Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Menurut American Thyroid Association, nodul tiroid mengacu pada semua


pertumbuhan abnormal pada sel-sel tiroid menjadi kumpulan massa (benjolan) di
dalam kelenjar tiroid. Walaupun sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak (non-
kanker), namun terdapat kemungkinan sebagian nodul tiroid merupakan keganasan
pada tiroid. Oleh karena itu, evaluasi nodul tiroid dilakukan untuk menemukan kasus
keganasan pada tiroid.( ATA)
Penyakit nodul tiroid umum ditemukan di masyarakat. Risiko untuk
mengalami nodul tiroid diperkirakan sebesar 5-50% bergantung pada sensitivitas
metode yang digunakan dan populasi yang diteliti. Nodul tiroid lebih sering
ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Walaupun secara umum sering ditemukan,
namun keganasan kelenjar tiroid hanya sebesar 0.004% dari populasi setiap tahun atau
sebanyak 12.000 kasus baru pertahun. Prevalensi nodul tiroid meningkat secara linier
dengan penambahan usia, pajanan sinar radiasi pengion, dan defisiensi iodium.
Prevalensi ini dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, riwayat radiasi sinar pengion yang
pernah diterima pasien, serta riwayat keganasan tiroid pada keluarga. Anak-anak di
bawah usia 20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan dua kali
lipat dibandingkan usia dewasa. Kelompok usia di atas 60 tahun selain memiliki
prevalensi keganasan lebih tinggi, juga mempunyai tingkat agresivitas penyakit yang
lebih berat. (Perkeni,2008) (Dr.alwi)
Proses terjadinya penyakit ini belum dapat diketahui dengan jelas. Terdapat
dugaan bahwa defisiensi yodium dalam diet, penyakit Hashimoto, defek genetik pada
reseptor TSH dan riwayat terapi pada kepala-leher di masa anak-anak, merupakan
faktor predisposisi terjadinya nodul tiroid.(Mayoclinic)

1
I.2. Tujuan

Referat ini ditujukan untuk menambah bahan bacaan dan telaah mengenai
definisi, faktor risiko, gejala klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit
nodul tiroid. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu bata yang turut
menyusun bangunan ilmu pengetahuan kedokteran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Definisi Nodul Tiroid

Terminologi nodul tiroid mengacu pada setiap pertumbuhan abnormal yang


membentuk massa pada kelenjar tiroid. Nodul tiroid dapat terjadi pada setiap bagian
dari kelenjar tiroid. Sebagian nodul dapat diraba dengan mudah, sedangkan sebagian
lainnya sulit untuk diperiksa karena letak yang profunda.

II.2. Anatomi & Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, antara fascia colli medialis dan
fascia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus, pembuluh
darah besar, dan serabut syaraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakhea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid (De Jong &
Syamsuhidayat, 1998).
Tiroid terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup
cincin trakhea II dan III. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fascia
pretrakhealis sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau
tidak (Djokomoeljanto, 2001).
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari arteri thyroidea superior (cabang dari
arteri carotis eksterna) dan arteri thyroidea inferior (cabang arteri subclavia). Setiap
folikel limfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan
sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular (Djokomoeljanto, 2001).
Nodus limfatikus tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis
yang kemudian ke arah nodus prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl.
pretrakhealis dan nl. paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. brakhiosefalika dan
ada yang langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga
penyebaran keganasan (Djokomoeljanto, 2001).

3
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4). Bentuk
aktif hormon ini adalah Triiodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi
hormon T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid.
Iodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon
tiroid. Iodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnya
menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai monoiodotirosin
(MIT) atau diiodotyrosin (DIT). Senyawa DIT yang terbentuk dari MIT menghasilkan
T3 atau T4 yang disimpan di dalam koloid kelenjar tiroid.
Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap didalam
kelenjar yang kemudian mengalami diiodinasi untuk selanjutnya menjalani daur
ulang. Dalam sirkulasi, hormon tyroid terikat pada globulin, globulin pengikat tiroid
(thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (Thyroxine-
binding pre-albumine, TPBA) (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam. Sebagian T4
endogen (5-17%) mengalami konversi lewat proses monodeiodonasi menjadi T3.
Jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan ini ialah jaringan hati,
ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam proses konversi ini terbentuk juga rT3 (reversed
T3, 3,3’,5’ triiodotironin) yang tidak aktif, yang digunakan mengatur metabolisme
pada tingkat seluler (Djokomoeljanto, 2001).
Efek metabolisme Hormon Tyroid : (Djokomoeljanto, 2001)
1. Kalorigenik
2. Termoregulasi
3. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik, tetapi
dalam dosis besar bersifat katabolik
4. Metabolisme karbohidrat. Bersifat diabetogenik, karena resorbsi intestinal
meningkat, cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot
menipis pada dosis farmakologis tinggi dan degenarasi insulin meningkat.
5. Metabolisme lipid. T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses degradasi
kolesterol dan ekspresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga
pada hiperfungsi tiroid kadar kolesterol rendah. Sebaliknya pada
hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan fosfolipid meningkat.
6. Vitamin A. Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan
hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme dapat dijumpai karotenemia.

4
7. Lain-lain : gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati, tonus
traktus gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik sehingga terjadi diare,
gangguan faal hati, anemia defesiensi besi dan hipotiroidisme.
.
II.3. Patofisiologi

Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan


dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid,
sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan nodul
tiroid (Mulinda, 2005)
Defisiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan
hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini
terus menerus, akan terbentuk hipertrofi kelenjar tiroid (struma). Penyebab defisiensi
hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan
goitrogen (Mulinda, 2005).

II.4. Etiologi

Nodul tiroid sebagian besar disebabkan oleh neoplasma jinak (non-kanker),


selain itu 1% nodul tiroid disebabkan kanker tiroid. Jenis tersering dari nodul tiroid
non-kanker adalah nodul koloid dan neoplasma follikuler. Nodul yang memproduksi
hormon tiroid melebihi kebutuhan tubuh disebut autonomous nodule, hal ini akan
bermanifestasi menjadi keadaan hipertiroidisme. Sedangkan jika nodul terisi cairan
atau darah disebut sebagai kista tiroid.
Penyebab sebagian besar nodul tiroid non-kanker belum dapat diketahui.
Seorang pasien dengan sindrom hipotiroidisme biasanya disertai dengan nodul tiroid,
hal ini biasanya disebabkan oleh penyakit inflamasi Hashimoto’s disease. Defisiensi
yodium dalam diet sehari-hari dapat menyebabkan kelenjar tiroid membentuk nodul.
(ATA)

II.5. Klasifikasi Nodul Tiroid

5
Mayoritas nodul tiroid bersifat asimptomatik. Sebagian besar pasien dengan
nodul tiroid dalam keadaan eutiroid, sementara itu 1% lainnya dalam keadaan
hipertiroidisme atau tirotoksikosis. Keluhan biasanya berasal dari desakan pada leher
atau nyeri jika terjai perdarahan spontan pada nodul. Anamnesis tentang gejala
hipotiroidisme atau hipertiroidisme sangat penting untuk pasien dengan nodul tiroid,
riwayat penyakit tiroid autoimun dalam keluarga ( misalnya Hashimoto thyroiditis,
Graves’ Disease ), karsinoma tiroid dan Sindrom Gardner. Jenis-jenis nodul tiroid
tercantum dalam tabel 1.

Nodul koloid adalah tipe tersering dan jarang berisiko menjadi keganasan.
Sebagian besar adenoma folikuler bersifat jinak, sebagian lagi menunjukkan
gambaran karsinona folikuler. Tiroiditis kadang bermanifestasi dalam bentuk nodul
(gambar 1). Karsinoma tiroid biasanya teraba sebagai nodul soliter. Jenis terbanyak
dari nodul tiroid ganas adalah karsinoma papiler (gambar 2). Beberapa “red flags”
yang mengindikasikan adanya keganasan pada tiroid tercantum pada tabel 2.

Gambar 1. Tiroiditis Limfositik. Dua cluster sel folikuler jinak


Dengan latar belakang sel-sel limfosit. Pewarnaan Diff-Quick.

6
Gambar 2. Aspirasi Jarum Halus pada nodul tiroid
menunjukkan mikrofragmen karsinoma tiroid. Pewarnaan Papanicolaou.

II.6. Gejala Klinik

Pada umumnya nodul tiroid bersifat asimtomatik (tidak ada gejala) ketika
nodul tersebut pertama kali ditemukan. Umumnya, pasien dengan nodul tiroid datang
berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil
pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala
mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas) (Noer,
1996). Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya
yang keras (Tim penyusun, 1994). Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila

7
timbul perdarahan di dalam nodul (Noer, 1996).Keganasan tiroid yang infiltrasi
nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau (Tim penyusun, 1994).
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher
sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar
getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau
penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma
tiroid pada kranium (Tim penyusun, 1994).

II.7. Pemeriksaan Fisik

Anamnesis sangatlah pentinglah untuk mengetahui patogenesis atau macam


kelainan dari nodul tiroid. Perlu ditanyakan apakah penderita dari daerah endemis dan
banyak tetangga yang sakit seperti penderita (endemik). Apakah sebelumnya
penderita pernah mengalami sakit leher bagian depan bawah disertai peningkatan
suhu tubuh (tiroiditis kronis). Apakah ada yang meninggal akibat penyakit yang sama
dengan penderita (karsinoma tiroid tipe meduler) (Tim penyusun, 1994). Pada status
lokalis pemeriksaan fisik perlu dinilai (Mansjoer, 2001)(APF):
1. jumlah nodul, diffusa atau terlokalisasi
2. Permukaan nodul rata atau noduler
3. konsistensi lunak atau padat
4. Mobilisasi, dapat digerakkan atau terfiksasi
5. nyeri pada penekanan : ada atau tidak
6. pembesaran gelenjar getah bening

Inspeksi dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian depan
bawah yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah. Diperhatikan kulit
di atasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi.
Walaupun palpasi adalah metode relevan dalam pemeriksaan fisik kelenjar
tiroid, namun hal ini tidak sensitif dan kurang akurat karena tergantung pada
keterampilan dan pengalaman pemeriksa. Nodul berdiameter kurang dari 1 cm
biasanya tidak teraba, kecuali jika nodul tersebut terletak pada pars anterior kelenjar
tiroid. Lesi yang lebih luas lebih mudah untuk dipalpasi kecuali nodul yang terletak
pada pars posterior kelenjar tiroid. Selain palpasi kelenjar tiroid, pemeriksaan kelenjar
limfe pada kepala-leher sebaiknya dilakukan. Indikator keganasan tiroid adalah

8
benjolan yang padat dan terfiksasi, limfadenopati pada regio cervikal, diameter nodul
lebih dari 4 cm atau suara serak. (APF)
Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk
penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita.Pada palpasi harus
diperhatikan:
• lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya)
• ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter)
• konsistensi
• mobilitas
• infiltrat terhadap kulit/jaringan sekitar
• apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian
yang masuk ke retrosternal)

II.8. Diagnosis

Pada tahun 1996, organisasi Thyroid Nodule Task Force of the American
Association of Clinical Endocrinologists dan American College of Endocrinology
memformulasikan pedoman penatalaksanaan untuk pasien dengan nodul tiroid.
Formulasi ini dibuat sebagai evaluasi diagnosis dan penatalaksanaan nodul tiroid.
Gambar 3 adalah algoritma diagnostik dalam penatalaksanaan nodul tiroid.

9
II.9. Pemeriksaan Penunjang
II.9.1. Evaluasi Laboratorium

Pemeriksaan TSH sebaiknya dilakukan pada pasien dengan gejala


hipotiroidisme atau tirotoksikosis (gambar 4). Jika kadar TSH dalam batas normal,
maka aspirasi nodul dapat dipertimbangkan. Jika level TSH rendah, maka diagnosis
mengarah ke hipertiroidisme. Sedangkan jika level TSH meningkat, maka dapat
ditegakkan suatu diagnosis hipotiroidisme. Kadar kalsitonin diperiksa pada pasien
dengan riwayat karsinoma tiroid dalam keluarga. Tes fungsi tiroid sebaiknya tidak
digunakan untuk membedakan nodul tiroid jinak dan ganas. T4, antibodi antitiroid

10
peroksidase dan pemeriksaan tiroglobulin kurang bermakna dalam menentukan
apakah nodul tiroid bersifat jinak atau ganas, tetapi pemeriksaan ini dapat membantu
diagnosis penyakit Graves atau tiroiditis Hashimoto.

II.9.2. Pemeriksaan sidik tiroid(Mansjoer, 2001)

Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi,


dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi
Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium
radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk :

• nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan


sekitarnya.
• Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada
sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
• Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

11
II.9.3.Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk
kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-
kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :

• kista
• adenoma
• kemungkinan karsinoma
• tiroiditis

II.9.4. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)


Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan
secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer, 1996).
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi
aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-
sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat memberika hasil negatif palsu karena
lokasi biopsi kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang
kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

II. 9.5. Termografi


Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat
dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada
keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila
perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9o C dan dingin apabila <>o C. Pada penelitian
Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini
paling sensitif dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan lain.

II.9.6. Petanda Tumor


Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.
Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323
ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.

12
II.10. Penatalaksanaan
Setiap nodul tiroid yang dicurigai mengandung sel-sel kanker harus
ditatalaksana secara pembedahan oleh seorang ahli bedah yang berpengalaman.
Prosedur pembedahan kelenjar tiroid dinamakan tiroidektomi. Sebagian besar
keganasan tiroid dapat disembuhkan dan jarang mengancam kehidupan. Setiap nodul
tiroid yang tidak dihilangkan harus dievaluasi secara teliti, melalui pemeriksaan nodul
setiap 6-12 bulan atau diobati dengan preparat levotiroksin untuk menekan
pertumbuhan nodul.

13
BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Feld S., Garcia M., AACE Clinical Practice Guidelines for the Diagnosis and
Management of Thyroid Nodules.1996.
2.

14

Anda mungkin juga menyukai