Oleh
Eva Octarianita 1927021016
Rival Rinaldy 1927021011
Roy Gustian Hurry 1927021018
MAGISTER BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Jurnal 1
1. Pendahuluan
Mikrospora adalah serbuk sari yang masih muda di dalam suatu tanaman, bila
sudah dewasa serbuk sari berperan dalam penyerbukan. Jumlah mikrospora
dalam satu kepala sari suatu tanaman sekitar 500-750 buah sebagai sumber
eksplan yang menjanjikan [4]. Tahapan perkembangan mikrospora fase
uninukleat didapat pada tanaman yang memiliki kondisi fisiologis yangs sesuai
untuk kultur mikrospora. Tahap perkembangan mikrospora merupakan salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan kultur. Kultur mikrospora
berkaitan erat dengan embriogenesis mikrospora [5]. Untuk itu, dalam
penelitian ini dilakukan persiapan tanaman donor kultur mikrospora untuk
menghasilkan tanaman donor yang layak bagi kultur mikrospora brokoli kultivar
BL 10001.
2. Metode
4. Simpulan
Tahapan perkembangan mikrospora pada kultivar BL 10001 ukuran 1 mm
sampai 4 mm terdiri atas fase sel induk mikrospora, dyad, tetrad serta
uninukleat. Tahapan yang layak digunakan sebagai tanaman donor pada
kultivar BL 10001 yaitu fase uninukleat pada kuncup ukuran 4 mm sebanyak
98%.
Jurnal 2
1. Pendahuluan
Reproduksi kelapa umumnya menggunakan biji, biji berasal dari persatuan gamet
jantan dan betina menghasilkan zigot dan gamet jantan dengan inti katung
lembaga menghasilkan endosperm. Menurut Ashari (1998) serbuk sari steril
dapat juga disebabkan ketidak seimbangan genetis yang terjadi pada saat
produksi gamet pada peristiwa mikrogametogenesis. Mikrogametogenesis
diawali dengan serbuk sari masak menjelang penyerbukan intinya akan
membelah menjadi dua yaitu inti vegetatif dan inti generatif.
Serbuk sari dikatakan viabel apa bila buluh yang tumbuh lebih dari diameternya.
Persentase viabilitas serbuk sari kelapa yang baik adalah lebih dari 30%.
Viabilitas serbuk sari dapat diuji dengan berbagai metode. Salah satu cara yang
paling baik adalah uji viabilitas serbuk sari secara in vitro, yaitu dengan
mengecambahkan serbuk sari pada media agar yang sesuai. Berdasarkan latar
belakang tersebut perlu dilakukan penelitian struktur serbuk sari, perkembangan
mikrogametofit dan uji viabilitas (%) serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak”.
2. Metode
Serbuk sari yang diambil dari bunga yang belum mekar dari 4 individu tanaman
yang digunakan sebagai sampel. Tiap individu tanaman diambil 3 spikelet,
setiap spikelet diambil 30 bunga, jadi dalam 1 pohon diambil sebanyak ± 90
bunga. Perkembangan mikrogametofit dan uji viabilitas serbuk sari secara In
Vitro dengan media 0,8% agar dalam larutan gula 0%, 50%, dan 70%.
Dikumpulkan serbuk sari dalam petridis, serbuk sari yang telah diambil
disterilkan dengan alkohol 70% selama 1 menit, disaring dengan kertas saring,
dicuci dengan aquadest dan dikeringkan, serbuk sari yang sudah kering
ditaburkan pada gelas benda yang telah dioleskan agar, diinkubasi selama 24
jam.
3. Hasil
Hasil pembuatan preparat asetolisis menunjukan tipe bentuk serbuk sari Cocos
nucifera L. “Ancak” adalah bulat dengan 1 apertura berbentuk seperti alur
memanjang tegak pada sumbu memanjang pada kutub butir serbuk sari, dan
indeks antara P/E 1.12-1.18.
Hasil secara in vitro terdapat serbuk sari berkecambah pada hari pertama dan
banyak serbuk sari dengan 1 inti (>60%) dan 2 inti (<40%) dimulai hari pertama.
Serbuk sari 3 inti ditemukan pada hari ke 2,4.
a
b
Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan media agar (in vitro) dengan
konsentrasi 0%, 50%, dan 70%, mengalami peningkatan persentasi (%) serbuk
sari sampai hari ke-7 dengan viabilitas (%) tertinggi adalah 2.2% pada sampel
yang diambil dari Blayu.
b
a
4. Pembahasan
Cocos nucifera atau kelapa dengan family arecaceae memiliki bunga jantan dan
bunga betina pada satu individu (monoecious) (Tjitrosoepomo, 2005). Dari hasil
penelitian serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” perkembangan mikrospora
serbuk sari yaitu terdiri dari satu inti (uninukleat), dua inti (binukleat), tiga inti
(trinukleat) hingga tumbuh buluh serbuk sari. Pada serbuk sari Cocos nucifera
L. “Ancak” paling banyak ditemukan serbuk sari satu inti dan dua inti
dibandingkan dengan tiga inti. Serbuk sari dengan satu inti atau dua inti dapat
ditemukan mulai hari ke- 1 sampai hari ke-7. Serbuk sari dengan satu inti mulai
ditemukan dari ke-4 individu tanaman pada hari ke-1 yaitu >60% dan serbuk
sari dua inti pada hari ke-1 yaitu <40%.
Menurut Grayum (1986) dan Kearns dan Inouye (1993) perkecambahan serbuk
sari binukleat hidupnya lebih panjang sedangkan serbuk sari trinukleat
hidupnya sangat pendek. Dari hasil penelitian perkembangan
mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak” menurun pada hari ke-7, namun
viabilitas serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” meningkat pada hari ke-7, hal
ini dikarenakan serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” terlebih dahulu
melakukan perkembangan mikrogametofit 1 inti, 2 inti dan 3 inti kemudian
mengalami proses perkecambahan (Kriswiyanti, 2012). Perkembangan
mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak” sangat lambat karena pada hari ke-
1 sampai hari ke-7 masih banyak ditemukan serbuk sari satu inti.
Hasil uji viabilitas serbuk sari secara in vitro didapatkan viabilitas (%) rendah
(<2.5%). Serbuk sari yang viabel ditunjukan dengan ciri-ciri seperti dinding
serbuk sari tidak mengkerut dan setiap serbuk sari terdapat buluh serbuk sari
yang keluar dari apertura setelah terjadi penyerbukan (Bhojwani and Bhatnagar,
1999).
5. Kesimpulan
Struktur serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” Genjah dan Dalam memiliki
tipe bentuk yang sama: circular, monosulcus, sulcus, media, Subferoidal, P/E
1.12- 1.18. Perkembangan mikrogametofit Cocos nucifera L. “Ancak” pada
bunga masak umumnya pada tingkat uninukleat baik pada kontrol, maupun
perlakuan menunjukan perkembangan inti uninukleat (>60%) dan binukleat
(<40%). Gamet jantan dimulai pada hari ke- 2,4 (trinukleat). Viabilitas (%)
serbuk sari Cocos nucifera L. “Ancak” umumnya rendah (<2.5%).
Mikrosporogenesis
Merupakan proses pembentukan sel gamet jantan pada bunga. Tempat terjadinya
mikrosporogenesis yaitu di kepala sari (anthera). Di dalam kepala sari terdapat
kantung serbuk sari yang didalammya ada berbagi sel-sel induk serbuk sari
(mikrospora) yang diploid (2n).
Kedua teka tersebut dihubungkan oleh konektivum (penghubung kepala sari), yakni
jaringan steril yang dilalui oleh berkas pembuluh benang sari (stamen) (Gambar 1.2).
Jaringan sporogen dibentuk oleh lapisan sel hipodermis pada empat bagian dari
keempat sudut anther yang sedang berkembang. Sel yang dihasilkan ke arah luar oleh
sel hipodermis, dinamakan lapisan parietal yang berkembang menjadi dinding
kantung polen dan tapetum, yakni lapisan sel yang membatasi jaringan sporogen di
sebelah luar.
Jaringan sporogen sendiri adalah hasil pembelahan lapisan sel hipodermis ke arah
dalam. Tapetum berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi polen yang sedang
berkembang. Pada tapetum akan terjadi pembelahan inti tanpa diikuti sitokinesis,
sehingga diperoleh sel-sel berinti banyak.
Gambar 1.1.
Perkembangan polen dari mikrosporosit sampai menjadi butir polen.
a. stamen.
b. penampang melintang anther.
c. perkembangan tetrad sel-sel dari mikrosporosit dengan cara pembelahan
meiosis.
d. empat mikrospora.
e. butir polen.
f. perkecambahan butir polen
Dalam polen, inti membelah secara mitosis menghasilkan dua buah anak inti. Sebuah
di antaranya, yang sedikit lebih besar, menjadi inti vegetatif (inti tabung) dan yang
lain menjadi sel generatif (Gambar 1.1, E). Sel generatif biasanya berbentuk lonjong
atau bentuk kumparan serta bersitoplasma pekat. Pada stadium ini polen dapat
meninggalkan anther meskipun pada banyak tumbuhan ditemukan bahwa
sebelumnya sel generatif membelah sekali lagi menghasilkan dua gamet jantan (sel
sperma). Pada tumbuhan lainnya sel generatif membelah hanya setelah berada dalam
tabung polen yang sedang berkembang.
Tabung polen dibentuk setelah polen menempel pada medium yang cocok seperti
misalnya pada permukaan stigma yang dipenuhi oleh sekret, yang dihasilkan oleh
sel-sel papila stigma. Setelah kedua gamet jantan dibentuk, seluruh isi sel bergerak
masuk ke dalam tabung polen. Inti tabung dapat berada di muka atau di belakang
kedua gamet jantan (Gambar 1.1, F).
Gambar 1.2.
Penampang melintang anther melalui satu kantung polen.
A, sebelum memecah. B, sesudah memecah.
00
Gambar 1.3.
Penampang melintang anther Lilium sp.
A, sebelum memecah. B, sesudah memecah.
Mikrogametogenesis
Mikrogametogenesis adalah proses pembentukan gamet yang terjadi pada
serbuk sari tersebut. Mikrosporogenesis dan mikrogametogensis terjadi pada
organ reproduksi jantan bunga. Proses tersebut dilakukan agar tumbuhan
tersebut dapat melakukan proses penyerbukan untuk menghasilkan biji sebagai
alat perkembangbiakan.
Setelah serbuk sari jatuh pada kepala putik, akan segera terjadi proses
pembentukan gamet (mikrogametogenesis) pada serbuk sari tersebut. Gamet
yang dimaksud disini adalah inti sel serbuk sari yang nantinya akan membuahi
ovum dan inti kandung lembaga sekunder pada bakal biji.
Pada mulanya sel serbuk sari hanya memiliki 1 inti sel saja yang terletak di tepi
sel. Inti sel ini akan melakukan pembelahan untuk membentuk inti generatif dan
inti vegetatif. Inti generatif terletak di tepi sel, sedangkan inti generatif terletak
di tengah sel tersebut. Inti generatif tersebut kemudian membelah sekali lagi
membentuk inti generatif 1 dan inti generatif 2, yang keduanya sering disebut
dengan nama sperm cell.
Proses pembuahan terjadi pada bakal biji tumbuhan. Serbuk sari yang jatuh pada
kepala putik akan berkecambah membantuk buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari
seperti saluran kecil yang merupakan perpanjangan dari serbuk sari yang akan
mencari jalan menuju bakal biji. Buluh serbuk sari menjadi tempat lewatnya inti
sel serbuk sari untuk membuahi ovum dan inti kandung lembaga sekunder.
Inti vegetatif akan berberan sebagai penunjuk jalan bagi pergerakan 2 inti
generatif. Setelah mencapai bakal biji, inti generatif 1 akan membuahi ovum
untuk membentuk zigot dan inti generatif 2 akan membuahi inti kandung
lembaga sekunder untuk membentuk endosperma. Zigot merupakan calon
individu baru yang pertumbuhan awalnya berasal dari cadangan makanan yang
terdapat pada endosperma.
Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis adalah proses penting dalam
pembentukan serbuk sari dan gamet jantan tumbuhan. Proses ini perlu terjadi
agar suatu tumbuhan dapat melangsungkan proses reproduksinya untuk
menghasilkan keturunan baru.