections of the feet and hands.
Treat all active areas of tinea cruris infection simultaneously to prevent reinfection of the groin from other body sites.
Advise patients with tinea pedis to put on their socks before their undershorts to reduce the possibility of direct contamination.
Advise patients with tinea cruris to dry the crural folds completely after bathing and to use separate towels for drying the groin and other parts of the body.
http://emedicine.medscape.com/article/1091806-treatment
Derivat imidazol
klotrimazol 1%, mikonazol 2%, ketokonazol 2%, ekonazol 1%, tiokonazol 1%, sertakonazol 2%
Golongan allilamin : naftitin 1%, butenafin 1%, terbinafin 1%
http://fkunand2010.files.wordpress.com/2013/05/dermatoterapi.ppt
257. Seorang perempuan berusia 18 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri pinggang kiri. Keluhan disertai demam, menggigil dan frekuensi berkemih yang menjadi semakin sering. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya bakteri batang gram positif dari urinenya.
Apakah mikroorganisme penyebab yang paling mungkin?
a. Chlamydia trachomatis
b. Leptosira interogans
c. E. coli
d. S. saprophyticus
e. S. Aureus
http://emedicine.medscape.com/article/245559-overview#aw2aab6b2b4
Chronic pyelonephritis is characterized by renal inflammation and fibrosis induced by recurrent or persistent renal infection, vesicoureteral reflux, or other causes of urinary tract obstruction. The diagnosis
of chronic pyelonephritis is made based on imaging studies such as ultrasound or CT scanning. It occurs almost exclusively in patients with major anatomic anomalies, most commonly in young children
with vesicoureteral reflux (VUR).[1]
http://emedicine.medscape.com/article/245464-overview
258. Seorang perempuan berusia 30 tahun dengan riwayat obstetri P1 datang ke klinik dokter umum dengan keluhan ingin mencegah kehamilan dengan kontrasepsi. Pasien baru saja melahirkan anak pertama 4 bulan
yang lalu dan masih menyusui.
Apakah pil kontrasepsi yang paling tepat?
a. Kombinasi estrogen-progesteron monofasik
b. Kombinasi estrogen-progesteron bifasik
c. Kombinasi estrogen-progesteron trifasik
d. Progestin-only pill
e. Estrogen-only pill
Pada ibu menyusui dapat menggunakan kontrasepsi yang prinsipnya tidak mengurangi jumlah ASI, terutama pada 6 bulan pertama di mana bayi belum mendapat makanan tambahan selain ASI. Yangg
dapat dipakai bisa KB nonhormonal atau hormonal, misalnya pil KB dr golongan progesteron rendah, atau suntikan yang hanya mengandung hormon progesteron yang disuntikan per 3 bulan.
Kontrasepsi yang mengandung estrogen tidak dianjurkan karena akan mengurangi jumlah ASI, misalnya Diane.
IUD cukup aman pada ibu menyusui dan banyak dipilih. Mengenai bergeser atau tidak tentu dokter akan tahu seandainya ibu datang kontrol minimal 6 bulan sekali.
Perlu diingat bahwa pil KB dengan dosis rendah progesteron untuk ibu menyusui, bekerja bersama-sama dalam mencegah dalam kehamilan. Jadi bila menyusui sudah jarang, sebaiknya jangan digunakan
lagi karena tidak akan memberi perlindungan yang optimal.
Untuk mendapat pil KB, tentu pertama kali harus ke layanan kesehatan untuk dicek ada tidaknya kontraindikasi dalam mengkonsumsinya. Biasanya pil KB utk menyusui, akan terdapat tanda di blisternya
berupa gambar payudara dan ada beberapa jenis dipasaran.
http://mommiesdaily.com/2010/02/02/expert-corner-kontrasepsi-untuk-ibu-menyusui/
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet.
Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram desogestrel. Sedangkan mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron.
http://www.lusa.web.id/kontrasepsi-pil-progestin-minipill-or-progestin-only-contraceptive/
Lihat juga :
http://www.lusa.web.id/pil-kombinasi-combination-oral-contraceptive-pill/
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK138636/
259. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang dengan keluhan gatal pada beberapa bagian tubuhnya pada pemeriksaan didapatkan lesi berupa sisik putih tebal di daerah kulit kepala, kedua siku, kedua lutut dan
bagian bokong.
Bagaimana pemilihan preparat untuk pengobatan pasien tersebut ?
a. Lesi di kepala menggunakan salep pada bagian lain berupa krim
b. Lesi di kepala menggunakan bedak kocok, pada bagian lain berupa krim.
c. Lesi di kepala menggunakan cairan tingtura, pada bagian lain berupa krim
d. Lesi di kepala menggunakan bedak, pada bagian lain berupa salep.
e. Semua lesi menggunakan salep.
260. Seorang bayi perempuan 8 bulan dibawa ibunya datang ke puskesmas karena mencret sejak 4 hari yang lalu. Mencret 10-15 kali setiap harinya, cair tanpa darah atau lendir. Keluhan disertai batuk pilek, agak
demam, dan muntah-muntah 3-4 kali sehari. Sejak usia 3 bulan bayi hanya diberikan susu formula. Pada pemeriksaan fisik ditemukan: kesadaran somnolent, denyut nadi 130X/menit reguler isi kurang, respirasi
60X/menit dan suhu 37.5°C. Kepala: ubun-ubun sangat cekung, Mata: sangat cekung dan air mata tidak ada. Mulut: mukosa mulut kering. Abdomen: inspeksi agak cembung, auskultasi bising usus meningkat,
palpasi: hepar/lien tidak teraba, turgor kulit kembali sangat lambat, perkusi: timpani. Pada anus didapatkan diaper rash. Pemeriksaan laboratorium: Darah: Hb 14.8 g%, leukosit 8100/mm3. Tinja: Cair, leukosit 1-
2/LPB eritrosi, amoeba dan telur cacing (-), pH tinja 5, Clinitest(+), Natrium 138 meq/L.
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. diare tanpa dehidrasi
b. diare dengan dehidrasi ringan
c. diare dengan dehidrasi ringan sedang
d. diare dengan dehidrasi sedang
e. diare dengan dehidrasi berat
Penilaian A B C
5. Rasa haus Minum biasa,tidak haus Sangat haus Malas minum,tidak bisa minum
PEMERIKSAAN CLINITEST
Clinitest adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan tablet clinitest yang digunakan untuk mendeteksi adanya zat-zat dalam feses yang mereduksi tembaga yang terdapat dalam tablet clinitest tersebut. Zat-zat
tersebut adalah monosakarida seperti glukosa, laktosa, fruktosa, galaktosa, dan pentosa. Clinitest ini dapat digunakan untuk membedakan diare yang disebabkan oleh karena ekskresi abnormal gula (monosakarida) dan
diare yang disebabkan oleh karena kuman. Prinsip Clinitest Gula (monosakarida) akan mereduksi tembaga. Warna larutan yang dihasilkan dibandingkan dengan warna baku pada color chart. Bahan Pemeriksaan Feses (feses
padat dan cairannya dicampur terlebih dahulu sebelum diperiksa) Bahan pemeriksaan ini harus segera diperiksa dalam waktu 1 jam atau dapat disimpan dalam lemari es paling lama 4 jam. Alat Sentrifus Aquadest Pipet
Tabung reaksi Color chart Faeces container Penangas air Rak tabung reaksi Tang penjepit
Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang berkembang pada daerah yang tertutup popok
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:16qrcD-4PVoJ:http://www.scribd.com/doc/93018781/CLINITEST%2Bclinitest+adalah&hl=en&gbv=2&ct=clnk
261. Seorang perempuan berusia 17 tahun dibawa oleh tetangganya karena ditemukan kejang berulang lebih dari 10 kali sejak 1 jam yang lalu. Di antara kejang pasien tidak sadar. Pasien diketahui mengidap epilepsi,
namun sejak 1 bulan yang lalu sering tidak makan obat Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Apa diagnosis yang paling tepat?
a. Epilepsi refrakter
b. Reaksi konversi
c. Status epileptikus
d. Epilepsi katamenial
e. Epilepsi umum sekunder
262. Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sakit ditelinga kiri sejak 3 hari yang lalu disertai rasa demam. Keadaan umum tampak sakit sedang dan pada anamnesis, penderita baru tiba
dari tanah suci dengan menumpang pesawat terbang seminggu lalu. Pada pemeriksaan otoskopi telinga kiri tampak pembuluh darah gendang telinga melebar dan hiperemis. Pendengaran agak terganggu.
Apakah penanganan yang tepat dilakukan ?
a. Mastoidektomi
b. Operasi Cadwell-Luc
c. Pemberian dekongestan
d. Pemberian obat penenang
e. Tindakan Proetz
Sinus barotrauma ("sinus squeeze") is another relatively common diving injury usually resulting from transient nasal pathology or chronic sinusitis. Blockage of the sinus ostium may cause
a relative negative pressure in a sinus cavity during descent. This causes engorgement with mucosal edema and can result in bleeding into the sinuses. Sinus barotrauma manifests as
acute onset of facial pain with epistaxis.[6] Other types of barotrauma include barodontalgia ("tooth squeeze"), inner ear barotrauma, and mask squeeze. Treatment for both sinus and
middle ear barotrauma includes the use of decongestants and analgesics. Systemic antibiotics for prophylactic treatment of otitis media may be considered in middle ear barotrauma
with tympanic membrane perforation. Tympanic membrane rupture should be allowed to completely heal before diving again.
http://www.medscape.com/viewarticle/710379_3
Symptoms
Dizziness
Ear pain
Nosebleed
During an inspection of the ear, the health care provider may see a slight outward bulge or inward pull of the eardrum. If the condition is severe, there may be blood or bruising behind the eardrum.
Treatment
To relieve ear pain or discomfort, first try to open the eustachian tube and relieve the pressure.
Chew gum
Inhale, and then gently exhale while holding the nostrils closed and the mouth shut
Suck on candy
Yawn
When flying, do not sleep during the descent. Use these measures frequently to open the eustachian tube. Allow infants and children to nurse or sip a drink during descent.
Divers should descend and ascend slowly. Diving while you have allergies or a respiratory infection is dangerous, because barotrauma may be severe.
If self-care attempts do not relieve your discomfort within a few hours, or if the barotrauma is severe, you may need medical intervention.
Antihistamines
Steroids
These medications may relieve nasal congestion and allow the eustachian tube to open. Antibiotics may prevent ear infection if barotrauma is severe.
If the tube will not open with other treatments, surgery may be necessary. A surgical cut is made in the eardrum to allow pressure to become equal and fluid to drain (myringotomy). However, surgery is rarely necessary.
If you must make frequent altitude changes or you are susceptible to barotrauma, you may have tubes surgically placed in the eardrum. This is not an option for scuba diving.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001064.htm
263. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dibawa kader posyandu ke puskesmas karena diduga kekurangan gizi. Pemeriksaan fisik menunjukkan gigi anak itu banyak yang hilang, radang di gusi, kulit penuh bercak
kemerahan dan banyak luka di lengan dan kaki yang belum sembuh. Kader posyandu itu juga mengatakan bahwa si anak sering sakit-sakitan. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Beri-beri d. Pellagra
b. Impetigo e. Scurvy
c. Kwashiorkor
Gejala klinis yang ditemukan pada bayi selalu gelisah, rasa sakit dan demam. Ekstremitas pada otot mengalami spasme dan berusaha untuk menggerakkannya sehingga anak menangis karena rasa sakit.
Bengkak terpalpasi di atas tulang yang merupakan akibat perdarahan sub periostal memberikan gambaran yang mirip dengan perdarahan sub mukosa ditempat lain seperti gusi. Jika baru terjadi perdarahan, bengkak
menjadi lunak dan berfluktuasi. Perdarahan, biasanya mudah terbentuk diatas atau dibawah lutut, imobilisasi volunter dari ekstremitas merupakan bentuk pseudoparalysis.(1,11,15)
Gusi terlihat kebiru-biruan, bengkak yang lunak terutama pada gigi seri sentral atas. Kerapuhan dari kapiler-kapiler darah akibat kekurangan vitamin C dapat diketahu melalui pemeriksaan tourniquette
dimana akan terjadi perdarahan dibawah kulit atau petechie. Hematemesis dan hematuri dapat terjadi. Saat penyakit memburuk ditandai dengan anorexia, penurunan berat badan, anemia progresif, pneumoni dan
berakhir dengan kematian. Pada femur bagian bawah, tibia bagian atas dan humerus bagian atas merupakan bagian yang paling sering terkena separasi fraktur epifise. Penyembuhan fraktur setelah diberikan pengobatan,
dan ossifikasi endokondral yaitu yang terbentuk tulang, meskipun epifise menyatu bukan pada posisinya, pertumbuhan longitudinal lanjut akan memberikan kontur yang normal. (1,4,13)
Bentuk ringan dari scurvy lebih sering ditemukan pada anak-anak iritabilitas, susah tidur, menangis pada waktu malam serta nyeri yang disebabkan akibat pergerakan ekstremitas pada metafise lutut merupakan gejala yang
biasa ditemukan.
http://skydrugz.blogspot.com/2012/05/refarat-scurvy-defisiensi-vitamin-c.html
Symptoms and signs of scurvy may be remembered by the 4 Hs: hemorrhage, hyperkeratosis, hypochondriasis, and hematologic abnormalities.
The initial symptoms of scurvy are nonspecific and include the following:
Malaise
Lethargy
Loss of appetite
Peevishness (ill-tempered)
Diarrhea
Tachypnea
Fever
After 1-3 months of severe or total vitamin C deficiency, patients develop shortness of breath and bone pain. Myalgias may occur because of reduced carnitine production. Skin changes with roughness, easy bruising and
petechiae, gum disease, loosening of teeth, poor wound healing, and emotional changes occur. Dry mouth and dry eyes similar to Sjögren syndrome may occur.
Irritability
Pseudoparalysis
Hemorrhage
In the late stages, jaundice, generalized edema, oliguria, neuropathy, fever, and convulsions can be seen. Left untreated scurvy progresses, with potentially fatal complications, including cerebral hemorrhage or
hemopericardium.
Infantile scurvy
Infantile scurvy is uncommon before age 7 months, and clinical and radiographic manifestations rarely occur in infants younger than 3 months. Early clinical manifestations consist of pallor, irritability, and poor weight gain.
In advanced infantile scurvy, the major clinical manifestation is extreme pain and tenderness of the arms and, particularly, the legs. The baby is miserable and tends to remain in a characteristic immobilized posture from
subperiosteal pain, with semiflexion of the hips and the knees ("frog leg posture"), as described by Thomas Barlow in 1884.
The body is both wasted and edematous, and petechiae and ecchymoses are commonly present. Hyperkeratosis, corkscrew hair, and sicca syndrome are typically observed in adult scurvy but rarely occur in infantile scurvy.
The case of an infant with diffuse, nonscarring alopecia of the scalp and radiologic features of scurvy was reported in India in 2008.[24]
Circulatory system
Hypotension may be observed late in the disease. This may be due to an inability of the resistance vessels to constrict in response to adrenergic stimuli. Heart complications include cardiac enlargement,
electrocardiographic (ECG) changes (reversible ST-segment and T-wave changes), hemopericardium, and sudden death. Bleeding into the myocardium and pericardial space has been reported. High-output heart failure due
to anemia can be observed. A case report describes pulmonary hypertension in a patient with vitamin C deficiency who was completely reversed with vitamin C replacement. [25]
Anemia develops in 75% of patients, resulting from blood loss into tissue, coexistent dietary deficiencies (folate deficiency), altered absorption and metabolism of iron and folate, gastrointestinal blood loss, and
intravascular hemolysis. The anemia is most often characterized as normochromic and normocytic.
Nervous system
Ocular features include those of Sjögren syndrome, subconjunctival hemorrhage, and bleeding within the optic nerve sheath. Scleral icterus (late, probably secondary to hemolysis); and pale conjunctiva are seen.
Funduscopic changes include cotton flame-shaped hemorrhages, and cotton-wool spots may be seen. Bleeding into the periorbital area, eyelids, and retrobulbar space also can be seen. Proptosis of the eyeball secondary to
orbital hemorrhage is a sign of scurvy.
Perifollicular hyperkeratotic papules, perifollicular hemorrhages, purpura, and ecchymoses are seen most commonly on the legs and buttocks where hydrostatic pressure is the greatest. The central hairs are twisted like
corkscrews, and they may become fragmented. Poor wound healing and breakdown of old scars may be seen. Capillary fragility can be checked by inflating a blood pressure cuff and looking for petechiae on the forearm. In
the nails, splinter hemorrhages may occur.
In advanced cases, clinically detectable beading may be present at the costochondral junctions of the ribs. This finding is known as the scorbutic rosary (ie, sternum sinks inward) and may occur in children. The scorbutic
rosary is distinguished from rickety rosary (which is knobby and nodular) by being more angular and having a step-off at the costochondral junction. Fractures, dislocations, and tenderness of bones are common in children.
Bleeding into the joints causes exquisitely painful hemarthroses. Subperiosteal hemorrhage may be palpable, especially along the distal portions of the femurs and the proximal parts of the tibias of infants. Bleeding into
the femoral sheaths may cause femoral neuropathies, and bleeding into the muscles of the arms and the legs may cause woody edema.
Gastrointestinal system
Gum hemorrhage occurs only if teeth have erupted and usually involve the tissue around the upper incisors. The gums have a bluish-purple hue and feel spongy. Gum swelling, friability, bleeding, and infection with loose
teeth also occur, as do mucosal petechiae.
Loss of weight secondary to anorexia is common. Upper endoscopy may show submucosal hemorrhage. Rarely, hematuria, hematochezia, and melena are noted.
http://emedicine.medscape.com/article/125350-clinical
264. Seorang anak perempuan berusia 1 tahun dibawa ibunya datang ke puskesmas dengan keluhan sesak napas disertai suara mengi. Keluhan dialami sejak sehari yang lalu. Riwayat pilek 3 hari sebelumnya dan
sekarang keadaan pasien makin memburuk. Pada pemeriksaan fisis didapatkan frekuensi napas 35x/i dengan pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada, auskultasi ditemukan wheezing ekspiratori dan
inspiratori. Apakah diagnosi yang paling tepat ?
266. Seorang laki-laki berusia 70 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan kesadaran menurun sejak 1 jam yang lalu. Keluhan diawali dengan mual, muntah, dan berkeringat dingin. Riwayat hipertensi sejak 10 tahun
terakhir. Pemeriksaan fisik didapatkan GCS 13, TD 100/70 mm Hg, HR 80x.i, RR 20x/i, T 36°C. pemeriksaan EKG didapatkan elevasi pada segmen ST di V1-V4, T inverted di V1-V4, dan penurunan gelombang Q.
Apakah diagnosis yang paling mungkin ?
a. Infark miokard
b. Syok kardiogenik
c. Cardio respiratory arrest
d. Total AV block
e. Takikardi supraventikular
267. Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun diantar oleh bapaknya dengan keluhan sesak. Hasil pemeriksaan fisik criteria sesak menurut Jackson adalah grade III. Suhu subfebril. Pada pemeriksaan faring ditemukan
adanya pseudomembran putih abu-abu pada kedua tonsil yang sulit dilepas, bila dilepas akan berdarah. Apakah tindakan yang harus dilakukan ?
a. Pemberian O2
b. Trakeostomi
c. Foto thoraks
d. Pemberian cairan IV
e. Pemberian kortikosteroid IV
268. Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke poliklinik untuk pemeriksaan kesehatan. Keluhan saat ini susah tidur karena terbangun 3-4 kali untuk berkemih dan volume air kemih cukup banyak. Dari hasil
pemeriksaan fisis ditemukan IMT 29 kg/m². Hasil laboratorium glukosa darah puasa 150 mg/dl, glukosa darah 2 jam setelah makan 204 mg/dl. Riwayat DM dalam keluarga disangkal. Apakah penatalaksanaan awal
yang paling tepat ?
a. Diet rendah kalori
b. Diet dan olahraga
c. Diet dan obat anti diabetes oral
d. Diet dan insulin
e. Obat anti diabetes oral
269. Seorang laki-laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD RS dengan penurunan kesadaran. Dua minggu sebelumnya pasien mengalami panas tinggi setelah pulang dari eksplorasi hutan di Papua. Pasien sudah berobat ke
dokter tapi tidak sembuh. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien koma, TD 150x/i, HR 100x/i, dan T 40,8°C. pemeriksaan funduskopi ditemukan gambaran warna putih pada daerah perimakular dan perdarahan
retinal pale-centered seperti gambar berikut.
http://www.google.com/url?q=http://repository.unand.ac.id/18458/2/UVEA.ppt&sa=U&ei=dDuEUu3PEIbkswaR0YCACw&ved=0CBgQFjAA&usg=AFQjCNEH4qWiYfN5-sEqhpyibxHdWB9Thw
http://internis.files.wordpress.com/2011/01/malaria-berat.pdf
270. Seorang perempuan 60 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan utama nyeri pada lutut kanan, nyeri dialami sejak 2 tahun lalu. Nyeri dirasakan bertambah berat bila melakukan aktifitas. Pasien
kemudian dirujuk ke radiologi untuk pemeriksaan foto Genu. Hasil foto Genu terlihat pada gambar dibawah ini:
PNEUMOTHORAKS, merupakan udara yag terjebak pada rongga pleura. Penyebab : trauma/ujung CVP yang menyebabkan udara masuk dalam rongga dada.
http://www.ilmukesehatan.asia/kritis/kelainan-pada-paru.html
272. Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dada terutama sebelah kanan. Keluhan ini dialami sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien didiagnosa efusi pleura 2 tahun yang lalu
dan telah mendapat pengobatan. Hasil foto thorax seperti pada gambar:
http://www.unhas.ac.id/lkpp/kedok/dr.Ada.-tdak.pdf
Gram stain of the ulcer exudates may reveal short, plump, gram-negative rods in the classic school of fish appearance. Ulcer biopsy should reveal 3 distinct zones. The most superficial
zone contains erythrocytes, fibrin, necrotic tissue, and neutrophils. The next zone consists of marked endothelial cell proliferation and many thrombosed new blood vessels. The deepest
layer is characterized by a dense infiltrate of plasma and lymphoid cells.
http://emedicine.medscape.com/article/214737-workup#showall
280. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke praktik dokter umum dengan keluhan kaku pada sendi jari tangan. Menurut pasien rasa kaku terutama dirasakan pada kedua tangan, dan terutama dirasakan pada
pagi hari setelah bangun. Pasien juga merupakan penderita DM tipe 2. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya bengkak pada sendi bersifat simetris pada kedua tangan serta terdapat deformitas pada jari-jari
yang dikeluhkan nyeri. Apakah pemeriksaan baku emas untuk penegakan diagnosis?
a. Faktor rheumatoid
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6209/1/bedah-sahala.pdf
283. Seorang laki-laki berusia 70 tahun dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit karena mengalami pembengkakan lidah yang berlangsung cepat dalam 5 jam terakhir. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lidah
membengkak (seperti pada gambar), dan tidak ditemukan adanya urtikaria, rash, bronkospasme maupun kemerahan pada wajah. Tidak ada kontak dengan zat allergen baik dari makanan maupun sengatan
serangga. Pasien diketahui hanya mengkonsumsi beberapa jenis obat seperti aspirin, simvastatin, diltiazem dan enalapril. Sehari setelah diberhentikan konsumsi enalapril (ACE-Inhibitor), keadaan pasien membaik.
These are when lesions recur in the same area when the same drug is given.
Plaques are circular, violaceous and oedematous and they resolve with macular hyperpigmentation. The latent period is half an hour to eight hours after taking the drug. Perioral and periorbital lesions
may occur, but the hands, feet, and genitalia are the usual sites to be involved.
Fixed drug eruptions are well-recognised with many drugs including anticonvulsants, aspirin and NSAIDs, benzodiazepines, cetirizine, ciprofloxacin, clarithromycin, doxycycline, fluconazole, hydroxyzine,
lamotrigine, loratadine, metronidazole, oral contraceptives, penicillins, phenytoin, sulphonamides, tetracyclines and zolmitriptan.
http://www.patient.co.uk/doctor/Drug-Eruptions.htm#