Anda di halaman 1dari 11

1

Definisi
Forensik dan
Radiologi

BG Brogdon, MD

Forensik berasal dari Bahasa latin yaitu forens(is) yang berarti, dari atau milik
forum, masyarakat, untuk for(um) forum + ens - dari, milik + ic. Dengan tambahan
imbuhan-imbuhan di atas kata itu dapat juga berarti membantah, argumentatif,
retoris, milik debat atau diskusi. Dari arti-arti tersebut yang merupakan awal untuk
definisi modern forensik adalah sebagai yang berkaitan dengan, terhubung
dengan, atau digunakan di pengadilan peradilan atau diskusi publik dan debat.
Jadi ilmu-ilmu forensik mencakup penerapan pengetahuan ilmiah dan / atau teknis
khusus untuk pertanyaan hukum perdata dan pidana, terutama dalam proses
pengadilan.
Kedokteran Forensik telah diakui sebagai ilmu khusus atau disiplin yang
berhubungan dengan hubungan dan aplikasi dari fakta-fakta medis dan
pengetahuan untuk masalah hukum. Beberapa lebih suka menyebutnya obat
hukum atau yurisprudensi medis.
Kedokteran forensik sering dianggap sama dengan patologi forensik
karena keterlibatan penuh-waktu seorang dokter dengan aktivitas forensik
yang secara eksklusif memiliki bidang wewenang khusus.1 Ahli patologi
forensik lebih khusus pada pemeriksaan post-mortem dan sebagian besar
berhubungan dengan orang mati. Dalam pengakuan ini, Milton Helpern, MD,
Chief Medical Examiner of New York City, memerintahkan ditorehkan pada
dinding lobi gedung kantor barunya pada tahun 1961 sebuah nasihat Latin
yang berbunyi, TACEATCOLLOQUIA. EFFUGIAT RISUS. HIC LOCUS EST UBI
MORS GAUDET SUCCURRERE VITAE,(Biarkan percakapan berhenti.
Biarkan tawa melarikan diri. Ini adalah tempat di mana kematian berkenan
untuk membantu hidup).2 Sementara spesialis medis lainnya dapat
berkonsultasi dengan ahli patologi dalam evaluasi kematian, hampir semua
kegiatan profesional mereka mungkin memiliki konsekuensi medikolegal dan
bahaya yang melibatkan baik yang hidup maupun yang mati. Ini dapat
merangkul bagian besar masalah hukum (misalnya, usia tekad, penyerangan,
pelanggaran hak-hak sipil, warisan, pencurian, malpraktek, keturunan, cedera
pribadi, kewajiban produk, pelanggaran seksual, penyelundupan,
keperawanan, dan kelahiran atau kematian yang bermasalah).
3
Di Gradwohl definisi kedokteran hukum diperluas yang mencakup
“penerapan pengetahuan medis untuk administrasi hukum dan untuk memajukan
keadilan dan, di samping itu, relasi hukum dengan petugas medis.”
Bukti asal kedokteran hukum atau kedokteran forensik dapat ditemukan
dalam catatan kuno beberapa ribu tahun yang lalu, ketika sesekali hukum
muncul untuk mempengaruhi pengobatan atau pengobatan ditemukan
untuk mempengaruhi atau mengubah hukum.3,4 Mesir, Imhotep, mungkin
yang pertama untuk menerapkan kedua hukum dan kedokteran untuk
lingkungannya. Hammurabi mengkodifikasikan hukum medis sekitar tahun
2200 SM, dan isu-isu medikolegal tertangani pada hukum Yahudi awal.
Kemudian, peradaban lain seperti Yunani, India kuno, Kekaisaran Romawi
berevolusi menjadi standar bersifat rahasia, yurisprudential melibatkan
fakta medis atau opini.
Budaya-budaya awal berkeinginan mengendalikan organisasi, tugas,
dan kewajiban dari profesi medis. Mereka juga mengenalkan pentingnya
pengetahuan dan pendapat dari orang medis dalam pertimbangan hukum
pada masalah besar seperti penggunaan obat atau racun, durasi kehamilan,
keperawanan, superfetasi, prognosis luka di lokasi tubuh yang berbeda
(dokter menetapkan bahwa hanya satu dari 23 luka tusukan Caesar adalah
fatal), kemandulan dan impotensi, deviasi seksual, dan kematian yang
mencurigakan.
Pada awal abad keenam belas disiplin yang terpisah dari kedokteran
forensik mulai muncul. Kode baru hukum diperlukan kesaksian ahli medis
dalam uji jenis tertentu dari kejahatan atau tindakan sipil. Buku-buku
medikolegal pertama kali muncul pada akhir abad keenam belas dan akhir
abad ketujuh belas, setelah 1650, kuliah tentang medicolegal diberikan di
Jerman dan Perancis. Buku pertama tentang yurisprudensi medis dalam
bahasa Inggris muncul pada tahun 1788 dan 19 tahun kemudian Regius
pertama di kedokteran forensik yang diakui oleh Crown di University of
Edinburgh. Sistem koroner Inggris diimpor ke Koloni di Amerika Utara pada
1607, dan itu tidak sampai tahun 1871 di Massachusetts, kemudian diikuti oleh
New York dan wilayah hokum lainnya, membentuk sistem pemeriksa medis.
Ini menjadi dasar profesionalisme dalam penyelidikan kematian,didukung oleh
kerja solid ilmu pengetahuan dan tehnik yang berkembang selama abad ke-
20, telah membangun struktur modern dari ilmu kedokteran forensic yang
mencakup semua perbedaan.
Selain itu, Forensik Radiologi biasanya terdiri kinerja, interpretasi, dan
reportase dari pemeriksaan radiologi serta prosedur yang harus dilakukan di
pengadilan dan / atau hukum. Namun sampai beberapa dekade yang lalu,
Radiologi dapat didefinisikan sebagai cabang khusus ilmu kedokteran
mempekerjakan pengion energi radiasi dalam diagnosis dan penatalaksanaan
penyakit. Sekarang, khusus Radiologi dibagi menjadi dua disiplin ilmu yang
sangat berbeda dibagi oleh badan sertifikasi tunggal, American Board of
Radiology. Cabang pertama adalah Radiasi Onkologi, yang menggunakan
pengion energi tingkat tinggi gelombang panjang dan partikel dalam
pengobatan penyakit (secara eksklusif keganasan neoplastik). Cabang kedua
adalah Radiologi Diagnostik, yang akan dibahas di buku ini. Radiologi
diagnostik dikhususkan terutama untuk mempelajari gambar struktur internal
tubuh manusia. Mungkin Harry Z. Mellins, MD, seorang guru dan ahli radiologi
yang luar biasa berbakat, ahli radiologi diagnostik lebih dari 30 tahun yang lalu
ketika ia mulai menulis.5 Seorang ahli radiologi diagnostik memandang
bayangan, melihat lesi, dan membayangkan seorang pria. Di samping tempat
tidur, dokter melihat pria itu, merasakan tanda-tanda dan mengganbarkan
lesinya. Mereka berlatih dari luar ke dalam dan kita dari dalam ke luar.
Saat ini gambar yang diperoleh oleh berbagai modalitas dan teknik:
 X-ray atau rontgen ray adalah bentuk energi radiasi pengion yang dapat
menghasilkan gambar fluorescent atau fotografi. yang saat ini kadang
juga disebut “sinar-x” tetapi lebih tepat disebut roentgenorams dan
kurang tepat jika disebut radiograph, dan yang paling vulgar jika disebut
film (misalnya, “Film dada”) (Figure 1-1).
 Gambar fluorescent dapat secara elektronik ditingkatkan dan langsung
divisualisasikan dalam gerakan realtime, cinefotograf, direkam, atau
digital dan disimpan pada pita magnetik atau disk agar dapat dimainkan
berulang(Gambar 1-2).
 Dalam subspesialisasi kedokteran nuklir atau radiologi nuklir, bahan
radioaktif atau isotop dapat diarahkan ke organ target internal atau
jaringan dengan injeksi, inhalasi, atau menelan; energi radiasi keluar
dari dalam tubuh dan dapat dikumpulkan pada film sensitif atau fosfor
untuk membuat gambar,scintiscans, dari target internal (Gambar 1-3).

Gambar 1-1 Roentgenogram thorax, radio grafik, atau “film”. Pasien ini memiliki
tumor intracardiac tetapi tidak dapat dibedakan dari otot-otot jantung atau darah di
dalam jantung karena semua memiliki kemampuan yang sama untuk menyerap
sinar-x.
Gambar 1-2 Sebuah fluoroskop modern dengan gambar intensifter terhubung ke kamera
televisi. Gambar televisi (panah) dapat dilihat tanpa menggelapkan ruangan.

 Gelombang suara yang dihasilkan di luar tubuh dengan transponder


yang dipantulkan kembali dari permukaan struktur internal untuk
ditangkap kembali dan diubah menjadi real-time atau gambar statis.
Modalitas ini disebut USG atau ultrasonografi. Pada gambar ini adalah
sonogram (Gambar 1-4).
 Dengan peralatan khusus, sebuah roentgenogram dari bagian tipis atau
sepotong tubuh atau bagian tubuh dapat diperoleh dengan potongan
arah sagital, coronal, atau oblique (Gambar 1-5). Teknik ini dikenal
sebagai tomografi dan pemrosesan gambar disebut tomogram
(sekarang memenuhi syarat sebagai tomogram konvensional untuk
membedakannya dari computed tomogram).

Gambar 1-3 Ini adalah scan nuklir


menggunakan isotop mencari tulang sehingga
kerangka dapat difoto. Beberapa isotop
diserap oleh ginjal (panah) dan diekskresikan
ke dalam kandung kemih (terbuka panah)
yang seharusnya dikosongkan sebelum scan
dilakukan. Sayangnya bladder yang penuh
mengaburkan tumor (Chordoma) di sakrum.
(Lihat Gambar 1-7B-E, Kasus yang sama.)
Gambar 1-4 Ultrasonography jantung yang sama ditampilkan di Gambar 1-1 ditampilkan
sebagai gambar penampang jantung. Tumor divisualisasikan dalam septum interventrical
(panah) antara ventrikel kanan (RV) dan ventrikel kiri (LV).

Roentgenogram konvensional terjadi ketika foton x-ray (atau sinar cahaya dari
layer fosfor intensif dikeluarkan oleh x-ray) “mengekspos” halida perak sensitif
teremulsi yang bila diolah akan meninggalkan jejak bekas perak di tempat foton
sinar-x leawat. “Titik” hitam mikroskopis ini menyatu di tempat sinar-x paling sering
ditransmisikan ke film dan tersebar di bagian tubuh sekitar menyerap radiasi dan
sisanya tersebar di skala abu-abu sesuai dengan nomor atom dari jaringan sekitar.
Ini adalah gambar analog, dengan instrumentasi yang tepat atau peralatan gambar
analog dapat dikonversi menjadi gambar digital. Beberapa modalitas peralatan
radiografi yang lebih baru (yaitu, fluoroscopy digital, angiography digital subtraksi,
beberapa ultrasonografi, computed tomography, dan magnetic resonance
imaging) menghasilkan gambar digital langsung. Keuntungan dari citra digital
adalah bahwa hal itu dapat dimanipulasi dengan teknik seperti pergeseran
kontras, kepadatan penyesuaian jangkauan, pengaturan brightness, dan
perbaikan tepi (Gambar 1-6). Meskipun gambar analog memiliki resolusi spasial
yang lebih baik dari gambar digital, resolusi kontras maksimal diperlukan untuk
mengeksploitasi resolusi spasial, dan bagian abu-abu sulit dipisahkan.
Gambar 1-5 Contoh tomografi konvensional. A. Roentgenogram Dada: close-up dari paru
bagian atas menunjukkan sebuah plakat besar pleura menebal yang mengaburkan paru-paru
yang mendasarinya. B. Tomogram Konvensional: potongan paru-paru menunjukkan lesi
nodular yang tersembunyi oleh penebalan pleura atasnya.

Dengan demikian analog roentgenogram dapat menampilkan otot, air,


darah, atau otak dalam skala abu-abu di mana mereka tidak bisa
dibedakan satu dari yang lain (Gambar 1-7). Gambar digital dapat
diproses atau dimanipulasi memisahkan bagian abu-abu, sehingga
memungkinkan, misalnya, pemisahan visual dari substansi otak dari
cairan interventriculare atau dinding kandung empedu dari kandung
empedu.

• Computed axial tomography terkenal dengan sebutan “CAT scan” tapi


sekarang lebih sering dan lebih tepat disebut dengan computed tomography
atau hanya CT dan produk juga disebut CT atau, sebaiknya, CT scan.
Perangkat ini menggunakan sebuah array fotoreseptor untuk mendeteksi
sedikit perbedaan dalam emisi sinar rontgen yang dipancarkan oleh tabung
x-ray berputar saat mereka melewati tubuh atau bagian tubuh atas beberapa
jalur diametral dalam potongan aksial atau cross-sectional. Hasil foto
diproses menjadi serangkaian gambar irisan cross sectional-aksial tubuh
atau bagian tubuh, yang memungkinkan diferensiasi yang lebih tinggi
antara jaringan tubuh daripada yang bisa dicapai dari mesin x-ray
konvensional (Gambar 1-8). Proses elektronik dan computer dapat
memperoleh gambar diproses dapat dimanipulasi untuk berbagai
cara; misalnya, untuk merekonstruksi gambar dalam bidang koronal
atau sagital atau bahkan tampilan dua-dimensi dapat rekonstruksi
menjadi tampilan tiga dimensi (3-D).

• Magnetic Resonance Imaging (MRI) memanfaatkan medan magnet yang


kuat untuk menghasilkan sinyal elektrotromagnetic dari unsur-unsur dan
senyawa yang ditemukan dalam cairan tubuh dan jaringan (Gambar 1-9).
Dengan manipulasi komputer dapat memperoleh multiplanar,
multidirectional, gambar sectional atau Potongan (MR scan). Kekuatan
sinyal jaringan individu dapat diidentifikasi atau dimanipulasi oleh berbagai
protokol komputer.

• Subspesialisasi radiologi intervensi merupakan disiplin ilmu yang terpisah.


Sebuah armamentarium kompleks terdiri dari alat, perangkat, dan instrumen
(misalnya, kateter, balon, laser, jarum, drainage, stint, “wooly worm”,
macrospheres, enzim, dll) yang digunakan untuk menyerang tubuh - tidak
hanya untuk membuat gambar dan meningkatkan diagnosis, tetapi juga
untuk campur tangan terapi dalam proses penyakit atau kelainan anatomi.

Radiologi forensik sejauh ini bergantung hampir secara eksklusif pada x-ray
dan gambar statis yang diambil menggunakan roentgenogram. Metode
pencitraan terbaru telah merevolusi bidang radiologi diagnostik dalam
rentang waktu begitu singkat, hal ini memberikan pengalaman karir yang
lebih panjang untuk radiologist sehingga masih dapat terlibat dalam praktek
aktif. Kemudian, beberapa kemajuan ini sedang diaplikasikan ke dalam studi
forensik. Jika masalah aksesibilitas dan biaya dapat diatasi, teknik dan
modalitas radiologi yang lebih baru dapat di aplikasikan pada ilmu forensik.
Daripada itu, butuh enam atau tujuh ribu tahun pertumbuhan dan
pengembangan bagi ilmu kedokteran forensik untuk mencapai tingkat sekarang
dari hasil.

Gambar 1-6 A dan B adalah gambar digital dari dada berisi beberapa nodul paru (panah).
Efek visual hitam / putih manipulasi pembalikan gambar ditunjukkan.

Gambar 1-7 Gambar skematik yang


memperlihatkan perbedaan penyerapan sinar-x
oleh jaringan tubuh dalam radiografi
konvensional. Dari radiodensitas tinggi sampai
radiodensitas rendah (1) tulang atau kalsium; (2)
semua jaringan lunak dan cairan (otot, darah,
otak, jantung, hati, urin, dll) kecuali (3) lemak; (4)
udara atau gas-gas lainnya.
[

Gambar 1-8 Contoh computed tomography.A. CT hati menunjukkan tumor (panah) di septum
interventrikular (kasus yang sama seperti di Angka 1-1 dan 1-4). B dan C: Frontal dan lateral
roentgenogram sakrum yang sebagian hancur oleh tumor (panah). D: CT potongan pada
sakrum yang sama menunjukkan daerah tulang yang hancur (panah). E: CT rekonstruksi
sagittal (lateral) Pemandangan dari gambar cross-sectional. Catatan kesamaan dengan
tampilan lateral pada gambar C.
Gambar 1-8 (lanjutan)

Gambar 1-9 Magnetic resonance image (MRI) dari jantung


tumor (panah) ditunjukkan pada Angka 1-1. 1-4, dan 1-8a.

Referensi

1. Knight, B., How radiography aids forensic medicine, Radiography, 50, 5, 1984.
2. Helpern, M. and Knight, B., Autopsy, New American Library, New York, 1979, 184.
3. Camps, F. E., Ed., Gradwohl’s Legal Medicine, 3rd ed., Yearbook, Chicago, 1976, chap. 1.
4. Wecht, C. H., Forensic use of medical information, in Legal Medicine: Legal Dynamics of
Medical Encounter, 2nd ed., Am. Coll. Legal Med., Mosby-Yearbook, St. Louis, 1991, chap. 47.
5. Mellins, H. Z., Personal communication, 1963.

Anda mungkin juga menyukai