Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi sekarang ini, kebutuhan akan energi listrik menjadi hal
yang penting dalam menunjang kebutuhan manusia sehari-hari, baik untuk rumah
tangga, perkantoran atau bidang usaha dan industri lainnya. Semakin
meningkatnya kebutuhan akan listrik tersebut maka pemerintah mulai melakukan
proyek-proyek besar dalam pembangunan pembangkit listrik di Indonesia, salah
satu pembangunan pembangkit listrik yang sedang dilaksanakan dan tersebar
merata di berbagai pulau saat ini adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU).
Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah yang strategis untuk
pembangunan PLTU, karena ditunjang dengan adanya sumber daya alam yang
cukup seperti batubara yang merupakan sumber bahan bakar utama untuk
pembangkit tersebut. Dari sekian banyak pembangunan PLTU tersebut saat ini
diantaranya sudah beroperasi dan menghasilkan energi listrik, di Sumatera selatan
sendiri terdapat PLTU Sumsel-5 yang dibangun dengan kapasitas 2×150 MW dan
sudah mulai beroperasi sejak akhir 2015.
PLTU Sumsel-5 ini hanya berjarak tempuh sekitar 2 jam dari Jambi jika
menggunakan kendaraan darat, lokasi PLTU ini berada di mulut tambang batubara
yang menjadi bahan bakar utama sehingga banyak keuntungan yang bisa didapat
dari hal tersebut. Batubara yang digunakan adalah jenis subbituminous dengan
nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.
Sebelum ditransfer ke boiler, batubara tersebut akan melalui berbagai proses
terlebih dahulu. Salah satunya adalah dihancurkan menjadi ukuran kecil-kecil agar
mudah terbakar dalam boiler, dalam proses penghancuran batubara ini digunakan
alat penghancur batubara yaitu Crusher. Terdapat dua crusher yang digunakan
yaitu crusher A dan crusher B. Namun Crusher A kadang mengalami gangguan
dan masalah yang menyebabkan unit tersebut tidak bisa dioperasikan. Oleh karena
itu perlu dilakukan analisa kondisi peralatan akibat dari gangguan sebagai acuan
untuk melakukan perawatan, perbaikan dan pencegahan baik terhadap
pengoperasian maupun pemeliharaan dari crusher tersebut. Gangguan yang terjadi
seperti masuknya benda-benda asing ke dalam ruang crusher yang dapat
mengganggu kinerja mesin tersebut. Adapun kerusakan yang terjadi seperti
ausnya ring hammer, rusaknya bantalan serta suspension bar.
Hal inilah yang menarik penulis membuat laporan kerja praktek berjudul
”Analisa Kerusakan Crusher A di PLTU Sumsel-5 Bayung Lencir”, penulis
mencoba melakukan analisa penyebab terjadinya kerusakan, dampak yang terjadi

1
dan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada dan diharapkan
dapat memenuhi sasaran pemeliharaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada kerja praktek yang dilakukan di PLTU Sumsel-5,
sebagai berikut:
1. Kerusakan apa saja yang terjadi pada crusher A?
2. Apa penyebab terjadinya kerusakan pada crusher A?
3. Apa saja dampak yang terjadi akibat dari kerusakan crusher A?
4. Bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan pada
crusher A?

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan pada kerja praktek yang dilakukan di PLTU Sumsel-5, sebagai
berikut:
1. Mengetahui kerusakan apa yang terjadi pada crusher A.
2. Dapat menganalisa penyebab terjadinya kerusakan pada crusher A.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kerusakan crusher A.
4. Menemukan solusi yang tepat dilakukan untuk mengatasi kerusakan yang
terjadi pada crusher A.

1.4 Manfaat Kerja Praktek


Berikut ini beberapa manfaat yang didapat dari dilaksanakannya kerja praktek,
sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dunia kerja secara lebih jelas terutama dunia
permesinan.
2. Mahasiswa dapat mempraktekkan semua ilmu yang bersangkutan dengan
dunia permesinan yang telah didapatkan pada masa perkuliahan.
3. Mahasiswa dapat memiliki banyak relasi yang nantinya akan membantu
mereka pada saat mereka lulus sarjana teknik mesin.
4. Dapat menciptakan kerja sama yang baik antara perusahaan dan Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Jambi.
5. Menambah pengetahuan dan keterampilan serta wawasan dibidang
pembangkitan khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
6. Mahasiswa dapat mengetahui kerusakan, penyebab terjadi kerusakan, dampak
yang ditimbulkan dan cara menganalisa kerusakan pada peralatan.
7. Mahasiswa dapat mengetahui proses perbaikan, penanganan dan pemeliharaan
peralatan yang mengalami kerusakan.

1.5 Jadwal Kegiatan

2
Kerja praktek dilakukan setiap hari dengan mengikuti jadwal shift yang telah
ditentukan pihak perusahaan ( 08:00-16:00, 16-00:00-00, 00:00-08:00 ) dan
dilaksanakan selama satu bulan, terhitung sejak tanggal 1–31 Agustus 2019.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Pada tanggal 23 Mei 2013, PT. DSSP Power Sumsel (DSSP) yaitu anak usaha
PT. Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSS) yang merupakan pilar usaha Sinarmas
dibidang energi dan infrastruktur meresmikan (groundbreaking) dimulainya
kegiatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang IPP
Sumsel-5 berkapasitas 2×150 MW (PLTU) di lokasi Kecamatan Bayung Lencir,
Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Proyek PLTU ini merupakan proyek IPP pertama milik grup Sinarmas yang
akan memasok listrik kepada PLN melalui skema BOOT (Build, Own, Operate
and Transfer) selama 25 tahun berdasarkan Power Purchase Agreement yang
ditandatangani pada tanggal 3 November 2011.
Sehubungan dengan aspek pendanaan, DSSP telah mendapatkan komitmen
pinjaman dari China Development Bank senilai US$ 318 juta dollar yang akan
digunakan untuk membiayai pembangunan PLTU. Pinjaman tersebut digunakan
antara lain untuk membeli mesin dan peralatan dari China National Electric
Engineering Co., Ltd. Nilai investasi keseluruhan proyek ini sendiri mencapai
lebih dari US$ 400 juta. Pembangunan fisik PLTU ini diperkirakan membutuhkan
waktu sekitar 2 tahun dan baru akan beroperasi pada tahun 2015.
Sesuai target awal, PLTU Sumsel-5 telah mulai beroperasi pada akhir tahun
2015 dan mulai operasi secara komersial pada tanggal 20 Desember 2016. Dengan
menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pada januari 2019 PT.
DSSP Power Sumsel telah melakukan pencapaian 5 juta jam kerja tanpa
kecelakaan kerja pada kegiatan operasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Sumsel-5 2×150 megawatt (MW).

Gambar 1. Letak PLTU Sumsel-5

4
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1 Visi
Menjadi perusahaan energi dan infrastruktur terdepan di Indonesia.
2.2.2 Misi
Menciptakan bisnis berkembang yang berkelanjutan dengan memberikan
solusi yang tepat kepada konsumen.
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

President Director

Director

Production Maintenance General Affairs

Operation Chemical

Boiler Turbine Instrument Electrical


&
Control

Gambar 2. Struktur Organisasi PLTU Sumsel-5

2.4 Proses Produksi/Bisnis Perusahaan


2.4.1 Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan pada boiler PLTU Sumsel-5 terbagi 2, yaitu:
1. Bahan bakar awal
Bahan bakar awal ini berupa fuel oil (solar) digunakan untuk memanaskan bed
material (pasir) sampai mencapai temperatur 220oC karena pasir inilah yang
nantinya dihembuskan dan akan bergesekan dengan batubara didalam ruang bakar
sehingga batubara ikut terbakar.

5
2. Bahan bakar utama
Bahan bakar utama di PLTU Sumsel-5 adalah batubara, bahan bakar ini
diperoleh dari hasil tambang batubara PT. Manggala Alam Lestari (MAL) yang
lokasi pertambangannya dekat dengan lokasi PLTU Sumsel-5. Batubara yang
digunakan adalah jenis subbituminous dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.
batubara ini digunakan untuk memasak air dalam boiler sampai menghasilkan uap
untuk memutar turbin serta menggerakkan generator sehingga bisa menghasilkan
listrik.
Berikut ini adalah jenis-jenis batubara:
a. Peat
Peat merupakan produk pertama dalam pembentukan batubara, yaitu bahan
heterogen yang terdiri dari tanaman yang membusuk dan mineral matter.
Warnanya antara kuning sampai hitam kecoklatan tergantung dari umur
geologinya. Peat mengandung 70% moisture dan heating valuenya di bawah
1.674 kkal/kg.

Gambar 3. Batubara Peat


b. Lignite
Batubara dengan tingkat terendah. Lignite relatif lebih lembut dan warnanya
coklat-hitam dengan kadar panas dibawah 4.633 kkal/kg dan secara geologi
merupakan batubara muda dengan kandungan moisture 30%. Lignite mudah
mengering dan terbakar bila di udara bebas sehingga secara spontan bisa terbakar
di stock area. Untuk lignite, pengangkutan batubara jarak jauh tidak ekonomis
karena moisturenya tinggi.

Gambar 4. Batubara Lignite

6
c. Subbituminous
Batubara subbituminous berwarna hitam dan mempunyai sedikit dari unsur
tumbuhan dan tidak ada yang berwarna coklat. Batubara ini mempunyai moisture
yang relatif tinggi yaitu 15-30% dan juga dapat terbakar secara spontan bila
dikeringkan. Nilai kekerasannya berkisar 49-73 HGI. Meskipun batubara ini
memiliki kandungan moisture yang tinggi, kandungan abunya sedikit sehingga
pembakarannya lebih bersih dibandingkan lignite.
Subbituminous secara umum mengandung kadar sulfur yang sangat rendah
yaitu < 1%. Batu bara jenis ini menjadi alternatif yang baik bagi kebanyakan
PLTU karena heating value yang tinggi 4.633-6.419 kkal/kg dan kandungan sulfur
yang rendah sehingga emisi SO2 bisa dibatasi.

Gambar 5. Batubara Subbituminous


d. Bituminous
Bituminous merupakan batubara yang paling sering digunakan. Secara umum
warnanya terlihat hitam dengan lapisan luar mengkilat. Batubara jenis ini
mempunyai heating value 5.861-8.653 kkal/kg dan kadar FC 69-86%.
Dibandingkan dengan subbituminous dan lignite, batubara ini lebih tinggi nilai
kalornya. Sedangkan moisture dan volatilenya lebih rendah sehingga jarang
terbakar di stock area. Tetapi bila sudah menjadi bubuk, batubara ini menjadi
mudah terbakar.

Gambar 6. Batubara Bituminous

7
e. Anthrachite
Anthrachite merupakan jenis batubara dengan tingkat tertinggi. Berwarna
hitam, keras dan getas. Mempunyai kadar FC yang paling tinggi (86-98%) tetapi
kandungan volatilenya rendah (kebanyakan sekitar 3%) sehingga sulit untuk
terbakar.
Anthrachite mempunyai kadar kalori 8.160 kkal/kg dan sedikit dibawah
kualitas terbaik dari bituminous. Selain itu, anthrachite mempunyai kadar sulfur
yang rendah.

Gambar 7. Batubara Anthrachite


2.4.2 Air
Air menjadi bahan utama untuk menghasilkan uap. Untuk memperoleh uap
bertekanan pemutar turbin maka harus dilakukan proses pemanasan air sampai
berubah menjadi uap dengan temperatur mencapai 545oC dan tekanan 13,8 Mpa.
Air yang digunakan untuk PLTU Sumsel-5 berasal dari air Sungai Lalan yang
berada sekitar 15 km dari lokasi PLTU yang dihisap menggunakan pompa water
intake. Namun sebelum digunakan pada boiler, air sungai tersebut harus melalui
proses kimia terlebih dahulu seperti proses demineralisasi atau penghilangan
kandungan mineral dengan tujuan supaya air yang digunakan memiliki kualitas
yang bagus, tidak menyebabkan korosi dan sesuai untuk spesifikasi komponen
boiler.
Beberapa pemanfaatan air untuk proses produksi di PLTU Sumsel-5, yaitu:
 Sebagai sumber uap utama
 Sebagai pendingin kondensor
 Sebagai pendingin mesin-mesin dan pompa-pompa

2.4.3 Bahan Kimia


Bahan kimia ini digunakan untuk memperbaiki kualitas air sungai yang
menjadi bahan utama untuk menghasilkan uap pada pembangkit sehingga air yang
berkualitas diharapkan tidak akan merusak dan menyebabkan korosi pada

8
peralatan PLTU tersebut. Bahan kimia yang digunakan diantaranya adalah
ammonia (NH3), phosphate (P2SO4), NaOH dan NaCl.
2.4.4 Skema Proses Produksi PLTU

Batubara

Boiler Uap Turbin Generator

Air Demineralisasi

Kondensor

Cooling Tower

Gambar 8. Skema Proses Produksi PLTU


2.5 Alasan Memilih Tempat Kerja Praktek
Dengan pengenalan dunia kerja yang sesungguhnya dan kecocokan antara
teori dan praktek yang didapat diperkuliahan, serta lokasi perusahaan yang hanya
berjarak tempuh sekitar 40 km dengan akses jalan yang mudah dilalui dari daerah
saya menjadikan tempat ini tepat sebagai pilihan kerja praktek guna
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, fasilitas pendukung yang memenuhi standar untuk mahasiswa kerja
praktek disediakan di PLTU Sumsel-5 meliputi:
1. Fasilitas ruang kerja yang nyaman.
2. Fasilitas ibadah seperti mushola dan ruang ibadah untuk umat Kristen juga
disediakan.
3. Fasilitas MCK yang nyaman.
4. Fasilitas tempat kebugaran atau olahraga.

9
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Studi Kasus


Dalam studi kasus ini crusher yang dianalisa berfungsi untuk menghancurkan
batubara yang melalui peralatan tersebut menjadi ukuran kecil dengan tujuan agar
mudah terbakar di dalam furnace (ruang bakar) boiler. Apabila mesin ini
bermasalah maka proses produksi dapat sangat terganggu atau sampai berhenti
sehingga sangat merugikan perusahaan (production loss). Secara umum,
kerusakan crusher yang sering dijumpai yaitu pada ring hammer, suspension bar
dan screen plate.
3.2 Metodologi Penelitian
Adapun beberapa metode penelitian yang dilakukan, sebagai berikut:
1. Pengecekan pada bearing.
2. Pengecekan pada ring hammer.
3. Pengecekan pada motor penggerak.
4. Pengecekan suspension bar.
5. Pengecekan screen plate.
3.3 Crusher

Gambar 9. Crusher A dan B di PLTU Sumsel-5


Crusher adalah peralatan yang berfungsi menggiling atau menghancurkan
batubara agar tidak menggumpal sebelum masuk ke bunker agar mudah terbakar
di ruang bakar boiler. Peralatan ini dirancang hanya untuk menghancurkan
batubara, bukan untuk batu atau material lain. Peralatan ini dirancang
menggunakan motor dengan daya 450 kW dan mempunyai rotor dengan ring palu
atau ring hammer di dalamnya.

10
Setelah memasuki crusher, batubara akan diputar oleh heavy disc dengan
kecepatan tinggi hingga hancur. Tetapi batubara ini belum berukuran sesuai yang
diinginkan sehingga batubara diputar lagi oleh ring hammer dan dihancurkan
sampai berukuran kecil. Apabila batubara telah berukuran kecil maka batubara
akan jatuh ke bawah melalui screen plate yang telah disesuaikan dengan ukuran
batubara yang diinginkan. Sedangkan batubara yang tersisa dibersihkan secara
berkala karena dapat menyebabkan kekotoran di dalam crusher.

Gambar 10. Prinsip Operasi Crusher

3.3.1 Bagian-Bagian Crusher

Gambar 11. Bagian-Bagian Crusher

11
A. Hydraulic Rear Quadrant Opener
Sebuat alat yang digunakan untuk memudahkan pembukaan cover crusher
pada saat maintenance. Dengan menggunakan alat ini, proses pembukaan dapat
dilakukan lebih cepat dibandingkan secara manual, hanya membutuhkan waktu
sekitar 2-3 menit sedangkan jika dibuka secara manual dapat memakan waktu 5-
10 menit.

Gambar 12. Hydraulic Rear Quadrant Opener


B. Spherical Roller Bearing Housing
Bearing merupakan komponen mesin yang mendukung beban rotor dan
memposisikan rotor serta menjamin berputarnya rotor dengan gesekan yang
sesedikit mungkin. Kurang berfungsinya bearing dengan baik akan menimbulkan
vibrasi, pasokan daya yang berlebihan dan bahkan overheating sehingga operasi
harus dihentikan secara total.
Bearing memerankan peranan dalam mendukung kehandalan dan performa
crusher. Terdapat hubungan yang sangat dekat antara pengembangan mesin dan
performa bearing. Selain itu, kerusakan mesin biasanya dihubungkan dengan
kerusakan bearing. Bearing berfungsi sebagai bantalan, sehingga dapat
memperhalus putaran, memperkecil gesekan dan mengurangi keausan.

Gambar 13. Bearing

12
Jenis bearing yang digunakan pada crusher ialah spherical roller bearing
untuk memudahkan dalam pelumasan. Bearing ini sangat baik untuk beban radial
berat.
C. Forged Alloy Steel Shaft
Poros crusher yang menumpu heavy disc dan ring hammer. Poros ini tahan
terhadap panas pada kekuatan maksimum.
D. Screen Plate Yields
Lubang tempat jatuhnya batubara yang telah digiling. Screen plate ini
memiliki kapasitas yang besar dan mampu menahan batubara basah atau lengket.
E. Frame
Frame merupakan dinding yang menutup bagian–bagian komponen crusher.
F. Bypass Chute
Sebagai tempat masuk batubara yang telah halus. Namun, biasanya batubara
dialirkan melalui bypass chute apabila sedang dilakukan perbaikan ataupun saat
sedang overhaul.
G. Ring Hammer
Berfungsi untuk memecah batubara. Palu berupa ring yang dipasang pada
rotor dan terbuat dari baja tempa paduan.

Gambar 14. Ring Hammer


H. Tramp Iron Pocket
Sebagai tempat penyimpanan benda-benda asing yang dapat merusak crusher.
Benda asing selain batubara akan terlempar dengan sendirinya ke dalam tramp
iron pocket akibat gaya sentrifugal ring hammer.
I. Synchronous Cage Adjustment
Berfungsi untuk mengatur kerenggangan antara screen plate dan ring hammer
sehingga tidak bersentuhan atau bergesekan.

13
J. Hinged Rear Quadrant
Merupakan bagian dari design khusus konstruksi crusher untuk memudahkan
akses menuju ke peralatan.
K. Heavy Discs
Bekerja dengan momentum maksimum, tidak perlu menggunakan flywheel.
L. Access Doors
Pintu untuk membersihkan atau mengambil benda asing yang berada di dalam
tramp iron pocket.

3.3.2 Spesifikasi Crusher A


Berikut adalah data teknik crusher A:
Pabrik Pembuat : China Taiyuan Shanxi Electric Power Equipment Factory
Pemasangan : September 2014
Lokasi : Coal Crusher House
Tahun Pembuat : 2014
Nomor Seri : 500Y1421656
Type : YKK500-8 Granulator
Material : Coal 61,8 HGI (4,81 % Surface Moisture)
Total mass : 24.873 Kg
Ukuran Material : ≤ 300 mm (inlet) dan ≤ 20 mm (outlet)
Crushing Rate : 90 %
Kapasitas : 800 ton/jam
Putaran Crusher : 743 rpm
Outline Dimension : 3601×3434×1950 mm
Voltage : 6000 V
No. Hammer Rows :4
Rotor Diameter : 1200 mm

14
Gambar 15. Potongan Crusher A
3.3.3 Komponen Penggerak

1. Motor
Motor pada crusher menggunakan daya sebesar 450 kW tiap unitnya.
Untuk kelangsungan produksi, crusher ini hanya dioperasikan satu unit saja dan
belum pernah dioperasikan bersamaan.

Gambar 16. Motor Penggerak Crusher


2. Gear Coupling
Coupling berfungsi untuk meneruskan putaran dan daya.

15
Gambar 17. Coupling
3.3.4 Proteksi Crusher

1. Bearing

a. Thermocouple
Thermocouple pada bearing digunakan untuk mendeteksi kenaikan temperatur
pada bearing.

Gambar 18. Thermocouple


b. Vibration Censor
Untuk mendeteksi getaran yang terjadi pada bantalan (bearing) sehingga
mengurangi resiko terjadinya kerusakan.

Gambar 19. Vibration Censor

16
2. Motor

a. Winding Temperature Censor


Mendeteksi panas gulungan (winding) motor saat start atau terjadi gangguan,
sehingga temperatur motor dapat tetap terjaga.
b. Space Heater
Mempertahankan temperatur motor agar tetap berada dalam temperatur yang
tinggi sehingga pelumas tidak membeku. Spesifikasi Space heater ini ialah
power 800 w dan voltage 220 v.
3.4 Kerusakan Crusher A
Berdasarkan pengamatan, kondisi crusher A telah mengalami kerusakan yang
cukup parah. Secara umum, kerusakan crusher yang sering dijumpai adalah
ausnya ring hammer, suspension bar dan screen plate. Namun, kerusakan yang
terjadi sekarang adalah kerusakan yang lebih kompleks yang terjadi secara tiba-
tiba dimana bearing terbakar sehingga menghancurkan komponen-komponen
yang lain.
Adapun kerusakan yang ditemukan pada crusher A adalah sebagai berikut:
 Ring hammer rusak.
 Rusaknya suspension bar.
 Poros crusher telah bergeser dari posisi semula.
 Heavy disc hancur.
 Screen plate terlepas, hancur dan bengkok.
 Gear coupling mengalami misalignment dimana gear coupling tidak lagi
seporos dengan motor penggeraknya.
 Ausnya komponen bearing beserta cover dan bautnya.

Gambar 20. Bagian Crusher Yang Mengalami Kerusakan

17
Gambar 21. Kerusakan Pada Heavy Disc
Kerusakan tersebut terjadi pada bulan Desember 2018 dan tidak ditemukan
adanya tanda-tanda kerusakan baik dari segi vibrasi maupun temperatur pada
bulan-bulan sebelumnya.

X1 X2 Y1 Y21

Gambar 22. Posisi Bearing Pada Poros

Tabel 1. Data Vibrasi dan Temperatur Bearing Bulan November 2018


POSISI PENGAMBILAN DATA
KODE BEARING Vertikal Horisontal Aksial TEMPERATUROC
(mm/s RMS) (mm/s RMS) (mm/s RMS)
X1 1,1 2,5 1,8 39
X2 2,2 3,8 2,9 57
Y1 1,1 1,8 2 39
Y2 0,9 1,5 2 51

Tabel 2. Data Vibrasi dan Temperatur Bearing Bulan Desember 2018


POSISI PENGAMBILAN DATA
KODE BEARING Vertikal Horisontal Aksial TEMPERATUROC
(mm/s RMS) (mm/s RMS) (mm/s RMS)
X1 3,2 3,6 2,5 53
X2 4,2 4,6 2,6 68
Y1 2,2 3,5 3,3 57
Y2 1,8 2,1 2,4 53

3.5 Analisa Kerusakan

18
Berdasarkan uraian permasalahan, crusher A telah rusak dan tidak bisa
dioperasikan lagi. Menurut laporan kondisi peralatan pada bulan September,
ditemukan benda asing yang masuk ke dalam crusher yaitu batu dan beberapa
perkakas. Hal ini terlihat jelas saat pintu crusher atau access doors dibuka
terdapat banyak benda asing pada ruang crusher yang tersangkut dan merusak
komponen-komponennya.
Berikut ini adalah hal-hal yang mengakibatkan kerusakan crusher A:
3.5.1 Batubara Tidak Sesuai Dengan Spesifikasi Crusher
Berdasarkan data teknik, crusher A hanya dapat memecah batubara dengan
kekerasan 61,8 HGI sedangkan kekerasan batubara berkisar 47-58 HGI. Semakin
rendah nilai HGI maka semakin keras dan semakin sulit batubara untuk digiling.
Berikut proximate analysis batubara PLTU Sumsel-5:
Tabel 3. Coal Analysis

SIFAT FISIK MAL BATURONA


Volatile Matter 36.8 36.4
Fixed Carbon 36.6 36.4
Moisture Content 24.2 -
Inherent Moisture 16.6 16.3
Ash Content 0.9 3.0
Sulphur Content 0.09 0.72
HGI 47 58
Relative Density 1.31 -
Heating value (kcal/kg) 5.100 5.237

Dapat disimpulkan bahwa material kurang memenuhi syarat sehingga


komponen crusher terutama ring hammer lebih cepat mengalami keausan.
Padahal, bukan hanya batubara yang masuk ke dalam crusher tapi juga material
lain seperti besi dan batu yang kekerasannya lebih tinggi daripada batubara.
3.5.2 Timbulnya Gaya Gesek Kinetis
Berdasarkan teori gaya gesek, gaya gesek kinetis dapat timbul akibat dua
benda padat berputar yang saling bersentuhan atau bergesekan.
Gaya gesek ini diperkirakan timbul akibat gesekan antara benda asing yang
ditemukan pada crusher dengan ring hammer yang dibawa oleh belt conveyor
melalui hopper dan belt feeder.
Meskipun benda asing akan terlempar ke tramp iron pocket, akan
tetapi benda asing yang berukuran relatif besar akan menyebabkan impact

19
force dan gaya sentrifugal dari ring hammer tidak stabil karena ring hammer
bekerja keras untuk memukul benda asing maupun batubara. Sehingga akan
muncul gaya gesek kinetis antara benda asing yang berupa plat dengan ring
hammer. Gaya gesek ini dapat merusak komponen-komponen yang ada di
dalam crusher.

Gambar 23. Gesekan Pada Ring Hammer

3.5.3 Thermocouple Tidak Bekerja


Thermocouple berfungsi untuk mendeteksi kenaikan temperatur dengan
menggunakan sensor. Pada saat crusher sedang beroperasi, benda asing yang
masuk ke dalam crusher bergesekan dengan ring hammer sehingga menimbulkan
panas. Akibatnya, terjadi perpindahan panas secara konduksi melalui ring
hammer, heavy discs, poros dan kemudian sampai ke bearing. Panas yang muncul
tidak terdeteksi oleh thermocouple sehingga kerusakan tidak dapat dihindari. Hal
ini memicu munculnya kerusakan secara menyeluruh.
3.5.4 Rusaknya Bantalan (Bearing)
Kerusakan bearing disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Overheating
Perpindahan panas yang terjadi akibat gesekan yang sangat kuat antara benda
asing dan ring hammer menyebabkan extreme temperature pada bantalan. Secara
teoritis, jika bantalan bekerja pada extreme temperature yaitu pada suhu 300OC
maka bantalan akan hancur karena terbakar. Range temperature yang diizinkan
adalah 28OC sampai 43OC. Jika bantalan poros berada di atas temperature yang
diizinkan, maka alarm thermocouple akan berbunyi yaitu pada 71OC. Akibat
rusaknya thermocouple, overheating tidak dapat terdeteksi sehingga operator tidak
sempat mentripkan crusher.

2. Pelumasan
Kerusakan bantalan juga dapat disebabkan oleh kondisi pelumasan, yaitu:

20
 Pemakaian pelumas yang terlalu lama
 Viskositas pelumas tidak layak
 Tidak sesuainya kuantitas pelumas
 Pelumas terkontaminasi zat lain

3.5.5 Gaya Bentur (Impact Force) Yang Berlebihan


Kerusakan pada ring hammer dan suspension bar disebabkan oleh benturan
yang keras atau impact force antara benda asing dan ring hammer yang
berlebihan. Sehingga secara terus-menerus ring hammer menjadi aus. Begitu pula
dengan suspension bar yang bergesekan dengan ring hammer pada putaran di atas
743 rpm.

Gambar 24. Benturan Pada Ring Hammer


3.6 Dampak Dari Kerusakan Crusher A

3.6.1 Dampak Terhadap Crusher

1. Terlepasnya Screen Plate


Pukulan yang keras dari ring hammer yang masih berputar ketika poros
bergeser ke bawah mengakibatkan terlepasnya screen plate dan bengkok pada
beberapa sisi. Pada kondisi normal, ring hammer tidak mungkin memukul screen
plate karena clearance antara screen plate dan ring hammer minimal 1 cm dan
maksimal 10 cm. Namun, karena bearing terbakar dan hancur maka poros
bergeser dari posisi semula sehingga ring hammer dan screen plate bersentuhan.

Kondisi Screen Plate Crusher A

Gambar 25. Kondisi Screen Plate


2. Misalignment Coupling

21
Overload dan bergesernya poros crusher mengakibatkan vibrasi dan noise
yang tidak normal. Vibrasi tersebut sangat tinggi sehingga menyebabkan
misalignment pada coupling dan motor penggerak crusher.
3.6.2 Dampak Terhadap Perusahaan
Setelah crusher A mengalami kerusakan, maka tidak ada lagi crusher
yang standby. Satu-satunya yang digunakan untuk memecah batubara
hanya crusher B. Pada saat crusher B mengalami perbaikan, batubara terpaksa
dilewatkan melalui bypass chute crusher A agar unit tetap dapat beroperasi.
Berikut dampak terhadap perusahaan yang disebabkan rusaknya crusher A:
 Kinerja boiler tidak maksimal karena batubara yang tidak dihancurkan
sebelumnya akan lebih sulit terbakar dalam boiler.
 Perusahaan mengalami kerugian anggaran akibat kerusakan peralatan yang
terjadi.
 Proses produksi dapat sangat terganggu atau sampai berhenti sehingga sangat
merugikan perusahaan (production loss).

3.7 Solusi Terhadap Kerusakan Crusher


3.7.1 Solusi Untuk Menghindari Kerusakan
Bearing memiliki batas temperatur maksimum yang ditentukan oleh fitur
standar yang ada pada unit bearing, maka pengecekan terhadap
thermocouple harus sering dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan komponen-
komponen crusher. Karena akar dari kerusakan ini adalah tidak
berfungsinya thermocouple.
Bearing bisa beroperasi dalam jangka waktu yang lama apabila temperatur
saat operasi tidak melebihi temperatur sekitar dan tidak terlalu panas untuk ukuran
manusia. Dengan menggunakan peralatan dan pemasangan yang baik, pemilihan
jenis bearing yang tepat, jadwal pemberian dan pemilihan pelumas yang tepat
serta tingkat perawatan yang cukup, mampu memberikan umur
operasi bearing sesuai dengan yang diharapkan sehingga crusher pun tidak cepat
rusak atau trip.
Apabila terjadi kenaikan temperatur yang melebihi batas aman maka
stop crusher secepat mungkin dan biarkan bearing dingin sampai mencapai 48OC.
Kemudian restart granulator dan amati perubahan temperatur yang bekerja
dengan teliti. Ulangi proses jika bearing overheat lagi.
3.7.2 Solusi Mengatasi Kerusakan Crusher A Yang Telah Terjadi
Untuk kerusakan pada komponen-komponen Crusher A yang tidak dapat
diperbaiki lagi maka harus dilakukan penggantian dengan komponen yang baru,
meliputi:
1. Ring hammer

22
Ring hammer yang baru harus sama seperti spesifikasi ring hammer
sebelumnya karena sudah sesuai standar pabrik.
2. Suspension bar
Suspension bar harus sama dengan yang sebelumnya.
3. Heavy disc
Heavy disc yang telah rusak harus diganti dengan heavy disc baru yang sama
spesifikasinya.
4. Screen plate
Screen plate yang rusak akibat pukulan dari ring hammer harus diganti karena
sudah tidak layak digunakan lagi, apabila tidak diganti dengan yang baru maka
material selain batubara akan ikut lolos dari crusher dan batubara yang basah dan
lengket juga bisa ikut terbawa ke boiler.
5. Shaft dan Coupling
Shaft dan coupling yang mengalami misalignment harus diatasi dengan
dilakukan alignment kembali, tetapi jika tidak bisa dilakukan perbaikan lagi maka
shaft dan coupling harus diganti dengan yang baru.
6. Bearing
Bearing yang mengalami kerusakan tidak bisa digunakan lagi karena telah
hancur akibat bergesekan dengan porosnya, maka harus dilakukan penggantian
dengan bearing baru beserta cover dan bautnya.
Berikut adalah hal yang harus diperhatikan untuk penggantian bearing:
 Melakukan penggantian bearing sesuai dengan klasifikasi crusher.
 Melakukan pemasangan bearing dengan hati-hati sesuai standar yang telah
ditentukan atau berdasarkan manual book.
 Melakukan alignment pada poros crusher dan motor serta coupling.

3.8 Pemeliharaan Crusher A


Prosedur Pemeliharaan pada crusher A ialah pedoman pemeliharaan untuk
mempertahankan unjuk kerja semula atau mengembalikan kondisi peralatan
semula yang dianggap perlu agar crusher A dapat memenuhi fungsinya yakni
memecah batubara sebelum masuk ke boiler sehingga sesuai tujuan dan sasaran
pada khususnya serta menjaga kehandalan unit PLTU Sumsel-5 umumnya.
Aktivitas dari pemeliharaan (maintenance) dapat berupa kegiatan pemeriksaan,
perawatan, perbaikan atau penggantian.

23
Tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga terjadinya gangguan pada
saat crusher beroperasi sehingga tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar
atau fatal agar peralatan mempunyai masa pemakaian yang lebih lama dan
menghasilkan unjuk kerja yang lebih baik serta tingkat keamanan yang lebih
terjamin.
Pelaksanaan pemeliharaan terdiri dari beberapa klasifikasi, salah satu
diantaranya adalah pemeliharaan yang biasa dilakukan secara rutin (mingguan,
bulanan atau tahunan) adalah pemeliharaan jenis preventif.
Pemeliharaan komponen Crusher A di PLTU Sumsel-5 dilakukan dalam 3
kategori yaitu:
3.8.1 Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin ialah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang dengan
periode waktu harian, mingguan dan bulanan dengan kondisi sedang beroperasi,
yaitu meliputi:
a. Pemeliharaan harian
Pemeliharaan ini dilakukan secara visual dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi crusher agar aman untuk dioperasikan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
hari. Pemeriksaan ini meliputi pengecekan semua bagian-bagian crusher.
b. Pemeliharaan mingguan
Pemeliharaan yang dilaksanakan seminggu sekali atau dua minggu sekali
untuk mengetahui kondisi peralatan pada crusher, pemeliharaan ini meliputi:
 Pemeriksaan vibrasi
 Pemeriksaan temperatur
 Pemeriksaan bagian-bagian crusher

c. Pemeliharaan satu bulanan


Pemeliharaan rutin yang dilaksanakan sebulan sekali untuk mencegah
terjadinya kerusakan.

Pemeliharaan ini meliputi:


 Penambahan grease
 Membuka cover including bolt
 Pemeriksaan/ganti cotter pin dan washer
 Pemeriksaan keausan ring hammer dan suspension bar
 Pemeriksaan keausan liner plate
 Pemeriksaan hose hydraulic atau hydraulic rear quadrant opener
 Pemeriksaan heavy discs atau flywheel
 Pemeriksaan bearing

24
d. Pemeliharaan enam bulanan
Pemeliharaan yang dilakukan setiap enam bulan sekali, pemeliharaan ini
meliputi:
 Penggantian grease
 Membuka cover including bolt
 Pemeriksaan / penggantian cotter pin dan washer
 Pemeriksaan keausan ring hammer dan shift hammer
 Pemeriksaan hose hydrolic atau hydraulic rear quadrant opener
 Pemeriksaan heavy discs atau flywheel
 Pemeriksaan bearing
 Pemeriksaan keausan liner plate
 Pemeriksaan kondisi screen plate

3.8.2 Pemeliharaan Periodik


Pelaksanaan pekerjaan service pada crusher yang harus dilakukan secara
berkala berdasarkan panduan jam kerja yang telah ditetapkan, pemeliharaan ini
diklasifikasikan menjadi:
 Pemeliharaan sederhana, setiap 8.000 jam.
 Pemeliharaan sedang, setiap 16.000 jam.
 Pemeliharaan serius, setiap 32.000 jam.
Pemeliharaan periodik yaitu kegiatan yang dilakukan meliputi pembongkaran
(disassembly), pemeriksaan (inspection) dan pengujian (testing). Kegiatan
pemeriksaan tersebut tidak harus semua komponen dilakukan sama, melainkan
tergantung dari klasifikasi pemeriksaan periodiknya.
Pemeriksaan sederhana dan sedang, komponen yang diperiksa tidak
seluruhnya melainkan sebagian saja. Tetapi pada pemeriksaan serius, kegiatan-
kegiatan tersebut dilakukan secara menyeluruh terhadap crusher dan alat
bantunya.
Adapun jenis-jenis kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan serius,
meliputi:
a. SI (Simple Inspection)
 Pemeriksaan bearing crusher
 Regreasing bearing crusher

b. ME (Mayor Inspection)
 Bongkar dan periksa keadaan ring hammer dan suspension bar
 Bersihkan dan ganti pelumas (grease)

c. SE (Serious Inspection)
 Penggantian ring hammer

25
 Penggantian suspension bar
 Penggantian screen plate

3.8.3 Pemeliharaan Korektif


Kegiatan perbaikan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan dengan
mempelajari sebab-sebab kerusakan serta cara mengatasinya dengan cepat dan
tepat untuk mencegah terjadi kerusakan yang sama.
Pemeliharaan korektif diklasifikasikan menjadi:
a. Pemeliharaan korektif yang terencana
Perbaikan atau penggantian komponen peralatan yang rusak tetapi masih dapat
ditunda atau direncanakan waktu pelaksanaannya. Peralatan masih layak operasi,
contoh:
 Pemeriksaan vibrasi (masih dalam batas yang diizinkan)
 Penggantian ring hammer yang mulai terlihat sedikit aus

b. Pemeliharaan korektif tidak terencana (Break Down)


Perbaikan atau penggantian komponen peralatan yang rusak tidak dapat
ditunda lagi pelaksanaanya. Peralatan tidak layak operasi lagi, contoh:
 Penggantian ring hammer dan suspension bar bila terjadi keausan yang parah
 Vibrasi tinggi dan kelainan suara melebihi batas yang diizinkan

26
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada beberapa hal yang menjadi menyebabkan kerusakan pada crusher A
PLTU Sumsel-5. Salah satu penyebabnya ialah rusaknya thermocouple. Selain
itu, tidak optimalnya magnetic separator menyebabkan lolosnya benda-benda
asing berupa logam dan spesifikasi batu bara yang digunakan saat itu tidak
sesuai dengan spesifikasi crusher A.
2. Dampak yang terjadi terhadap komponen crusher A yakni terlepasnya screen
plate dan misalignment pada kopling. Selain itu, rusaknya crusher A
mengakibatkan tidak ada lagi crusher yang standby. Sehingga pada
saat crusher B sedang dilakukan pemeliharaan, batu bara dilewatkan
melalui bypass chute kemudian menuju ke pulverizer.
3. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada crusher A perlu dilakukan
penggantian beberapa komponen yakni ring hammer, suspension bar, heavy
disc, screen plate, shaft dan coupling serta bearing.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada laporan kerja praktek ini
terhadap kasus kerusakan yang terjadi yaitu:
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap thermocouple, pelumasan, benda asing
dan komponen crusher sebaiknya dilakukan dengan lebih intensif lagi.
2. Memperbaiki kinerja magnetic separator A agar benda asing berupa logam
dapat ditangkap secara maksimal sebelum memasuki crusher A karena
magnetic separator A tidak dapat menangkap semua logam yang ikut masuk
bersama batubara ke dalam crusher A.
3. Crusher yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan jenis batubara yang
telah ditentukan (subbituminous) dan batubara harus dipastikan secara berkala
spesikasinya agar sesuai dengan kemampuan crusher A sehingga peralatan
dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lebih lama.

27
DAFTAR PUSTAKA

China National Electric Engineering Co.,Ltd., Coal-handling Operation Training


Manual, Mine Mouth CFSPP Sumsel-5 (2×150 MW), April 2015.

DSSP Power Operation “Coal handling system” Manual Book , Final Rev. 05,
2016

www.coalhandlingplants.com

28
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Tommy Andreas


Alamat : Jl. Palembang-Jambi Desa Mekar Jaya
Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan.
TTL : Musi Banyuasin, 26 April 1996
Telepon : 082289373793
Email : tommyandreas7@gmail.com
Angkatan : 2016
Motto : Tiada keberhasilan tanpa perjuangan

Latar Belakang Pendidikan


2001-2007 : SD Negeri 3 Supat
2007-2010 : SMP Negeri 7 Bayung Lencir
2010-2013 : SMK Negeri 1 Bayung Lencir
2016-Sekarang : Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi

Pengalaman Kerja
2014 : PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
2015-2018 : PT. Korean Western Power Sumsel O & M Services
2018-Sekarang : PT. DSSP Power Sumsel (PLTU Sumsel-5)

29

Anda mungkin juga menyukai