Makalah Promosi Kesehatan
Makalah Promosi Kesehatan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2019/2020
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar
peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka
mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis
dan produktif dengan melibatkan semua sector terkait termasuk swasta dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka memajukan kesehatan
masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi
promosi kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan khususnya kepada
masyarakat.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi kesehatan kami membuat makalah ini
dengan judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi
kesehatan yang ditunjukan kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat.
Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Dasar Promosi Kesehatan,
juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca untuk mengetahui tentang
bagaimana strategi promosi kesehatan.
Pertanyaan Kajian
1. Apa yang dimaksud dengan strategi promosi kesehatan?
2. Bagaimana strategi advokasi promosi kesehatan?
3. Bagaimana strategi bina usaha promosi kesehatan?
4. Bagaimana strategi pemberdayaan promosi kesehatan?
5. Bagaimana strategi kemitraan promosi kesehataan?
3.1.4. Sasaran
Sasaran advokasi meliputi sasaran kepada perorangan dan kepada sasaran
publik (masyarakat). Sasaran perorangan dapat dilakukan melalui komunikasi
interpersonal sedangkan untuk sasaran publik dilakukan melalui media massa dan
kampanye. Sasaran menurut jenjang administrasi adalah :
1. Pengambilan kebijakan di tingkat pusat seperti : DPR (komisi 7), parpol,Menteri
Dirjen departemen terkait,BAPPENAS, Lembaga Donor (WHO, World Bank,
UNICEF, ADB), organisasi profesi, LSM Nasional dan Internasional.
2. Pengambilan kebijakan di tingkat daerah/Propinsi seperti: DPRD (Komisi E),
parpol, BAPPEDA, Gubernur dan asisten kesejahteraan rakyat,Ka.Din.Kes Tkt I,
Lembaga donor, organisasi profesi, LSM internasional, nasional dan propinsi.
3. Pengambil kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kota seperti : DPRD
Kabupaten/Kota/Komisi E, parpol BAPPEDA, Bupati/Walikota dan Bagan
Kesejahteraan rakyat, Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi profesi,
LSM, Institusi pendidikan, Institusi Kesehatan dan Non Kesehatan, Lembaga
swasta /industri (tempat umum dan tempat Akerja)
10 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Pelaksanaan
1. Lakukan advokasi PHBS dengan penyajiann yang menarik dengan
menggunakan metode dan teknik yang tepat.
2. Adanya tanya jawab, tanggapan dan masukan-masukan untuk
menyempurnakan program yang sudah ada.
3. Simpulkan dan sepakati hasilnya.
4. Buat laporan tertulis hasil advokasi dan sebarluaskan pada sasaran yang
terkait.
5. Lakukan tindak lanjut kegiatan berdasarkan kesepakan bersama.
11 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.1.8. Bentuk-bentuk Kegiatan Advokasi Menurut Sasaran.
NO SASARAN ALTERNATIF BENTUK
KEGIATAN
1. Lintas sektor -Loby (pendekatan)
-Pertemuan rutin
-Lokakarya
-Rapat koordikasi
-Sarasehan
-Dialog interaktif
12 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.1.10. Kendala dalam Advokasi
1. Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi yang sama
terhadap promosi kesehatan dan paradigma sehat.
2. Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya kuratif.
3. Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap petugas dalam
upaya kesehatan.
13 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
8) Dia memulai rapat tepat waktu, menjelaskan maksud dan tujuan dengan
semangat dan membuat diskusi hidup, mampu menentukan kapan rapat
selesai.
3. Cara menyiapkan model media advokasi.
1) Media advokasi dapat dibuat sederhana, berupa tulisan, ilustrasi, tetapi dapat
juga dibuat canggih.
2) Inti pembicaraan harus jelas dan tidak terlalu banyak informasi.
3) Jika meminta sumbangan/bantuan sebutkan kgunaannya dan berupa apa
(fikiran,tenaga atau dana).
4) Tunjukkan aspek manuasiawi sehingga yang baca mau berbuat.
5) Desain harus bagus termasuk ukuran, gambar,/ilustrasi, huruf jika
menyajikan data ilmiah sajikan dengan bahasa sederhana,mantap dan efektif.
6) Cantumkan logo.
7) Distribusikan media.
3.3.2. Tujuan
Diperolehnya berbagai pencipta opini yang ada di masyarakat ehingga
dapat menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan norma situasi,
kondisi masyarakat yang mendukung tercapainya PHBS disemua tatanan.
14 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.3.4. Sasaran
Sasaran bina suasana terbagi atas :
1. Sasaran individu
a. Anggota legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)
b. Anggota Eksekutif (Lembaga Pemerintah)
c. Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/Hukum)
d. Tokoh masyarakat, Tokoh adat
e. Tokoh Agama
f. Petugas
g. Kader
2. Sasaran kelompok-
a. Organisasi massa (organisasi pemuda, organisasi wanta, organisasi
agama, dan lain-lain)
b. Oganisasi profesi, dunia usaha/swasta
c. Kelompok peduli kesehatan
3. Sasaran massa/publik
Masyarakat yang bisa dijangkau melalui media massa (cetak dan
elektronik) seperti koran/majalah, radio dan TV baik pemerintah maupun
swasta serta media tradisional.
15 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
- Pertunjukkan tradisional
- Diskusi meja bundar
- Pertemuan berkala di desa
- Kunjungan lapangan
- Studi banding
16 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
e) Continuity (kesinambungan)
Sudah berapa lamakah organisasi ini melakukan kegiatan?
Sudah pernahkah menangani kegiatan yang serupa?
Apakah memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya untuk jangka
panjang?
Menyiapkan paket informasi (information kit) seperti brosur,poster
dan lain-lain
Metode atau cara yang dapat dilakukan
Waktu dan tempat
Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
17 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.3.9. Indikator Keberhasilan
a) Ada peningkatan jumlah kegiatan dan jaringan kemitraan.
b) Ada forum komunikasi.
c) Ada dokumentasi kegiatan.
d) Ada kesepakatan lisan dan tulisan.
e) Ada opini publik
18 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.3.11. Contoh Kegiatan Bina Suasana.
1) Adanya foum bersama antara departemen kesehatan RI dengan forum
kumunikasi LSM AIDS se Jabodetabek (FKLOPA)
2) Adanya bantuan pengadaan jamban dari tim penggerak PKK kabupaten
tanggerang dalam rangka mendukung program PHBS di tatanan rumah
tangga
3) Adanya peraturan dilarang merokok bagi seluruh gedung perkotaan
pemerintah
4) Pertemuan dengan tokoh-tokoh agama (MUI,PGIPHDI,WALUBI) untuk
menyebarluaskan pentingnya PHBS bagi umat pada acara-acara keagamaan
(khotbah jumat,hari minggu dan lain-lain)
5) Pertemuan dengan tokoh-tokoh agama islam untuk memberi contoh PHBS
dan GJB (Gerakan Jumat Bersih)
19 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses dinamis yang dimulai dari ketika
masyarakat langsung belajar dari tindakan.
Meskipun masyarakat umumnya didefinisikan sebagai sekelompok orang yang
tinggal di lokasi yang sama dan di bawah pemerintahan yang sama, namun definisi kerja
pemberdayaan berfokus pada dimensi tindakan kolektif yaitu masyarakat sebagai sebuah
kelompok yang berbagi kepentingan bersama, sehingga anggotanya termotivasi untuk
terlibat dalam aksi kolektif (Brinkerhoff dan Azfar, 2006). Ife (2002) bahwa pemberdayaan
masyarakat setidaknya membutuhkan enam tahapan yang perlu dilalui untuk mewujudkan
change from below,yaitu; 1) pemilahan antara proses dan hasil, 2) pentingnya
pengintegrasian proses, 3) peningkatan kesadaran, 4) partisipasi sebagai bagian dari
demokrasi, 5) membangun kerja sama, dan 6) community building.
Hubley (2002) mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan (health empowerment),
sadar kesehatan (health literacy), dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan
dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Sebagai suatu proses yang komprehensif,
Labonte dan Laverack (2008) mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa
komponen, yaitu pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil,
pengorganisasian masyarakat, kemitraan, aksi sosial, dan politik. Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup luas.
Barr (1995) menyarankan agar program pemberdayaan sebaiknya difokuskan pada
sebagian kecil masyarakat dan dimulai dari kebutuhan nyata di masyarakat agar berjalan
secara maksimal. Kelompok masyarakat yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri adalah
fasilitas yang paling efektif untuk upaya pemberdayaan masyarakat. Tersedianya dan
efektivitas kelembagaan akan sangat berpengaruh terhadap pemberdayaan (Mardikanto,
2010). Wallerstein dan Sanchez-Merki (1994) mengusulkan kolaborasi pemberdayaan,
sebab ditinjau dari konsep promosi kesehatan, pemberdayaan dan pembangunan
mendorong peningkatan kapasitas masyarakat.
Beberapa tonggak pencapaian perkembangan adopsi pemberdayaan ke dalam
konsep promosi kesehatan antara lain: Wallerstein (1992) menyatakan bahwa pendidikan
pemberdayaan masyarakat diadopsi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan kesehatan,
efektivitas program, dan menjaga kelestarian (sustainability) program. Selanjutnya,
Nutbeam (1998) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan.
20 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: (a) merancang keseluruhan program; (b) menetapkan tujuan yang
ditetapkan pada tahap perencanaan; (c) memilih strategi pemberdayaan; (d) implementasi
strategi dan manajemen, dilakukan dengan cara: meningkatkan peran serta pemangku
kepentingan (stakeholder), menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
mengembangkan kepemimpinan lokal, membangun keberdayaan struktur organisasi,
meningkatkan mobilisasi sumber daya, meningkatkan kontrol stakeholder atas manajemen
program, dan membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar; (e) evaluasi program,
dan (f) perencanaan tidak lanjut (Sumaryadi, 2005).
WHO dalam Depkes RI (2006) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai proses
pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan determinan-determinan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan mereka. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2006). Menolong diri sendiri
artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah potensial (yang mengancam)
dengan cara mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi
dengan menanganinya secara efektif dan efisien (Hartono, 2010).
Berkaitan dengan pemberdayaan yang mendorong masyarakat mandiri, Clark
(2002) menyebutkan bahwa suatu masyarakat dapat disebut mandiri secara kesehatan jika
memiliki beberapa kemampuan, yaitu; 1) mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan, 2) mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
dengan menggali potensi yang ada, 3) memelihara dan melindungi diri mereka dari
berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan, dan 4)
meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam
kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
21 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan
keluarga (income gener¬ating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat,
terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat"
untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).
22 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi
dan sebagainya.
23 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Kemitraan
3.5.1. Teori Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang
menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami
kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan menemukan alternatif yang kreatif
bagi pemikiran dan perilaku dominator merupakan langkah pertama ke arah
membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa ini, gaya-gaya seperti perintah
dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan orang adalah
tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan yang berpengetahuan
yang menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum
(Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal
antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra”
atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan
yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk
mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran
masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan
serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)
24 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.5.2. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing naggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus
merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai
tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta
berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota
lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya
kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi
dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh
manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing.
Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan
bersama.
25 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini
karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap
program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan
kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi
belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak
maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap
dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan
masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas
baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan
sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:
a. SK bersama
b. MOU
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja
26 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.5.4. Langkah-langkah Kemitraan
Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan kepada masing-masing
sektor untuk melaksanakan visi dan misinya. Namun kemitraan juga merupakan
suatu pendekatan yang memerlukan persyaratan, untuk itu diperlukan langkah
langkah tahapan sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
2. Seleksi masalah
3. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui suratmenyurat,
telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART.
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra
dalam upaya mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan, kunjungan
kedua belah pihak, dll
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang
tersedia di masing-masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan, maka
setiap pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan.
6. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan
jadwal kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab
7. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
8. Pemantauan dan evaluasi
27 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Wujudnya bisa berupa ketidaksetujuan kecil sampai ke perkelahian (Purnama,
2000).
Konflik dalam organisasi biasanya terbentuk dari rangkaian konflikkonflik
sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan diabaikan oleh manajemen merupakan
potensi munculnya konflik yang lebih besar dan melibatkan kelompok-kelompok
dalam organisasi. Umstot (1984) menyatakan bahwa proses konflik sebagai sebuah
siklus yang melibatkan elemen-elemen : 1) elemen isu , 2) perilaku sebagai respon
dari isu-isu yang muncul, 3) akibat-akibat, dan 4) peristiwa-peristiwa pemicu.
Faktor-faktor yang bisa mendorong konflik adalah:
1) perubahan lingkungan eksternal,
2) perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,
3) perkembangan teknologi,
4) pencapaian tujuan organisasi, dan
5) struktur organisasi.
Menurut Myer dalam Purnama (2000), terdapat tiga bentuk konflik dalam
organisasi, yaitu :
1) Konflik pribadi, merupakan konflik yang terjadi dalam diri setiap individu
karena pertentangan antara apa yang menjadi harapan dan keinginannya dengan
apa yang dia hadapi atau dia perolah,
2) Konflik antar pribadi, merupakan konflik yang terjadi antara individu yang satu
dengan individu yang lain, dan
3) Konflik organisasi, merupakan konflik perilaku antara kelompok-kelompok
dalam organisasi dimana anggota kelompok menunjukkan “keakuan
kelompoknya” dan membandingkan dengan kelompok lain, dan mereka
menganggap bahwa kelompok lain menghalangi pencapaian tujuan atau
harapan-harapannya.
28 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi
kesehatan.
Secara umum strategi promosi kesehatan ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi
(Advocacy), Bina Suasana, dan Gerakan Masyarakat.
Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan ada sendiri agar masyarakat lebih mudah
untuk mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam pemilihan
strategi promosi kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi
promosi kesehatan program-programnya semakin berkembang dan tidak salah sasaran.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyaraka, dan dengan promosi
kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai analis
kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.
29 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
30 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N