Anda di halaman 1dari 16

MIKROSPOROGENESIS DAN MIKROGAMETOGENESIS

Tugas Biosains Tumbuhan

Oleh
Eva Octarianita 1927021016
Rival Rinaldy 1927021011
Roy Gustian Hurry 1927021018

MAGISTER BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Jurnal 1

“Persiapan Tanaman Donor Kultur Mikrospora Brokoli Kultivar BL 10001”

1. Pendahuluan

Brokoli (Brassica oleracea L. var. italica Plenck.) merupakan tanaman sayuran


yang termasuk ke dalam suku Brassicaceae atau kubis-kubisan. Brokoli memiliki
nilai gizi yang tinggi, kaya serat, dan mengandung senyawa isotiosianat yang
memiliki aktivitas antikanker. Berdasarkan data tersebut penting dilakukan
pemuliaan tanaman brokoli untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayur brokoli.
Pemuliaan tanaman secara konvensional membutuhkan waktu beberapa
generasi. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat menghasilkan
sistem pemuliaan tanaman yang membutuhkan waktu yang singkat. Salah satu
teknik yang dapat diterapkan yaitu pemuliaan tanaman melalui kultur
mikrospora. Teknik ini akan menghasilkan galur murni yang hanya terbentuk
dalam dua generasi penanaman. Tanaman galur murni yang dihasilkan dalam
kultur mikrospora dapat bersifat haploid maupun secara spontan terbentuk
menjadi double haploid; dengan adanya pengaruh dari berbagai perlakuan seperti
kondisi tanaman donor, cara isolasi mikrospora dari kepala sari, stres fisiologi
dan medium dengan suhu inkubasi. Faktor yang mempengaruhi embriogenesis
pada kultur mikrospora yaitu tahap perkembangan mikrospora uninukleat yang
terdapat pada kuncup tanaman donor.

Mikrospora adalah serbuk sari yang masih muda di dalam suatu tanaman, bila
sudah dewasa serbuk sari berperan dalam penyerbukan. Jumlah mikrospora
dalam satu kepala sari suatu tanaman sekitar 500-750 buah sebagai sumber
eksplan yang menjanjikan [4]. Tahapan perkembangan mikrospora fase
uninukleat didapat pada tanaman yang memiliki kondisi fisiologis yangs sesuai
untuk kultur mikrospora. Tahap perkembangan mikrospora merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan kultur. Kultur mikrospora
berkaitan erat dengan embriogenesis mikrospora [5]. Untuk itu, dalam
penelitian ini dilakukan persiapan tanaman donor kultur mikrospora untuk
menghasilkan tanaman donor yang layak bagi kultur mikrospora brokoli kultivar
BL 10001.

2. Metode

Teknik persiapan tanaman yaitu dengan mengkondisikan tanaman dalam


greenhouse suhu 20-250C. Benih disemai dalam media tanam butir sabut kelapa
(cocopeat) selama 2 minggu dan dipindahkan ke media tanah apabila sudah
muncul tiga kotiledon. Tanaman dirawat selama 3 bulan hingga berbunga
dengan teknik penyiraman 2x sehari serta penambahan pupuk NPK pada
tanaman. Bunga yang dipanen diamati tahap perkembangan mikrospora dari
yang masih kuncup hingga yang sudah mekar. Kuncup dipanen pada ice box
yang telah dilengkapi dengan ice gel.
Pengamatan ukuran kuncup dilakukan dengan menggunakan ujung bunga
brokoli yang masih kuncup antara 1- 5 mm. Masing- masing kuncup diukur
menggunakan penggaris. Kuncup dibelah menggunakan pinset kemudian
diambil bagian anther. Anther diletakkan di atas gelas benda dan diberi aquadest
1 tetes. Anther diketuk- ketuk perlahan dengan pangkal pinset hingga
mikrospora keluar kemudian diamati dibawah mikroskop untuk mempelajari
tahapan perkembangan mikrospora pada masing- masing ukuran kuncup.

3. Hasil dan Pembahasan

Kondisi lingkungan, khususnya suhu biasanya mempengaruhi fisiologi


tanaman donor dan sekaligus mempengaruhi potensial androgenik dalam isolasi
mikrospora. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan
mengkondisikan tanaman pada greenhouse didapat tahapan mikrospora yang
layak dijadikan tanaman kultur mikrospora. Tanaman brokoli pada greenhouse
dapat dipanen 90 hari setelah tanam. Setelah pemanenan dilakukan perhitungan
tahapan perkembangan mikrosporanya.
Gambar 1. Bunga Brokoli umur 90 hari setelah tanam

Tabel 1. Persentase tahapan mikrospora pada tiap kuncup brokoli


Tahapan Sel induk dyad tetrad uninuklea
mikrospor mikrospora t
a
Kuncup 1 mm 75 % 10 15 % -
%
Kuncup 2 mm 5% 65% 30 % -
Kuncup 3 mm - 15% 40% 45%
Kuncup 4 mm - - 2% 98 %
Bunga mekar - - - -

Tahap perkembangan mikrospora merupakan titik kritikal penting dalam kultur


mikrospora. Pada banyak protokol kultur mikrospora, tahap perkembangan
mikrospora diamati pada awal penelitian. Hal ini dikarenakan respon terhadap
kultur mikrospora terjadi pada tahap perkembangan mikrospora tertentu.
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa tahapan perkembangan mikrospora
terbanyak pada masing-masing ukuran kuncup brokoli yaitu pada ukuran
kuncup 1 mm terdapat fase sel induk mikropora sebanyak 75%. Fase dyad
terbanyak yaitu 65 % pada ukuran 2 mm, fase tetrad terbanyak pada kuncup
ukuran 3 mm sekitar 45% serta fase uninukleat terbanyak pada ukuran kuncup
4 mm yaitu 98 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan penelitian terdahulu, bahwa
perbedaan ukuran kuncup mengindikasikan adanya perbedaan tahap
perkembangan mikrospora yang terkandung dalam kuncup mikrospora
tersebut. Dalam penelitian ini ukuran kuncup berkorelasi dengan
perkembangan mikrospora didalamnya. Tahapan mikrospora berbeda antara
tanaman satu dengan yang lain. Semakin besar ukuran kuncup brokoli maka
semakin berkembang fase didalamnya. Dalam penelitian ini mikropora
uninukeat terbanyak yaitu pada ukuran 4 mm sehingga ukuran tersebut
dijadikan patokan dasar bagi kultur mikrospora brokoli pada kultivar BL 10001.

4. Simpulan
Tahapan perkembangan mikrospora pada kultivar BL 10001 ukuran 1 mm
sampai 4 mm terdiri atas fase sel induk mikrospora, dyad, tetrad serta
uninukleat. Tahapan yang layak digunakan sebagai tanaman donor pada
kultivar BL 10001 yaitu fase uninukleat pada kuncup ukuran 4 mm sebanyak
98%.
Jurnal 2

Perkembangan mikrogametofit dan uji viabilitas Serbuk sari kelapa (Cocos


nucifera L. “Ancak”)

1. Pendahuluan

Hasil eksplorasi keragaman tanaman kelapa di Bali berdasarkan kegunaan


dibedakan 2 kelompok besar berdasarkan kegunaannya yaitu Nyuh Biasa dan
Nyuh Madan. Nyuh Biasa (Nyuh = Kelapa dalam bahasa Bali) adalah kelapa
yang buahnya umum digunakan untuk bahan makanan dan kopra, sedangkan
Nyuh Madan adalah kelapa yang memiliki ciri dan nama khusus seperti Nyuh
Ancak. Manfaat Nyuh Ancak di Bali adalah sebagai bahan obat penetralisir racun
dan sebagai bahan upacara agama Hindu. untuk itu perlu dijaga kelestariannya,
salah satu cara dengan melakukan konservasi melalui penelitian-penelitian dasar
seperti perbungaan, reproduksi dan lain sebagainya.

Reproduksi kelapa umumnya menggunakan biji, biji berasal dari persatuan gamet
jantan dan betina menghasilkan zigot dan gamet jantan dengan inti katung
lembaga menghasilkan endosperm. Menurut Ashari (1998) serbuk sari steril
dapat juga disebabkan ketidak seimbangan genetis yang terjadi pada saat
produksi gamet pada peristiwa mikrogametogenesis. Mikrogametogenesis
diawali dengan serbuk sari masak menjelang penyerbukan intinya akan
membelah menjadi dua yaitu inti vegetatif dan inti generatif.

Serbuk sari dikatakan viabel apa bila buluh yang tumbuh lebih dari diameternya.
Persentase viabilitas serbuk sari kelapa yang baik adalah lebih dari 30%.
Viabilitas serbuk sari dapat diuji dengan berbagai metode. Salah satu cara yang
paling baik adalah uji viabilitas serbuk sari secara in vitro, yaitu dengan
mengecambahkan serbuk sari pada media agar yang sesuai. Berdasarkan latar
belakang tersebut perlu dilakukan penelitian struktur serbuk sari, perkembangan
mikrogametofit dan uji viabilitas (%) serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak”.
2. Metode

Serbuk sari yang diambil dari bunga yang belum mekar dari 4 individu tanaman
yang digunakan sebagai sampel. Tiap individu tanaman diambil 3 spikelet,
setiap spikelet diambil 30 bunga, jadi dalam 1 pohon diambil sebanyak ± 90
bunga. Perkembangan mikrogametofit dan uji viabilitas serbuk sari secara In
Vitro dengan media 0,8% agar dalam larutan gula 0%, 50%, dan 70%.
Dikumpulkan serbuk sari dalam petridis, serbuk sari yang telah diambil
disterilkan dengan alkohol 70% selama 1 menit, disaring dengan kertas saring,
dicuci dengan aquadest dan dikeringkan, serbuk sari yang sudah kering
ditaburkan pada gelas benda yang telah dioleskan agar, diinkubasi selama 24
jam.

3. Hasil

Hasil pembuatan preparat asetolisis menunjukan tipe bentuk serbuk sari Cocos
nucifera L. “Ancak” adalah bulat dengan 1 apertura berbentuk seperti alur
memanjang tegak pada sumbu memanjang pada kutub butir serbuk sari, dan
indeks antara P/E 1.12-1.18.

Perkembangan Mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak”

Hasil secara in vitro terdapat serbuk sari berkecambah pada hari pertama dan
banyak serbuk sari dengan 1 inti (>60%) dan 2 inti (<40%) dimulai hari pertama.
Serbuk sari 3 inti ditemukan pada hari ke 2,4.

a
b

Gambar 2. Perkembangan mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak”.

A. Tahap uninukleat; B. Tahap binukleat; C. Tahap trinukleat; D. Tahap


terbentuk buluh serbuk sari. a.Eksin; b.Intin; c.Sel vegetatif; d.Sel generatif;
e.Buluh serbuk sari.

Viabilitas (%) Serbuk Sari Cocos nucifera L. “Ancak

Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan media agar (in vitro) dengan
konsentrasi 0%, 50%, dan 70%, mengalami peningkatan persentasi (%) serbuk
sari sampai hari ke-7 dengan viabilitas (%) tertinggi adalah 2.2% pada sampel
yang diambil dari Blayu.

b
a

Gambar 2. Serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” Keterangan


: a. Serbuk sari viabel; b. Serbuk sari non viabel

Gambar 2a menunjukan serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” yang


berkecambah ditandai dengan keluarnya buluh dan panjang buluh sama atau
lebih panjang dari diameter serbuk sari. Gambar 2b menunjukan serbuk sari
Cocos nucifera L. “Ancak” tidak berkecambah karena panjang buluh serbuk
sari lebih kecil dibandingkan dengan diameter serbuk sari.

4. Pembahasan

Cocos nucifera atau kelapa dengan family arecaceae memiliki bunga jantan dan
bunga betina pada satu individu (monoecious) (Tjitrosoepomo, 2005). Dari hasil
penelitian serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” perkembangan mikrospora
serbuk sari yaitu terdiri dari satu inti (uninukleat), dua inti (binukleat), tiga inti
(trinukleat) hingga tumbuh buluh serbuk sari. Pada serbuk sari Cocos nucifera
L. “Ancak” paling banyak ditemukan serbuk sari satu inti dan dua inti
dibandingkan dengan tiga inti. Serbuk sari dengan satu inti atau dua inti dapat
ditemukan mulai hari ke- 1 sampai hari ke-7. Serbuk sari dengan satu inti mulai
ditemukan dari ke-4 individu tanaman pada hari ke-1 yaitu >60% dan serbuk
sari dua inti pada hari ke-1 yaitu <40%.

Menurut Grayum (1986) dan Kearns dan Inouye (1993) perkecambahan serbuk
sari binukleat hidupnya lebih panjang sedangkan serbuk sari trinukleat
hidupnya sangat pendek. Dari hasil penelitian perkembangan
mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak” menurun pada hari ke-7, namun
viabilitas serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” meningkat pada hari ke-7, hal
ini dikarenakan serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” terlebih dahulu
melakukan perkembangan mikrogametofit 1 inti, 2 inti dan 3 inti kemudian
mengalami proses perkecambahan (Kriswiyanti, 2012). Perkembangan
mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak” sangat lambat karena pada hari ke-
1 sampai hari ke-7 masih banyak ditemukan serbuk sari satu inti.

Hasil uji viabilitas serbuk sari secara in vitro didapatkan viabilitas (%) rendah
(<2.5%). Serbuk sari yang viabel ditunjukan dengan ciri-ciri seperti dinding
serbuk sari tidak mengkerut dan setiap serbuk sari terdapat buluh serbuk sari
yang keluar dari apertura setelah terjadi penyerbukan (Bhojwani and Bhatnagar,
1999).

5. Kesimpulan

Struktur serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” Genjah dan Dalam memiliki
tipe bentuk yang sama: circular, monosulcus, sulcus, media, Subferoidal, P/E
1.12- 1.18. Perkembangan mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak” pada
bunga masak umumnya pada tingkat uninukleat baik pada kontrol, maupun
perlakuan menunjukan perkembangan inti uninukleat (>60%) dan binukleat
(<40%). Gamet jantan dimulai pada hari ke- 2,4 (trinukleat). Viabilitas (%)
serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” umumnya rendah (<2.5%).
Mikrosporogenesis

Merupakan proses pembentukan sel gamet jantan pada bunga. Tempat terjadinya
mikrosporogenesis yaitu di kepala sari (anthera). Di dalam kepala sari terdapat
kantung serbuk sari yang didalammya ada berbagi sel-sel induk serbuk sari
(mikrospora) yang diploid (2n).

Tahapan pembentukan mikrosporogenesis

Adapun tahapan pembentukan mikrosporogenesis secara lengkap adalah sebagai


berikut:

1. Sel induk mikrospora melakukan pembelahan meiosis I dan menghasilkan


sepasang sel haploid.
2. Sepasang sel haploid membelah meiosis II menghasilkan 4 mikrospora
haploid yang berkelompok menjadi satu (tetrad).
3. Setiap mikrospora mengalami pembelahan kariokinesis sehingga
menghasilkan 2 inti haploid. Yaitu inti vegetatif (inti saluran serbuk sari)
dan inti generatif.
4. Inti generatif membelah secara mitosis sehingga membentuk dua inti
sperma yang dikenal dengan inti generatif I dan inti generatif II.
Pembentukan polen terjadi di dalam anther (kepala sari, Gambar 1.1 A, B). Anther
biasanya mengandung empat buah kantung polen yang berpasangan pada dua teka.

Kedua teka tersebut dihubungkan oleh konektivum (penghubung kepala sari), yakni
jaringan steril yang dilalui oleh berkas pembuluh benang sari (stamen) (Gambar 1.2).

Jaringan sporogen dibentuk oleh lapisan sel hipodermis pada empat bagian dari
keempat sudut anther yang sedang berkembang. Sel yang dihasilkan ke arah luar oleh
sel hipodermis, dinamakan lapisan parietal yang berkembang menjadi dinding
kantung polen dan tapetum, yakni lapisan sel yang membatasi jaringan sporogen di
sebelah luar.

Jaringan sporogen sendiri adalah hasil pembelahan lapisan sel hipodermis ke arah
dalam. Tapetum berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi polen yang sedang
berkembang. Pada tapetum akan terjadi pembelahan inti tanpa diikuti sitokinesis,
sehingga diperoleh sel-sel berinti banyak.

Sel tapetum dalam melaksanakan peranannya akan berdesintegrasi secara bertahap.


Lapisan terluar dari sel-sel parietal berkembang menjadi endotesium. Sel-sel
endotesium membentuk penebalan berupa U yang berperan dalam mekanisme
pembentukan celah teka pada waktu membebaskan polen.

Sel sporogen membelah-belah menghasilkan sekelompok sel induk mikrospora


(Gambar 1.1, B). Setiap sel induk mikrospora tersebut memisahkan diri dari
rekannya dan mengalami meiosis, sehingga menghasilkan empat mikrospora,
masing-masing dengan jumlah kromosom yang tersusun dalam tetrad tetrahedral
atau quadrilateral.

Pada periode pematangan, masing-masing butir mikrospora membentuk dinding sel


berlapis dua yang terdiri atas eksin di bagian luar dan intin sebelah dalam. Eksin
biasanya memiliki pola dinding yang amat khas bagi spesies yang bersangkutan.
Pada saat dewasa, seluruh anther dipenuhi oleh mikrospora/polen, sehingga kedua
rongga pada setiap teka kemudian bersatu menjadi kantung polen yang besar
(Gambar 1.2 & 1.3).
Polen ke luar dari anther melewati celah atau pori ujung anther atau dengan adanya
celah pada dinding lateral anthera. Mekanisme pembukaan tersebut melibatkan
perubahan turgor pada sel endotesium yang memiliki penebalan khusus.

Gambar 1.1.
Perkembangan polen dari mikrosporosit sampai menjadi butir polen.
a. stamen.
b. penampang melintang anther.
c. perkembangan tetrad sel-sel dari mikrosporosit dengan cara pembelahan
meiosis.
d. empat mikrospora.
e. butir polen.
f. perkecambahan butir polen
Dalam polen, inti membelah secara mitosis menghasilkan dua buah anak inti. Sebuah
di antaranya, yang sedikit lebih besar, menjadi inti vegetatif (inti tabung) dan yang
lain menjadi sel generatif (Gambar 1.1, E). Sel generatif biasanya berbentuk lonjong
atau bentuk kumparan serta bersitoplasma pekat. Pada stadium ini polen dapat
meninggalkan anther meskipun pada banyak tumbuhan ditemukan bahwa
sebelumnya sel generatif membelah sekali lagi menghasilkan dua gamet jantan (sel
sperma). Pada tumbuhan lainnya sel generatif membelah hanya setelah berada dalam
tabung polen yang sedang berkembang.

Tabung polen dibentuk setelah polen menempel pada medium yang cocok seperti
misalnya pada permukaan stigma yang dipenuhi oleh sekret, yang dihasilkan oleh
sel-sel papila stigma. Setelah kedua gamet jantan dibentuk, seluruh isi sel bergerak
masuk ke dalam tabung polen. Inti tabung dapat berada di muka atau di belakang
kedua gamet jantan (Gambar 1.1, F).

Gambar 1.2.
Penampang melintang anther melalui satu kantung polen.
A, sebelum memecah. B, sesudah memecah.
00

Gambar 1.3.
Penampang melintang anther Lilium sp.
A, sebelum memecah. B, sesudah memecah.

Mikrogametogenesis
Mikrogametogenesis adalah proses pembentukan gamet yang terjadi pada
serbuk sari tersebut. Mikrosporogenesis dan mikrogametogensis terjadi pada
organ reproduksi jantan bunga. Proses tersebut dilakukan agar tumbuhan
tersebut dapat melakukan proses penyerbukan untuk menghasilkan biji sebagai
alat perkembangbiakan.

Setelah serbuk sari jatuh pada kepala putik, akan segera terjadi proses
pembentukan gamet (mikrogametogenesis) pada serbuk sari tersebut. Gamet
yang dimaksud disini adalah inti sel serbuk sari yang nantinya akan membuahi
ovum dan inti kandung lembaga sekunder pada bakal biji.

Pada mulanya sel serbuk sari hanya memiliki 1 inti sel saja yang terletak di tepi
sel. Inti sel ini akan melakukan pembelahan untuk membentuk inti generatif dan
inti vegetatif. Inti generatif terletak di tepi sel, sedangkan inti generatif terletak
di tengah sel tersebut. Inti generatif tersebut kemudian membelah sekali lagi
membentuk inti generatif 1 dan inti generatif 2, yang keduanya sering disebut
dengan nama sperm cell.

Proses pembuahan terjadi pada bakal biji tumbuhan. Serbuk sari yang jatuh pada
kepala putik akan berkecambah membantuk buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari
seperti saluran kecil yang merupakan perpanjangan dari serbuk sari yang akan
mencari jalan menuju bakal biji. Buluh serbuk sari menjadi tempat lewatnya inti
sel serbuk sari untuk membuahi ovum dan inti kandung lembaga sekunder.
Inti vegetatif akan berberan sebagai penunjuk jalan bagi pergerakan 2 inti
generatif. Setelah mencapai bakal biji, inti generatif 1 akan membuahi ovum
untuk membentuk zigot dan inti generatif 2 akan membuahi inti kandung
lembaga sekunder untuk membentuk endosperma. Zigot merupakan calon
individu baru yang pertumbuhan awalnya berasal dari cadangan makanan yang
terdapat pada endosperma.
Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis adalah proses penting dalam
pembentukan serbuk sari dan gamet jantan tumbuhan. Proses ini perlu terjadi
agar suatu tumbuhan dapat melangsungkan proses reproduksinya untuk
menghasilkan keturunan baru.

Anda mungkin juga menyukai