Anda di halaman 1dari 55

AKHLAK TASAWUF

OLEH
DRA. HJ. MARYATIN
URGENSI AKHLAK TASAWUF
DALAM KEHIDUPAN MUSLIM MODERN
 Tasawwuf mempunyai dua makna: makna pertama lebih ditekankan pada
usaha mensucikan jiwa, dan bersungguh-sungguh dalam mematuhi Allah dan
meneladani Rasulallah SAW. hingga jiwa menjadi bersih dan memantulkan
haqiqat dan rahasia ketuhanan
 Menurut HAMKA:1)Solusi alternatif terhadap kebutuhan spiritual dan
mampu menjadi instrumen pembinaan moral mansuia modern, 2) Seorang
penganut tasawuf modern tidak harus lari dari kehidupan duniawi tetapi
justru harus terlibat aktif dalam masyarakat, (3) Mempraktekan tasawuf
secara aktif dalam setiap aktifitas manusia modern, 4) Tasawuf dapat
dipraktekan hanya dalam kerangka syari'ah.
 Tasawuf adalah program pendidikan yang focus pada penyucian jiwa dari
segala penyakit yang menghalangi manusia dari Allah SWT . Khususnya pada
kehidupan modern dengan ciri-ciri antara lain adalah :
 Disintegrasi ilmu pengetahuan, Jiwa yang terpecah (split personality),
penyalah gunaan iptek, pendangkalan iman, pola hubungan materialistik,
menghalalkan segala cara, stres dan frustasi, kehilangan harga diri dan masa
depan.
PENGERTIAN
AKHLAK TASAWUF
 Pengertian Akhlak:
• Secara bahasa akhlak berasal dari kata ‫اخالقا –ٌخلق –اخلق‬artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban
yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:1. QS. Al- Qalam: 4: ‫وانك لعلى خلق‬
, ‫عظٌم‬2. QS. Asy-Syu‟ara: 137: ‫ان هذا اال خلق االولٌن‬3. Hadis : ‫انما بعثت التمم مكارم االخالق‬
 • Menurut Istilah, akhlak adalah:
1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.
2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
 Pengertian Tasawuf:
• Secara bahasa tasawuf berarti:
- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan bersikap bijaksana.
 • Menurut Istilah:
1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian
hanya kepada Allah Swt.
2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
 Hubungan Akhlak dengan Tasawuf:
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara
sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf
mementingkan akhlak.
RUANG LINGKUP
AKHLAK TASAWUF
 Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:
@ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
@ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
@ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
 Kajian dalam Tasawuf bersumber pada:
1. Unsur Islam:
- Al-Qur‟an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-
Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS. At-Tahrim: 8), manusia
selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan
memberi cahaya kepada hamba-Nya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam
bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)
- Hadis Nabi : tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia
mengenal penciptanya, praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-
shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar
Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
2. Unsur Non Islam:
a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.
b.Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.
c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan
yang lain.
TUJUAN
MEMPELAJARI AKHLAK TASAWUF
 Untuk taqorub kpd Allah – derajat taqwa
 Mendapatkan derajat muttaqin di hadapan Allah
 Untuk membersihkan jiwa dari hal-hal buruk
 Mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya
 Berusaha selalu berakhlakul karimah
 Bersikap qanaah
 Mengerjakan sesuatu dengan dasar ikhlas
 Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
 Meneladani akhlak Rasulullah SAW.
 Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai
kepada ma‟rifat terhadap Allah Ta‟ala
SEJARAH AKHLAK TASAWUF
 Masa Nabi : Tasawuf merupakan salah satu aspek esoteris/kebatinan Islam,
sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi
dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Pada masa rasulullah
belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu adalah nabi
beruzlah/menyendiri di gua Hiro, istilah yang muncul zuhud/asketisme.
 Masa para sahabat: Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf,
terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I
dan permulaan abad II H. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada
pertengahan abad III H oleh abu Hasyimal-Kufi (250 H) dengan meletakkan
al-Sufi dibelakang namanya. Pada masa ini al muncul perbedaan pendapat
antara Usman dan Ali.
 Masa Muawiyah muncul pertikaian yang menimbulkan perpecahan pada
kubu umat islam menjadi 3 golongan yaitu khawarij, murjiah dan syiah.
Demikian pula selanjutnya muncul 4 imam mazdab al ; Syafi‟I, Hambali,
Hanafi & Maliki pada masa Umayyah. Dan perkembangan ilmu pengetahuan
semakin canggih pada masa Abbasiyah sehingga banyak muncul masalah
terkait dengan hablu minallah dan hablu minnas, Abdul Aziz. Perkembangan
berikutnya sufisme tumbuh subur sejalan dengan peradaban semakin lemah.
Lanjutan

 Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang
penuh dengan kemewahan.
 Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Qur‟an, salat sunnah dan
sebagainya.
 Tasawuf menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru sufi.
 Abad ke 3 H: muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif
(tasawuf falsafi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.
 Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada al-
Qur‟an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa,
dan pembinaan moral.
 Abd ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para
murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa‟I (w. 570 H), dan Sayid
Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M).
 Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuf akhlaki dengan falsafi
dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi.
TASAWUF AKHLAKI
 Bagian terpenting tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung
dengan Tuhan sehingga merasa dan sadar berada dalam hadirat Tuhan.
 Semua sufi berpendapat bahwa satu – satunya jalan yang dapat
mengantarkan seseorang ke hadirat Allah hanyalah dengan kesucian jiwa.
sejalan dengan tujuan hidup tasawwuf, para sufi berkeyakinan bahwa
kebahagian yang pari purna dari langgeng bersifat spiritual.
 Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak
baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah.
 Untuk itu, dalam tasawuf akhlaqi, sistem pembinaan akhlak disusun berikut
ini :
1. Takhalli: adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.
2. Tahalli: adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, prilaku dan akhlak terpuji.
Lanjutan
 Sikap mental dan perbuatan yang baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia
akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara
lain sebagai berikut :
 a. Taubat: yaitu rasa penyesalan sungguh – sungguh dalam hati yang disertai permohonan
ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
 b. Cemas dan Harap (khauf dan raja‟):yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
 c. Zuhud: yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
 d. Al-Faqr: yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
 e. Al-Sabru:yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
f. Ridha:yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang
dari Allah.
 g. Muraqabah:yaitu sikap siap dan siaga setiap saat untuk meneliti keadaan diri sendiri.
 h. Tajalli adalah usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
sebelu mnya untuk mencapai kesempurnaan kesucian jiwa.
TASAWUF SUNNI
 Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan asapek
hakekat dan syari‟at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan
mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-
sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur‟an, Sunnah dan Shirah para
sahabat.
 Tasawuf sunni banyak berkembang di dunia Islam, terutama di negara – negara
yang dominan bermazhab Syafi‟i.
 Tasawuf ini sering digandrungi orang karena paham atau ajaran – ajarannya tidak
terlalu rumit.
 Ciri – ciri tasawuf sunni antara lain :
1. Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah.
2. Tidak menggunakan terminologi – terminology filsafat sebagaimana terdapat
pada ungkapan – ungkapan Syahahat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan
manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari‟at.
5. Lebih terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa
dengan cara riyadhah (latihan – latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tokoh Sufisme Sunni;
 Adapun para tokohnya adalah:
 Hasan al-Basri ;keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi .Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap
kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. Prinsip
kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja‟. Dengan pengertian merasa takut kepada
siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya.
 Rabiah Al-Adawiyah ; bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan
sangat kuat beribadah serta hidup sederhana. Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak
ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-
kalimat puitis. Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak
bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah
telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”.
 Dzu Al-Nun Al-Misri ; Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan
riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini.
Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang
tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
 Abu Hamid Al-Ghazali; dia diberi gelar Hujjatul Islam, karyanya yang paling penting adalah Ihya‟
„Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang
tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun moral agama.

TASAWUF FALSAFI
 tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi
mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya.
 Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang
kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak
dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.
 Perbedaan tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis ( ً‫)العمل‬,
sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis ( ‫ )النطري‬sehingga dalam
konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan
pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.
 Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali
Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalahAllah. Mereka tidak
menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.
 Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya
terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ;
hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak
Macam-macam tasawuf Falsafi
 1. Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya
kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj
 2.Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut
pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Al-wujud sebenarnya
wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang
dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah.
 3.Ittihad
Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah; ittihad adalah
penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang
menyimpang dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini
berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad
artinyabersatunya manusia dengan Tuhan.
 4. insan kamil.
Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak
diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil
menurut aljilli ialah manusia
 5. Wujud al mutlak Ibnu Sab‟in
Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah
seorang penggagas paham tasawwuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak
Lanjutan
 Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek
utama yang menjadi perhatian para sufi filosof, antara lain :
 1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta introspeksi diri yang timbul darinya.
 2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat – sifat rabbani, „arsy,
kursi, malaikat dll.
 3. Peristiwa – peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
 4. Penciptaan ungkapan – ungkapan yang pengertiannya sepintas samar – samar
(syatahiyyat).
 Tasawuf Al-Ghazali
Menurut Imam Ghazali, tasawuf adalah “Jalan (thariq) ditempuh dengan mempersembahkan
kegiatan mujahadah (perjuangan) dan menghapus sifat-sifat tercela dan memutuskan semua
ketergantungan dengan makhluk, serta menyongsong esensi cita-cita bertemu Allah. Jika
tujuan itu tercapai, maka Allah-lah yang menjadi penguasa dan pengendali hati hamba-Nya,
dan Dia menerangi hamba-Nya dengan cahaya ilmu.” “Jika Allah berkenan mengurusi hati
hamba-Nya, maka Dia akan menambahkan rahmat pada hati tersebut; cahaya hati tersebut
akan bersinar cemerlang, dada menjadi lapang, terbuka baginya rahasia kekuasaan Allah,
hijab yang menghalangi kemuliaan hati akan terbuka dengan kelembutan rahmat, serta
hakikat masalah-masalah ketuhanan akan tersibak.”
 Jika semua ini telah dicapai, maka seorang sufi telah mencapai derajat musyahadah yang
menjadi tujuan tasawuf
TAUBAT
 Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat.
 surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.“
 surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui."
surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan
ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".
 Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:
(1) Menyesal, (2) Berhenti dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.
Pengalaman Bertaubat;
 Taubat adalah ibadah yang amat besar nilainya dan akan menghapus dosa-dosa kita, sebagai
mana nabi saw, mengatakan: “Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tanpa
dosa.”(Hasan -Diriwayatkan oleh Abu „Ubaidah ibn „Abdullaah & dikumpulkan oleh Ibn
Majah Authenticated oleh al-Albani)
 “Saya melakukan sebuah dosa besar,saya telah bertaubat,tetapi saya mengulangi lagi
perbuatan dosa tsb,
apakah jika saya bertaubat,taubat saya akan diterima oleh Allah?”
“Saya termasuk orang yang rajin beribadah,sholat tidak pernah saya tinggalkan,tetapi ketika
saya bertemu dengan pacar saya, saya bisa melakukan zina.Saya bertaubat,tetapi saya juga
selalu mengulangi perbuatan dosa tsb.”
“Saya adalah seorang murid yang pernah melakukan dosa besar,saya bertaubat secara
lisan,hati dan perbuatan di depan Guru Ngaji saya di hadapan Allah bersumpah
meninggalkan dosa yang pernah saya lakukan dan mengganti dengan amal ibadah yang
banyak. Namun beberapa tahun kemudian saya melakukan kembali dosa yang sama..apakah
saya masih akan diampuni Allah?
 pertama kali orang melakukan dosa karena tidak memahami akan dosa tsb, Allah masih
memberikan adzab yang setimbal dengan dosanya. Akan tetapi ketika seseorang tahu itu
sebuah dosa,tetapi dilakukan juga,
adzab yang diberikan Allah lebih besar daripada ketika seseorang tidak memahami bahwa
hal itu merupakan dosa.
 Perintah dari Allah supaya kita bertaubat dijumpai dalam banyak ayat Al-Quran. Namun
taubat yang dimaksudkan adalah taubat yang sebenar-benarnya, yang disebuat Taubat
Nashuha. Yaitu tidak kembali kepada kesalahan yang sebelumnya diperbuat dan mengganti
dengan amal ibadah yang banyak.
Tanda-tanda Orang Yang Bertaubat;
 Taubat seseorang itu bisa dilihat dari beberapa hal:
1. Mengendalikan lisan dari ucapan yang tidak berguna
2. Jauh dari rasa iri,dengki dan sikap permusuhan
3. Menghindari lingkungan/teman yang buruk
4. Taat pada perintah Allah dan menjauhi laranganNya
 Tanda apa yang bisa diketahui bahwa taubat seseorang diterima?
1. Berkumpul dengan orang yang sholeh dan tidak bergaul dengan teman buruk.
2. Senantiasa menjauhi perbuatan dzalim dan rajin beribadah
3. Tidak terpancang hanya pada kepentingan dunia, sebaliknya selalu ingat akan adanya
Akherat sehingga apa yang dilakukan di dunia adalah persiapan untuk hari akhir.
4. Tawakal atas rezeki yang diberikan Allah setelah berikhtiar
 Tingkatan Taubat menurut Imam Ghazali adalah sbb ;Pertama: bertaubatnya seseorang dan
istiqomahnya ia di jalan Allah hingga akhir hayatnya. Kedua: Orang yang bertaubat dari dosa
besar,tetapi dalam perjalanan taubatnya selalu mendapat ujian hingga tidak sengaja ia
terjatuh dalam dosa,tetapi hatinya senantiasa sedih dan menyesal sehingga ia berusaha
memperbarui tindakannya dengan memperbaiki niatnya. Ketiga: orang yang bertaubat untuk
beberapa lama tapi kemudian hawa nafsu mengalahkannya sehingga ia berbuat dosa
lagi.Namun demikian ia masih mau melakukan amal shaleh,ia masih meminta pertolongan
Allah agar mampu mengendalikan hawa nafsunya. Keempat: orang yang bertaubat hanya
sebentar saja,tapi kemudian berbuat dosa lagi tanpa dibarengi penyesalan
sedikitpun,bagaikan orang lalai bahwa ia telah bertaubat.Pada tingkatan ini ditakutkan orang
bisa meninggal dalam keadaan su‟ul
SABAR
“ Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah,
menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari
perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” Syaikh Muhammad
bin Shalih Al „Utsaimin(Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24) Sabar adalah pilar kebahagiaan
seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan,
konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.

sedangkan macam-macam sabar ada 3 hal al;


 Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah; Sabar dalam menuntut Ilmu
,sabar dalam mengamalkan ilmu, sabar dalam berdakwah, sabar dan
kemenangan.
 Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah; sabar menjauhi
maksiat, sabar menerima takdir,.
 Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai
hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia
ataupun yang berasal dari orang lain; sabar dalam bertauhid. (Syarh Tsalatsatul
Ushul, hal. 24)

Ayat Al-Qur‟an tentang sabar
 Ayat Al-Qur‟an tentang sabar ; (QS. Al Baqarah [2]: 45), (QS. Ar Ra‟d [13] : 24),
 Pertama: Sabar dalam melakukan ketaatan sampai seorang melaksanakannya. Hal ini
dikarenakan seorang hamba hampir dapat dipastikan tidak dapat melakukan segala perkara
yang diperintahkan kepadanya kecuali setelah bersabar, berusaha keras untuk bersabar dan
berjihad melawan segenap musuh, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
 Kedua: Kesabaran terhadap segala perkara yang terlarang sehingga dirinya tidak
mengerjakan berbagai larangan tersebut.
 Ketiga: Kesabaran terhadap musibah yang menimpanya.
 Urgensi Kesabaran
 Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan.
Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar
dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.
 kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan
identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada
pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan.
 Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi
maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi.
Makna Sabar;
 Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi
"shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah.
 Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan
lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang
tidak terarah.
 Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad.
Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah
menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu
kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan
rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga
berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan
peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah
salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan
Dalam Al-Qur'an
 1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam
QS.2: 153, Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat
banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46,
10:109, 11: 115 dsb.
 2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.
Al-Ahqaf/ 46: 35):
 3. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.
Al-Ahqaf/ 46: 35):
 4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146)
Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
 5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa
akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan
bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."
 6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 -
24);
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan
Dalam Hadits.
 1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap
kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)
 2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang
siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)
 3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang
lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
 4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh
menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena
(ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia
mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)
 5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya,
kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
 6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-
akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia
mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR.
Bukhari)
 7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra
berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang
memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)

8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga
kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan h
 9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang
sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau
kematian.
Bentuk-Bentuk Kesabaran
 1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena
secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat
tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat.
Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti
haji dan jihad.
 Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan
kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah
tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah
dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
 2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar,
terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta,
memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan
"menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".
 3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi
ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.
 Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek
ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan
„pembatasan‟ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai
motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang
ditekankan agar kita bersabar adalah :

Macam-macam SABAR
 1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini
merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, „Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.‟ Wanita tersebut menjawab, „Menjauhlah dariku,
karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.‟ Kemudian diberitahukan kepada
wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak
mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, „(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah
SAW.‟ Rasulullah bersabda, „Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.‟ (HR. Bukhari Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, „Janganlah kalian
berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR.
Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, „Barang siapa yang
melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari
jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)
 4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW;
„Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku).
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku „atsaratan‟ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang
lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, „Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar
terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak
bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
 6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; „Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, „Barang siapa yang
bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR.
Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan
Kesabaran
 1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya.
Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah
SWT.
 2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam
hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan
makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam
kategori ini juga dzikir kepada Allah.
 3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu
terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang
memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
 4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan
maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif,
seperti malas, marah, kikir, dsb.
 5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk
beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup
besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa
sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada
hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
 6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri
dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya.
Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
 7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya.
Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di
dunia.
ZUHUD
 Definisi Zuhud;
Zuhud secara bahasa artinya lawan dari cinta dan semangat terhadap dunia.
Ibnul Qayyim, berkata, “Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun wara‟ adalah
meninggalkan apa-apa yang ditakuti akan bahayanya di akhirat‟.” Kemudian beliau
mengomentarinya, “Ini adalah definisi yang paling baik terhadap makna zuhud dan wara‟
dan yang paling mencakupnya.”
 Berkata Sufyan Ats-Tsauriy, “Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan, dan
bukanlah yang dimaksud zuhud itu dengan memakan makanan yang keras (buruk) dan
memakai (baju) karung.”
Kesimpulannya bahwasanya hakikat zuhud yang ada di dalam hati adalah dengan
mengeluarkan kecintaan dan semangat terhadap dunia dari hati seorang hamba, sehingga
jadilah dunia itu hanya di tangannya sedangkan kecintaan Allah dan negeri akhirat ada di
dalam hatinya.
 Imam Ahmad membagi zuhud menjadi tiga tingkatan:
1. Meninggalkan yang haram, yang merupakan zuhudnya orang-orang „awwam, dan ini
adalah fardhu „ain.
2. Meninggalkan kelebihan-kelebihan dari yang halal, dan ini zuhudnya orang-orang yang
khusus.
3. Meninggalkan apa-apa yang dapat menyibukkannya dari (mengingat) Allah, dan ini adalah
zuhudnya orang-orang yang mendalam pengetahuannya tentang Allah.
Pengertian Zuhud dan tingkatannya
 Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya.
Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang
disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap
dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau
kebahagiaan akherat.
 Zuhud dibagi menjadi tiga tingkatan al:
 Tingkat Mubtadi‟ (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan
hatinya pun tidak ingin memilikinya.
 Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan
pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan
keuntungan baginya.
 Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini
mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah.
(menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
 Menurut AI Gazali membagi zuhud juga dalam tiga tingkatan yaitu:
 Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya
 Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan
 Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya
Hadits ttg Macam-macam zuhud
 Zuhud yang disyari‟atkan adalah meninggalan setiap hal yang tidak bermanfaat untuk kehidupannya
di akhirat dan hati begitu yakin pada apa yang di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits
yang dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzi,
ِ ‫ون فًِ َث َوا‬ َ ‫ّلل أَ ْو َث َق ِب َما فًِ ٌَدِك َوأَنْ َت ُك‬ ِ َّ ‫ون ِب َما فًِ ٌَ ِد‬ َ ‫الزهْ دَ أَنْ َت ُك‬ ِ ‫اع ِة ْال َم‬
ُّ َّ‫ال َولَكِن‬ َ ‫الزهْ ُد فًِ ال ُّد ْن ٌَا ِب َتحْ ِر ٌِم ْال َح َال ِل َو َال‬
َ ‫إض‬ َ ٌَ‫ ل‬
ُّ ‫ْس‬
‫ت لَك‬ ْ ٌَ ‫صبْت أَرْ َغ َ ِم ْنك فٌِ َها لَ ْو أَ َّن َها َب ِق‬ َ َ ‫أ‬ ‫ا‬ َ
‫إذ‬ ‫ة‬
ِ ‫ب‬
َ ٌ ِ‫ُص‬‫م‬ ْ
‫ال‬
 “Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan
harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan
Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau
lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.”[1]
 Karena Allah Ta‟ala berfirman,
‫ لِ َكًْ َال َتأْ َس ْوا َعلَى َما َفا َت ُك ْم َو َال َت ْف َرحُ وا ِب َما آ َتا ُك ْم‬
 “Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS. Al Hadid: 23) [2]. Ini
menunjukkan bahwa zuhud di sini merupakan ciri-ciri zuhud dalam hati (batin).
 Adapun zuhud secara lahiriyah (zhohir) adalah dengan seseorang meninggalkan berlebih-lebihan
dalam hal makanan, pakaian, harta dan lainnya yang tidak sebagai pengantar untuk taat pada Allah.
 Sebagaimana Imam Ahmad pernah katakan,
‫َّام َق َال ِئ َل‬ َ َ ‫اس َو‬ ٍ ‫ون َط َع ٍام َولِ َب‬
َ ‫اس ُد‬ َ ‫ إ َّن َما ه َُو َط َعا ٌم ُد‬
ٍ ٌ‫صب ِْر أ‬ ٍ ‫ون لِ َب‬
 (“Yang dimaksud zuhud secara lahir) adalah seseorang mengonsumsi makanan namun tidak
secara berlebih-lebihan, mengenakan pakaian juga tidak secara berlebihan dan bersabar di hari-
hari penuh kesulitan.”
Macam-macam Zuhud
 Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau
menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada
di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah
dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu
dengan yang mencelamu dalam kebenaran.
 Di sini zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:
 Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang
ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap
kekuasaan Allah. Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, “Berupa apakah hartamu?” Beliau
menjawab, “Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak
pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia.” Kemudian beliau ditanya lagi, “Engkau
tidak takut miskin?” Beliau menjawab, “(Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku
adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.”
 Apabila terkena musibah, baik itu kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih
mengharapkan pahala karenanya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut.
Hal ini juga timbul karena keyakinannya yang sempurna kepada Allah.
 Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama
saja. Karena kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian
daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran karena khawatir
dicela atau dijauhi (oleh manusia), atau bisa jadi dia melakukan kebatilan karena mengharapkan
pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji
atau yang mencelanya, berarti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah,
dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.

Tingkatan Zuhud
 Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang
melakukannya, yaitu:
 Berusaha untuk hidup zuhud di dunia; sementara ia menghendaki (dunia
tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia
berusaha melawan dan mencegahnya.
 Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, karena di matanya dunia itu
rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan
dunia tersebut (untuk akhirat), bagaikan orang yang meninggalkan uang satu
dirham untuk mendapatkan uang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu
lebih besar daripada balasan dunia).
 Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak
melihat bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan
seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga
pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga
membuat anjing tersebut sibuk (dengan roti tadi), dan ia pun dapat masuk (ke
istana) untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di
sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/surga)
Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu
tersebut dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka
barangsiapa meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.
Hal-Hal yang Mendorong untuk Hidup
Zuhud
 1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat guna
mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang tampak ataupun yang
tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya
terhadap dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup
dengan hidup sederhana.
 2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang
merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang
telah ia peroleh, sebagaimana firman Allah,
 “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu).” (QS. At-Takaatsur: 6)
 Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.
 3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga dan pikiran yang
sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk.
Berbeda halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah; jiwa menjadi tentram dan hati merasa
sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas
jelas berbeda dan (setiap orang) tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.
 4. Merenungkan ayat-ayat Al-Qur‟an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta
kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah
mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana
dalam firman-Nya,
 “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naaziat:
37-39)
 Dalam ayat yang lainnya Allah berfirman,
 “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan
akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A‟laa: 16-17)
KEKUATAN SEDEKAH
 Kekayaan Paling Hakiki
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah
hati yang selalu merasa cukup.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
 Dikisahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sbb: Tatkala Allah
Ta‟ala menciptakan bumi, maka bumipun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan
kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumipun terdiam. Para malaikat terheran-
heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu
dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung ?” Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (kita
mafhum bahwa gunung batupun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluh lantakkan oleh
buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).
 Para malaikat bertanya lagi “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
daripada besi ?” Allah yang Maha Suci menjawab, “Ada, yaitu api” (besi, bahkan bajapun bisa
menjadi cair dan lumer setelah dibakar api). Para malaikat kembali bertanya “Ya Rabbi, adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api ?” Allah yang Maha Agung menjawab,
“Ada, yaitu air” (api membara sedahsyat apapun niscaya akan padam jika disiram air). Para
malaikatpun bertanya kembali “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
daripada air ?” Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (air
disamudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang
raksasa yang dahsyat, tiada lain karena kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat). Akhirnya para malaikatpun bertanya lagi “Ya Allah, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari itu semua ?” Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat
kehebatannya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan
kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya”.
Pahala bersedekah
 Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita umatnya untuk memperbanyak
sedekah, hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi
berkah. Allah memberikan jaminan kemudahan bagi orang yang bersedekah,
ganjaran yang berlipatganda (700 kali) dan ganti, sebagaimana firman-Nya dan
sabda Rasulullah SAW, sbb :
 Allah Ta‟ala berfirman, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah)
dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga) maka Kami
kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. {Qs. Al Lail (92) : 5-8}
 Allah Ta‟ala berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas
(kurnia-Nya) lagi maha mengetahui”. {Qs. Al Baqarah (2) : 261}
 Rasulullah SAW bersabda, “Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua
malaikat menyeru kepada manusia dibumi. Yang satu menyeru, “Ya Tuhan,
karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah”.
Yang satu lagi menyeru “musnahkanlah orang yang menahan hartanya”.
Tolak Bala dengan Sedekah
 Orang-orang yang beriman sangat sadar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala,
kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda RasulAllah SAW, sbb :
 “Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah”.
 “Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah”.
 “Obatilah penyakitmu dengan sedekah”.
 Selain itu bersedekah juga menghindarkan diri dari marabahaya.
 Ada sebuah kisah yang kalau tak salah saya dapat dari Pak Jalaluddin Rakhmat tentang
seorang yang ditunda kematiannya karena bersedekah. Suatu ketika rasulullah sedang
duduk bersama para sahabat. Lalu melintaslah seorang yang memanggul kayu bakar. Tiba-
tiba Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Orang ini akan meninggal nanti siang."
 Sorenya ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat, melintaslah orang tersebut. Maka
dipanggillah orang tersebut oleh rasul dan ditanya, "Aku diberitahu (malaikat) tadi pagi
bahwa kamu akan menemui ajal siang tadi. Tapi kulihat kamu masih segar bugar. Apa yang
telah kamu lakukan?" Kemudian orang itu berkisah bahwa tadi pagi dia membawa bekal
makan siang. Lalu di tengah jalan bekal itu dia sedekahkan kepada orang yang
membutuhkan. Selanjutnya, kata orang itu, saat kayu-kayu bakar diletakkan tiba-tiba seekor
ular hitam keluar dari dalamnya. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa ular itulah yang
sedianya akan mematuk orang tersebut, namun dia berpindah takdir karena sedekahnya
menghidarkan dia dari bahaya tersebut.
manfaat dan nikmatnya bersedekah
 Berikut beberapa manfaat dan nikmatnya sedekah yang dapat ditemukan di
dalam AL-Qur‟an dan Hadist:
 1. Manfaat sedekah: Bertambahnya rezeki. Rasulullah saw
bersabda: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat
menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah
menyayangi kalian. (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
 2. Keutamaan Keajaiban sedekah adalah mensucikan jiwa. Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka , dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka , dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya dia kamu
itu ( menjadi ) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman
jiwa bagi mereka, Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ (QS At-
Taubah: 103)
Pengalaman bersedekah
 Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
 Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
 Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
 Memelihara dan memberi makan anak yatim
 Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
 Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah
seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah
matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur10 – 1 = 19
 Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat,
maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
 10 – 2= 28
10 – 3= 37
10 – 4= 46
10 – 5= 55
10 – 6= 64
10 – 7= 73
10 – 8= 82
10 – 9= 91
10 – 10= 100
 Jadi sekarang agak „masuk akal‟ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta
dulu
 Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya
dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang
kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
KHAUF WA RAJA‟
 Pengertian Khauf.
 Khauf adalah reaksi atas munculnya kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang
membahayakan, menghancurkan atau menyakitkan.
 Dalil Yang Menjelaskan Khauf.
 “Dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS.Al-Baqarah : 40)
 “Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada
Allah kembali (mu).”(QS.Ali Imran : 28)
 “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS.Ar-Rahman
: 46)
 “Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya.
Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga
kami merasa takut (akan diazab)". Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan
memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya.
Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (Ath-Thuur : 25-
28)
Pembagian Takut
 Takut Thabi‟i ; seperti takutnya seseorang terhadap binatang buas, api, tenggelam
dan lain-lain. Hal ini wajar bagi setiap manusia.
 Takut Yang Bernilai Ibadah; Yakni jika perasaan takut kepada Allah yang disembah
ini hanya milik Allah, jika dipalingkan kepada selainNya, berarti seseorang telah
melakukan syirik besar.
 Takut Terhadap Sesutau Rasa Ghaib; Seperti takut terhadap penghuni kubur,
Takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berpengaruh
sesuatu kepada dirinya, hal ini menurut ulama adalah termasuk syirik.
 Akibat rasa takut adalah;
 Takut kepada Allah adakalanya terpuji dan adapula yang tidak terpuji. Terpuji jika
akhirnya membawa seseorang bisa menghindar dari maksiat, mengerjakan yang
wajib dan dan meninggalkan yang haram.
 Jika takut tersebut menghasilkan sikap seperti itu maka hati merasa tenang,
tentram dan gembira dengan nikmat Allah serta berharap akan pahalanya. Takut
yang tidak terpuji adalah yang akhirnya menyebabkan timbulnya putus asa
terhadap rahmat Allah dan patah semangat pada seseorang, sehingga ia
tenggelam dalam kesedihan atau bahkan dalam kemaksiatan karena
keputusasaan yang mendalam.
Ciri-ciri rasa takut
 Takut dari adzab Allah adalah rasa takut yang menjadi bukti sehatnya
iman. Inilah rasa takut yang wajib oleh setiap muslim, tidak boleh
tidak.Adapun kadar wajib dari rasa takut tersebut adalah hendaknya
mengandung dua konsekuensi :
1. Hendaknya rasa takut tersebut mendorongnya untuk melakukan
kewajiban.
2. Hendaknya rasa takut tersebut mencegahnya dari perbuatan haram.
 Sedangkan rasa takut yang tidak disertai satu diantara dua hal tersebut
bukanlah rasa takut yang terpuji
 Takut Akan Makar Allah .
 Inilah yang membuat rasa aman lenyap dari jiwa orang-orang shalih, ini
pula yang menyebabkan mereka mengalami keresahan yang
berkepanjangan.
 Salah seorang diantara mereka ketika melakukan ketaatan dimalam hari
takut jika mendapatkan pagi harinya Allah mentakdirkan dia berada dalam
kondisi yang sebaliknya disore hari.
Pengertian Raja’.
 Raja‟ atau berharap adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya disaat rasa
takut lebih mendominasi. Para salaf memperbesar rasa harap ketika mendekati ajal yakni di
saat mereka menghadapi rasa takut akan su‟ul khatimah.
 Raja‟ adalah keinginan seorang terhadap sesuatu yang mungkin diperolehnya dalam waktu
dekat atau jauh tapi diposisikan sebagai sesuatu yang dekat. Raja‟ mengandung sikap
merendah dan hal ini hanya untuk Allah . Siapa yang memalingkan kepada selain Allah maka
bisa mengakibatkan syirik kecil atau besar tergantung hati orang yang mengharapkannya.
 Allah berfirman,
 “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah kepada
Tuhannya.”(QS.Al-Kahfi : 110)
 Rasa takut dan harap adalah dua sayap bagi hamba untuk terbang menuju keridhaan Allah.
Telah disepakati oleh orang-orang bijak bahwa raja‟ tidak sah kecuali jika disertai dengan
amal. Adapun kondisi salaf dalam berharap kepada Allah adalah sebagai berikut:
 1. Mereka melebihkan Raja‟ ketika mendapatkan kesulitan besar. Khususnya ketika sedang
menghadapi ajal.
 2. Mereka melebihkan rasa takut disaat kondisi aman dan menjalani hidupnya.
 3. Mereka juga mengumpulkan antara rasa takut dan berharap ketika menghadapai dua hal
diatas.
Jenis-jenis Raja‟;
 Ibnul Qayyim berkata,” Jenis Raja‟ ada tiga macam, dua diantaranya terpuji dan
yang satu adalah tanda terpedaya dan tercela.”
 Dua raja„ yang terpuji tersebut adalah seseorang yang melakukan ketaatan
kepada Allah sesuai dengan petunjuk Allah maka dia adalah orang yang
mengharap pahala Allah.
 Dan seseorang yang terlanjur melakukan dosa kemudianbertobat darinya maka
dia adalah orang yang mengharap ampunan-Nya, maaf-Nya, kebaikan,
kemurahan, kelembutan dan kemuliaan.
 Adapun jenis raja„ yang ketiga (yang tercela) adalah seseorang bergumul dengan
keteledoran dan dosa dan lalu mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Inilah
orang yang terpedaya, berangan-angan dan berharap dusta.
 Mempertemukan Antara Khauf Dan Raja’.
 Orang-orang shalih mendidik jiwa mereka dengan cara mengagumkan. Mereka
berada diantara pintu Targhib (motivasi) dan pintu Tarhib (ancaman). Jika
jiwanya menghadap Allah dengan ketaatan, mereka takut jika amalnya tidak
diterima dan konsekuensi lainnya. Jika mereka mengikuti hawa nafsu mengambil
dan condong kepadanya, maka segera menghentikannya dan timbul rasa
takutnya.
Keutamaan Berharap Kepada Allah .
:‫سلَم أنه قال‬ ََ ‫صلَى‬
َ ‫ّللاه َعلٌَ ِه َو‬ َ ‫ّللا‬ََِ ‫سول‬ ََ ً
‫ّللاه َعن هَه عن َر ه‬ ََ ِ‫ وعن أبً هرٌرة َرض‬
‫ ومن تقرب إ‬،‫ وّللا هلل أفرح بتوبة عبده من أحدكم ٌجد ضالتهبالفالة‬،ً‫ وأنا معهحٌث ٌذكرن‬،ً‫ أنا عند ظن عبدي ب‬:َ ‫ّللا َع ََز َو َج َل‬ ََ ‫<قال‬
ِ َ َ َ
‫ وهذا لفظ إحدى‬.‫ وإذا أقبل إلً ٌمشً أقبلت إلٌه أهرول> همتفقَ َعلٌ َه‬،‫ ومن تقرب إلىذراعاَ تقربت إلٌه باعا‬،‫لً شبراَ تقربت إلٌه ذراعا‬
.‫رواٌات مسلم‬
 Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda,” Allah berfirman,” Aku menurut persangkaan hambaku
dan Aku senantiasa bersamanya selama ia mengingat Aku. Demi Allah, Allah lebih senang menerima tobat
hambanya melebihi senangnya sesorang diantara kalian yang menemukan kembali barangnya yang telah
hilang ditengah padang pasir. Siapa saja mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya
sehasta dan siapa saja mendekat kepadaku sehasta maka aku akan mendekt kepadanya sedepa dan
apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka aku datang kepadanya dengan cara berlari.”
(HR.Bukhari dan Muslim)
:‫سلَم ٌقول‬ ََ ‫صلَى‬
َ ‫ّللاه َعلٌَ ِه َو‬ َ ‫ّللا‬ََِ ‫سول‬ ‫ّللاه َعن هَه قال سمعت َر ه‬ ََ ً ََ ِ‫ وعن أنس َرض‬
‫ ٌا ابن آدم لو بلغت ذنوبكعنان السماء ثم است‬،ً‫ ٌا ابن آدم إنك ما دعوتنً ورجوتنٌغفرت لك على ما كان منك وال أبال‬:‫ّللا تعالى‬ ََ ‫<قال‬
َ
َ ‫ ٌا ابن آدم إنك لو أتٌتنٌبقراب األرض خطاٌا ثم لقٌتنً ال تشرك بً شٌئاَ ألتٌتك بقرابهامغفرة> َر َواههَ ال ِّتر ِمذِيَ َوقا َل‬،‫غفرتنً غفرت لك‬
َ‫سن‬ َ ‫َحدٌِثَ َح‬
 Dari Anas , Rasulullah bersabda,” Hai anak adam selama kamu berdoa dan berharap kepadaku pastti Aku
ampuni dosa yang telah kamu perbuat dan aku tidak peduli berapapun banyaknya. Hai anak Adam
andaikan dosa-dosamu bagaikan awan dilangit kemudian kamu memohon ampun kepada-Ku pasti aku
mengampunimu. Hai anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepadaku dengan membawa dosa
seisi bumi kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku maka Aku akan
mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu.”(HR.Tirmidzi)
:‫سلَم‬ ََ ‫صلَى‬
َ ‫ّللاه َعلٌَ ِه َو‬ ََِ ‫سول‬
َ ‫ّللا‬ ََ ً
‫ قال َر ه‬،‫ّللاه َعن هَه قال‬ ََ ِ‫ وعن أبً هرٌرة َرض‬
‫سبقت غ‬:‫ وفً رواٌة‬،ً‫ غلبت غضب‬:‫ وفً رواٌة‬،ً‫إن رحمتً تغلب غضب‬:‫ّللا الخلق كتب فً كتاب فهو عنده فوق العرش‬ ََ ‫<لما خلق‬
َ
.‫ضبً> هم َتفقَ َعلٌَ َِه‬
 Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu
kitab. Kitab itu berada disisinya di atas „Arasy bertuliskan,” Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-
Ku.” (HR.Bukhari dan Muslim)
HUBB
 Cinta dunia adalah ujung dari segala bentuk perilaku menyimpang. Allah SWT
berfirman " ketahuilah, bahwa sesugguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan
dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta
berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan ank, seperti hujan yang membuat
para petani terkagum-kagum dengan tanaman-tanamannya,kemudai tanaman itu
menjadai kering dan kamu lihat warnanya menguning lalu hancur. dan diakhirat
kelak ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoanNya. Dan
kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid[57];20)
 Sifat orang cinta dunia
1. Tamak terhadap sesuatu
2. Tidak memberi peluang kepada orang lain
3. Suka salahkan orang apabila gagal
4. Menghalalkan segala cara dalam mencari rezeki
5. Sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan akhirat
6. Tidak memiliki pendirian yang kuat dalam mencari kebenaran
 "Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu, jika kau hilangkan agama
dalam dirimu, hilanglah cintaku padamu."(Imam Nawawi)
Cinta akhirat
Sabda Rasulullah : “ Barang siapa yang menjadikan akhirat harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam
hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan menyerah diri. Tetapi barang
siapa yang dunia menjadi harapannya, Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya serta mencerai-
beraikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali dalam sekadar apa yang telah ditetapkan baginya.”
(Riwayat al-Tirmizi)
“Barang siapa yang menghendaki keuntungandi akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya. Dan barang
siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan
tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat.” ( al-Syura 42:20)
Mereka yang cinta akhirat diberi kemudahan menikmati dunia. Allah berfirman: “Dialah yang menjadikan bumi itu
mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian daripada rezekinya dan hanya
kepadanya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (al-Mulk 67:15)
Keuntungan cinta akhirat
1. Siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan mencukupkan dunianya.
2. Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungan dirinya
dengan manusia lain.
3. Siapa yang memperbaiki keadaan batinnya, Allah akan memperbaiki keadaan lahirnya.
4. Siapa yang menjadikan aktivitinya untuk akhirat, maka tidak akan lewat satu haripun melainkan dia akan
kembali
Manfaat orang yang ingat akhirat
1. Tidak melihat urusan dunia kecuali dia akan mengaitkan dengan akhirat
2. Tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali membayangkan akan berkumpul bersama penduduk syurga
3. Tidak mengenakan pakaian kecuali teringat akan pakaian sutera milik penghuni syurga
4. Tidak menyeberangi sebuah jambatan kecuali teringat akan titian sirat di atas neraka
5. Tidak mendengar suara yang kuat melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala
6. Tidak pernah berbicara tentang suatu perkara, melainkan ada kaitannya dengan akhirat
FANA
 Pengertian Fana dan Baqa
 Fana ( )‫الفناء‬artinya hilang, hancur. Fana adalah proses menghancurkan diri
bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Baqa ( )‫البقاء‬
artinya tetap, terus hidup. Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana
dalam penghancuran diri untuk mencapai ma‟rifat. Seorang sufi untuk
ma‟rifat harus bisa menghancurkan diri terlebih dahulu, dan proses
penghancuran diri inilah di dalam tasawuf disebut “Fana” yang diiringi oleh
“Baqa”.
 Dalam „Risalatul Qusyairiyah‟ dinyatakan bahwa Fana adalah menghilangkan
sifat-sifat yang tercela dan Baqa artinya mendirikan sifat-sifat yang terpuji.
Barang siapa yang menghilangkan sifat tercela maka timbullah sifat yang
terpuji. Jika sifat tercela menguasai diri maka tertutuplah sifat yang terpuji
bagi seseorang.
 Dari segi bahasa Al-Fana berarti hilangnya wujud sesuatu, sedangkan Fana
menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya
sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut
pendapat lain Fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-
sifat ketuhanan dan dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela.
Konsep Fana dan Baqa

 Ibn „Arabi
 Fana dalam pengertian mistik adalah hilangnya ketidaktahuan dan Baqa pengetahuan yang pasti/
sejati yang diperoleh dengan intuisi mengenai kesatuan esensial dari keseluruhan ini.
 Fana dalam pengertian metafisika adalah hilangnya bentuk-bentuk dunia fenomena dan
berlanjutnya substansi universal yang tunggal. Hal ini ia simpulkan dengan hilangnya sesuatu
bentuk pada saat Tuhan memanifestasikan (tajalli) diri-Nya dalam bentuk lain.
 E. A. Affifi ; Pemikiran tentang Fana dan Baqa dapat dibagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Si Sufi menjauhkan dirinya dari dosa (al-Fana‟ „an al-Ma‟asi)
b. Memfana‟kan dirinya dari semua perbuatan (af‟al) apapun, ia hanya menyadari bahwa Tuhan
sendirilah satu-satunya pelaku segala perbuatan (af‟al) di alam ini.
c. Memfana‟kan dirinya dari sifat-sifat dan kulitas wujud yang bersifat mungkin, sebab semuanya
merupakan kepunyaan Allah.
d. Memfana‟kan personalitas atau dzat dirinya sendiri, ia menyadari dengan sungguh-sungguh
ketidakberadaan (non-eksistensi) dari fenomena dirinya serta baqa di dalam substansi yang tidak
berubah dan tidak hancur yang merupakaan esensinya.
e. Si Sufi melepaskan semua sifat-sifat Tuhan serta hubungannya, yaitu ia lebih memandang Tuhan
sebagai esensi dari alam ini daripada sebagai sebab, sebagaimana pendapat para filosof.
Maksudnya Si Sufi tidak menganggap alam ini sebagai akibat dari satu sebab, melainkan sebagai
suatu realitas dalam pemunculan Tuhan (Al-Haqq fid dzuhur).
Al-Qusyairi; Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa adalah
berdirinya sifat-sifat terpuji.
Junaid al-Baghdadi; Tauhid bisa dicapai dengan membuat diri Fana dari
dirinya sendiri dan alam sekitarnya, sehingga keinginannya dikendalikan
oleh Allah.

R. A. Nicholson dalam bukunya The Mystics of Islam.


 Ada tiga tingkat Fana yaitu perubahan moral, penghayatan jiwa, dan
lenyapnya kesadaran. Dalam hal ini, Imam al-Ghazali membatasi sampai ke
Fana tingkat dua, masih mempertahankan adanya perbedaan yang
fundamental antara hamba yang melihat dengan Tuhan yang dilihatnya.
Sebaliknya Husain bin Mansur al-Hallaj, yang menekankan pencapaian Fana
tingkat tiga cenderung ke paham Manunggaling kawula-gusti. Dalam
penghayatan ini manusia merasa mengalami sama dan jadi seperti Tuhan itu
sendiri.
 Adapun salah satu jalan untuk mencapai penghayatan Fana fillah
(ecstasy) disamping mendalamnya cinta rindu, adalah dengan meditasi
(pemusatan kesadaran) dengan perantaraan zikir
Tujuan dan kedudukan Fana dan Baqa

 Tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan
bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam
dirinya.
 Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal, yang terjadi terus
menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan
dimana seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan
kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam
menuju ittihad (penyatuan Rohani dengan Tuhan). Tatkala Fana dan Baqa
berjalan selaras dan sesuai dengan fungsinya maka seorang Sufi merasa
dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan yang mencintai dan dicintai
telah menjadi satu.
Fana dan Baqa dalam pandangan Al-Qur‟an

 Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman
Allah yang berbunyi:
 Artinya: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-
Kahfi: 110)
 Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q. S. Al-Rahman: 26-
27)
KEKUATAN DOA
 Tuhan….maafkanlah hambamu ini, yang banyak berbuat salah, kadang lupa
kala Kau uji dengan nikmat dan menyesali-Mu kala Kau uji dengan petaka.
Tuhan…..semestinya takdir baik-Mu harus aku syukuri, yang buruk harus
kuterima dengan sabar, karena hakekat keduanya adalah cobaan yang tidak
lepas dari hikmah yang tersembunyi Tuhan…..beri kekuatan tuk rela atas
segala yang Kau beri, tetap menyembah-Mu kala suka dan duka agar
kudatang pada-Mu dengan hati yang damai
 SULITNYA MENILAI KESUKSESAN DOA
 Banyak orang merasa doanya tidak/belum terkabulkan. Tetapi banyak pula
yang merasa bahwa Tuhan telah mengabulkan doa-doa tetapi dalam kadar
yang masih minim, masih jauh dari target yang diharapkan. Itu hanya kata
perasaan, belum tentu akurat melihat kenyataan sesunggunya. Memang sulit
sekali mengukur prosentase antara doa yang dikabulkan dengan yang tidak
dikabulkan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor berikut ;
Beberapa faktor doa terkabul/tidak;
 Kita sering tidak mencermati, bahkan lupa, bahwa anugrah yang kita rasakan hari
ini, minggu ini, bulan ini, adalah merupakan “jawaban” Tuhan atas doa yang kita
panjatkan. Karena keragu-raguan yang ada di hati kita, akan
memunculkan asumsi bahwa hanya sedikit doa ku yang dikabulkan
Tuhan.
 Doa yang kita pinta pada Tuhan menurut ukuran kita adalah baik dan ideal, akan
tetapi apa yang baik dan ideal menurut kita, belum tentu baik dalam perspektif
Tuhan. Tanpa kita sadari bisa saja Tuhan mengganti permohonan dan harapan kita
dalam bentuk yang lainnya, tentu saja yang paling baik untuk kita.
Ketidaktahuan danketidaksadaran kita akan bahasa dan kehendak
Tuhan (rumus/kodrat alam), membuat kita menyimpulkan bahwa
doa ku tidak dikabulkan Tuhan.
 Prinsip kebaikan meliputi dua sifat atau dimensi, universal dan spesifik. Kebaikan
universal, akan berlaku untuk semua orang atau makhluk. Kebaikan misalnya
keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup. Sebaliknya,
kebaikan yang bersifat spesifik artinya, baik bagi orang lain, belum tentu baik
untuk diri kita sendiri. Atau, baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang
lain. Maka kehendak Tuhan untuk melindungi dan menyelamatkan
kita, justru dengan cara tidak mengabulkan doa kita. Akan tetapi, kita
sering tidak mengerti bahasa Tuhan, lantas berburuk sangka, dan
tergesa menyimpulkan bahwa doaku tidak dikabulkan Tuhan.
HAKEKAT DIBALIK KEKUATAN
DOA
 Dalam berdoa seyogyanya menggabungkan 4 unsur dalam diri kita;
meliputi; hati, pikiran, ucapan, tindakan. Dikatakan bahwa Tuhan berjanji
akan mengabulkan setiap doa makhlukNya? tetapi mengapa orang sering merasa
ada saja doa yang tidak terkabul ? Kita tidak perlu berprasangka buruk kepada
Tuhan.
 Untuk hasil akhir, pasrahkan semuanya kepada “kehendak” Tuhan, tetapi
ingat usahamewujudkan doa merupakan tugas manusia. Berdoa harus
dilakukan dengan kesadaran yang penuh, bahwa manusia bertugas
mengoptimalkan prosedur dan usaha, soal hasil atau targetnya sesuai harapan
atau tidak, biarkan itu menjadi kebijaksanaan dan kewenangan Tuhan.
 Berdoa jangan menuruti harapan dan keinginan diri sendiri, sebaliknya
berdoa itu pada dasarnya menetapkan perilaku dan perbuatan kita ke
dalam rumus (kodrat) Tuhan. Kesulitannya adalah mengetahui apakah doa atau
harapan kita itu baik atau tidak untuk kita.
 Berdoa secara spesifik dan detil dapat mengandung resiko.
 Doa yang ideal dan etis adalah doa yang tidak menyetir/mendikte
Tuhan, doa yang tidak menuruti kemauan diri sendiri, doa yang
pasrah kepada Sang Maha Pengatur.
tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus
 Dalam tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus misalnya :
 1. Siapa gemar membantu dan menolong orang lain, maka ia akan selalu
mendapatkan kemudahan.
 2. Siapa yang memiliki sikap welas asih pada sesama, maka ia akan disayang
sesama pula.
 3. Siapa suka mencelakai sesama, maka hidupnya akan celaka.
 4. Siapa suka meremehkan sesama maka ia akan diremehkan banyak orang.
 5. Siapa gemar mencaci dan mengolok orang lain, maka ia akan menjadi
orang hina.
 6. Siapa yang gemar menyalahkan orang lain, sesungguhnya ialah orang
lemah.
 7. Siapa menanam “pohon” kebaikan maka ia akan menuai buah kebaikan
itu.
Rumus untuk mengevaluasi diri
 Berikut ini merupakan “rumus” agar supaya kita lebih cermat dalam
mengevaluasi diri kita sendiri;
 Jangan pernah berharap-harap kita menerima (anugrah), apabila kita enggan
dalam memberi.
 Jangan pernah berharap-harap akan selamat, apabila kita sering membuat orang
lain celaka.
 Jangan pernah berharap-harap mendapat limpahan harta, apabila kita kurang
peduli terhadap sesama.
 Jangan pernah berharap-harap mendapat keuntungan besar, apabila kita selalu
menghitung untung rugi dalam bersedekah.
 Jangan pernah berharap-harap meraih hidup mulia, apabila kita gemar menghina
sesama.
 Banyak mengucapkan syukur di bibir saja tidak cukup. Kami harus lebih pandai
mensyukuri nikmat dan anugrah Tuhan. Rasa bersyukur serta doa-
doa melebur dan mewujud ke dalam satu perbuatan. Rasa sukur
termanifestasikan kedalam perbuatan yang bermanfaat untuk
banyak orang. Demikian pula cara berdoa tidak sekedar terucap
melalui mulut, namun lebih penting adalah mewujud dalam
perbuatan nyata.

Anda mungkin juga menyukai