Persalinan Dengan Porcef Vacum Dan SC PDF
Persalinan Dengan Porcef Vacum Dan SC PDF
Di susun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT ,karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan
klien dengan partus tindakan pembedahan : EF, VE, SC”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mendapat banyak bantuan,bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi untuk masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian............................................................................................. 41
B. Analisa Data.......................................................................................... 45
C. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 46
D. Intervensi................................................................................................46
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 53
B. Saran ........................................................................................................... 54
A. Latar Belakang
Keperawatan maternal-perinatal adalah pemberian layanan kesehatan yang
berkualitas dan profesional yang mengidentifikasi, berfokus dan beradaptasi
dengan kebutuhan fisik dan psikososial ibu bersalin, keluarga dan bayi baru lahir.
Persalinan proses yang dilalui oleh ibu hamil pada akhir trimester kehamilan
dimana terjadi pengeluaran janin melalui jalan lahir sampai dengan bayi dan ibu
dapat melangsungkan kehidupannya secara terpisah dengan atau tanpa penyulit
persalinan. . Setiap wanita hamil menginginkan proses persalinan yang normal,
namun karena berbagai penyebab dan factor resiko yang membahayakan baik bagi
ibu dan bayinya
Dari sudut praktis, memimpin persalinan adalah suatu seni, walaupun
memerlukan ilmu obsteri yang harus diketahui penolong. Oleh karena itu dukun
beranak masih mempunyai peranan penting dan memerlukan pendidikan dan
latihan, terutama dinegara-negara berkembang.
Kadang-kadang persalinan menemui hambatan yang tak terelakkan. Sebagai
contoh, saat panggul ibu terlalu kecil untuk dilewati bayi, atau bayi terlalu besar,
dsb. Saat itu, dibutuhkan bantuan supaya persalinan bisa berlanjut dan bayi bisa
lahir dengan selamat. Yang paling sering digunakan adalah persalinan dengan
vakum, forsep, atau sesar.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan klien
dengan partus tindakan pembedahan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan klien dengan partus
tindakan ekstraksi forsep
b. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan klien dengan partus
tindakan ekstraksi vakum
c. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan klien dengan partus
tindakan seksio saesaria
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Ekstraksi Vakum
a. Pengertian
Ekstraksi Vakum adalah metode pelahiran dengan memasang
sebuah mangkuk ( Cup ) vakum di kepala janin dan tekanan negatif.
(Bobak,Ledwig,Jensen, 2005, hal 799).
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. (Kapita selekta
Kedokteran : 331)
c. Indikasi
1) Partus tidak maju dengan anak hidup
2) Kala II lama dengan presentasi kepala belakang
d. Kontra indikasi
1) Ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul sempit.
2) Bukan presentasi belakang kepala, presentasi muka atau dahi
3) Kepala belum masuk pintu atas panggul
4) Pembukaan serviks tidak lengkap
5) Bukti klinik adanya CPD
6) Tidak kooperatif
3. Sectio Cesarea
a. Pengertian
Seksio Caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi trans abdomen
pada uterus. (Bobak,Ledwig,Jensen, 2005, hal 801)
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
b. Indikasi Seksio Cesarea
1) Indikasi ibu :
a) Plasenta previa sentralis dan lateralis.
b) Panggul sempit dimana jenis panggul dengan konjungnatavera
kurang dari 8 cm bisa dipastikan tidak dapat melahirkan dengan
cara spontan.
c) Disproporsi sepalo pelvic yaitu ketidak mampuan kepala dan
panggul.
d) Distosiaservik
e) Pre eklamsi dan hipertensi
f) Mal presentasi janin
g) Partus lama
h) Distoksiaolehkarena tumor
i) Ruptur uteri yang mengancam
j) Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan,
apabila telah mengalami seksiosesaria atau menjalani operasi
kandungan sebelumnya.
2) Indikasi janin
a) Gawat Janin
b) Janin besar
c. Kontra indikasi
1) Janin mati
2) Syok, akibat anemia berat yang belum diatasi
3) Kelainan congenital berat.
d. Jenis-jenis SC
1) Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di
segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio cecaria klasik atau section cecaria korporal
Pada sectio cecaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio
cecaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen
atas uterus.
3) Sectio cecaria ekstra peritoneal
Section cecaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak
banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat.
4) Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a) Atonia uteri
b) Plasenta accrete
c) Myoma uteri
d) Infeksi intra uteri berat
Gambar: Skema Insisi Abdomen dan Rahim (Sumber: Obgyn.net)
e. Komplikasi SC
1) Pada ibu
Infeksi Puerperium (Nifas) merupakan kenaikan suhu beberapa
hari dalam masa nipas, dibagi menjadi :
a) Ringan
b) Pendarahan
c) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong
saat melakukan seksiosesaria
d) Endometritis yaitu infeksi atau peradangan pada endometrium
e) Resikoruptura uteri padakehamilan
2) Pada bayi
Hipoxia, depresi pernapsan, sindrom gawat pernapasan,
trauma persalinan.
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Partus Tindakan EF,VE, SC
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan utama
Biasanya mengeluh nyeri (daerah luka operasi, laserasi jalan lahir),
cemas dll.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama, misalnya: nyeri yang dikaji
dengan PQRST.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mendapatkan informasi mengenai masalah klien yang
mungkin menyertai dan menyebabkan dilakukan tindakan
pembedahan, seperti ca servik.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan
seperti hipertensi, DM, jantung. atau riwayat penyakit menular
seperti hepatitis dan TBC dan riwayat persalinan misalnya secsio
karena panggul sempit
g. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
1) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat Menstruasi
Usia pertama kali haid, siklus dan lamanya haid, warna dan
jumlah, HPHT dan tapsiran persalinan.
b) Riwayat Perkawinan
Usia saat menikah dan usia pernikahan, pernikahan ke berapa
bagi klien dan suami.
c) Riwayat Keluarga Berencana
Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lamanya, apakah ada masalah, jenis kontrasepsi yang akan
digunakan.
2) Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
b) Tahun persalinan, tempat persalinan, umur kehamilan, jenis
kelamin anak, BB anak, keluhan saat hamil, dan keadaan
anak sekarang.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Head to to atau per sistem.
2) Sama seperti pemeriksaan ibu hamil lainnya.
3) Masalah perlu dikaji kesiapan untuk tindakan pembedahan.
i. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan HB dan leukosit menjadi hal yang harus
diperhatikan untuk melihat adakah tanda anemia dan infeksi.
Golongan darah, urine: untuk menentukan kadar albumin atau
glukosa
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Pre Tindakan
1) Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau
pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan kurang
pemajanan / tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.
2) Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot uterus yang lebih lama.
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman konsep diri,
ancaman yang dirasakan actual dari kesejahteraan maternal dan
janin, transmisi interpersonal.
4) Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas terhadap janin
berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta dan atau
melalui tali pusat.
b. Pasca Tindakan
1) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek
anesthesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/ andomen
atau perlukaan jalanlahir akibat invasive alat forcep dan vakum.
2) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi.
3) Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma
jaringan akibat pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan.
4) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma
gangguan integritas kulit akibat prosedur pambedahan atau
perlukaan jalan lahir akibat penggunaan alat forsep.
5) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis
reksti, kelebihan analgetik atau anestesi, efek-efek progesteron,
dehidrasi, diare pra persalinan, kurang masukan, nyeri perineal atau
infeksi).
6) Kurangnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode
pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi,
tidak mengenal sumber-sumber
7) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma/diversi
mekanis, eek-efek hormonal (perpindahan cairan dan peningkatan
aliran plasma ginjal), efek-efek anestesi
8) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anesthesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre Tindakan
1) Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan atau
pemasangan alat forcep dan vakum berhubungan dengan kurang
pemajanan /tidak mengenal informasi, kesalahan interpretasi.
Tujuan : klien mengetahui tentang prosedur pembedahan atau
pemasangan alat forcep dan vakum.
Kriteria hasil :
a) Klien mengungkapkan pemahaman tentang indikasi kelahiran
sesaria, atau persalinan dengan forsep atau vakum.
b) Mengenali ini sebagai metode alternative kelahiran bayi.
Intervensi Rasional
a) Kaji kebutuhan belajar a) Metode kelahiran alternative ini
biasanya sudah didiskusikan
dengan dokter bila ditemukan
adanya indikasi namun ada yang
belum atau klien yang mengalami
lagi kelahiran dengan sesaria tidak
dapat mengingat dengan jelas atau
memahami detil-detil melahirkan
sebelumnya.
mengungkapkan
pemahaman mereka
d) Gambarkan prosedur pra d) Informasi memungkinkan klien
b. Pasca Tindakan
1) Nyeri berhubungan dengan dengan trauma pembedahan, efek-efek
anesthesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/andomen . atau
perlukaan jalan lahir akibat invasive alat forcepdan vakum
Tujuan: rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri
Kriteria:
a) Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengtatasi
nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat.
b) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
c) Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
a) Tentukan karakteristik dan lokasi a) Meningkatkan pemecahan
ketidaknyamanan. Perhatikan masalah, membantu mengurangi
isyarat verbal dan nonverbal nyeri berkenaan dengan ansietas
seperti meringis, kaku dan dan ketakutan karena
gerakan melindungi atau terbatas. ketidaktahuan dan memberikan
rasa kontrol.
b) Berikan informasi dan petunjuk b) Pada banyak klien, nyeri dapat
antisipasi mengenai penyebab menyebabkan gelisah serta dapat
ketidaknyamanan dan intervensi meningkatkan TD dan nadi.
yang tepat
c) Observasi tanda-tanda vital. c) Selama 12 jam pertama
pascapartum kondisi uterus kuat
dan teratur dan ini berlanjut selama
dua sampai tiga hari berikutnya,
meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi. Faktor
yang memperberat nyeri penyerta
meliputi multipara, overdistensi
uterus, menyusui dan pemberian
preparat ergot dan oksitosin.
2.) Cemas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi atau kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpeuhi.
Tujuan: rasa aman klien terpernuhi: cemas hilang
Kriteria:
a) Mengungkapkan kesadaran akan perasaan ansietas
b) Mengidentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan
ansietas
c) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun ke tingkat yang dapat
diatasi
d) Kelihatan rileks, dapat tidur/istirahat dengan benar.
Intervensi Rasional
a) Kaji tingkat kecemasan klien a) Untuk mengetahui tingkat
dan sumber masalah kecemasan ringan, sedang atau
berat sehingga memudahkan
untuk menentukan intervensi
b) Dorong klien atau pasangan b) Klien akan terasa lega setelah
untuk mengungkapkan mengungkapkan perasaannya.
perasaan.
c) Bantu klien atau pasangan c) Membantu memfasilitasi
dalam mengidentifikasi adaptasi yang positif terhadap
mekanisme koping yang peran baru : mengurangi
lazim dan perkembangan perasaan ansietas.
strategi koping baru jika
dibutuhkan.
d) Berikan informasi yang d) Khayalan yang disebabkan oleh
akurat tentang keadaan klien kurangnya informasi atau
dan bayi kesalahfahaman dapat
meningkatkan tingkat
kecemasan.
e) Mulai kontak antara e) Mengurangi ansietas yang
klien/pasangan dengan bayi mungkin berhubungan dengan
sesegera mungkin. penanganan bayi.
3). Resiko injuri pada ibu dan janin berhubungan dengan trauma jaringan
akibat pemasangan alat forsep dan tindakan pembedahan.
Tujuan: injuri tidak terjadi
Kriteria:
a) Mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor resiko
dan/atau perlindungan diri.
b) Bebas dari komplikasi
Intervensi Rasional
a) Tinjau ulang catatan prenatal a) Adanya faktor-faktor resiko
dan intranatal terhadap seperti kelelahan miometrial ,
faktor-faktor yang distensi uterus berlebihan,
mempredisposisikan klien stimulasi oksitosin lama atau
pada komplikasi. Catat kadar tromboflebitis prenatal
Hb dan kehilangan darah memungkinkan klien lebih
operatif rentan tehadap komplikasi pasca
operasi.
b) Observasi tanda-tanda vital b) Meningkatnya tanda-tanda vital
menunjukkan adanya hipertensi.
c) Inspeksi balutan terhadap c) Luka bedah dengan drain dapat
perdarahan berlebihan membasahi balutan, namun
rembesan biasanya tidak terlihat
dan dapat menunjukkan
terjadinya komplikasi.
d) Perhatikan karakter dan d) Tonjolan uterus mengakibatkan
jumlah aliran lochea dan peningkatan aliran dan
konsistensi fundus. kehilangan darah.
e) Pantau intake-output, e) Bila pengeluaran menurun,
(perhatikan penampilan, berat jenis meningkat, dan
warna, konsentrasi dan berat sebaliknya. Urine yang
jenis urine) mengandung darah atau bekuan
menunjukan kemungkinan
truma kandung kemih
berkenaan dengan intervensi
pembedahan.
f) Anjurkan ambulasi dini dan f) Meningkatkan sirkulasi dan
latihan. aliran balik vena dari
ekstremitas bawah, menurunkan
resiko pembentukkan thrombus
yang berkenaan dengan stasis.
g) Pemasangan alat forsep atau g) Untuk mengurangi risiko trauma
vakum dengan teknik yang jaringan pada ibu dan janin
benar
Intervensi Rasional
a. Anjurkan dan gunakan teknik a. Membantu mencegah dan
mencuci tangan dengan cermat membatasi penyebaran
dan pembuangan pengalas infeksi.
kotoran, pembalut perineal, dan
linen terkontaminasi dengan
tepat.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 26 yahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal masuk RS : 2 Maret 2015
Tanggal pengkajian : 4 Maret 2015
Diagnosa medis : Post SC a/i gagal drip POD 1
Alamat : Jn Sekepeer RT 04 RW 05 Kelurahan
sindang jaya- Mandalajati Bandung
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Jln Sekepeer RT 04 RW 05 kelurahan
sindangjaya – Mandalajati
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah operasi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri daerah luka operasi yang dirasakan bertambah apabila bergerak
atau batuk, dan berkurang apabila diam atau diistirahatkan. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk benda tajam dan mengganggu aktifitas. Nyeri
terfokus pada daerah luka op saja tidak menyebar ke daerah lain. Nyeri
yang dirasakan berada pada skala 7 dari rentang 1-10. Nyeri datang
secara terus menerus.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
klien juga meyangkal pernah menderita penyakit yang
menghruskannnya dirawat. Kalaupun sakit hanya flu ringan yang
sembuh dengan obat warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien, di dalam keluargana tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan seperti: hypertensi, DM, asma, jantung
atau riwayat penyakit menular seperti: hepatitis dan TBC juga tidak ada
riwayat melahirkan bayi kembar.
e. Riwayat obstetri dan ginekologi
1) Riwayat ginekologi
a) Riwayat menstruasi
Klien mengatakan pertama kali haid pada usia 13 tahun dengan
siklus 28 hari dengan lama haid sekitar 5-7 hari.
HPHT tanggal 19 mei 2014 dengan taksiran persalinan tanggal
26 februari 2015.
b) Riwayat perkawinan
Klien menikah pada usia 21 tahun dan ini merupakan
pernikahan pertama baik untuk kien dan suaminya.
c) Riwayat keluarga berencana
Klien mengatakan setelah kelahiran anak pertama
menggunakan KB IUD selama satu tahin dan di buka karena
ingin merencanakan kehamilan kedua. Selama di KB klien
tidak merasakan keluhan apa-apa.
Setelah persalian kedua klien langsung menggunakan IUD.
2) Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pada kehamilan dahulu klien rajin memeriksakan
kehamilannya ke rumah sakit. Keluhan yang dirasakan selam
hamil merupakan keluhan yang umum dirasakan pada ibu
hamil seperti: mual, pusing dan muntah tetapi tidak sampai
mengganggu aktifitas. Persalinan yang dulu ditolong oleh
bidan di rumah sakit secara spontan, selama persalinan tidak
ada hambatan baik intrapartum maupun postpartum.
b) Riwayat persalinan sekarang
Klien melahirkan secara SC pada tanggal 3 maret 2015 jam
10:42 WIB dengan indikasi gagal drip pada umur kehamilan
39 minggu. Bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki
dengan berat badan 2980 gram dan panjang badan 48 cm. Pada
saat lahir apgar score 7-9.
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHG
Nadi : 76 kali permenit
Suhu : 36,7 C
Respirasi : 20 kali permenit
b. Kepala dan leher
Rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok, tidak ada
lesi dan tidak ada keluhan pusing.
Wajah tidak oedema, tidak ada kloasma gravidarum, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, terkadang terlihat meringis karena
menahan nyeri.
Bibir lembab, gigi tidak caries.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan peningkatan JVP.
Reflek menelan tidak ada keluhan
c. Dada
Pergerakan dada simetris, suara napas vesikuler dan tidak ada
pembesaran jatung.
Payudara tampak terlihat simetris antara kiri dan kanan, puting
menonjol, aerola tampak lebih hitam dan kolostrum sudah keluar.
d. Abdomen
Ada luka operasi arah transversal perut bagian bawah sepanjang ± 10
cm dan terlihat adanya striae albikan.
Memungkinkan masuk
mikroorganisme ke tubuh
D. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan dengan trauma pembedahan
Tujuan: rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri
Kriteria:
a. Megidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat.
b. Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
c. Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
a) Tentukan karakteristik dan a) Meningkatkan pemecahan
lokasi ketidaknyamanan. masalah, membantu
Perhatikan isyarat verbal dan mengurangi nyeri berkenaan
nonverbal seperti meringis, dengan ansietas dan ketakutan
kaku dan gerakan melindungi karena ketidaktahuan dan
atau terbatas. memberikan rasa kontrol.
Intervensi Rasional
a) Anjurkan dan gunakan teknik a) Membantu mencegah dan
mencuci tangan dengan cermat membatasi penyebaran infeksi.
dan pembuangan pengalas
kotoran, pembalut perineal, dan
linen terkontaminasi dengan tepat.
http//indaahdianhusada.blogspot.com/p/forcep-Ekstraksi.html. diunduh
tanggal 5 maret 2015.
http//suherna-kasmia.blogspot.com/2011/07/09/persalinan-dengan-vacum-
ekstraksi.html. diunduh tanggal 5 maret 2015.
Manuaba. Ida Bagus Gede, 2002, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, EGC, Jakarta
1. Ny. B, 1 hari pasca operasi section saecaria. Jam 3 pagi ia terbangun dan
terlihat kelelahan. Dari pemeriksanan, tanda vital stabil, tetapi Ny. B mengeluh
tidak bisa tidur, merasa sakit pada bagian jahitan dan takut untuk bergerak
miring kiri/kanan. Ny. B tidak mendapatkan obat anti nyeri sejak jam 9 malam.
Manakah tindakan terbaik perawat yang seharusnya?
a. Memberikan obat anti nyeri agar cepat tidur
b. Menjelaskan keadaan luka operasi, mendiskusikan cara mengurangi nyeri
pada jahitan operasi
c. Memberikan minum susu hangat dan makanan ringan untuk merangsang
kantuk
d. Membantu merubah posisi, memijat punggung dan memberikan obat anti
nyerinya
e. Menghubungi dokter untuk meminta advice obat anti nyeri
2. Ny. G, 29 tahun, post partum yang kedua dengan tindakan ekstraksi forcep,
perawatan segera paska melahirkan yang tepat adalah, KECUALI
a. Palpasi fundus uteri setiap 15 menit
b. Pemantauan tanda vital tiap 15 menit
c. Pemeriksaan perdarahan balutan luka dan perineal tiap 15 menit
d. Mengusap fundus uteri agar tetap nyaman tiap 15 menit
e. Memberikan minum untuk test feeding setiap 15 menit.
5. Ny. N berusia 18 tahun, post VE hari ke-3. Saat ini klien sudah diperbolehkan
untuk pulang, namun karena biaya yang tidak dapat diperolehnya untuk
membiayai perawatan dan suaminya juga tidak bertanggung jawab, klien
akhirnya berniat menjual bayinya. Tindakan perawat yang tepat terhadap kasus
diatas adalah
a. Menganjurkan orang tua klien/penanggung jawab untuk menghubungi
pihak pelayanan
b. Menganjurkan klien untuk tetap merawat bayinya di rumah
c. Menasihati klien agar dapat menerima kenyataan
d. Membantu klien secara materi
e. Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya merawat bayinya
6. Ny. S usia 30 tahun G2P0A1 usia kehamilan 38 minggu mengeluh perutnya
terasa mules-mules, keluaran cairan dari jalan lahir sejak semalam datang ke
poli kebidanan masuk ke UGD dilakukan pemeriksaan kehamilan, hasil
pemeriksaan TB 145 cm, BB 65 kg, TD 110/80 mmHg, Nadi 80x/menit,
pembukaan 7 cm, DJJ 146 x/menit. Sesuai dengan hasil pemeriksaan, Ny S
harus menjalani persalinan dengan cara...
a. Sectio caesaria
b versi ekstraksi
c. forcep ekstraksi
d.vaccum ekstraksi
e. induksi persalinan
8. Seorang ibu dengan hamil term G3P2A0 hendak melahirkan di bidan. Bidan
menyarankan untuk melahirkan di RS karena TFU sudah 40 cm dan hasil USG
BB bayi 4,2 kg. Ketika sudah tiba waktunya bersalin, keluarga menyarankan
untuk melahirkan di Bidan tersebut karena kehamilan sebelumnya juga
melahirkan di tempat tersebut dan bidan menyanggupinya karena merasa
mampu menolong karena riwayat persalinan sebelumnya. Ketika proses
persalinan terjadi distosia bahu, kepala bisa lahir, tetapi bahu tidak bisa lahir
akhirnya bidan merujuk ke RS, tetapi sampai di RS bayi meninggal dan
dilahirkan secara spontan dengan berat bayi lahir 5,3 kg. pernyataan dibawah
ini yang seharusnya dilakukan oleh bidan diantarnya, kecuali :
a. Bidan tsb melanggar kode etik kebidanan karena menolong persalinan
dengan penyulit
b. Ada bukti penolakan dirujuk dari keluarga (informed concent)
c. Bidan tsb mampu memberikan informasi dan motivasi tentang kondisi
pasien terutama tetnang alasan dirujuk ,bahayanya bila tidak dirujuk dan
menjelaskan tetnang kewenangan bidan
d. Bidan harus mampu meyakinkan pasein dan keluarga tentang kondisi
pasien dan tindakan yang dilakukan sehingga pasien mengerti dan mau
melakkukan apa yang disarankan bidan
e. Harusnya bidan merujuk pasien ke rumah sakit walaupun pasien dan
keluarga menolak.
9. Tn. A usia 35 thn adalah suami dari Ny. L yang telah melahirkan anak
pertamanya dengan tindakan ektraksi vakum, karena melihat kepala bayinya
terdapat luka akibat trauma pada saat persalinan, Tn. A tidak mau menerima
dan marah-marah karena merasa tidak mendapat penjelasan efek terhadap
bayinya. Tindakan perawat sebaiknya adalah
a. Mendengarkan semua keluhan Tn. A dan mencoba memberikan
penjelasan
b. Menghadirkan pihak ketiga yang lebih powerfull untuk menjelaskan
keadaan yang sebenarnya
c. Menyarankan Tn. A agar tetap tenang
d. Meminta Tn. A untuk bertanya langsung kepada dokter operator
e. Membiarkan Tn A marah-marah
10. Ny. A postpartum Post Extraksi Vakum hari ke 3 dengan terdapat luka
episiotomy yang cukup lebar dan sudah berada di rumah, menurut kebiasaan
masyarakat di tempat itu klien harus duduk di atas genteng yang sudah
dipanaskan agar luka episiotomi segera kering. Sikap yang tepat sebagai
perawat di masyarakat tersebut adalah
a. Menyarankan Ny. A tidak melakukan hal tersebut
b. Menjelaskan kepada Ny. A dan masyarakat hal tersebut dapat berdampak
putusnya jahitan pada perineum
c. Menjelaskan hal tersebut tidak berdampak segera dapat mempercepat
proses keringnya jahitan epis
d. Menawarkan alternative yang lebih aman tanpa harus melakukan
kebiasaan tersebut.
e. Membiarkan Ny. A melakukan apapun keinginannya.