Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STATISTIKA MATEMATIKA 1

“KONSEP DASAR PELUANG DAN HUBUNGAN ANTAR


KEJADIAN”

Disusun Oleh:
1. Farits Ardyannanta Putra Irja (20150111034012)
2. Putri Balqis Ayu Kolbuniah (20150111034018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa,yang telah memberikan kemu-
dahan-kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas “KON-
SEP DASAR PELUANG DAN HUBUNGAN ANTAR KEJADIAN” yang meru-
pakan tugas Mata Kuliah “STATISTIKA MATEMATIKA 1” yang dibimbing
oleh IBU RAODAH ISMAIL, S.Pd.,M.Pd. Dalam penyusunan ini banyak pihak
yang telah membantu kepada penulis.Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah merawat dam mendidik kami dari kecil hingga ke-
bangku Kuliah ini.
2. Dosen pembimbing Mata Kuliah ini, yang telah senantiasa membina,
memberi saran-saran terbaik demi terselesainya laporan ini.
3. Teman-teman semua terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.

``Penulis menyadari bahwa tugas ini belum sempurna baik dari segi isi mau-
pun susunan kalimatnya. Oleh karena itu kritik dan saran dari pemerhati dan pakar
pendidikan demi perbaikan penulisan ini sangat kami harapkan. Mudah-mudahan
penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jumat , 25 Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

Ruang Sampel ................................................................................................................ 1-4

A. Latihan Soal ...................................................................................................... 5


B. Jawaban ............................................................................................................. 6

Hubungan Antar Kejadian.............................................................................................. 7-8


Alajabar Kejadian........................................................................................................... 9-11
Latihan Soal ................................................................................................................... 12
Jawaban .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

iii
RUANG SAMPEL

Dalam mempelajari statistika pada dasarnya perhatian kita ditujukan pada


penyajian dan penafsiran dari hasil yang berkemungkinan yang terjadi pada
penelitian yang dirancang atau penelitian ilmiah. Sebagai contoh, kita mungkin
mencatat banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap bulan di prapatan Jalan Achmad
Yani dan Sudirman, dengan harapan penambahan rambu lalu lintas; kita mungkin
pula mengelompokkan barang keluaran suatu pabrik sebagai ‘cacat’ atau ‘tidak
cacat’; atau mungkin pula kita ingin mengetahui jumlah gas yang dilepaskan
dalam suatu reaksi kimia bila konsentrasi asam diubah-ubah. Jadi statistikawan
sering berurusan dengan data percobaan yang berbentuk bilangan atau
pengukuran, ataupun dengan data pengelompokan (kategori) yang
dikelompokkan menurut suatu patokan tertentu.

Keterangan yang dicatat, baik berbentuk bilangan maupun


pengelompokkan, akan kita sebut sebagai pengamatan. Jadi bolangan 2, 0, 1, dan
2, yang menyatakan banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap bulan selama
Januarinsampai April tahun lalu di prapatan Jalan Achmad Yani dan Sudirman,
merupakan sekelompok pengamatan. Begitupun, data pengelompokan
𝐶, 𝑇, 𝐶, 𝑇, 𝑑𝑎𝑛 𝐶 yang menyatakan barang yang cacat atau tidak-cacat bila lima
barang diperiksa, dicatat sebagai pengamatan.

Statistikawan menggunakan istilah 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 untuk menyatakan tiap


proses yang menghasilkan data mentah. Suatu contoh amat sederhana dari suatu
percobaan statistika dapat berupa lantunan suatu mata uang logam. Dalam
percobaan ini hanya ada dua macam hasil yang mungkin, ‘gsmbsr’ atau ‘angka’.
Percobaan lain dapat berupa peluncuran sebuah rudal dan pengamatan
kecepatannya pada saat-saat tertentu. Pendapat rakyat mengenai suatu rencana
undang-undang dapat pula dipandang sebagai pengamatan suatu percobaan.
Perhatian khususnya akan lebih dicurahkan pada pengamatan yang diperoleh dari
percobaan yang diulang beberapa kali. Dalam kebanyakan hal hasilnya akan
tergantung pada kebolehjadiannya dan, karena itu tidak dapat diramalkan dengana
pasti. Bila seorang kimiawan mengadakan analisis kimia beberapa kali dalam
kondisi yang sama, hasil pengukurannya akan berlainan dan ini menunjukkan

1
adanya unsur peluang dalam pelaksanaan percobaan. Kendatipun sebuah mata
uang dilantunkan berulang kali, kita tidak akan pernah dapat memastikan bahwa
suatu lantunan tertentu akan menghasilkan ‘muka’. Akan tetapi kita tahu seluruh
kemungkinan yang dapat terjadi untuk tiap lantunan.

Definisi 1.1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan statistika disebut
ruang sampel dan dinyatakan dengan lambang 𝑇.

Tiap hasil dalam ruang sampel disebut unsur atau anggota ruang sampel tersebut
atau dengan singkat suatu titik sampel. Bila ruang sampel mempunyai unsur
hingga banyaknya, maka anggotanya dapat 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑓𝑡𝑎𝑟 dengan menuliskannya di
antara dua akolade, masing-masing unsur dipisah oleh koma. Jadi ruang sampel T
yang merupakan kumpulan semua hasil yang mungkin dari suatu lantunan mata
uang dapat ditulis sebagai 𝑇 = {𝑀, 𝐵}, M menyatakan ‘muka’ dan B ‘belakang’.

Contoh 1.1

Pandanglah suatu percobaan melantunkan sebuah dadu. Bila yag diselidiki ialah
nomor yang muncul di sebelah atas, maka ruang sampelnya

𝑇1 = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.

Bila yang ingin diselidiki pada percobaan di atas apakah nomor genap atau ganjil
yang muncul, maka ruang sampelnya

𝑇2 = { 𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙, 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝}.

Contoh 1.1 menunjukkan bahwa hasil suatu percobaan dapat dinyatakan dengan
lebih dari satu ruang sampel. Dalam hal ini 𝑇1 memberi informasi yang lebih
banyak dari pada 𝑇2. Bila kita tahu unsur yang muncul di 𝑇1 maka kita dapat
menunjukkan unsur apa yang muncul di 𝑇2 ; akan tetapi, mengetahui unsur yang
muncul di 𝑇2 tidak menolong kita sama sekali untuk menunjukkan unsur mana
yang muncul di 𝑇1 . Umumnya, lebih baik kita menggunakan ruang sampel yeng
memberikan informasi terbanyak mengenai hasil suatu percobaan.

2
Dalam beberapa percobaan sebaiknyalah mencatat unsur-unsur ruang sampel
secara bersistem dengan menggunakan diagram pohon.

Contoh 1.2

Suatu percobaan terdiri atas lantunan suatu mata uang logam dan kemudian
lantunan yang kedua kalinya bila muncul muka. Bila belakang muncul pada
lantunan pertama, maka sebuah dadu digulirkan sekali. Guna mencatat semua
unsur ruang sampel yang memberi informasi terbanyak, kita buat diagram pohon
seperti gambar 1.1. Sekarang, setiap alur sepanjang cabang pohon itu menyatakan
titik sampel yang berlainan.

Mulai dari cabang kiri atas dan bergerak ke kanan melalui alur pertama, kita
peroleh titik sampel MM, yang menunjukkan kemungkinannya muncul muka
berturut-turut dalam kedua lantunan uang logam. Demikian pula, titik sampel B3
menunjukkan kemungkinannya uang logam muncul belakang diikuti oleh angka 3
pada guliran dadu. Dengan menelusuri seluruh alur, maka terlihat bahwa ruang
sampelnya ialah 𝑇 = {𝑀𝑀, 𝑀𝐵, 𝐵1, 𝐵2, 𝐵3, 𝐵4, 𝐵5, 𝐵6}.

Hasil pertama Hasil Kedua Titik sampel


G GG

G
A GA

1 G1

2 G2
A 3 G3
4 G4
5 B5
6 G6

3
Gambar 1.1 Diagram pohon untuk contoh 1.2.

Contoh 1.3

Misalkan tiga barang dipilih secara acak dari hasil suatu pabrik. Tiap brang
diperiksa dan digolongkan sebagai cacat, C, atau takcacat, B. Sekarang, tiap alur
sepanjang cabang pohon itu memberi titik sampel yang berbeda. Mulai dengan
alur yang pertama, kita peroleh titik sampel CCC, yang menunjukkan
kemungkinan bahwa ketiga barang yang diperiksa cacat. Bila semua alur
ditempuh maka kita peroleh ruang sampel.

𝑇 = { 𝐶𝐶𝐶, 𝐶𝐶𝐵, 𝐶𝐵𝐶, 𝐶𝐵𝐵, 𝐵𝐶𝐶, 𝐵𝐶𝐵, 𝐵𝐵𝐶, 𝐵𝐵𝐵}.

Ruang sampel yang besar atau yang titik sampelnya takhingga banyaknya lebih
mudah ditulis denga pernyataan atau aturan. Sebagai contoh, bila kemungkinan
hasil dari suatu percobaan adalah himpunan kota di dunia yang berpenduduk satu
juta, maka ruang sampelnya dapat dituliskan sebagai

𝑇 = { 𝑥 |𝑥 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ𝑖 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑢𝑡𝑎},

Dan dibaca ‘𝑇 kumpulan semua 𝑥 , bila 𝑥 menyatakan kota yang berpenduduk


lebih dari satu juta’. Garis tegak yang memisah kedua 𝑥 dibaca ‘bila’ atau ‘jika’.
Demikian pula, bila 𝑇 menyatakan kumpulan semua titik (𝑥, 𝑦) pada batas atau
bagian dalam suatu lingkaran berjari-jari 2, dengan pusat di titik asal, maka dapat
ditulis

𝑇 = {(𝑥, 𝑦)| 𝑥 2 + 𝑦 2 ≤ 4}

Apakah ruang sampel dinyatakan dengan cara aturan atau daftar, anggotanya akan
tergantung pada masalah yang ditangani. Cara aturan mempunyai keuntungan
praktis, terutama sekali bila daftarnya panjang sehingga melelahkan
menuliskannya.

4
Latihan Soal

1. Percobaan melempar dadu satu kali.dari percobaan tersebut tentukan:

a. Ruang sampel.
b. Himpunan 𝑋 jika 𝑋 merupakan kejadian munculnya mata dadu genap.
c. Himpunan 𝑌 jika 𝑌 merupakan kejadian munculnya mata dadu kurang
atau sama dengan 6.
d. Himpunan 𝑍 jika 𝑍 merupakan kejadian munculnya mata dadu 7.

2. Diketahui percobaan melempar sebuah dadu satu kali. Dari percobaan


tersebut, akan dilihat kejadian munculnya mata dadu:
a. Selain ganjil
b. Prima.
c. Ganjil

3. Dilakukan percobaan melempar uang logam koin dua kali. Dari percobaan
tersebut, tentukan:

a. Kejadian munculnya kedua-duanya gambar.


b. Kejadian munculnya kedua-duanya angka.

4. Dilakukan percobaan melempar dua buah dadu sekaligus. Dari percobaan


tersebut, tentukan:

a. Kejadian munculnya mata dadu berjumlah lebih 9


b. Kejadian munculnya mata dadu berjumlah ganjil.

5. Tiga wanita dipilih secara acak untuk ditanya apakah mereka mencuci
pakaiannya dengan sabun merek X.

a. Tuliskan anggota ruang sampel 𝑇 dengan menggunakan huruf 𝑌 untuk’ya’


dan 𝐵 untuk ‘bukan’;
b. Tuliskan anggota 𝑇 yang berkaitan dengan kejadian 𝐸 bahwa paling
sedikit dua wanita menggunakan sabun 𝑋.

5
Jawab:

1. a. Ruang sampel dari percobaan tersebut adalah 𝑇 = {1,2,3,4,5,6}.


b. 𝑋 = {2,4,6}.
c. 𝑌 = {1,2,3,4,5,6}.
d. 𝑍 = { } = ∅.

2. Ruang sampel dari percobaan tersebut adalah 𝑇 = {1,2,3,4,5,6}.

a. Misalnya 𝐴 adalah kejadian munculnya mata dadu ganjil yaitu 𝐴 = {1,3,5}


maka kejadian munculnya mata dadu selain ganjil merupakan himpunan
𝐴′ = {2,4,6}.
b. Misal 𝐵 adalah kejadian munculnya mata dadu prima yaitu 𝐵 = {1,3,5}.
c. Misal 𝐶 adalah kejadian munculnya mata dadu ganjil yaitu 𝐶 = {1,3,5}.

3. Ruang sampel dari percobaan tersebut adalah 𝑇 = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐴, 𝐺𝐺}.

a. Misal 𝐵 adalah kejadian munculnya keduanya gambar yaitu 𝐵 = {𝐺𝐺}.


b. Misal 𝐶 adalah kejadian munculnya keduanya angka yaitu 𝐶 = {𝐴𝐴}.

4. Ruang sampel dari percobaan tersebut adalah 𝑇 = {(1,1), (1,2), (1,3) … (6,6)}.

a. Misal 𝐵 adalah kejadian munculnya mata dadu berjumlah lebih 9 yaitu


𝐵 = {(4,6), (5,5), (5,6), (6,4), (6,5), (6,6)}.
𝑏. Misal 𝐶 adalah kejadian munculmya mata dadu berjumlah ganjil yaitu
𝐶 = {(1,2), (1,4), (1,6), (2,1), (2,3), (2,5), (3,2), (3,4), (3,6), (4,1), (4,3),
(4,5), (5,2), (5,4), (5,6), (6,1), (6,3), (6,5)}.

5. a. Ruang sampel dari percobaan tersebuat adalah


𝑇 = {𝑌𝑌𝑌, 𝑌𝐵𝐵, 𝑌𝐵𝑌, 𝐵𝐵𝑌, 𝐵𝑌𝐵, 𝑌𝑌𝐵, 𝐵𝑌𝑌, 𝐵𝐵𝐵}.
b. 𝐸 = {𝑌𝑌𝑌, 𝑌𝐵𝑌, 𝑌𝑌𝐵, 𝐵𝑌𝑌}

6
HUBUNGAN ANTAR KEJADIAN

a. Definisi 1.2 Suatu kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel.
Contoh:
Diberikan percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus 1 kali,
yang masing-masing memiliki sisi angka ( A ) dan gambar ( G ). Jika P adalah
kejadian muncul dua angka, tentukan T, P (kejadian)!
Jawab :
T = { AAA, AAG, AGA, GAA, GAG, AGG, GGA, GGG}
P = {AAG, AGA, GAA}
b. Definisi 1.3 Gabungan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan lambang A ∪
U, ialah kejadian yang mengandung semua unsur yang termasuk A atau B atau
keduanyaa.
Contoh:
Misalkan D = {3,4,6,7} dan G = {2,5,8,9}; maka D ∪ G adalah ...
Jawab: D ∪ G = {2,3,4,5,6,7,8,9}
c. Definisi 1.4 Irisan dua kejadian A dan B, dinyatakan dengan lambang A ∩ B,
ialah kejadian yang unsurnya termasuk dalam A dan B.
Contoh:
Misalkan P = {a, e, i, o, u} dan Q = {r, s, t, u}; maka P ∩ Q adalah ...
Jawab: P ∩ Q = {u}

d. Definisi 1.5 Kejadian A dan B saling meniadakan atau terpisah bila A ∩ B = Ø,


yakni bila A dan B tidak memiliki unsur persekutuan.
Contoh:
Misalkan U = {h, i, j} dan V = {e, f, g, k}; maka U ∩ V adalah ...
Jawab: U ∩ V = Ø

e. Definisi 1.6 Komplemen suatu kejadian A terhadap T ialah himpunan semua


unsur yang tidak termasuk A. Komplemen A dinyatakan dengan lambang A’.
Contoh:
Pandanglah ruang sampel T = {buku, rokok, cangkul, montir, temperatur, es}.
Misalkan A = {rokok, montir, temperatur}. Maka nilai A’ adalah ...
Jawab: A’ = {buku, cangkul, es}.

7
Hubungan antara kejadian dan ruang sample padanannya dapat
digambarkan dengan diagram Venn. Dalam suatu diagram Venn misalkan ruang
sample digambarkan sebagai persegi panjang dan kejadian dinyatakan sebagai
lingkaran di dalamnya.

s
A
B
7 2 6
A
1
4 1 3

5
C

A ∩ B = 1 dan 2
B ∩ C = 1 dan 3
A ∪ C daerah 1, 2, 3, 4, 5 dan 7
B’ ∩ A = daerah 4 dan 7
A ∩ B ∩ C = daerah 1
(A ∪ B) ∩ C’ = daerah 2, 6 dan 7

8
Aljabar kejadian

Hukum-hukum atau sifat-sifat pada aljabar himpunan.


1. Hukum Komutatif
𝐴∪𝐵 =𝐵∪𝐴
𝐴∩𝐵 =𝐵∩𝐴

2. Hukum Asosiatif
𝐴 ∪ (𝐵 ∪ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∪ 𝐶
𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶

3. Hukum Distributif
𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)
𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)

4. Hukum de Morgan
(𝐴 ∪ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∩ 𝐵𝐶

(𝐴 ∩ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∪ 𝐵𝐶

5. Hukum Idempotan
𝐴∪𝐴 =𝐴
𝐴∩𝐴 =𝐴

6. Hukum Identitas
𝐴 ∪ ∅ = 𝐴, 𝐴 ∩ ∅ = ∅
𝐴 ∪ 𝑆 = 𝑆, 𝐴 ∩ 𝑆 = 𝐴

7. Hukum Komplemen
𝐴 ∪ 𝐴𝐶 = 𝑆, 𝐴 ∩ 𝐴𝐶 = { }
(𝐴𝐶 )𝐶 = 𝐴, 𝑆 𝐶 = { }, { }𝐶 = 𝑆

9
Contoh:
𝑆 = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐴, 𝐺𝐺}
𝐴 = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺}
𝐵 = {𝐴𝐴, 𝐺𝐺}
𝐶 = {𝐺𝐴, 𝐺𝐺}

Buktikan:
- 𝐴∪𝐵 =𝐵∪𝐴
- 𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶
- 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)

- (𝐴 ∩ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∪ 𝐵𝐶 ; dan

- (𝐴𝐶 )𝐶 = 𝐴!

Jawab :
a. 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐵 ∪ 𝐴
𝐴 ∪ 𝐵 = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∪ {𝐴𝐴, 𝐺𝐺} = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐺}
𝐵 ∪ 𝐴 = {𝐴𝐴, 𝐺𝐺} ∪ {𝐴𝐴, 𝐴𝐺} = {𝐴𝐴, 𝐺𝐺, 𝐴𝐺}
Terbukti.
b. 𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶
𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∩ ({𝐴𝐴, 𝐺𝐺} ∩ {𝐺𝐴, 𝐺𝐺})
{𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∩ {𝐺𝐺}
{ }
(𝐴 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶 = ({𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∩ {𝐴𝐴, 𝐺𝐺}) ∩ {𝐺𝐴, 𝐺𝐺}
{𝐴𝐴} ∩ {𝐺𝐴, 𝐺𝐺}

{ } Terbukti.

c. 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = (𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)
𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = {𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∪ ({𝐴𝐴, 𝐺𝐺} ∩ {𝐺𝐴, 𝐺𝐺})
{𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∪ {𝐺𝐺}
{𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐺}
(𝐴 ∪ 𝐵) ∩ (𝐴 ∪ 𝐶) = ({𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∪ {𝐴𝐴, 𝐺𝐺}) ∩ ({𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∪ {𝐺𝐴, 𝐺𝐺})
{𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐺} ∩ {𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐴, 𝐺𝐺}
{𝐴𝐴, 𝐴𝐺, 𝐺𝐺} Terbukti.

10
d. (𝐴 ∩ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∪ 𝐵𝐶
(𝐴 ∩ 𝐵)𝐶 = ({𝐴𝐴, 𝐴𝐺} ∩ {𝐴𝐴, 𝐺𝐺})𝐶

= ({𝐴𝐴})𝐶
= {𝐴𝐺, 𝐺𝐴, 𝐺𝐺}

𝐴𝐶 ∪ 𝐵𝐶 = ({𝐴𝐴, 𝐴𝐺})𝐶 ∪ ({𝐴𝐴, 𝐺𝐺})𝐶


= {𝐺𝐴, 𝐺𝐺} ∪ {𝐴𝐺, 𝐺𝐴}
= {𝐺𝐴, 𝐺𝐺, 𝐴𝐺}
Terbukti

e. (𝐴𝐶 )𝐶 = 𝐴
(𝐴𝐶 )𝐶 = ({𝐴𝐴, 𝐴𝐺}𝐶 )𝐶

= ({𝐺𝐴, 𝐺𝐺})𝐶
= {𝐴𝐴, 𝐴𝐺}
Terbukti

11
LATIHAN SOAL

1.
R s
T

renang

voly basket
senam
lari Bulu tangkis
karate

a) R∩T
b) R∪T
c) R’
d) T’

2. Diketahui:
A = {Bilangan asli kurang dari 10}
B = {Bilangan genap kurang dari 12}
dengan mendaftar anggotanya tentukan:
a. A ∩B
b. n ( A∩B).

3. Diketahui:
P = { x | 1 ≤ x≤ 9, x ∈ bilangan ganjil}
Q = { x | 2 ≤ x ≤11, x ∈ bilangan prima}
dengan mendaftar anggotanya, tentukan:
a. P Q
b. n (P Q).

4. Diketahui himpunan P = { x | x ≤ 6, x bilangan cacah}, Q = { x| 1 ≤ x ≤ 8,


x bilangan ganjil}, R = { x| 2 ≤ x ≤ 8, x bilangan asli} Tentukanlah P ∪ {Q
∩ R}!

5. Dalam suatu kelas terdapat 47 siswa, setelah dicatat terdapat 38 anak se-
nang berolahraga, 36 anak senang membaca, dan 5 orang anak tidak se-
nang berolahraga maupun membaca. Banyak anakyang senang ber-
olahraga dan senang membaca adalah…

12
Jawaban

1. a. R ∩ T = {voly, lari}
b. R ∪ T = {renang, senam, karate, voly, lari, basket, bulu tangkis}
c. R’ = {basket, bulu tangkis}
d. T’ = {renang, senam, karate}

2. A = { 1,2,3,4,5,6,7,8,9}
B = {2,4,6,8,10}
a. A B = {2,4,6,8}
b. n (A B ) = 4.

3. P = {1,3,5,7,9}
Q = {2,3,5,7,11}
a. P∪Q = {1,2,3,5,7,9,11}
b. nP∪Q = 7
.
4. P={0,1,2,3,4,5,6}
Q={1,3,5,7}
R={2,3,4,5,6,7,8}
Q ∩ R = {3,5,7}
P∪{Q∩R}={0,1,2,3,4,5,6}∪{3,5,7}
={0,1,2,3,4,5,6,7}
Jadi, P∪ {Q ∩ R} = { 0,1,2,3,4,5,6,7 }

5. Diketahui : n(S)= 47 ; n(O)= 38 ; n(M)= 36 ; n(X) = 5 (Tidak senang


keduanya)
Ditanya : n(O∩M)
penyelesaian :
n(S) =( n(O) + n(M) – n(O∩M) ) + n(X)
47 = (38 + 36 – n(O∩M) ) + 5
47 – 5 = 74 – n(O∩M)
42 = 74 – n(O∩M)
n(O∩M) = 74 – 42 = 32.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://jhonifunk.wordpress.com/pelajaran/matematika/rumus-peluangpermutasi-
kombinasi-matematika/
http://afven99pajar.blogspot.co.id/2012/03/soal-tentang-
irisangabunganselisih.html
http://www.rumusmatematikadasar.com/2017/02/contoh-soal-operasi-himpunan-
matematika-dan-pembahasannya.html
http://tarokutu.com/operasi-himpunan.html
Myers, Raymond H., dan Ronald E. Walpole. 1968. Ilmu Peluang dan Statistika
untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB.

14

Anda mungkin juga menyukai