Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini sering di perbincangkan macam, jenis, serta fungsi, bahkan
sumber dari mana vitamin itu diperoleh. Masyarakat awam yang belum mengerti
tentang vitamin sering kali tidak memperhatikan pola makannya setiap hari.
Mereka tak menyadari akan bahaya kekurangan serta kelebihan vitamin itu.
Maka vitamin sangat berpengaruh pada kesehatan seseorang karena bila
kekurangan bahkan kelebihan vitamin dampaknya sangat merugikan manusia itu
sendiri.
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul
kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak
dapat dihasilkan oleh tubuh. Meski sebagian besar vitamin itu bisa dibuat oleh
berbagai tanaman dan hewan tertentu, tapi tidak ada tanaman dan hewan yang
telah menunjukkan kemampuannya untuk memproduksi B12. Sumber eksklusif
dari vitamin ini adalah mikroorganisme kecil misalnya bakteri, ragi, jamur dan
ganggang. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan vitamin B12 oleh hewan dan
manusia hanya dapat dicukupi dengan memanfaatkan mikroorganisme penghasil
vitamin B12 secara fermentasi. Pada tataran industry, Pseudomonas denitrificans
adalah salah satu jenis bakteri yang banyak digunakan dalam industri vitamin
B12 (Martens dkk, 2002). Namun demikian, produktivitas vitamin B12 oleh
bakteri tersebut secara fermentatif masih rendah (Martens dkk, 200) sehingga
perlu adanya upaya lain agar produktivitas vitamin B12 dapat meningkat
B. TUJUAN
Mempelajari proses produksi vitamin B 12 dengan mikroba
Pseudomonas denitrificans dan pengukuran produktivitas menggunakan
mutagen N-methyl-N.-nitro-N-nitrosoguanidine (NTG)

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses produksi vitamin B 12 dengan mikroba Pseudomonas
denitrificans?
2. Bagaimana kondisi optimal masing-masing tahapan proses produksi
vitamin B 12?
3. Bagaimana cara pengukuran produktivitas vitamin B 12 dengan mutagen
mutagen N-methyl-N.-nitro-N-nitrosoguanidine (NTG)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. VITAMIN B12
A.1. Definisi Vitamin B12
Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang
dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh
untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Vitamin ada 2 macam
yaitu larut dalam lemak ( A,D,E dan K) serta vitamin yang larut dalam air ( B
kompleks dan C) yang masing-masing memiliki peranan penting. Buah-
buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal
tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh
melalui suplemen makanan.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi,
tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin
dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan
maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak
boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada
tubuh.

A.2. Sejarah Vitamin B12


Anemia pernisiosa pertama kali dijelaskan oleh thomas addison (1855)
di amerika serikat.Sebagai penyakit yang awalnya tidak terlihat dan diderita
manusia pada usia setengah tua atau tua. Murot dan murphy pada tahun 1926
mendapat hadiah nobel karena semuanya bahwa anemia pernisiosa adalah
penyakit gangguan gizi yang dapat di sembukan dengan pemberian makanan
yang mengandung 100-200 gram hati sapi. Temuan ini di lanjutkan dengan
pembuatan ekstrak hati dalam larutan air, yang bila di berikan melalui
suntikan ternyata dapat menyembuhkan penyakit ini.

Ditemukan pula bahwa anemia pernisiosa mempunyai hubungan erat


dengan kekurangan cairan lambung. Castle (1941) kemudian dapat
menyembuhkan anemia pernisiosa dengan memberikan pasien daging sapi
melalui mulut, yang dinamakannya faktor ekstrinsik, bersamaan dengan
cairan lambung manusia yang mengandung faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik
vitamin B12 kemudian dapat diisolasi dari hati oleh rickes dan kawan-kawan
(1948) dari amerika serikat dan kelompok dari inggris smith dan parker (1948
). Penjelasan castle tentang peranan sentral lambung dalam adsobsi vitmin
B12 kemudian berlanjut dengan keberhasilan grasback dan kawan-
kwan(1966) mengisolasi faktor interinsik, suatu glikoprotein yang dikeluarkan
sel-sel mukosa lambung.

A.3. Struktur Kimia Vitamin B12


Secara struktur, vitamin B12 adalah vitamin yang paling kompleks dan
mengandung elemen kobal yang jarang tersedia secara
biokimia. Biosintesis dari struktur dasar vitamin ini hanya dapat dilakukan
oleh bakteri, namun konversi antara bentuk-bentuknya yang berbeda dapat
terjadi dalam tubuh. Suatu bentuk sintesis yang umum dari vitamin
ini, sianokobalamin, tidak terjadi di alam, namun digunakan dalam banyak
sediaan farmasi dan suplemen, dan juga sebagai bahan tambahan makanan
karena kestabilannya dan harganya yang lebih murah.
Dalam tubuh, vitamin ini diubah menjadi bentuk
fisiologisnya, metilkobalamin dan adenosilkobalamin, dengan membuang
gugus sianida nya walaupun dalam konsentrasi minimal. Baru-baru
ini, hidroksokobalamin (suatu bentuk kobalamin yang dihasilkan dari bakteri),
metilkobalamin, dan adenosilkobalamin juga dapat ditemukan pada produk
farmakologi dan suplemen makanan yang mahal.

A.4. Sifat Kimia dan Kestabilan Vitamin B12


Vitamin B12 atau kobalamin terdiri dari atas cincin mirip-porfirin
seperti hem, yang mengandung kobalt serta terkait pada ribosa dan asam
fosfat. Bentuk sintetik siano-kobalamin, terdapat dalam jumlah sedikit dalam
makanan dan jaringan tubuh. Bentuk utama vitamin B12 dalam makanan
adalah 5-deoksidenosilkobalamin, metilkobalamin, dan hidroksokobalamin.
Vitamin B12 adalah kristal merah yang larut air. Warna merah karena
kehadiran kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali,
cahaya, dan bahan-bahan pengoksidasi dan produksi. Pada pemasakan, kurang
lebih 70% vitamin B12 Dapat dipertahankan. Sinokobalamin adalah bentuk
paling stabil dan karena itu diproduksi secara komersial dari fermentasi
bakteri.

A.5. Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan Vitamin B12


Dalam keadaan normal sebanyak kurang lebih 70% vitamin B12 yang
di konsumsi dapat diabsorsi. Angka ini menurun hingga 10% pada konsumsi
melebihi lia kali angka kecukupan gizi (AKG). Dalam lambung kobalamin
dibebaskan dari ikatan dengan protein oleh cairan lambung dan pepsin,
kemudian segera diikat oleh pretein-protein. Proses absorpsi, dimulai dari
konsumsi ke penampilan vitamin B12 dalam vena porta memakan waktu 8-12
jam.
Vitamin B12 yang terikat pada TC-2 kemudian dibawa ke jaringan-
jaringan tubuh oleh reseptor-reseptor khusus. Lebih 95% dari vitamin B12 di
dalam sel berada dalam keadaan terikat pada enzim metionin sintetase yang
ada dalam sitoplasma sel atau pada enzim netilmalonil- KoA mutase yang
terdapat dalam mitokondria sel. Persediaan vitamin B12 dalam tubuh adalah
2-3 mg dan sebanyak 1,2-1,3 sehari diekskresi melalui feses dan urin. Tubuh
hemat dalam penggunaan vitamin B12 yang terdapat di dalam cairan empedu
dan sekresi saluran cerna lain di salurkan kembali melalui sirkulasi entero
hepatik.
Dengan demikian, simpanan vitamin B12 dapat bertahan sehingga
sepuluh tahun. Kekurangan konsumsi vitamin B12 baru menunjukkan tanda-
tanda setelah sepuluh tahun, asalkan persediaan tubuh cukup dan kemampuan
absorpsi tidak terganggu. Bila absorpsi vitamin B12 Dalam saluran cerna
terganggu karena kekuurangan faktor intrinsik, akibatnya baru terlihat setelah
empat hingga sepuluh tahun.
A.6. Fungsi Vitamin B12
Vitamin B12 di perlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif,
dan di dalam fungsi noral metabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran
cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf. Vitamin B12 Merupakan kofaktor
dua jenis enzim pada manusia, yaitu metionin sintesis dan metilmalonil-KoA
mutase. Reaksi metionis sintase melibatkan asam folat. Gugus metil 5-metil
tetrahidrofolat (5-metil4 folat ) di pindahkan ke kobalamin untuk membentuk
metil koblamin untuk membentuk metil koblamin yang kemudian
memberikan gugus metil ke homosistein.
Produk akhir adalah metionin, kobalamin, H4 folat, yang dibutuhkan
dalam pembentukan poliglutamil folat dan 5,10-metil-H4 folat, yang
merupakan kofaktor timidilat sintetase dan akhirnya utuk sintesis DNA.
Terjadinya anemia magaloblastik pada kekurangan vitamin B12 dan folat
terletak pada peranan vitamin B12 dalam reaksi yang di pengaruhi oleh
metionin sintesis ini. Reaksi metimalonil –KoA mutase terjadi dalam
mitokondria sel dan menggunakan deoksiadenosilkobalamin sebagai kofaktor.
Reaksi ini mengubah metimalonil-KoA Menjadi suksinil-KoA. Reaksi- reaksi
ini di perlukan untuk degradasi asam propionat dan asam lemak rantai ginjal
terutama dalam sisitem syaraf. Diduga gangguan saraf pada kekurangan
vitamin B12 disebabkan oleh ganggguan aktifitas enzim ini.
B. MIKROBA PENUNJANG PRODUKSI VITAMIN B12
B.1. Bakteri Pembentuk Vitamin B12
Vitamin B12 bisa dihasilkan melalui dua cara, sintesis kimia, dan
fermentasi mikrobial. Walaupun Woodward dan Eschenmoser berhasil
melakukan sintesis kimia vitamin B12, prosesnya membutuhkan 70 step reaksi
yang amat sangat kompleks, tidak efisien dan sangat mahal. Sehingga, secara
komersial, vitamin B12 dihasilkan melalui proses fermentasi dengan
memanfaatkan bakteria-bakteria penghasil vitamin B12.
Tiga spesies bakteria yang sering digunakan dalam produksi komersial
vitamin B12 adalah Bacillus megaterium, Pseudomonas denitrificans,

dan Propionibacterium. Karena Propionibacterium memiliki status GRAS


(generally recognized as safe) oleh United States Food and Drug
Administration, food-grade, dan tidak menghasilkan endotoksin atau
eksotoksin, fermentasi vitamin B12 oleh strain-strain Propionibacterium bisa
langsung dihasilkan di media pangan tanpa harus diolah lebih lanjut. Selain
ketiga bakteri yang telah dijelaskan, vitamin B12 juga dapat dibentuk oleh
bakteri dengan perolehan produk dalam mg/l seperti berikut :
B.2. Bakteri Pseudomonas denitrificans sebagai bahan pembuatan
vitamin B12
Vitamin B12 memiliki kunikan bahwa produknya tidak dapat dibuat
oleh mikroorganisme eukariotik dan hanya diproduksi oleh beberapa
mikroorganisme prokariotik, salah satu diantaranya yaitu Pseudomonas
denitrificans. Pseudomonas denitrificans merupakan bakteri gram negatif
yang bersifat obligat aerob dan senyawa-senyawa intermediatenya antara
urogen III dan asam kobirinat menjadi sangat sensitive terhadap oksigen.
Bakteri aerob pensintesis cobalamin mengembangkan system penting
yang menjaga senyawa intermediate sensitive terhadap oksigen. Intermediate-
intermediate tersebut dapat dialirkan dari urogen III ke asam kobirinat tanpa
dikeluarkan ke dalam sitoplasma sehingga kontak dengan oksigen dapat
dicegah. Warna merah vitamin B12 merupakan salah satu pigmen alami
dalam kehidupan seperti warna hijau pada klorofil. Semua pigmen alami
diturunkan secara biosintesis dari urophorpirinogen III yang terdiri dari
delapan molekul asam 5-aminolevulinat (ALA), yang berpasangan dua-dua
untuk menghasilkan empat molekul porfobillinogen (PBG).
Pada tataran industri, Pseudomonas denitrificans adalah salah satu
jenis bakteri yang banyak digunakan dalam industri vitamin B12 12 (Martens
dkk, 2002). Namun demikian, produktivitas vitamin Boleh bakteri tersebut
secara fermentatif masih rendah (Martens dkk, 200) sehingga perlu adanya
upaya lain agar produktivitas vitamin B12 dapat meningkat. Biosintesis
vitamin B12 dalam P.denitrificans melibatkan sedikitnya 20 gen (Cameron
dkk, 1989) yang mengkonversi α-aminolevulinic acid sebagai bahan pre-
cursor hingga menjadi molekul kobalamin melalui pembentukan cincin korrin
(Battersby, 1994). Banyaknya gen yang terlibat di dalam biosintesis vitamin
B12 akan memperbesar kemungkinan didapatnya mutan yang memiliki
produktivitas lebih baik dibandingkan dengan galur asalnya, setelah dilakukan
proses mutasi padanya.
C. ELEMEN PENINGKAT PRODUKTIVITAS VITAMIN B12
C.1. NTG (N-methyl-N.-nitro-N-nitrosoguanidine)
N-methyl-N.-nitro-N-nitrosoguanidine (NTG) adalah salah satu jenis
mutagen yang sangat luas digunakan dalam proses peningkatan produktivitas
dengan mutasi acak (Miller, 1996). Sebagai agen alkilasi, NTG akan bereaksi
dengan guanin dari DNA menjadi O6-metilguanin, suatu alkil radikal yang
bersifat mutagenik. Pembentukan struktur ini akan menyebabkan kesalahan
pembacaan sitosin menjadi timin pada saat replikasi DNA (Mitra dan Kaina,
1993). Kesalahan inkorporasi sitosin dengan timin inilah yang akan
menyebabkan urutan basa mengalami perubahan saat replikasi. Kesalahan
pembacaan ini akan menyebabkan distorsi struktur (base mismatch). Besar
pengaruh mutagen NTG pada produktivitas vitamin B12 dapat dilihat dengan
membandingkn profil produktivitas bakteri sebelum dan sesudah diperlakukan
dengan bahan mutagen tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. RANGKAIAN PENELITIAN SKALA LABORATORIUM

(Diagram Proses Produksi Vitamin B12)


Proses pembuatan vitamin B12 menggunakan alat dan bahan utama
sebagai berikut :
1) Bahan :
 Bakteri Pseudomonas Denitrificans
 N-methyl-N.-nitro-N-nitrosoguanidine
 Media Luria-Bertani
 Media Murashige Skoog
 Asam Sitrat
 Natrium Sitrat

 KHPO

 (NH)SO

 Natrium sitrat.2HO

2) Alat :
 Tabung Reaksi
 Pengaduk
 Erlenmeyer
 Penangas Kocok
 pH meter
 Autoklaf
 Spektrofotometer
B. SINTESIS VITAMIN B12
Sintesis vitamin B12 pertama dilaporkan oleh Albert Eschenmoser dan
Robert Burns Woodward, dan menjadi salah satu prestasi klasik dalam
sintesis organik. Pada defisiensi vitamin B12 sebagian besar folat dalam tubuh
terperangkap secara irreversible sebagai turunan metilnya, sehingga tidak
tersedia cukup banyak FH, bebas untuk melaksanakan reaksiyang secara
normal diikutinya. Dengan demikian defisiensi vitamin B12 mencetuskan
defisiensi folat engan mekanisme yang dikenal sebagai methyl trap theory.
1) Sintesis Ring A

2) Kemudian proses ini diresolusi

3) Sintesis Ring D
4) Penggabungan Ring AD

5) Penyempurnaan Ring AD

6) Sintesis Ring B
7) Penggabungan Ring BC

8) Penggabungan Ring AD BC
9) Penyempurnaan
10) Penyempurnaan Akhir
C. PENGUKURAN KURVA PERTUMBUHAN DENGAN Pseudomonas
denitrificans
1) Koloni yang dipilih dari biakan di media LB agar diinokulasikan ke dalam
tabung reaksi yang berisi media LB 5 mL,
2) lalu diinkubasi dalam penangas kocok pada kecepatan 200 rpm dan suhu
30C selama 24 jam.
3) Kultur sel ini kemudian dipindahkan dalam tabung-tabung Erlenmeyer
yang berisi media LB 10 mL sehingga rapatan optik sel pada panjang
gelombang 600 nm (OD600) media mencapai 0,01.
4) lalu diinkubasi dalam penagas kocok pada kecepatan 200 rpm dan suhu
30C.
5) Rapatan optik sel OD600 media dan absorbansi vitamin B12 dalam media
pada λ=360 nm diukur dengan spektrofotometer (Shimadzu UV-160A)
setiap 12 jam selama 11 hari. Nilai absorbansi vitamin B12 tersebut
dikonversikan ke satuan ppm dengan persamaan yang di dapat dari kurva
standar vitamin B12 yang dibuat dengan mengukur absorbansi vitamin B
yang dilarutkan di dalam media LB dengan berbagai konsentrasi pada
panjang gelombang 360 nm (data tidak ditampilkan).
D. PERLAKUAN DENGAN NTG (N-methyl-N.-nitro-N-nitrosoguanidine)

1) Pseudomonas denitrificans F942 ditumbuhkan di medium Luria-Bertani


(LB) sampai rapatan optik sel pada panjang gelombang 600 nm (OD)
mencapai 0,9-1,0.

2) Sebanyak 4 mL kultur disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 5


menit. Sel dicuci dengan 5 mL ml buffer sitrat sebanyak dua kali,
kemudian sel dikumpulkan dengan sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm
selama 5 menit.

3) Sel disuspensikan dengan buffer sitrat 0,1M (pH 5,5) yang mengandung
NTG dengan konsentrasi tertentu (lihat Hasil dan Pembahasan), kemudian
diinkubasikan di dalam penangas air kocok, selama 90 menit pada suhu
37C dengan kecepatan 160 rpm.

4) Setelah inkubasi selesai, sel dikumpulkan kembali dengan sentrifugasi


pada kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Endapan dicuci dengan media
MS (per liter: KHPO 7 g, KHPO 2 g, (NH)SO 1 g, Natrium sitrat.2HO 0,5
g) sebanyak 5 mL, lalu disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10
menit sebanyak 3 kali.

5) Endapan sel diresuspensikan kembali dalam 1 mL media MS, kemudian


disebar di media LB padat dan diinkubasikan pada suhu 28C selama 3
hari.
E. PENGUKURAN PRODUKTIVITAS VITAMIN B12
1) Koloni yang dipilih dari biakan di media agar diinokulasikan ke dalam
tabung reaksi yang berisi media, lalu diinkubasi dalam penangas kocok
pada kecepatan 200 rpm dan suhu 30°C selama 24 jam.
2) Kultur sel ini kemudian dipindahkan dalam tabung Erlenmeyer sebanyak
5-10 µL, lalu diinkubasi dalam penagas kocok pada kecepatan 200 rpm
dan suhu 30°C selama 9 hari.
3) Setelah fermentasi selesai, kultur diukur rapatan optik selnya pada panjang
gelombang 600 nm. Kandungan vitamin B12 dalam media kultur diukur
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 360 nm, setelah kultur
terlebih dulu disentrifugasi pada kecepatan 14000 rpm selama 1 menit.
4) Produktivitas vitamin B12 dihitung sebagai perbandingan konsentrasi
vitamin B12 dalam media kultur P.denitrificans dengan rapatan optik sel
pada saat itu, dengan satuan ppm/SROS (satuan rapatan optik sel).
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada percobaan produksi vitamin B12 digunakan bakteri Pseudomonas


Denitrificans yang berfungsi sebagai biokatalisator. Percobaan ini dimulai dengan
mengukur kurva pertumbuhan bakteri P.Denitrificans dengan membiakkan bakteri
tersebut di media Luria-Bertani. Kultur sel dipindahkan ke tabung Erlenmeyer yang
berisi media LB 10 ml agar rapatan optic sel pada panjang gelombang 600 nm
mencapai 0,01 bertujuan untuk memudahkan pengukuran. Rapatan optic sel dan
absorbansi vitamin B12 diukur setiap 12 jam selama 11 hari. P.denitrificans mencapai
masa stasioner mulai jam ke-36, dan pertumbuhannya relatif stabil hingga hari ke-7.
Memasuki hari ke-8 hingga akhir pengamatan, pertumbuhan sel mengalami fluktuasi.
Sedangkan konsentrasi vitamin B12 dalam kultur media P.denitrificans relative
meningkat dengan stabil sejak jam ke-12 hingga hari ke-7. Memasuki hari ke-8
hingga akhir pengamatan, sama dengan yang terjadi pada pertumbuhan sel dan
konsentrasi vitamin B12 dalam media kultur, produktivitas vitamin B12 pun
mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Fluktuasi yang terjadi pada pertubuhan sel
dan konsentrasi vitamin B12 dalam media kultur sejak hari ke-8 adalah suatu hal
yang wajar, mengingat fermentasi P.denitrificans pada penelitian ini dilakukan dalam
batch. Namun, seperti yang terlihat pada kurva produktivitas vitamin B12,
produktivitas cenderung meningkat secara linear hingga hari ke-7. Sedangkan
produktivitas pada hari ke-8 hingga hari ke-11 terlihat cenderung stabil walaupun
mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas
vitamin B12 oleh P.denitrificans mencapai maksimum pada sekitar hari ke-8 hingga
hari ke-9.
Kemampuan Pseudomonas denitrificans hidup dalam kondisi adanya mutagen
dalam media pertumbuhannya diukur dengan memperlakukan sel dengan NTG, lalu
jumlah koloni bakteri yang hidup dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri
sebelum diberikan perlakuan. Sel yang diperlakukan dengan NTG diambil ketika sel
berada pada awal fasa logaritmik, dimana komposisi sel yang hidup dalam media
kultur jauh lebih banyak dibandingkan dengan sel yang mati.
Seiring dengan peningkatan konsentrasi NTG, rasio kematian P.denitrificans
pun meningkat. Rasio kematian sel mencapai 90% ketika sel diperlakukan dengan
NTG pada konsentrasi lebih dari 0,1 mg/mL.
Setelah P.denitrificans diperlakukan dengan NTG dengan konsentrasi 0,1
mg/mL dan disebar di media LB padat, sebanyak 112 koloni bakteri yang tumbuh
dipilih secara acak dan diukur produktivitasnya setelah difermentasi selama 9 hari
pada suhu 300C di penangas kocok.

Sebelum perlakuan Setelah perlakuan


Simpangan baku OD600 6,62% 16,66%
Simpangan baku 7,68% 39,05%
konsentrasi vitamin B12
Simpangan baku 10,84% 43,02%
produktivitas vitamin B12

Perbandingan sebaran data OD600, konsentrasi vitamin B12 dalam media kultur, dan
produktivitas vitamin B12 oleh P.denitrificans sebelum dan setelah perlakuan dengan
NTG 0,1 mg/mL

Simpangan baku konsentrasi vitamin B12 di dalam media kultur untuk koloni-
koloni yang telah diberi perlakuan dengan NTG adalah sebesar 39,05%. Nilai ini jauh
lebih besar dari simpangan baku konsentrasi vitamin B12 dari koloni yang tidak
diberi perlakuan, yaitu sebesar 7,68%. Dengan demikian adanya perubahan
produktivitas vitamin B12 dari galur yang telah diperlakukan dengan NTG, karena
adanya perubahan konsentrasi vitamin B12 dalam kultur media. Hal ini menunjukkan
bahwa perlakukan NTG pada sel dimungkinkan memberikan efek yang besar pada
kemampuan sel dalam mensintesis vitamin B12.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari percobaan produksi vitamin B12 dapat disimpulkan bahwa vitamin B12
dapat diproduksi dari Pseudomonas Denitrificans dengan melalui beberapa tahap
yaitu pengukutan kurva pertumbuhan, perlakuan dengan NTG, dan pengukuran
produktivitas vitamin B12. Kondisi optimal dalam percobaan pembuatan vitamin B12
yaitu pada saat hari ke-8 sampai hari ke-9. Karena pada saat itu produksi vitamin B
12 mencapai hasil maksimum. Sedangkan untuk mengukur produktivitas vitamin B
12 dengan NTG dapat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah sel saat tanpa
perlakuan dan jumlah sel saat diberi perlakuan dengan NTG.

5.2. Saran
1. Alat yang digunakan harus dalam keadaan steril.
2. Saat pengukuran dengan spektrofotometri harus teliti agar hasilnya maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Alhusni, Amatur Akhir. 2015. Vitamin B12 (Cobalamin). Tersedia :


http://amatulalhusni.blogspot.co.id/2015/06/vitamin-b12.html, diakses pada
tanggal 11 November 2017, pukul 21.56 WIB.

Efendi, Yus. 2013. Produksi Vitamin B12 oleh Pseudomonas dan Propionibacterium
sp. Tersedia : https://www.slideshare.net/YusEfendi1/produksi-vitamin-b12-
oleh-pseudomonas-dan-propionibacterium-spp, diakses pada tanggal 12
November 2017, pukul 00.03 WIB.

NN. 2016. Vitamin B12. Tersedia : https://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_B12,


diakses pada tanggal 11 November 2017, pukul 22.13 WIB.

Rizal, Arradi Nur, dkk. 2015. Vitamin B12 : How It’s Made. Tersedia :
http://zywielab.com/vitamin-b12-how-its-made#sthash.9oG9LDTi.dpbs,
diakses pada tanggal 12 November 2017, pukul 23.30 WIB.

Safitri, Devi Nur. 2015. Vitamin B12. Tersedia :


http://devinursafitrinutrition.blogspot.co.id/2015/12/vitamin-b12.html,
diakses pada tanggal 11 November 2017, pukul 22.06 WIB.

Anda mungkin juga menyukai