PENDAHULUAN
1
dan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada dan diharapkan
dapat memenuhi sasaran pemeliharaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada kerja praktek yang dilakukan di PLTU Sumsel-5,
sebagai berikut:
1. Kerusakan apa saja yang terjadi pada crusher A?
2. Apa penyebab terjadinya kerusakan pada crusher A?
3. Apa saja dampak yang terjadi akibat dari kerusakan crusher A?
4. Bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan pada
crusher A?
2
Kerja praktek dilakukan setiap hari dengan mengikuti jadwal shift yang telah
ditentukan pihak perusahaan ( 08:00-16:00, 16-00:00-00, 00:00-08:00 ) dan
dilaksanakan selama satu bulan, terhitung sejak tanggal 1–31 Agustus 2019.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
4
2.2 Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1 Visi
Menjadi perusahaan energi dan infrastruktur terdepan di Indonesia.
2.2.2 Misi
Menciptakan bisnis berkembang yang berkelanjutan dengan memberikan
solusi yang tepat kepada konsumen.
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan
President Director
Director
Operation Chemical
5
2. Bahan bakar utama
Bahan bakar utama di PLTU Sumsel-5 adalah batubara, bahan bakar ini
diperoleh dari hasil tambang batubara PT. Manggala Alam Lestari (MAL) yang
lokasi pertambangannya dekat dengan lokasi PLTU Sumsel-5. Batubara yang
digunakan adalah jenis subbituminous dengan nilai kalor 5000-5500 kkal/kg.
batubara ini digunakan untuk memasak air dalam boiler sampai menghasilkan uap
untuk memutar turbin serta menggerakkan generator sehingga bisa menghasilkan
listrik.
Berikut ini adalah jenis-jenis batubara:
a. Peat
Peat merupakan produk pertama dalam pembentukan batubara, yaitu bahan
heterogen yang terdiri dari tanaman yang membusuk dan mineral matter.
Warnanya antara kuning sampai hitam kecoklatan tergantung dari umur
geologinya. Peat mengandung 70% moisture dan heating valuenya di bawah
1.674 kkal/kg.
6
c. Subbituminous
Batubara subbituminous berwarna hitam dan mempunyai sedikit dari unsur
tumbuhan dan tidak ada yang berwarna coklat. Batubara ini mempunyai moisture
yang relatif tinggi yaitu 15-30% dan juga dapat terbakar secara spontan bila
dikeringkan. Nilai kekerasannya berkisar 49-73 HGI. Meskipun batubara ini
memiliki kandungan moisture yang tinggi, kandungan abunya sedikit sehingga
pembakarannya lebih bersih dibandingkan lignite.
Subbituminous secara umum mengandung kadar sulfur yang sangat rendah
yaitu < 1%. Batu bara jenis ini menjadi alternatif yang baik bagi kebanyakan
PLTU karena heating value yang tinggi 4.633-6.419 kkal/kg dan kandungan sulfur
yang rendah sehingga emisi SO2 bisa dibatasi.
7
e. Anthrachite
Anthrachite merupakan jenis batubara dengan tingkat tertinggi. Berwarna
hitam, keras dan getas. Mempunyai kadar FC yang paling tinggi (86-98%) tetapi
kandungan volatilenya rendah (kebanyakan sekitar 3%) sehingga sulit untuk
terbakar.
Anthrachite mempunyai kadar kalori 8.160 kkal/kg dan sedikit dibawah
kualitas terbaik dari bituminous. Selain itu, anthrachite mempunyai kadar sulfur
yang rendah.
8
peralatan PLTU tersebut. Bahan kimia yang digunakan diantaranya adalah
ammonia (NH3), phosphate (P2SO4), NaOH dan NaCl.
2.4.4 Skema Proses Produksi PLTU
Batubara
Air Demineralisasi
Kondensor
Cooling Tower
9
BAB III
STUDI KASUS
10
Setelah memasuki crusher, batubara akan diputar oleh heavy disc dengan
kecepatan tinggi hingga hancur. Tetapi batubara ini belum berukuran sesuai yang
diinginkan sehingga batubara diputar lagi oleh ring hammer dan dihancurkan
sampai berukuran kecil. Apabila batubara telah berukuran kecil maka batubara
akan jatuh ke bawah melalui screen plate yang telah disesuaikan dengan ukuran
batubara yang diinginkan. Sedangkan batubara yang tersisa dibersihkan secara
berkala karena dapat menyebabkan kekotoran di dalam crusher.
11
A. Hydraulic Rear Quadrant Opener
Sebuat alat yang digunakan untuk memudahkan pembukaan cover crusher
pada saat maintenance. Dengan menggunakan alat ini, proses pembukaan dapat
dilakukan lebih cepat dibandingkan secara manual, hanya membutuhkan waktu
sekitar 2-3 menit sedangkan jika dibuka secara manual dapat memakan waktu 5-
10 menit.
12
Jenis bearing yang digunakan pada crusher ialah spherical roller bearing
untuk memudahkan dalam pelumasan. Bearing ini sangat baik untuk beban radial
berat.
C. Forged Alloy Steel Shaft
Poros crusher yang menumpu heavy disc dan ring hammer. Poros ini tahan
terhadap panas pada kekuatan maksimum.
D. Screen Plate Yields
Lubang tempat jatuhnya batubara yang telah digiling. Screen plate ini
memiliki kapasitas yang besar dan mampu menahan batubara basah atau lengket.
E. Frame
Frame merupakan dinding yang menutup bagian–bagian komponen crusher.
F. Bypass Chute
Sebagai tempat masuk batubara yang telah halus. Namun, biasanya batubara
dialirkan melalui bypass chute apabila sedang dilakukan perbaikan ataupun saat
sedang overhaul.
G. Ring Hammer
Berfungsi untuk memecah batubara. Palu berupa ring yang dipasang pada
rotor dan terbuat dari baja tempa paduan.
13
J. Hinged Rear Quadrant
Merupakan bagian dari design khusus konstruksi crusher untuk memudahkan
akses menuju ke peralatan.
K. Heavy Discs
Bekerja dengan momentum maksimum, tidak perlu menggunakan flywheel.
L. Access Doors
Pintu untuk membersihkan atau mengambil benda asing yang berada di dalam
tramp iron pocket.
14
Gambar 15. Potongan Crusher A
3.3.3 Komponen Penggerak
1. Motor
Motor pada crusher menggunakan daya sebesar 450 kW tiap unitnya.
Untuk kelangsungan produksi, crusher ini hanya dioperasikan satu unit saja dan
belum pernah dioperasikan bersamaan.
15
Gambar 17. Coupling
3.3.4 Proteksi Crusher
1. Bearing
a. Thermocouple
Thermocouple pada bearing digunakan untuk mendeteksi kenaikan temperatur
pada bearing.
16
2. Motor
17
Gambar 21. Kerusakan Pada Heavy Disc
Kerusakan tersebut terjadi pada bulan Desember 2018 dan tidak ditemukan
adanya tanda-tanda kerusakan baik dari segi vibrasi maupun temperatur pada
bulan-bulan sebelumnya.
X1 X2 Y1 Y21
18
Berdasarkan uraian permasalahan, crusher A telah rusak dan tidak bisa
dioperasikan lagi. Menurut laporan kondisi peralatan pada bulan September,
ditemukan benda asing yang masuk ke dalam crusher yaitu batu dan beberapa
perkakas. Hal ini terlihat jelas saat pintu crusher atau access doors dibuka
terdapat banyak benda asing pada ruang crusher yang tersangkut dan merusak
komponen-komponennya.
Berikut ini adalah hal-hal yang mengakibatkan kerusakan crusher A:
3.5.1 Batubara Tidak Sesuai Dengan Spesifikasi Crusher
Berdasarkan data teknik, crusher A hanya dapat memecah batubara dengan
kekerasan 61,8 HGI sedangkan kekerasan batubara berkisar 47-58 HGI. Semakin
rendah nilai HGI maka semakin keras dan semakin sulit batubara untuk digiling.
Berikut proximate analysis batubara PLTU Sumsel-5:
Tabel 3. Coal Analysis
19
force dan gaya sentrifugal dari ring hammer tidak stabil karena ring hammer
bekerja keras untuk memukul benda asing maupun batubara. Sehingga akan
muncul gaya gesek kinetis antara benda asing yang berupa plat dengan ring
hammer. Gaya gesek ini dapat merusak komponen-komponen yang ada di
dalam crusher.
2. Pelumasan
Kerusakan bantalan juga dapat disebabkan oleh kondisi pelumasan, yaitu:
20
Pemakaian pelumas yang terlalu lama
Viskositas pelumas tidak layak
Tidak sesuainya kuantitas pelumas
Pelumas terkontaminasi zat lain
21
Overload dan bergesernya poros crusher mengakibatkan vibrasi dan noise
yang tidak normal. Vibrasi tersebut sangat tinggi sehingga menyebabkan
misalignment pada coupling dan motor penggerak crusher.
3.6.2 Dampak Terhadap Perusahaan
Setelah crusher A mengalami kerusakan, maka tidak ada lagi crusher
yang standby. Satu-satunya yang digunakan untuk memecah batubara
hanya crusher B. Pada saat crusher B mengalami perbaikan, batubara terpaksa
dilewatkan melalui bypass chute crusher A agar unit tetap dapat beroperasi.
Berikut dampak terhadap perusahaan yang disebabkan rusaknya crusher A:
Kinerja boiler tidak maksimal karena batubara yang tidak dihancurkan
sebelumnya akan lebih sulit terbakar dalam boiler.
Perusahaan mengalami kerugian anggaran akibat kerusakan peralatan yang
terjadi.
Proses produksi dapat sangat terganggu atau sampai berhenti sehingga sangat
merugikan perusahaan (production loss).
22
Ring hammer yang baru harus sama seperti spesifikasi ring hammer
sebelumnya karena sudah sesuai standar pabrik.
2. Suspension bar
Suspension bar harus sama dengan yang sebelumnya.
3. Heavy disc
Heavy disc yang telah rusak harus diganti dengan heavy disc baru yang sama
spesifikasinya.
4. Screen plate
Screen plate yang rusak akibat pukulan dari ring hammer harus diganti karena
sudah tidak layak digunakan lagi, apabila tidak diganti dengan yang baru maka
material selain batubara akan ikut lolos dari crusher dan batubara yang basah dan
lengket juga bisa ikut terbawa ke boiler.
5. Shaft dan Coupling
Shaft dan coupling yang mengalami misalignment harus diatasi dengan
dilakukan alignment kembali, tetapi jika tidak bisa dilakukan perbaikan lagi maka
shaft dan coupling harus diganti dengan yang baru.
6. Bearing
Bearing yang mengalami kerusakan tidak bisa digunakan lagi karena telah
hancur akibat bergesekan dengan porosnya, maka harus dilakukan penggantian
dengan bearing baru beserta cover dan bautnya.
Berikut adalah hal yang harus diperhatikan untuk penggantian bearing:
Melakukan penggantian bearing sesuai dengan klasifikasi crusher.
Melakukan pemasangan bearing dengan hati-hati sesuai standar yang telah
ditentukan atau berdasarkan manual book.
Melakukan alignment pada poros crusher dan motor serta coupling.
23
Tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga terjadinya gangguan pada
saat crusher beroperasi sehingga tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar
atau fatal agar peralatan mempunyai masa pemakaian yang lebih lama dan
menghasilkan unjuk kerja yang lebih baik serta tingkat keamanan yang lebih
terjamin.
Pelaksanaan pemeliharaan terdiri dari beberapa klasifikasi, salah satu
diantaranya adalah pemeliharaan yang biasa dilakukan secara rutin (mingguan,
bulanan atau tahunan) adalah pemeliharaan jenis preventif.
Pemeliharaan komponen Crusher A di PLTU Sumsel-5 dilakukan dalam 3
kategori yaitu:
3.8.1 Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin ialah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang dengan
periode waktu harian, mingguan dan bulanan dengan kondisi sedang beroperasi,
yaitu meliputi:
a. Pemeliharaan harian
Pemeliharaan ini dilakukan secara visual dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi crusher agar aman untuk dioperasikan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap
hari. Pemeriksaan ini meliputi pengecekan semua bagian-bagian crusher.
b. Pemeliharaan mingguan
Pemeliharaan yang dilaksanakan seminggu sekali atau dua minggu sekali
untuk mengetahui kondisi peralatan pada crusher, pemeliharaan ini meliputi:
Pemeriksaan vibrasi
Pemeriksaan temperatur
Pemeriksaan bagian-bagian crusher
24
d. Pemeliharaan enam bulanan
Pemeliharaan yang dilakukan setiap enam bulan sekali, pemeliharaan ini
meliputi:
Penggantian grease
Membuka cover including bolt
Pemeriksaan / penggantian cotter pin dan washer
Pemeriksaan keausan ring hammer dan shift hammer
Pemeriksaan hose hydrolic atau hydraulic rear quadrant opener
Pemeriksaan heavy discs atau flywheel
Pemeriksaan bearing
Pemeriksaan keausan liner plate
Pemeriksaan kondisi screen plate
b. ME (Mayor Inspection)
Bongkar dan periksa keadaan ring hammer dan suspension bar
Bersihkan dan ganti pelumas (grease)
c. SE (Serious Inspection)
Penggantian ring hammer
25
Penggantian suspension bar
Penggantian screen plate
26
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada beberapa hal yang menjadi menyebabkan kerusakan pada crusher A
PLTU Sumsel-5. Salah satu penyebabnya ialah rusaknya thermocouple. Selain
itu, tidak optimalnya magnetic separator menyebabkan lolosnya benda-benda
asing berupa logam dan spesifikasi batu bara yang digunakan saat itu tidak
sesuai dengan spesifikasi crusher A.
2. Dampak yang terjadi terhadap komponen crusher A yakni terlepasnya screen
plate dan misalignment pada kopling. Selain itu, rusaknya crusher A
mengakibatkan tidak ada lagi crusher yang standby. Sehingga pada
saat crusher B sedang dilakukan pemeliharaan, batu bara dilewatkan
melalui bypass chute kemudian menuju ke pulverizer.
3. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada crusher A perlu dilakukan
penggantian beberapa komponen yakni ring hammer, suspension bar, heavy
disc, screen plate, shaft dan coupling serta bearing.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan pada laporan kerja praktek ini
terhadap kasus kerusakan yang terjadi yaitu:
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap thermocouple, pelumasan, benda asing
dan komponen crusher sebaiknya dilakukan dengan lebih intensif lagi.
2. Memperbaiki kinerja magnetic separator A agar benda asing berupa logam
dapat ditangkap secara maksimal sebelum memasuki crusher A karena
magnetic separator A tidak dapat menangkap semua logam yang ikut masuk
bersama batubara ke dalam crusher A.
3. Crusher yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan jenis batubara yang
telah ditentukan (subbituminous) dan batubara harus dipastikan secara berkala
spesikasinya agar sesuai dengan kemampuan crusher A sehingga peralatan
dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lebih lama.
27
DAFTAR PUSTAKA
DSSP Power Operation “Coal handling system” Manual Book , Final Rev. 05,
2016
www.coalhandlingplants.com
28
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Pengalaman Kerja
2014 : PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
2015-2018 : PT. Korean Western Power Sumsel O & M Services
2018-Sekarang : PT. DSSP Power Sumsel (PLTU Sumsel-5)
29