Contoh Format Persetujuan Tindakan Medik
Contoh Format Persetujuan Tindakan Medik
PERSETUJUAN
Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan medik tersebut di atas, serta risiko yang dapat
ditimbulkannya dan upaya mengatasinya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti
sepenuhnya.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
Dokter
Tanda Tangan
. .
Nama Lengkap
. .
Nama Lengkap
*
Lingkari Jawabannya dan coret yang tidak perlu
Yogyakarta, Tgl___Bulan________Tahun____
Yang Membuat Pernyataan
Tanda Tangan
. .
Nama Lengkap
Saksi dari Keluarga Pasien
Tanda Tangan
. .
Nama Lengkap
a. KESIMPULAN
Abortus yang dilakukan oleh dokter adalah termasuk dalam golongan abortus
provokatus kriminalis. Bagi yang melakukan,menyarankan dan ,menganjurkan dapat
dikenakan sanksi pidana .
HOME CARE
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan masyarakat untuk
hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut
berbagai program kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas mempunyai arti bahwa pelayanan yang diberikan
kepada individu, keluarga ataupun masyarakat haruslah baik (bersifat etis) dan benar
(berdasarkan ilmu dan hukum yang berlaku). Hukum yang mengatur praktik keperawatan
telah tersedia dengan lengkap, baik dalam bentuk undang-undang kesehatan, maupun surat
keputusan Menkes tentang praktik keperawatan. Dengan demikian melakukan praktik
keperawatan bagi perawat di Indonesia adalah merupakan hak sekaligus kewajiban profesi
untuk mencapai visi Indonesia sehat tahun 2010.
Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus
dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan
dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilkukan dirumah pasien
disebut Home Care.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan,
karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan
keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah
atara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya
SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
mengenai konsep home care yang meliputi :
a. Pengertian Home Care
b. Konsep/Model Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care
c. Landasan Hukum Home Care
d. Skill Dasar Yang Harus Dikuasai Perawat
e. Lingkup Pelayanan Home Care
f. Isu Dan Legal Aspek
g. Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
h. Mekanisme Pelayanan Home Care
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan pengertian Home Care
b. Menjelaskan konsep/model teori keperawatan yang mendukung Home Care
c. Menyebutkan landasan hukum Home Care
d. Menjelaskan skill dasar yang harus dikuasai perawat
e. Menjelaskan lingkup pelayanan Home Care
f. Menjelaskan isu dan legal aspek Home Care
g. Menjelaskan lingkup praktik keperawatan di rumah
h. Menjelaskan mekanisme pelayanan Home Care
PEMBAHASAN
v Kompetensi Dasar
Memahami dasar-dasar anatomi, fisiologi, patologi tubuh secara umum.
1) Menjelaskan anatomi, fisiologi, patologi sebagai sistem tubuh secara umum
2) Menjelaskan konsep dasar homeostasis, dan patogenesis.
Melaksanakan pemberian obat kepada klien/pasien
1) Menjelaskan cara-cara pemberian obat kepada pasien
2) Melakukan pemberian obat kepada pasien sesuai resep dokter.
Memahami jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh klien/pasien
1) Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dasar yang diperlukan oleh
klien/pasien
2) Menjelaskan persiapan klien/pasien yang akan diperiksa di laboratorium
3) Mengantarkan klien/pasien untuk periksa di laboratorium.
Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
1) Menjelaskan definisi komunikasi terapeutik
2) Menjelaskan fungsi, dan manfaat komunikasi terapeutik
3) Melaksanakan setiap tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik.
Menunjukan kemampuan mengasuh bayi, balita, anak, dan lansia sesuai tingkat
perkembangan
1) Membangun hubungan antar manusia
2) Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
3) Mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia
4) Merencanakan kebutuhan dasar manusia
f. Menunjukan kemampuan melayani klien/pasien berpenyakit ringan
1) Membangun hubungan antar manusia
2) Mengoptimalkan komunikasi terapeutik
3) Mengidentifikasi kebutuhan dasar klien/pasien
4) Merencanakan kebutuhan dasar klien/pasien
5) Melaksanakan kebutuhan dasar klien/ pasien
6) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan kebutuhan pasien/klien yang penyakit
ringan.
g. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
1) Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2) Melaksanakan prosedur K3
3) Menerapkan konsep lingkungan hidup
4) Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, home care merupakan bagian
integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu,
keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan
yang mereka hadapi.
Perawatan di rumah selain dapat mengurangi kecemasan juga dapat menghemat biaya dari
beberapa segi misal biaya kamar, biaya transpor dan biaya lain-lain yang terkait dengan
penjaga yang sakit.Tetapi perlu diingat bahwa pasien yang dapat layananhome care adalah
pasien yang secara medis dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi rumah
yang memadai.
2. Saran
a. Bagi perawat
Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah memiliki SIP, harus
kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap tugasnya.
b. Bagi pasien dan keluarga
Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap perawat home care, manicotti
anjuran dari perawa, membantu dalam proses tindakan keperawatan, dan dapat bersifat
kooperatif dalam menerima informasi dari perawat.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
http://www.rajawana.com/artikel/pendidikan-umum/453-home-care.html
http://diponegoronursesassociation.blogspot.com/2008/05/home-care-agency-prespektik-
sistem.html
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/12/18/home-care-seminar/
http://wwwdagul88.blogspot.com/2009/12/home-care-bab-i-pendahuluan-untuk.html
http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2008/12/teori-leininger.html
http://egithink.multiply.com/journal/item/5
SURAT PERNYATAAN /PERSETUJUAN PEMERIKSAAN,
PENGOBATAN,TINDAKAN MEDIS NON MEDIS
Nama
:…………………………………………………………………………….
Alamat :
……………………………………………………………………………..
PERNYATAAN / PERSETUJUAN
Nama :
…………………………………………………………………………….
Alamat :
…………………………………………………………………………….
Dirawat di ruang :
…………………………………………………………………………….
Yang tujuan, sifat dan perlunya pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis non
operatif tersebut diatas, serta resiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup
dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan / persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan.
...................,................................2012
Saksi-saksi Dokter yang memberi penjelasan Yang membuat pernyataan
/persetujuan
2(………………)
Nama jelas
MAKALAH IMUNISASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen. Secara khusus
antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk
pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat
anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun
kuman disebut antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah
jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda
akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap
antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi
pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup
tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat
menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap
penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman
penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap
benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh.
Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun,
jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh
tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja definisi dari imunisasi?
b. Reaksi apa saja yang akan timbul?
c. Apa saja jenis vaksin?
d. Perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
e. Penyakit apa saja yang harus dicega dengan vaksin?
f. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
g. Apa saja efek samping dari imunisasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa saja definisi dari imunisasi.
b. Untuk mengetahui reaksiapa saja pada imunisasi.
c. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi.
d. Untuk mengetahui perbedaan imunisasi akti dan pasif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan,
caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui
injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi
antibodi. "Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh," ujarnya.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan
cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat menghindarkan dari
perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal dunia.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi
juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh
lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
B. Reaksi aantigen-antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat
tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil
tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat
anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang
kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh.
Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti
bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin
akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi,
setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga
imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali
oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar Imunologi ialah:
1) Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman) memasuki tubuh, maka
tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa antibodi
atau antitoksin
2) Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga
tidak cukup banyak antibodi terbentuk.
3) Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga dan seterusnya tubuh sudah lebih
mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti, sehingga
dalam waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
4) Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/ suntikan/imunisasi
ulang. Ini merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali.
Di manakah zat anti tersebut dibentuk tubuhyaitu pada tempat-tempat yang strategis
terdapat alat tubuh yang dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati, limpa ,
kelenjar timus dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya, tersebar luas
di seluruh jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut, leher, ketiak,
selangkangan, rongga perut. “Amandel” atau tonil merupakan kelenjar getah bening yang
terdapat pada rongga mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang disebutkan tadi
merupakan pusat jaringan terbentuknya kekebalan pada manusia. Kerusakan pada alat
ini akan menyebabkan seringnya anak terserang berbagai jenis infeksi: lazimnya
dikatakan “daya tahan tubuh anak merendah”.
C. Jenis vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak,dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi. Diantara penyakit berbahaya tersebut termasuk penyakit
cacar, tbc, difteri, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, kolera, tifus, para tifus campak,
hepatitis B dan demam kuning terhadap penyakit tersebut telah dapat dibuat vaksinnya
dalam jumlah besar, sehingga harganya terjangkau oleh masyarakat luas. Di negara yang
sudah berkembang beberapa vaksin khusus telah pula diproduksi, misalnya terhadap
penyakit radang otak, penyakit gondok, campak Jerman (rubela) dan sebagainya. Bahkan
beberapa vaksin yang sangat khusus dapat pula dibuat, tetapi harganya akan sangat
mahal karena penggunaan yang terbatas. Untuk kepentingan masyarakat luas, di
beberapa negara sedang dijajagi kemungkinan pembuatan vaksin berbahaya dan
merugikan, misalnya vaksin terhadap malaria dan demam berdarah.
Karena penyakit tersebut di atas sangat berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara
penyuntikan kuman/antigen murni akan menyebabkan anak anda benar-benar menjadi
sakit. Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu jenis vaksin dari kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga tidak membahayakan dan tidak
akan menimbulkan penyakit. Bahkan sebaliknya, kuman penyakit yang sudah
dilemahkan itu merupakan rangsangan bagi tubuh anak untuk membuat zat anti
terhadap penyakit tersebut. Akibat suntikan imunisasi dengan jenis kuman tersebut
reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam ringan yang biasanya berlangsung selama
1-2 hari.
F. Cara pemberian
BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan.
o Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan timbul bebjolan putih pada lengan bekas
suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi panas. Jangan dipecahkan.
DPT + Hb (Kombo)
o Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan.
o Anak akan mengalami panas dan nyeri pada tempat yang diimunisasi. Beri obat
penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus bayi dengan selimut tebal.
Polio
o Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan
o Setelah imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan setelah
imunisasi polio, kemungkinan sebelum di vaksin sudah terkena virus polio.
Campak
o Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan.
o Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi akan panas dan muncul kemerahan. Cukup
beri ¼ tablet penurun panas.
G. Efeksampingdan penataklasanaan
BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu
diinsisiataupun kompres).
DPT
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi DPT adalah sebagai berikut:1. Demam
ringan berikan kompres dan anti piretik,2. Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari
kapan perlu berikan analgetik,3. Jarang demam tinggi atau kejang,4. Penanganan kejang
positif, berikan anti convulsan.
Polio
Efek samping imunisasi polio adalah sebagai berikut :1. Sangat jarang; bila terjadi
kelumpuhan ekstremitas segera konsul,2. Diare,3. Dehidrasi (tergantung derajat diare,
biasanya hanya diare ringan).
Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya.
Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak adalah sebagai berikut :1. Demam
ringan berikan kompres dan obat antipiretik,2. Nampak sedikit bercak merah pada pipi
dan bawah telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikantidak berbahaya lakukan
observasi.(Dick. George, 1992 : 37)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi
juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh
lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti
bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan
B. Saran
Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan
pada fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan
bertambahnya usia,
wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia yang
sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat
lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit
karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan
juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada
usia lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang
tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih
berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu
penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau
lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif
itu. Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif
lain. Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia dapat
berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit
yang satu dengan penyakit yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung
yang sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%,
Kelainan Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi penyakit jantung pada usia lanjut ?
2. Apa perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
3. Apa perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
4. Apa perubahan patologi anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
5. Bagaimana tanda dan gejala penyakit jantung di usia lanjut ?
6. Berapa jenis penyakit jantung pada usia lanjut ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi penyakit jantung pada usia lanjut
2. Untuk mengetahui perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
4. Untuk mengetahui perubahan patologi anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung di usia lanjut
6. Untuk mengetahui jenis penyakit jantung pada usia lanjut
D. Manfaat
Sebagai sumber ilmu dalam menerapkan asuhan keperawatan penyakit jantung pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Merupakan penyebab kematian terbesar pada usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Pada
lansia penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui, malah mungkin
yang terbanyak diderita.
2. Perubahan Anatomis
Penebalan dinding ventrikel kiri jantung kerap terjadi,meski tekanan darah relatif normal.
Begitupun fibrosis dan kalsifikasi katup jantung terutama pada anulus mitral dan katup aorta.
Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang
menyebabkan hantaran listrik jantung mengalami gangguan. Hanya sekitar 10% sel yang
tersisa ketika manusia berusia 75 tahun ketimbang jumlahnya pada usia 20 tahun lalu. Bisa
dibayangkan,bagaimana terganggunya kerja jantung,apalagi jika disertai penyakit jantung
lain,seperti penyakit jantung koroner. Sementara itu,pada pembuluh darah terjadi kekakuan
arteri sentral dan perifer akibat proliferasi kolagen,hipertrofi otot polos,kalsifikasi,serta
kehilangan jaringan elastik. Meski seringkali terdapat aterosklerosis pada manula,secara
normal pembuluh darah akan mengalami penurunan debit aliran akibat peningkatan situs
deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh,terdapat pula perubahan arteri koroner difus yang
pada awalnya terjadi di arteri koroner kiri ketika muda,kemudian berlanjut pada arteri
koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun.
3. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan
pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik
manusia,perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien.
Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung,preload dan afterload,performa otot
jantung,serta regulasi neurohormonal kardiovaskular.
Oleh karenanya,orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif terhadap
respon tersebut,isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva Frank-Starling.
Efeknya,volume akhir diastolik menjadi bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang
terlalu berat dan lemah jantung. Awalnya,efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor
β-adrenergik,namun setelah diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.
Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol lantaran
otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,akibat kurangnya kerja
otot atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal,akan terjadi pula fibrilasi
atrium,sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan
diastol,akibat ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal,akan terjadi penurunan
komplians ventrikel ketika menerima darah yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
diastolik ventrikel ketika istirahat dan exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan
kongesti sistemik vena yang sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara
umum,yang sering terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi
diastol.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,gangguan
konduksi dan irama jantung,serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia
yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole (VES), supraventricular
extrasystole (SVES),atrial flutter/fibrilation,bradycardia sinus,sinus block,A-V junctional.
Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan
menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan
diagnosis,perlu dilakukan ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita
penyakit jantung lainnya.
4. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif umumnya berupa
degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung terutama
endokard,miokard,dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi anatomis merupakan
perubahan mendasar yang menyebabkan perubahan makroskopis,meskipun tidak
berhubungan langsung dengan fisiologis.
Seperti halnya di organ-organ lain,akan terjadi akumulasi pigmen lipofuksin di dalam sel-sel
otot jantung sehingga otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi
degenerasi amiloid alias amiloidosis,biasa disebut senile cardiac amiloidosis. Perubahan
demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal pompa jantung.
Terdapat pula kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu,terutama mengenai lapisan dalam
jantung dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan aliran darah sentral
dan perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah
besar dan degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup jantung,menyebabkan
seringnya terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.
Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung menyebabkan
pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel yang mengalami degenerasi,
terutama mengenai lapisan endokard termasuk daun katup. Tidak heran,akibat berbagai
perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di atas,keseluruhan kerja jantung
menjadi rusak.
5. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
Nyeri pada daerah prekordial dan sesak napas seringkali dirasakan pada penderita penyakit
jantung di usia lanjut. Rasa cepat lelah yang berlebihan seringkali ditemukan sebagai
dampak dari sesak napas yang biasanya terjadi di tengah malam. Gejala lainnya adalah
kebingungan,muntah-muntah dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar
atau keluhan insomnia.
Bising sistolik banyak dijumpai pada penderita lanjut usia,sekitar 60% dari jumlah penderita.
Dalam penemuan lain juga dilaporkan bahwa bising sistolik tanpa keluhan ditemukan pada
26% penderita yang berusia 65 tahun keatas.
Pada jantung dapat dijumpai kekakuan pada arteria koroner,cincin katup mitral,katup
aorta,miokardium dan perikardium. Kelainan-kelainan tersebut selalu merupakan keadaan
yang abnormal.
6. Jenis Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Penyakit Jantung Koroner Dan Infark Miokard
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan makanan ke
jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. PJK adalah
manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan
penebalan dinding,disebut juga aterosklerosis. Tapi selain itu stenosis aorta,kardiomiopati
hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga dapat menyebabkan PJK.
Faktor risiko PJK antaralain hipertensi sistolik,dislipidemia,intoleransi glukosa dan
fibrinogen,obesitas dan kurang bergerak.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal
jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur
atau age-dependent. Menurut penelitian,gagal jantung jarang pada usia di bawah 45
tahun,tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan.
Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung
Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada penyakit stenosis
aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.
Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,yaitu
kelebihan Na dalam makanan,kelebihan intake cairan,tidak patuh minum obat,aritmia,
flutter,aritmia,obat-obatan,sepsis,hiper/hipotiroid,anemia,gagal ginjal,defisiensi vitamin
B,emboli paru.
c. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali diakibatkan
oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat kalsifikasi lebih sering
ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral, regurgitasi sangat sering
dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria.
Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi
harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising patologis menandakan
adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani dengan benar akan
mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis aorta akan
berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala selama
beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan kerusakan ventrikel
permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti pulmonary vascular
congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan heart block.
Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya Atrial fibrillation
dan gagal jantung.
d. Hipertensi Dan Penyakit Jantung Hipertensif
Semakin tua,tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada orang-orang
lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena patogenesis, perjalanan
penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia
dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih mengarah
kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan berbagai penyakit
komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat kaitannya dengan
penatalaksanaan keseluruhan.
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak memberikan
gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult).
Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi yang
esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.
7. Pencegahan Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau
menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Pencegahan primer penyakit
jantung yang dapat dilakukan antara lain :
1) Stop merokok
2) Turunkan kolesterol
3) Obati tekanan darah tinggi
4) Latihan jasmani
5) Pelihara berat badan ideal
6) Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan
7) Kelola dan kurangi stres.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya
penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula.
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan :
1) Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
2) Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
3) Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun
setelah berusia 40 tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus dilakukan.
Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya
agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali
dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-
penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.
Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan
ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang
umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan dan kesehatan
1) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan-kebiasaan
pasien yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen. Perawat harus dapat
mengidentifikasi nyeri pada pasien. Perawat juga harus menentukan integrasi neurovascular
dan mengetahui dengan pasti jika klien mengalami panas,mati rasa atau perasaan geli.
Perawat perlu mengkaji status pernapasan klien. Perawat perlu juga mengetahui tentang
diet pasien karena erat kaitannya dengan status kardiovascular pasien.
2) Riwayat perkembangan
Struktur sistem cardiovascular berubah sesuai usia individu. Perawat harus memahami efek
perkembangan fisik pada denyut jantung,produksi zat tertentu dalam darah dan tekanan
darah, untuk menginterpretasikan parameter tersebut dikaitkan dengan usia pasien.
3) Riwayat sosial
Perawat dapat mengumpulkan tentang cara hidup pasien,latar belakang pendidikan,sumber-
sumber ekonomi,agama dan etnik pada pasien kardiovascular.
4) Riwayat psikologis
Perawat mengidentifikasi stress maupun sumber-sumber coping.
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik sistem kardiovaskuler meliputi pemeriksaan jantung dan pembuluh darah
melalui keterampilan inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi.
2 Kembangkan aktivitas klien dalam program latihan. Program latihan fisik mempunyai efek
menguntungkan pada kerja jantung.
3 Ajarkan klien menggunakan daftar latihan untuk mencatat aktivitas latihan dan responnya
(seperti nadi,bernapas dangkal,cemas). Membuat daftar harian dapat meningkatkan
kemampuan.
4 Kaji respon fisiologi terhadap aktivitas, observasi frekuensi nadi >20 X/i di atas frekuensi
istirahat. Peningkatan tekanan darah selama/sesudah aktivitas(sistol meningkat 40 mmHg
atau diastolik meningkat 20 mmHg),dispneu/nyeri dada, keletihan,kelemahan
berlebihan,pusing atau pingsan. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologi terhadap stress aktivitas,dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
5 Ajarkan tentang rasa takut/cemas berhubungan dengan intoleransi aktivitas. Rasa
takut/cemas dapat meningkatkan intoleransi aktivitas.
6 Ajarkan strategi koping kognitif (seperti pembandingan,relaksasi,pengendalian bernapas).
Respon emosional terhadap intoleransi aktivitas dapat ditangani dengan menggunakan
strategi koping kognitif.
7 Ajarkan keluarga untuk membantu klien melakukan aktivitas. Dukungan sosial
meningkatkan pelaksanaan aktivitas.
8 Kolaborasi dengan klien/keluarga untuk menetapkan rencana ADL yang konsisten dengan
pola hidup. Mencapai dan mempertahankan pola hidup produktif sesuai kemampuan
jantung dalam berespon terhadap peningkatan aktivitas dan stress.
9 Berikan dukungan melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-
tiba. Membantu sebatas kebutuhan mendorong kemandirian dalam beraktifitas.
10 Beri semangat klien untuk mencari bantuan dalam mempertahankan aktivitas. Dukungan
sosial meningkatkan penyembuhan dan mempertahankan pola hidup yang diharapkan.
Tindakan keperawatan :
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk keluarga. Kesalahan konsep dan
menyangkal diagnosis mempengaruhi minat untuk mempelajari penyakit,prognosis.
2. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor risiko kardiovaskular yang dapat diubah, misal
obesitas,diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol,merokok,minum alkohol serta pola hidup
penuh stres. Faktor risiko menunjukan hubungan dalam menunjang penyakit kardiovaskular.
3. Atasi masalah bersama klien dengan mengidentifikasi cara gaya hidup yang tepat dapat
dibuat untuk mengurangi factor risiko kardiovaskular. Faktor risiko meningkatkan proses
penyakit. Dengan mengubah perilaku,dukungan,petunjuk dan empati dapat meningkatkan
keberhasilan klien.
4. Bahas pentingnya menghentikan menghentikan merokok dan bantu klien dalam membuat
rencana berhenti merokok. Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin; mengakibatkan
peningkatan frekuensi jantung, tekanan darah dan vasokonstriksi; mengurangi oksigen
jaringan; serta meningkatkan beban kerja miokardium.
5. Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan Kerja sama
meningkatkan keberhasilan terapi.
6. Jelaskan tentang obat (rasional,dosis dan efek samping). Informasi adekuat dan
pemahaman tentang obat meningkatkan kerja sama pengobatan.
7. Hindari minuman yang mengandung kafein Kafein adalah stimulant jantung dan
merugikan fungsi jantung.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang
tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut
bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung
koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada
pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur
atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan
peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.
B. SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga
kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar
angka harapan hidup lansiameningkat.
)
SENAM IBU POST PERTUM (NIFAS)
TUJUAN :
WAKTU PELAKSANAAN :
Segara setelah melahirkan (tidak ada komplikasi)
PROSEDUR LATIHAN :
1. Hari pertama : sikap tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut di
awali dengan mengambil nafas melalui hidung dan tahan 3 detik kemudian melalui mulut,
lakukan 5-10 kali.
Rasional :
2. Hari kedua : sikap tubuh terlentang, kedua tangan dibuka lebar hingga sejajar dengan
bahu kemudian pertemukan kedua tangan tersebut tepat diatas muka. Lakukan 5-10 kali.
Rasional :
3. Hari ketiga : sikap tubuh terlentang, kedua kaki agak dibengkokkan sehingga kedua
telapak kaki ada dibawah. Lalu angkat pantat ibu dan tahan sampai hitungan ketiga lalu
turunkan pantat keposisi semula. Ulangi 5-10 kali.
Rasional :
Latihan ini ditunjukan untuk menguatkan otot-otot dasar paggul yang sebelumnya otot-
otot ini bekerja dengan keras selama kehamilan dan persalinan.
4. Hari keempat : tidur terlentang dan kaki ditekuk 45 derajat, kemudian salah satu tangan
memegang perut setelah itu anjurkan ibu mengagkat tubuh ibu lebih kurang 45 derajat
dan tahan hingga hitungan ketiga.
Rasional :
Latihan ini ditunjukan untuk pemulihan dan menguatkan kembali otot punggung.
5. Hari kelima : tidur terlentang, salah satu kaki ditekuk lebih kurang 45 derajat kemudian
angkat tubuh dan tanagan yang bersebrangan dengan kaki ditekuk usahakan tangan
menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian hingga 5 kali.
Rasional :
Latihan ini bertujuan untuk melatih sekaligus otot-otot tubuh diantaranya otot-otot
punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-otot paha.
6. Hari keenam : sikap tubuh terlentang, kemudian tarik kaki sehingga paha membentuk 90
derajat lakukan secara bergantian sehingga 5 kali
Rasional :
Latihan ini ditunjukan untuk menguatkan otot-otot dikaki yang selam kehamilan
menyangga beban yang berat. Selain itu untuk memperlancar sirkulasi didaerah kaki
sehingga mengurangi resiko edema kaki.