Akhlak Tasawuf PDF
Akhlak Tasawuf PDF
OLEH
DRA. HJ. MARYATIN
URGENSI AKHLAK TASAWUF
DALAM KEHIDUPAN MUSLIM MODERN
Tasawwuf mempunyai dua makna: makna pertama lebih ditekankan pada
usaha mensucikan jiwa, dan bersungguh-sungguh dalam mematuhi Allah dan
meneladani Rasulallah SAW. hingga jiwa menjadi bersih dan memantulkan
haqiqat dan rahasia ketuhanan
Menurut HAMKA:1)Solusi alternatif terhadap kebutuhan spiritual dan
mampu menjadi instrumen pembinaan moral mansuia modern, 2) Seorang
penganut tasawuf modern tidak harus lari dari kehidupan duniawi tetapi
justru harus terlibat aktif dalam masyarakat, (3) Mempraktekan tasawuf
secara aktif dalam setiap aktifitas manusia modern, 4) Tasawuf dapat
dipraktekan hanya dalam kerangka syari'ah.
Tasawuf adalah program pendidikan yang focus pada penyucian jiwa dari
segala penyakit yang menghalangi manusia dari Allah SWT . Khususnya pada
kehidupan modern dengan ciri-ciri antara lain adalah :
Disintegrasi ilmu pengetahuan, Jiwa yang terpecah (split personality),
penyalah gunaan iptek, pendangkalan iman, pola hubungan materialistik,
menghalalkan segala cara, stres dan frustasi, kehilangan harga diri dan masa
depan.
PENGERTIAN
AKHLAK TASAWUF
Pengertian Akhlak:
• Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخالقا –ٌخلق –اخلقartinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban
yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:1. QS. Al- Qalam: 4: وانك لعلى خلق
, عظٌم2. QS. Asy-Syu‟ara: 137: ان هذا اال خلق االولٌن3. Hadis : انما بعثت التمم مكارم االخالق
• Menurut Istilah, akhlak adalah:
1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.
2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Pengertian Tasawuf:
• Secara bahasa tasawuf berarti:
- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan bersikap bijaksana.
• Menurut Istilah:
1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian
hanya kepada Allah Swt.
2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
Hubungan Akhlak dengan Tasawuf:
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara
sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf
mementingkan akhlak.
RUANG LINGKUP
AKHLAK TASAWUF
Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:
@ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
@ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
@ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Kajian dalam Tasawuf bersumber pada:
1. Unsur Islam:
- Al-Qur‟an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-
Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS. At-Tahrim: 8), manusia
selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan
memberi cahaya kepada hamba-Nya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam
bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)
- Hadis Nabi : tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia
mengenal penciptanya, praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-
shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar
Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
2. Unsur Non Islam:
a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.
b.Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.
c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan
yang lain.
TUJUAN
MEMPELAJARI AKHLAK TASAWUF
Untuk taqorub kpd Allah – derajat taqwa
Mendapatkan derajat muttaqin di hadapan Allah
Untuk membersihkan jiwa dari hal-hal buruk
Mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya
Berusaha selalu berakhlakul karimah
Bersikap qanaah
Mengerjakan sesuatu dengan dasar ikhlas
Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
Meneladani akhlak Rasulullah SAW.
Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai
kepada ma‟rifat terhadap Allah Ta‟ala
SEJARAH AKHLAK TASAWUF
Masa Nabi : Tasawuf merupakan salah satu aspek esoteris/kebatinan Islam,
sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi
dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Pada masa rasulullah
belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu adalah nabi
beruzlah/menyendiri di gua Hiro, istilah yang muncul zuhud/asketisme.
Masa para sahabat: Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf,
terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I
dan permulaan abad II H. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada
pertengahan abad III H oleh abu Hasyimal-Kufi (250 H) dengan meletakkan
al-Sufi dibelakang namanya. Pada masa ini al muncul perbedaan pendapat
antara Usman dan Ali.
Masa Muawiyah muncul pertikaian yang menimbulkan perpecahan pada
kubu umat islam menjadi 3 golongan yaitu khawarij, murjiah dan syiah.
Demikian pula selanjutnya muncul 4 imam mazdab al ; Syafi‟I, Hambali,
Hanafi & Maliki pada masa Umayyah. Dan perkembangan ilmu pengetahuan
semakin canggih pada masa Abbasiyah sehingga banyak muncul masalah
terkait dengan hablu minallah dan hablu minnas, Abdul Aziz. Perkembangan
berikutnya sufisme tumbuh subur sejalan dengan peradaban semakin lemah.
Lanjutan
Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang
penuh dengan kemewahan.
Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Qur‟an, salat sunnah dan
sebagainya.
Tasawuf menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru sufi.
Abad ke 3 H: muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif
(tasawuf falsafi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.
Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada al-
Qur‟an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa,
dan pembinaan moral.
Abd ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para
murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa‟I (w. 570 H), dan Sayid
Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M).
Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuf akhlaki dengan falsafi
dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi.
TASAWUF AKHLAKI
Bagian terpenting tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung
dengan Tuhan sehingga merasa dan sadar berada dalam hadirat Tuhan.
Semua sufi berpendapat bahwa satu – satunya jalan yang dapat
mengantarkan seseorang ke hadirat Allah hanyalah dengan kesucian jiwa.
sejalan dengan tujuan hidup tasawwuf, para sufi berkeyakinan bahwa
kebahagian yang pari purna dari langgeng bersifat spiritual.
Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak
baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah.
Untuk itu, dalam tasawuf akhlaqi, sistem pembinaan akhlak disusun berikut
ini :
1. Takhalli: adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.
2. Tahalli: adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan sikap, prilaku dan akhlak terpuji.
Lanjutan
Sikap mental dan perbuatan yang baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia
akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara
lain sebagai berikut :
a. Taubat: yaitu rasa penyesalan sungguh – sungguh dalam hati yang disertai permohonan
ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.
b. Cemas dan Harap (khauf dan raja‟):yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat
salah dan seringkali lalai kepada Allah.
c. Zuhud: yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.
d. Al-Faqr: yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan
merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.
e. Al-Sabru:yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian.
f. Ridha:yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang
dari Allah.
g. Muraqabah:yaitu sikap siap dan siaga setiap saat untuk meneliti keadaan diri sendiri.
h. Tajalli adalah usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase
sebelu mnya untuk mencapai kesempurnaan kesucian jiwa.
TASAWUF SUNNI
Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan asapek
hakekat dan syari‟at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan
mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-
sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur‟an, Sunnah dan Shirah para
sahabat.
Tasawuf sunni banyak berkembang di dunia Islam, terutama di negara – negara
yang dominan bermazhab Syafi‟i.
Tasawuf ini sering digandrungi orang karena paham atau ajaran – ajarannya tidak
terlalu rumit.
Ciri – ciri tasawuf sunni antara lain :
1. Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah.
2. Tidak menggunakan terminologi – terminology filsafat sebagaimana terdapat
pada ungkapan – ungkapan Syahahat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan
manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari‟at.
5. Lebih terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa
dengan cara riyadhah (latihan – latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tokoh Sufisme Sunni;
Adapun para tokohnya adalah:
Hasan al-Basri ;keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi .Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap
kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. Prinsip
kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja‟. Dengan pengertian merasa takut kepada
siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya.
Rabiah Al-Adawiyah ; bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan
sangat kuat beribadah serta hidup sederhana. Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak
ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-
kalimat puitis. Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak
bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah
telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”.
Dzu Al-Nun Al-Misri ; Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan
riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini.
Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang
tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.
Abu Hamid Al-Ghazali; dia diberi gelar Hujjatul Islam, karyanya yang paling penting adalah Ihya‟
„Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang
tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun moral agama.
TASAWUF FALSAFI
tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi
mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya.
Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang
kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak
dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.
Perbedaan tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis ( ً)العمل,
sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis ( )النطريsehingga dalam
konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan
pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.
Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali
Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalahAllah. Mereka tidak
menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.
Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya
terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ;
hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak
Macam-macam tasawuf Falsafi
1. Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya
kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj
2.Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut
pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Al-wujud sebenarnya
wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang
dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah.
3.Ittihad
Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah; ittihad adalah
penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang
menyimpang dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini
berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad
artinyabersatunya manusia dengan Tuhan.
4. insan kamil.
Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak
diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil
menurut aljilli ialah manusia
5. Wujud al mutlak Ibnu Sab‟in
Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah
seorang penggagas paham tasawwuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak
Lanjutan
Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek
utama yang menjadi perhatian para sufi filosof, antara lain :
1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta introspeksi diri yang timbul darinya.
2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat – sifat rabbani, „arsy,
kursi, malaikat dll.
3. Peristiwa – peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan – ungkapan yang pengertiannya sepintas samar – samar
(syatahiyyat).
Tasawuf Al-Ghazali
Menurut Imam Ghazali, tasawuf adalah “Jalan (thariq) ditempuh dengan mempersembahkan
kegiatan mujahadah (perjuangan) dan menghapus sifat-sifat tercela dan memutuskan semua
ketergantungan dengan makhluk, serta menyongsong esensi cita-cita bertemu Allah. Jika
tujuan itu tercapai, maka Allah-lah yang menjadi penguasa dan pengendali hati hamba-Nya,
dan Dia menerangi hamba-Nya dengan cahaya ilmu.” “Jika Allah berkenan mengurusi hati
hamba-Nya, maka Dia akan menambahkan rahmat pada hati tersebut; cahaya hati tersebut
akan bersinar cemerlang, dada menjadi lapang, terbuka baginya rahasia kekuasaan Allah,
hijab yang menghalangi kemuliaan hati akan terbuka dengan kelembutan rahmat, serta
hakikat masalah-masalah ketuhanan akan tersibak.”
Jika semua ini telah dicapai, maka seorang sufi telah mencapai derajat musyahadah yang
menjadi tujuan tasawuf
TAUBAT
Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat.
surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.“
surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa
yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui."
surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman
bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan
ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".
Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:
(1) Menyesal, (2) Berhenti dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.
Pengalaman Bertaubat;
Taubat adalah ibadah yang amat besar nilainya dan akan menghapus dosa-dosa kita, sebagai
mana nabi saw, mengatakan: “Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tanpa
dosa.”(Hasan -Diriwayatkan oleh Abu „Ubaidah ibn „Abdullaah & dikumpulkan oleh Ibn
Majah Authenticated oleh al-Albani)
“Saya melakukan sebuah dosa besar,saya telah bertaubat,tetapi saya mengulangi lagi
perbuatan dosa tsb,
apakah jika saya bertaubat,taubat saya akan diterima oleh Allah?”
“Saya termasuk orang yang rajin beribadah,sholat tidak pernah saya tinggalkan,tetapi ketika
saya bertemu dengan pacar saya, saya bisa melakukan zina.Saya bertaubat,tetapi saya juga
selalu mengulangi perbuatan dosa tsb.”
“Saya adalah seorang murid yang pernah melakukan dosa besar,saya bertaubat secara
lisan,hati dan perbuatan di depan Guru Ngaji saya di hadapan Allah bersumpah
meninggalkan dosa yang pernah saya lakukan dan mengganti dengan amal ibadah yang
banyak. Namun beberapa tahun kemudian saya melakukan kembali dosa yang sama..apakah
saya masih akan diampuni Allah?
pertama kali orang melakukan dosa karena tidak memahami akan dosa tsb, Allah masih
memberikan adzab yang setimbal dengan dosanya. Akan tetapi ketika seseorang tahu itu
sebuah dosa,tetapi dilakukan juga,
adzab yang diberikan Allah lebih besar daripada ketika seseorang tidak memahami bahwa
hal itu merupakan dosa.
Perintah dari Allah supaya kita bertaubat dijumpai dalam banyak ayat Al-Quran. Namun
taubat yang dimaksudkan adalah taubat yang sebenar-benarnya, yang disebuat Taubat
Nashuha. Yaitu tidak kembali kepada kesalahan yang sebelumnya diperbuat dan mengganti
dengan amal ibadah yang banyak.
Tanda-tanda Orang Yang Bertaubat;
Taubat seseorang itu bisa dilihat dari beberapa hal:
1. Mengendalikan lisan dari ucapan yang tidak berguna
2. Jauh dari rasa iri,dengki dan sikap permusuhan
3. Menghindari lingkungan/teman yang buruk
4. Taat pada perintah Allah dan menjauhi laranganNya
Tanda apa yang bisa diketahui bahwa taubat seseorang diterima?
1. Berkumpul dengan orang yang sholeh dan tidak bergaul dengan teman buruk.
2. Senantiasa menjauhi perbuatan dzalim dan rajin beribadah
3. Tidak terpancang hanya pada kepentingan dunia, sebaliknya selalu ingat akan adanya
Akherat sehingga apa yang dilakukan di dunia adalah persiapan untuk hari akhir.
4. Tawakal atas rezeki yang diberikan Allah setelah berikhtiar
Tingkatan Taubat menurut Imam Ghazali adalah sbb ;Pertama: bertaubatnya seseorang dan
istiqomahnya ia di jalan Allah hingga akhir hayatnya. Kedua: Orang yang bertaubat dari dosa
besar,tetapi dalam perjalanan taubatnya selalu mendapat ujian hingga tidak sengaja ia
terjatuh dalam dosa,tetapi hatinya senantiasa sedih dan menyesal sehingga ia berusaha
memperbarui tindakannya dengan memperbaiki niatnya. Ketiga: orang yang bertaubat untuk
beberapa lama tapi kemudian hawa nafsu mengalahkannya sehingga ia berbuat dosa
lagi.Namun demikian ia masih mau melakukan amal shaleh,ia masih meminta pertolongan
Allah agar mampu mengendalikan hawa nafsunya. Keempat: orang yang bertaubat hanya
sebentar saja,tapi kemudian berbuat dosa lagi tanpa dibarengi penyesalan
sedikitpun,bagaikan orang lalai bahwa ia telah bertaubat.Pada tingkatan ini ditakutkan orang
bisa meninggal dalam keadaan su‟ul
SABAR
“ Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah,
menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari
perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” Syaikh Muhammad
bin Shalih Al „Utsaimin(Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24) Sabar adalah pilar kebahagiaan
seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan,
konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Ibn „Arabi
Fana dalam pengertian mistik adalah hilangnya ketidaktahuan dan Baqa pengetahuan yang pasti/
sejati yang diperoleh dengan intuisi mengenai kesatuan esensial dari keseluruhan ini.
Fana dalam pengertian metafisika adalah hilangnya bentuk-bentuk dunia fenomena dan
berlanjutnya substansi universal yang tunggal. Hal ini ia simpulkan dengan hilangnya sesuatu
bentuk pada saat Tuhan memanifestasikan (tajalli) diri-Nya dalam bentuk lain.
E. A. Affifi ; Pemikiran tentang Fana dan Baqa dapat dibagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Si Sufi menjauhkan dirinya dari dosa (al-Fana‟ „an al-Ma‟asi)
b. Memfana‟kan dirinya dari semua perbuatan (af‟al) apapun, ia hanya menyadari bahwa Tuhan
sendirilah satu-satunya pelaku segala perbuatan (af‟al) di alam ini.
c. Memfana‟kan dirinya dari sifat-sifat dan kulitas wujud yang bersifat mungkin, sebab semuanya
merupakan kepunyaan Allah.
d. Memfana‟kan personalitas atau dzat dirinya sendiri, ia menyadari dengan sungguh-sungguh
ketidakberadaan (non-eksistensi) dari fenomena dirinya serta baqa di dalam substansi yang tidak
berubah dan tidak hancur yang merupakaan esensinya.
e. Si Sufi melepaskan semua sifat-sifat Tuhan serta hubungannya, yaitu ia lebih memandang Tuhan
sebagai esensi dari alam ini daripada sebagai sebab, sebagaimana pendapat para filosof.
Maksudnya Si Sufi tidak menganggap alam ini sebagai akibat dari satu sebab, melainkan sebagai
suatu realitas dalam pemunculan Tuhan (Al-Haqq fid dzuhur).
Al-Qusyairi; Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa adalah
berdirinya sifat-sifat terpuji.
Junaid al-Baghdadi; Tauhid bisa dicapai dengan membuat diri Fana dari
dirinya sendiri dan alam sekitarnya, sehingga keinginannya dikendalikan
oleh Allah.
Tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan
bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam
dirinya.
Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal, yang terjadi terus
menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan
dimana seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan
kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam
menuju ittihad (penyatuan Rohani dengan Tuhan). Tatkala Fana dan Baqa
berjalan selaras dan sesuai dengan fungsinya maka seorang Sufi merasa
dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan yang mencintai dan dicintai
telah menjadi satu.
Fana dan Baqa dalam pandangan Al-Qur‟an
Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman
Allah yang berbunyi:
Artinya: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-
Kahfi: 110)
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q. S. Al-Rahman: 26-
27)
KEKUATAN DOA
Tuhan….maafkanlah hambamu ini, yang banyak berbuat salah, kadang lupa
kala Kau uji dengan nikmat dan menyesali-Mu kala Kau uji dengan petaka.
Tuhan…..semestinya takdir baik-Mu harus aku syukuri, yang buruk harus
kuterima dengan sabar, karena hakekat keduanya adalah cobaan yang tidak
lepas dari hikmah yang tersembunyi Tuhan…..beri kekuatan tuk rela atas
segala yang Kau beri, tetap menyembah-Mu kala suka dan duka agar
kudatang pada-Mu dengan hati yang damai
SULITNYA MENILAI KESUKSESAN DOA
Banyak orang merasa doanya tidak/belum terkabulkan. Tetapi banyak pula
yang merasa bahwa Tuhan telah mengabulkan doa-doa tetapi dalam kadar
yang masih minim, masih jauh dari target yang diharapkan. Itu hanya kata
perasaan, belum tentu akurat melihat kenyataan sesunggunya. Memang sulit
sekali mengukur prosentase antara doa yang dikabulkan dengan yang tidak
dikabulkan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor berikut ;
Beberapa faktor doa terkabul/tidak;
Kita sering tidak mencermati, bahkan lupa, bahwa anugrah yang kita rasakan hari
ini, minggu ini, bulan ini, adalah merupakan “jawaban” Tuhan atas doa yang kita
panjatkan. Karena keragu-raguan yang ada di hati kita, akan
memunculkan asumsi bahwa hanya sedikit doa ku yang dikabulkan
Tuhan.
Doa yang kita pinta pada Tuhan menurut ukuran kita adalah baik dan ideal, akan
tetapi apa yang baik dan ideal menurut kita, belum tentu baik dalam perspektif
Tuhan. Tanpa kita sadari bisa saja Tuhan mengganti permohonan dan harapan kita
dalam bentuk yang lainnya, tentu saja yang paling baik untuk kita.
Ketidaktahuan danketidaksadaran kita akan bahasa dan kehendak
Tuhan (rumus/kodrat alam), membuat kita menyimpulkan bahwa
doa ku tidak dikabulkan Tuhan.
Prinsip kebaikan meliputi dua sifat atau dimensi, universal dan spesifik. Kebaikan
universal, akan berlaku untuk semua orang atau makhluk. Kebaikan misalnya
keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup. Sebaliknya,
kebaikan yang bersifat spesifik artinya, baik bagi orang lain, belum tentu baik
untuk diri kita sendiri. Atau, baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang
lain. Maka kehendak Tuhan untuk melindungi dan menyelamatkan
kita, justru dengan cara tidak mengabulkan doa kita. Akan tetapi, kita
sering tidak mengerti bahasa Tuhan, lantas berburuk sangka, dan
tergesa menyimpulkan bahwa doaku tidak dikabulkan Tuhan.
HAKEKAT DIBALIK KEKUATAN
DOA
Dalam berdoa seyogyanya menggabungkan 4 unsur dalam diri kita;
meliputi; hati, pikiran, ucapan, tindakan. Dikatakan bahwa Tuhan berjanji
akan mengabulkan setiap doa makhlukNya? tetapi mengapa orang sering merasa
ada saja doa yang tidak terkabul ? Kita tidak perlu berprasangka buruk kepada
Tuhan.
Untuk hasil akhir, pasrahkan semuanya kepada “kehendak” Tuhan, tetapi
ingat usahamewujudkan doa merupakan tugas manusia. Berdoa harus
dilakukan dengan kesadaran yang penuh, bahwa manusia bertugas
mengoptimalkan prosedur dan usaha, soal hasil atau targetnya sesuai harapan
atau tidak, biarkan itu menjadi kebijaksanaan dan kewenangan Tuhan.
Berdoa jangan menuruti harapan dan keinginan diri sendiri, sebaliknya
berdoa itu pada dasarnya menetapkan perilaku dan perbuatan kita ke
dalam rumus (kodrat) Tuhan. Kesulitannya adalah mengetahui apakah doa atau
harapan kita itu baik atau tidak untuk kita.
Berdoa secara spesifik dan detil dapat mengandung resiko.
Doa yang ideal dan etis adalah doa yang tidak menyetir/mendikte
Tuhan, doa yang tidak menuruti kemauan diri sendiri, doa yang
pasrah kepada Sang Maha Pengatur.
tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus
Dalam tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus misalnya :
1. Siapa gemar membantu dan menolong orang lain, maka ia akan selalu
mendapatkan kemudahan.
2. Siapa yang memiliki sikap welas asih pada sesama, maka ia akan disayang
sesama pula.
3. Siapa suka mencelakai sesama, maka hidupnya akan celaka.
4. Siapa suka meremehkan sesama maka ia akan diremehkan banyak orang.
5. Siapa gemar mencaci dan mengolok orang lain, maka ia akan menjadi
orang hina.
6. Siapa yang gemar menyalahkan orang lain, sesungguhnya ialah orang
lemah.
7. Siapa menanam “pohon” kebaikan maka ia akan menuai buah kebaikan
itu.
Rumus untuk mengevaluasi diri
Berikut ini merupakan “rumus” agar supaya kita lebih cermat dalam
mengevaluasi diri kita sendiri;
Jangan pernah berharap-harap kita menerima (anugrah), apabila kita enggan
dalam memberi.
Jangan pernah berharap-harap akan selamat, apabila kita sering membuat orang
lain celaka.
Jangan pernah berharap-harap mendapat limpahan harta, apabila kita kurang
peduli terhadap sesama.
Jangan pernah berharap-harap mendapat keuntungan besar, apabila kita selalu
menghitung untung rugi dalam bersedekah.
Jangan pernah berharap-harap meraih hidup mulia, apabila kita gemar menghina
sesama.
Banyak mengucapkan syukur di bibir saja tidak cukup. Kami harus lebih pandai
mensyukuri nikmat dan anugrah Tuhan. Rasa bersyukur serta doa-
doa melebur dan mewujud ke dalam satu perbuatan. Rasa sukur
termanifestasikan kedalam perbuatan yang bermanfaat untuk
banyak orang. Demikian pula cara berdoa tidak sekedar terucap
melalui mulut, namun lebih penting adalah mewujud dalam
perbuatan nyata.