Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

Strategi Promosi Kesehatan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN PEKALONGAN

2019/2020
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2

1. Luthfiana Munandika Nurulita (15.0093.F)


2. Miftahurohmah Ramadanti (15.0098.F)
3. Nailul Hidayati (15.0105.F)
4. Nikmah Zahidah (15.0105.F)
5. Poetri Rahmadhania (15.0112.F)
6. Turyati (15.0129.F)
7. Hira Maizuroh Hamzah (15.0138.F)
8. Umi Rahmawati (15.0139.F)
9. Muhammad Fathan Zein (18.0369.F)
10. Muhammad Mahruj Awaludin (18.0371.F)
11. Naila Iva Amalina P.S (18.0375.F)
12. Natasya Fauzia Alifiani (18.0376.F)
13. Nunung Mufida (18.0379.F)
14. Nur Asmiyati (18.0380.F)
15. Nurul Falakh (18.0383.F)
16. Rima Widiyanti (18.0386.F)
17. Riska Wulandari (18.0387.F)
18. Rizki Damayanti (18.0388.F)
19. Salsa Fatikhatur Rizqillah (18.0391.F)
20. Savana Valentina (18.0392.F)
21. Shinta Andriyawati (18.0393.F)
22. Ulfa Hanifah (18.0396.F)
23. Vania Safabela (18.0398.F)
24. Vira Septiya (18.0400.F)
25. Widiyastuti (18.0403.F)
26. Yara Afif Alfatih (18.0405.F)
27. Yuliana Nurul Safitri (18.0407.F)

1|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


DAFTAR ISI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 ..........................................................................................................1


DAFTAR ISI .........................................................................................................................................2
BAB I .................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
Latar Belakang ...............................................................................................................................3
Tujuan ...........................................................................................................................................3
Manfaat .........................................................................................................................................4
Pertanyaan Kajian ..........................................................................................................................4
BAB II ................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................................................5
Strategi Promosi Kesehatan ............................................................................................................5
BAB III ...............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................6
Pengertian Strategi Promosi Kesehatan ..........................................................................................6
Strategi Advokasi Kesehatan...........................................................................................................6
Strategi Bina Suasana ................................................................................................................... 14
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan ................................................................. 19
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ............................................................................................... 22
Prinsip pemberdayaan masyarakat ............................................................................................... 23
Indikator hasil pemberdayaan masyarakat.................................................................................... 23
Kemitraan .................................................................................................................................... 24
BAB IV ............................................................................................................................................. 29
PENUTUP ......................................................................................................................................... 29
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................. 29
4.2 Saran ...................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 30

2|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar
peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka
mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis
dan produktif dengan melibatkan semua sector terkait termasuk swasta dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka memajukan kesehatan
masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi
promosi kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan khususnya kepada
masyarakat.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi kesehatan kami membuat makalah ini
dengan judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi
kesehatan yang ditunjukan kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat.

Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Dasar Promosi Kesehatan,
juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca untuk mengetahui tentang
bagaimana strategi promosi kesehatan.

3|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian srategi promosi kesehatan.
2. Dapat mengetahui bagaimana Strategi Advokasi Promosi Kesehatan
3. Dapat mengetahui bagaimana srategi bina usaha promosi kesehatan.
4. Dapat mengetahui bagaimana Srategi Pemberdayaan Promosi Kesehatan.
5. Dapat mengetahui bagaimana strategi Kemitraan Promosi Kesehatan

Pertanyaan Kajian
1. Apa yang dimaksud dengan strategi promosi kesehatan?
2. Bagaimana strategi advokasi promosi kesehatan?
3. Bagaimana strategi bina usaha promosi kesehatan?
4. Bagaimana strategi pemberdayaan promosi kesehatan?
5. Bagaimana strategi kemitraan promosi kesehataan?

4|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Strategi Promosi Kesehatan


Strategi promosi kesehatan adalah suatu kegiatan untuk mewujudkan atau mencapai
visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan
yang strategis. Cara ini sering disebut “strategi´, yakni teknik atau cara bagaimana
mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna
dan berdaya guna.
Aturan dalam memilih strategi promosi kesehatan:
1. Pilih minimal tiga strategi
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi kesehatan.
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi.
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana.
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi, semakin
banyak strategi yang digunakan .
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya mempunyai efek
yang singkat

5|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


BAB III
PEMBAHASAN

Pengertian Strategi Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut “strategi”,
yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.

Strategi Advokasi Kesehatan


3.1.1. Pengertian Advokasi Kesehatan
Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan, perlindungan pada upaya
pembangunan kesehatan.

3.1.2. Tujuan Advokasi Kesehatan:


1. Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung pembudayaan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2. Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli kesehatan,profesional)
agar mendukung perilaku hidup bersih dan sehat melalui kemitraan dan jaringan
kerja.
3. Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah khususnya kesehatan
lingkungan di tempat-tempat umum.
4. Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media komunikasi tentang
program perilaku hidup bersih dan sehat.

6|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


3.1.3. Luaran (Hasil yang diharapkan):
1. Adanya dukungan politik dari para pengambil keputusan baik dalam bentuk
instruktur/surat daran/surat keputusan maupun himbauan untuk melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Makin banyak LSM (lembaga swadaya masyarakat)yang peduli kesehatan.
3. Adanya anggaran rutin yang dinamis dari APBD II dan sumber lain untuk
pelaksanaan PHBS di kabupaten/kota.
4. Adanya indikator PHBS dalam perencanaan daerah.
5. Fasilitas umum semakin merata terutama di daerah kumuh.

3.1.4. Sasaran
Sasaran advokasi meliputi sasaran kepada perorangan dan kepada sasaran
publik (masyarakat). Sasaran perorangan dapat dilakukan melalui komunikasi
interpersonal sedangkan untuk sasaran publik dilakukan melalui media massa dan
kampanye. Sasaran menurut jenjang administrasi adalah :
1. Pengambilan kebijakan di tingkat pusat seperti : DPR (komisi 7), parpol,Menteri
Dirjen departemen terkait,BAPPENAS, Lembaga Donor (WHO, World Bank,
UNICEF, ADB), organisasi profesi, LSM Nasional dan Internasional.
2. Pengambilan kebijakan di tingkat daerah/Propinsi seperti: DPRD (Komisi E),
parpol, BAPPEDA, Gubernur dan asisten kesejahteraan rakyat,Ka.Din.Kes Tkt I,
Lembaga donor, organisasi profesi, LSM internasional, nasional dan propinsi.
3. Pengambil kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kota seperti : DPRD
Kabupaten/Kota/Komisi E, parpol BAPPEDA, Bupati/Walikota dan Bagan
Kesejahteraan rakyat, Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi profesi,
LSM, Institusi pendidikan, Institusi Kesehatan dan Non Kesehatan, Lembaga
swasta /industri (tempat umum dan tempat Akerja)

7|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


3.1.5. Metode Advokasi.
Kegiatan yang bernuansa advokasi dapat berupa :
1. Seminar sehari.
2. Orientasi.
3. Lobby.
4. Kampaye.
5. Sarasehan (penyuluhan).
6. Bentuk kegiatan lain yang sesuai.

3.1.6. Langkah-langkah Advokasi.


Secara umum menurut Jhon Hopkins University (JHU) advokasi kesehatan
ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat 6 langkah yaitu :
1. Melakukan analisa
a. Identifikasi masalah.
b. Kebijakan yang ada.
c. Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk membuat
kebijakan.
d. Perubahan kebijakan yang diinginkan oleh tingkat tertentu.
e. Stakeholder (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan.
f. Jejaring untuk penentu kebijakan dan pesan yang tepat.
g. Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan.
2. Menyusun Strategi.
a. Membentuk kelompok kerja PHBS.
b. Identifikasi sasaran primer dan sekunder.
c. Mengembangkan tujuan “SMART” (Specific/spesifik, Measurable/dapat
diukur, Appropriate/tepat, Realistic/nyata, Time Bound/sesuai jadwal).
d. Menentu indicator.
e. Menyiapkan dukungan dana dan kebijakan pelaksana.
f. Menempatkan "issue” yang pantas mendapat dukungan dari penentu
kebijakan.

8|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


g. Merencanakan perbaikan sarana komunikasi.
3. Menggalang kemitraan (mobilisasi)
a. Menyusun POA (plan of action) bersama-sama.
b. Mendorong kemitraan.
c. Mendelegasikan tanggung jawab.
d. Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media.
4. Tindakan/pelaksanaan
a. Melaksanakan rencana advokasi (POA).
b. Mengumpulkan mitra.
c. Menyajikan pesan yang tepat.
d. Menepati jadwal.
e. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra.
5. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses dan
output) melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan yang
seharusnya dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan disebarluaskan
serta produk-produk kebijakan yang diterbitkan.
6. Kesinambungan proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus menerus dengan
memanfaatkan hasil evaluasi.
Langkah-langkah berikut ini :
 Persiapan
1. Identifikasi masalah dari data yang ada seperti :
a. Data 10 penyakit terbanyak di kabupaten/kota.
b. Status gizi.
c. Angka kesakitan.
d. Angka kematian.
e. Perlaku spesifik masyarakat yang terkait dengan perilakum PHBS.
f. Data dasar (kualitatif dan kuantitatif) pengkajian PHBS.
g. Hasil pemetaan wilayah/klasifikasi PHBS tiap tatanan.

9|STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN


h. Rencana detail tat kota (RDTK) dan rencana umum tata ruang kota
(RUTRK).
2. Mempelajari kebijakan apa saja yang mendukung dan menghambat program
perilaku PHBS.
3. Mempelajari program komunikasi yang telah dilaksanakan dengan menggali
pengalaman dari orang lain tentang program komunikasi yang telah
dilaksanakan untuk dpat dimanfaatkan sebagai pengalaman belajar dalam
program PHBS.

Hal-hal yang dapat digali antara lain :


1. Strategi yang berkelanjutan.
2. Isu advokasi yang tajam (fokus).
3. Sasaran yang spesific.
4. Tindak lanjut kegiatan.
4. Mempelajari perubahan kebijaksanaan yang terjadi, contoh : sekitar tahun
1998 kebijaksanaan paradigma sakit mengalami perubahan menjadi
paradigma sehat. Hal ini memberi peluang kepada para ahli kesehatan
masyarakat untuk mengkampanyekan paradigma sehat dengan tema “Menjaga
kesehatan lebih murah dan mudah dari pada mengobati”.
5. Menentukan mitra kerja terkait yang berpengaruh dalam program PHBS dan
membuat jejaring bagi penentu kebijakan dan kelompok peduli kesehatan.
6. Memanfaatkan dan menggali sumber daya yang memungkinkan untuk
pelaksanaan PHBS.
7. Menyiapkan materi yang berkaitan dengan PHBS serta menentukan metode
advokasi kesehatan.
8. Menempatkan issue atau gagasan untuk mendapatkan dukungan dari penentu
kebijakan pada waktu yang tepat untuk menyampaikan gagasan tersebut,
minsalnya pada kesehatan sedunia (7 april), hari kesehatan nasional (12
november), hari sadar pangan dan gizi, hari AIDS sedunia dan lain-lain.

10 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
 Pelaksanaan
1. Lakukan advokasi PHBS dengan penyajiann yang menarik dengan
menggunakan metode dan teknik yang tepat.
2. Adanya tanya jawab, tanggapan dan masukan-masukan untuk
menyempurnakan program yang sudah ada.
3. Simpulkan dan sepakati hasilnya.
4. Buat laporan tertulis hasil advokasi dan sebarluaskan pada sasaran yang
terkait.
5. Lakukan tindak lanjut kegiatan berdasarkan kesepakan bersama.

3.1.7. Indikator Kebersilan Advokasi


Untuk mengukur keberhasilan advokasi dapat dilihat adanya
tanggapan/respon para individu dan publik dalam bentuk :
1. Adanya peraturan, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan tentang
pentingnya program PHBS.
2. Adanya anggaran dari APBD II atau sumber lain yang rutin dan dinamis untuk
pelaksanaan PHBS.
3. Adanya jadwal koordinasi dan pemantauan pelakanaan PHBS.
4. Kemampuan pengambil keputusan dalam menjelaskan PHBS dalam setiap
kegiatan.
5. Terbentuknya dan berfungsinya kelompok kerja PHBS.

11 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.1.8. Bentuk-bentuk Kegiatan Advokasi Menurut Sasaran.
NO SASARAN ALTERNATIF BENTUK
KEGIATAN
1. Lintas sektor -Loby (pendekatan)
-Pertemuan rutin
-Lokakarya
-Rapat koordikasi
-Sarasehan
-Dialog interaktif

2. Lintas program -Loby (pendekatan)


-Rapat koordikasi
-presentasi
-negosasi
-koordinasi
3. Kemitraan -Loby (pendekatan)
-kampanye
-presentasi
-demonstrasi
-dialog interaktif

3.1.9. Etika Advokasi


1. Mulai dengan sisi yang positif dari sasaran, minsalnya perhatian yang
ditunjukan kepada sasaran di bidang kesehatan yang merupakan program
unggulan.
2. Mau kompromi, sabar dan tegar serta tidak menyalahkan sasaran.
3. Pusatkan pada pesan pokok dengan bahasa yang menggugah.
4. Kemukakan hai-hal baru yang relavan dengan materi sasaran.

12 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.1.10. Kendala dalam Advokasi
1. Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi yang sama
terhadap promosi kesehatan dan paradigma sehat.
2. Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya kuratif.
3. Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap petugas dalam
upaya kesehatan.

3.1.11. Kiat untuk Advokator


1. Kiat advokator sebagai pengelola program.
1) Menetapkan, menerima tanggung jawab dan bekerjasama dalam tim.
2) Memahami misi, rician tujuan, menentukan apa/mana yang diutamakan.
3) Tahu teknik yang tepat untuk menyamakan persepsi.
2. Kiat advokator sebagai pimpinan rapat atau kelompok kerja.
1) Sudah membuat persiapan yang rinci sebelum memimpin rapat, semua yang
harus hadir sudah diberi tahu sebelumnya, agenda rapat dan akomodasi siap
sedia.
2) Dia nomor satu diantara yang hadir (primus interpares), bukan tuan besar
yang sok resmi di tengah kelompok, melainkan seorang pelayanan yang ceria
dan ramah.
3) Dia membuat anggota tim tidak canggung bahkan membuat orang lain
percaya diri, bisa membuat yang pendiam dan pemalu berani bicara serta
menegahi yang agresif dengan tegar dan sikap bersahabat.
4) Dia menguasai keadaan, tahu bahwa potensi setiap anggotanya untuk
mencapai sukses.
5) Dia menghargai orang lain dan memperlakukan semua orang sederajat.
6) Dia pendengar yang baik.
7) Dia selalu antusias dan menaruh minat, terampil mengajukan pertanyaan dn
membagi pertanyaan.

13 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
8) Dia memulai rapat tepat waktu, menjelaskan maksud dan tujuan dengan
semangat dan membuat diskusi hidup, mampu menentukan kapan rapat
selesai.
3. Cara menyiapkan model media advokasi.
1) Media advokasi dapat dibuat sederhana, berupa tulisan, ilustrasi, tetapi dapat
juga dibuat canggih.
2) Inti pembicaraan harus jelas dan tidak terlalu banyak informasi.
3) Jika meminta sumbangan/bantuan sebutkan kgunaannya dan berupa apa
(fikiran,tenaga atau dana).
4) Tunjukkan aspek manuasiawi sehingga yang baca mau berbuat.
5) Desain harus bagus termasuk ukuran, gambar,/ilustrasi, huruf jika
menyajikan data ilmiah sajikan dengan bahasa sederhana,mantap dan efektif.
6) Cantumkan logo.
7) Distribusikan media.

Strategi Bina Suasana


3.3.1. Pengertian Bina Suasana
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik
dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat, seperti : tokoh
masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha/swasta,
media massa, organisasi profesi, pemerintah dan lain-lain.

3.3.2. Tujuan
Diperolehnya berbagai pencipta opini yang ada di masyarakat ehingga
dapat menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan norma situasi,
kondisi masyarakat yang mendukung tercapainya PHBS disemua tatanan.

3.3.3. Luaran (Hasil yang diharapkan):


1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, fatwa, peraturan pemerintah, peraturan
daerah, surat keputusan, sumberdaya untuk PHBS

14 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.3.4. Sasaran
Sasaran bina suasana terbagi atas :
1. Sasaran individu
a. Anggota legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)
b. Anggota Eksekutif (Lembaga Pemerintah)
c. Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/Hukum)
d. Tokoh masyarakat, Tokoh adat
e. Tokoh Agama
f. Petugas
g. Kader

2. Sasaran kelompok-
a. Organisasi massa (organisasi pemuda, organisasi wanta, organisasi
agama, dan lain-lain)
b. Oganisasi profesi, dunia usaha/swasta
c. Kelompok peduli kesehatan
3. Sasaran massa/publik
Masyarakat yang bisa dijangkau melalui media massa (cetak dan
elektronik) seperti koran/majalah, radio dan TV baik pemerintah maupun
swasta serta media tradisional.

3.3.5. Metode Bina Suasana.


Metode bina suasana dapat berupa :
- Pelatihan
- Semiloka
- Konferensi pers
- Dialog terbuka
- Sarasehan
- Penyuluhan
- Pendidikan
- Lokakarya mini

15 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
- Pertunjukkan tradisional
- Diskusi meja bundar
- Pertemuan berkala di desa
- Kunjungan lapangan
- Studi banding

3.3.6. Langkah-langkah Kegiatan Bina suasana.


1. Persiapan
Identifikasi sasaran dalam upaya bina suasana dapat disebut sebagai
“mitra” kita harus dapat menentukan apakah daftar sasaranyang kita miliki
memenuhi syarat untuk menjadi mitra. Cara untuk mengenal dan memilih mitr
dikenal dengan “5c” yaitu :
a) Competent (kompetensi)
 Apakah organisasi itu memiliki staf teknik dan manajemen yang kuat?
 Bila dibutuhkan tambah staf, apakah organisasi itu memiliki aliran
dana dan cadangan dana yang cukup, sistem akuntasi, bank account
dan pengauditan teratur?
 Apakah telah memiliki pengalaman dalam kegiatan yang sama?
 Apakah organisasi tersebut memiliki citra positif dan raputasi untuk
ketinggian mutu kerja?
b) Commitment (komitmen)
 Apakah organisasi tersebut mendukung promkes?
 Dapatkah mendukung dan berperan kuat dalam promkes?
c) Clout (relasi)
 Apakah organisasi tersebut memiliki kotak atau akses ke pembuat-
pembuat kebijakan dan para tokoh yang berpengaruh di masyarakat?
 Apakah organisasi itu mendapat dukungan politis dalam kegiatannya?
d) Coverage (jangkauan)
Apakah organisasi tersebut mampu menjangkau sasaran yang telah
ditetapkan, diberbagai wilayah, berbagai segmen seperti
demografi,psikografi dan sosial ekonomi.

16 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
e) Continuity (kesinambungan)
 Sudah berapa lamakah organisasi ini melakukan kegiatan?
 Sudah pernahkah menangani kegiatan yang serupa?
 Apakah memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya untuk jangka
panjang?
 Menyiapkan paket informasi (information kit) seperti brosur,poster
dan lain-lain
 Metode atau cara yang dapat dilakukan
 Waktu dan tempat
 Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi

3.3.7. Pelaksanaan Kegiatan.


Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencangkup lomponen:
 Ada forum komunikasi dan dokumentasi kegiatan.
 Penyajian data yang selalu “up to date” atau terbaru.
 Mengikuti kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang.
 Menjalin hubungan yang serasi dan dinamis serta memegang prinsip-prinsip
kemitraan.
 Menggalang sumber-sumber dana dan potensi yang ada dari masing-masing
mitra

3.3.8. Pemantauan dan Penilaian


Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan bina suasana
dilakukan dengan benar dan menghasilkan sasaran yang diharapkan (POA)
dengan menggunakan instrumen emantauan dan penilaian dngan melihat luaran
dalam bentuk opini, etika, norma-norma atau kondisi yang ada di masyarakat.
Kalau sudah ada, berarti kegiatan bina suasana dapat dikatakan berhasil,
begitupun sebaliknya.

17 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.3.9. Indikator Keberhasilan
a) Ada peningkatan jumlah kegiatan dan jaringan kemitraan.
b) Ada forum komunikasi.
c) Ada dokumentasi kegiatan.
d) Ada kesepakatan lisan dan tulisan.
e) Ada opini publik

3.3.10 Langkah-langkah Melaksanakan Bina Suasana serta Hasil yang


diharapkan.
LANGKAH KEGIATAN HASIL YANG
DIHARAPKAN
1. Identifikasi mitra pertemuan -lingkup & cara kerja
-spesifikasi kerja
-kemampuan
2. Pengelompokkan pertemuan -komitmen
mitra kerja -rencana kegiatan
3. Setiap mitra Forum komunikasi Tercipta tujuan bina suasana
melaksanakan
upaya yang
berkaitan dengan
kesehatan sesuai
bidang kegiatan
masing-masing
4. Monitoring dan -Pertemuan Terpeliharanya opini, norma
evaluasi -Kunjunga etika dan kondisi yang baik
Lapangan dalam masyarakat.
-semilokal

18 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.3.11. Contoh Kegiatan Bina Suasana.
1) Adanya foum bersama antara departemen kesehatan RI dengan forum
kumunikasi LSM AIDS se Jabodetabek (FKLOPA)
2) Adanya bantuan pengadaan jamban dari tim penggerak PKK kabupaten
tanggerang dalam rangka mendukung program PHBS di tatanan rumah
tangga
3) Adanya peraturan dilarang merokok bagi seluruh gedung perkotaan
pemerintah
4) Pertemuan dengan tokoh-tokoh agama (MUI,PGIPHDI,WALUBI) untuk
menyebarluaskan pentingnya PHBS bagi umat pada acara-acara keagamaan
(khotbah jumat,hari minggu dan lain-lain)
5) Pertemuan dengan tokoh-tokoh agama islam untuk memberi contoh PHBS
dan GJB (Gerakan Jumat Bersih)

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan


Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-
kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS.
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah
proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Notoatmodjo, 2005).
Pembangunan seperti realita pada umumnya menjadi self projected reality yang
kemudian menjadi acuan dalam proses pembangunan, sehingga sering kali menjadi
semacam ideology of developmentalism (Tjokrowinoto, 1996 cit. Soetomo, 2006). Elemen
penting yang ditekankan pada teori ini ialah partisipasi (participation) dan pemberdayaan
(empowerment) (Dudley, 1979 cit. Mardikanto, 2010). Freira (cit. Hubley, 2002)

19 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses dinamis yang dimulai dari ketika
masyarakat langsung belajar dari tindakan.
Meskipun masyarakat umumnya didefinisikan sebagai sekelompok orang yang
tinggal di lokasi yang sama dan di bawah pemerintahan yang sama, namun definisi kerja
pemberdayaan berfokus pada dimensi tindakan kolektif yaitu masyarakat sebagai sebuah
kelompok yang berbagi kepentingan bersama, sehingga anggotanya termotivasi untuk
terlibat dalam aksi kolektif (Brinkerhoff dan Azfar, 2006). Ife (2002) bahwa pemberdayaan
masyarakat setidaknya membutuhkan enam tahapan yang perlu dilalui untuk mewujudkan
change from below,yaitu; 1) pemilahan antara proses dan hasil, 2) pentingnya
pengintegrasian proses, 3) peningkatan kesadaran, 4) partisipasi sebagai bagian dari
demokrasi, 5) membangun kerja sama, dan 6) community building.
Hubley (2002) mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan (health empowerment),
sadar kesehatan (health literacy), dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan
dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Sebagai suatu proses yang komprehensif,
Labonte dan Laverack (2008) mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa
komponen, yaitu pemberdayaan personal, pengembangan kelompok kecil,
pengorganisasian masyarakat, kemitraan, aksi sosial, dan politik. Dengan demikian,
pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup luas.
Barr (1995) menyarankan agar program pemberdayaan sebaiknya difokuskan pada
sebagian kecil masyarakat dan dimulai dari kebutuhan nyata di masyarakat agar berjalan
secara maksimal. Kelompok masyarakat yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri adalah
fasilitas yang paling efektif untuk upaya pemberdayaan masyarakat. Tersedianya dan
efektivitas kelembagaan akan sangat berpengaruh terhadap pemberdayaan (Mardikanto,
2010). Wallerstein dan Sanchez-Merki (1994) mengusulkan kolaborasi pemberdayaan,
sebab ditinjau dari konsep promosi kesehatan, pemberdayaan dan pembangunan
mendorong peningkatan kapasitas masyarakat.
Beberapa tonggak pencapaian perkembangan adopsi pemberdayaan ke dalam
konsep promosi kesehatan antara lain: Wallerstein (1992) menyatakan bahwa pendidikan
pemberdayaan masyarakat diadopsi untuk meningkatkan efektivitas pendidikan kesehatan,
efektivitas program, dan menjaga kelestarian (sustainability) program. Selanjutnya,
Nutbeam (1998) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan.

20 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: (a) merancang keseluruhan program; (b) menetapkan tujuan yang
ditetapkan pada tahap perencanaan; (c) memilih strategi pemberdayaan; (d) implementasi
strategi dan manajemen, dilakukan dengan cara: meningkatkan peran serta pemangku
kepentingan (stakeholder), menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
mengembangkan kepemimpinan lokal, membangun keberdayaan struktur organisasi,
meningkatkan mobilisasi sumber daya, meningkatkan kontrol stakeholder atas manajemen
program, dan membuat hubungan yang sepadan dengan pihak luar; (e) evaluasi program,
dan (f) perencanaan tidak lanjut (Sumaryadi, 2005).
WHO dalam Depkes RI (2006) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai proses
pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan determinan-determinan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan mereka. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2006). Menolong diri sendiri
artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah potensial (yang mengancam)
dengan cara mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi
dengan menanganinya secara efektif dan efisien (Hartono, 2010).
Berkaitan dengan pemberdayaan yang mendorong masyarakat mandiri, Clark
(2002) menyebutkan bahwa suatu masyarakat dapat disebut mandiri secara kesehatan jika
memiliki beberapa kemampuan, yaitu; 1) mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan, 2) mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
dengan menggali potensi yang ada, 3) memelihara dan melindungi diri mereka dari
berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan, dan 4)
meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam
kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam

21 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan
keluarga (income gener¬ating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat,
terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan masyarakat"
untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan individu,
kelompok, dan masyarakat.
2. · Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.
3. · Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan
atau perilaku sehat.
4. Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:
1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal
mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,
gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat
yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali
potensi-potensi masyarakat setempat.

22 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi
dan sebagainya.

Prinsip pemberdayaan masyarakat


1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
3) Menggali kontribusi masyarakat.
4) Menjalin kemitraan.
5) Desentralisasi.

Indikator hasil pemberdayaan masyarakat


1) Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
2) Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang
dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan
yang dilaksanakan.
3) Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan
perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha
meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.
4) Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan
angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status
gizi masyarakat.

23 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Kemitraan
3.5.1. Teori Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang
menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan memahami
kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan menemukan alternatif yang kreatif
bagi pemikiran dan perilaku dominator merupakan langkah pertama ke arah
membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa ini, gaya-gaya seperti perintah
dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan orang adalah
tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan yang berpengetahuan
yang menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara
individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai
suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian kemitraan secara umum
(Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal
antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra”
atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan
yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk
mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran
masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan
serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun
keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing secara teratur dan
memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)

24 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.5.2. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing naggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus
merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai
tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta
berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota
lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya
kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan saling melengkapi
dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh
manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing.
Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif bila dilakukan
bersama.

3.5.3. Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan


Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan
menjadi dua (Notoadmodjo, 2003) yaitu:
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
(networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja
saja. Masing-masing mitra memiliki program tersendiri mulai dari
perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut terbentuk
karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik
lainnya.
b. Model II

25 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini
karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap
program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan
kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi
belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak
maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan
pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap
dan relatif terbatas seperti program delivery dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan
masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas
baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan
sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:
a. SK bersama
b. MOU
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja

26 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
3.5.4. Langkah-langkah Kemitraan
Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan kepada masing-masing
sektor untuk melaksanakan visi dan misinya. Namun kemitraan juga merupakan
suatu pendekatan yang memerlukan persyaratan, untuk itu diperlukan langkah
langkah tahapan sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
2. Seleksi masalah
3. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui suratmenyurat,
telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART.
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra
dalam upaya mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan, kunjungan
kedua belah pihak, dll
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang
tersedia di masing-masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan, maka
setiap pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan.
6. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan
jadwal kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab
7. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
8. Pemantauan dan evaluasi

3.5.5. Konflik dalam Kemitraan


Beberapa literatur menyebutkan makna konflik sebagai suatu perbedaan
pendapat di antara dua atau lebih anggota atau kelompok dan organisasi, yang
muncul dari kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang langka
atau aktivitas kerja dan mereka mempunyai status, tujuan, nilai, atau pandangan
yang berbeda, dimana masing-masing pihak berupaya untuk memenangkan
kepentingan atau pandangannya. Sedangkan menurut Brown (1998), konflik
merupakan bentuk interaksi perbedaan kepentingan, persepsi, dan pilihan.

27 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
Wujudnya bisa berupa ketidaksetujuan kecil sampai ke perkelahian (Purnama,
2000).
Konflik dalam organisasi biasanya terbentuk dari rangkaian konflikkonflik
sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan diabaikan oleh manajemen merupakan
potensi munculnya konflik yang lebih besar dan melibatkan kelompok-kelompok
dalam organisasi. Umstot (1984) menyatakan bahwa proses konflik sebagai sebuah
siklus yang melibatkan elemen-elemen : 1) elemen isu , 2) perilaku sebagai respon
dari isu-isu yang muncul, 3) akibat-akibat, dan 4) peristiwa-peristiwa pemicu.
Faktor-faktor yang bisa mendorong konflik adalah:
1) perubahan lingkungan eksternal,
2) perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,
3) perkembangan teknologi,
4) pencapaian tujuan organisasi, dan
5) struktur organisasi.

Menurut Myer dalam Purnama (2000), terdapat tiga bentuk konflik dalam
organisasi, yaitu :
1) Konflik pribadi, merupakan konflik yang terjadi dalam diri setiap individu
karena pertentangan antara apa yang menjadi harapan dan keinginannya dengan
apa yang dia hadapi atau dia perolah,
2) Konflik antar pribadi, merupakan konflik yang terjadi antara individu yang satu
dengan individu yang lain, dan
3) Konflik organisasi, merupakan konflik perilaku antara kelompok-kelompok
dalam organisasi dimana anggota kelompok menunjukkan “keakuan
kelompoknya” dan membandingkan dengan kelompok lain, dan mereka
menganggap bahwa kelompok lain menghalangi pencapaian tujuan atau
harapan-harapannya.

28 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi
kesehatan.
Secara umum strategi promosi kesehatan ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi
(Advocacy), Bina Suasana, dan Gerakan Masyarakat.
Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan ada sendiri agar masyarakat lebih mudah
untuk mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam pemilihan
strategi promosi kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi
promosi kesehatan program-programnya semakin berkembang dan tidak salah sasaran.

4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyaraka, dan dengan promosi
kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai analis
kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.

29 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N
DAFTAR PUSTAKA

Ewles, Linda. 1994. Promosi Kesehatan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.

Atmojo, noto. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

30 | S T I K E S M U H A M M A D I Y A H P E K A J A N G A N

Anda mungkin juga menyukai