Anda di halaman 1dari 2

Bercinta Denganku

oleh: white_mermaid

BERCINTA DENGANKU

Aku ingin bercinta. Sungguh. Aku ingin bersatu denganmu. Rindu akan
bisikan cintamu nan mesra. Haus akan belaianmu. Menikmati
pelukanmu. Rakus akan kecupanmu. Merasakan debar jantungmu
berpadu dengan debar jantungku. Bersama denganmu melayang tinggi
menuju surga, perlahan tapi pasti. Aku ingin bercinta. Denganmu.

Mengapa? Aku tak tahu. Aku hanya tahu aku memiliki gairah ini,
untukmu. Aku tak pernah membayangkan akan seperti ini jadinya
ketika kita pertama kali berkenalan. Kau yang begitu sopan dan kaku,
dan aku yang pemalu. Kombinasi yang membosankan, konservatif,
kuno, atau apapun sebutannya. Kita tak pernah membicarakan hal
yang bersangkut paut dengan cinta, apalagi tentang bercinta. Kita
hanya berusaha saling mengenal, saling memahami diri kita masing-
masing. Dan selama kita bersama itu, tak pernah terpikir olehku aku
akan terbius oleh cintamu, akan tergoda oleh gairahmu, sampai aku
ingin bercinta denganmu.

Aku tak suka disentuh dan menyentuh, terutama oleh lawan jenisku.
Aku tak suka ketika pertama kali kau menyentuhku, walaupun itu kau
lakukan secara tak sengaja. Katamu kau juga tak pernah menyentuh
perempuan. Lalu mengapa seiring dengan bergulirnya waktu dan
kedekatan kita, kau menyentuh aku? Dan mengapa aku membiarkan
diriku disentuh, bahkan aku sendiri rindu untuk menyentuh kamu?

Aku terpesona. Aku kagum. Aku heran. Tapi aku takut melihat cepatnya
deru hubungan fisik kita. Lebih cepat daripada menguapnya embun
pagi yang menetes di daun saat fajar tiba, tanganku sudah berada
dalam genggamanmu. Tak sampai matahari membakar sisa hujan
musim ini, aku berada di pelukmu. Sebelum dedaunan kembali tumbuh
setelah gugur, aku hanyut dalam kecupmu. Aku takut. Aku ngeri. Ini
terlalu cepat bagiku. Aku tak lagi mengerti diriku sendiri, tak lagi
memahami tubuhku. Aku ngeri pada diriku. Diriku telah berkhianat
karena aku tak dapat mencegah diriku untuk tidak menyentuh kamu.
Aku juga tak dapat memarahi diriku yang menikmati sentuhanmu,
mendambakan belaianmu.

Mengapa kau tidak takut? Karena kau telah siap memberi hatimu
seutuhnya padaku, itu jawabannya. Sedangkan aku? Aku tak mau, aku
tak bisa menyerahkan hatiku, memberikan seluruh hidupku, hanya
kepada satu orang saja. Aku tak rela melihat diriku sendiri terikat pada
satu mahluk. Aku egois katamu? Oh ya, aku memang egois. Aku tak
mau diriku ada dalam kekuasaan seseorang. Kau tahu saat terlemah
bagi orang terkuat di dunia? Itu adalah saat ketika dia membuka
hatinya untuk mencintai. Cinta adalah senjata paling ampuh di dunia
ini. Cinta sanggup menorehkan luka yang tak akan pernah sembuh.
Dan aku tak bersedia dilukai. Aku tak mau membuka hatiku. Aku tak
mau jatuh cinta.

Namun nyatanya, aku menggelepar dalam binar matamu. Aku hanyut


dalam pelukanmu. Aku leleh dalam hangatnya ciumanmu. Aku yang
kuat seorang diri, tak butuh orang lain, yang tak suka sentuhan fisik,
tertawan olehmu ketika pertama kali kau memelukku. Tak bisa lepas
darimu saat pertama kau menciumku. Aku pernah dipeluk dan dicium,
tentu saja. Justru kau-lah perjaka dalam ciuman itu. Namun ternyata
aku-lah yang jatuh semakkin dalam. Aku tak mau itu. Aku tak rela
berada dalam kekuasaan cinta. Aku takut.

Tapi, tahukah kau, aku terkadang berpikir. Benarkah cinta yang


kurasakan atau hanyalah gairah, nafsu belaka? Kalau ini cinta,
mengapa aku masih bersikap egois? Bukankah cinta dapat mengubah
keegoisan seseorang menjdi penuh rasa memahami orang yang
dicintai? Kalau ini hanya gairah, mengapa aku selalu ingin yang terbaik
untuk dirimu? Karena cinta berarti kau rela memberikan apapun untuk
melihat pujaan hatimu bahagia? Mungkinkah gairah ini adalah buah
dari cinta yang kurasakan?

Satu hal yang pasti, aku tak pernah puas mereguk manis kecupanmu,
hangat pelukmu, erat genggaman tanganmu, halus belaianmu. Aku
ingin lebih. Aku ingin semua yang ada di dirimu. Aku penasaran
dengan tubuhmu, bagaimana rasanya ketika tubuhmu menyatu
dengan tubuhku, ketika kecupanmu di tanganku saja mampu
membuatku melayang tinggi.

Aku menginginkanmu. Murni laksana embun. Aku hanya


menginginkanmu. Andai saja aku bisa bercinta dengamu. Tanpa syarat.
Tanpa tuntutan apapun setelah itu. Biarkan semua berjalan seperti apa
adanya. Aku hanya ingin menikmati katika gairah yang kupendam
untukmu meledak, berpendar, bergaung, bersama dirimu.

Namun itu tak mungkin. Tak ada satu perbuatan pun yang tak memiliki
imbalan. Itu hukum dunia. Hanya saja...bisakah suatu saat kkita
berpura-pura menjadi dua manusia yang tak ingat masa lalu, tak
punya masa depan, hanya dapat menggenggam masa kini. Tak punya
hak, tak memiliki kewajiban apapun, hanya kebutuhan dan keinginan
untuk saling memuaskan. Dengan begitu, kita bisa bercinta. Hanya
saat itu saja, biarkan dunia menjadi milik kita berdua, kita tidak dikenal
dan mengenal siapapun. Hanya ada kita, dan cinta, serta gairah.

Bercintalah denganku, karena aku tahu kau menyimpan gairah yang


sama. Make love with me, will you?

(05 Desember 2002)

Anda mungkin juga menyukai