Anda di halaman 1dari 22

PENGUKURAN SUBJECTIVE WELL BEING (SWB) DENGAN ALAT UKUR

SCALE OF POSITIVE AND NEGATIVE EXPERIENCE (SPANE)


(TUGAS PENGUKURAN KESEHATAN)

Oleh:
Kelompok 1
Peminatan Epidemiologi 2019
1. Citra Rahmawati 101611133010
2. Karlina 101611133014
3. Indria Dwi Saraswati 101611133037
4. Elvira Revita 101611133042
5. Erren Silvia Herdiyani 101611133045
6. Hadyan Adi Darma 101611133214

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii


BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar Teoritis Subjective Well Being .......................... 3
2.1.1 Definisi Subjective Well Being ..................................... 3
2.1.2 Komponen Subjective Well Being ................................ 4
2.1.3 Faktor yang memengaruhi Subjective Well Being ........ 5
2.1.4 Prediktor Subjective Well Being ................................... 6
2.1.5 Pendekatan teori dalam Subjective Well Being ............ 8
2.2 Pengembangan Alat Ukur SPANE (Scale Of Positive And
Negative Experience) ............................................................... 9
2.3 Validitas Alat Ukur SPANE (Scale Of Positive And Negative
Experience)............................................................................... 10
2.4 Reliabilitas Alat Ukur SPANE (Scale Of Positive And
Negative Experience) ............................................................... 11
2.5 Kelebihan dan Kelemahan SPANE (Scale Of Positive And
Negative Experience) ............................................................... 12
2.6 Self Profiling Dengan Menggunakan Skala Spane (Scale of
Positif and Negative Experience) ............................................. 13
BAB 3 PENUTUP...................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan............................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Subjective well-being (SWB) atau kesejahteraan psikologis adalah konsep umum
yang digunakan untuk mengevaluasi kehidupan. SWB terdiri dari beberapa aspek
penilaian, seperti kepuasan hidup, rendahnya tingkat depresi dan kecemasan, dan
adanya emosi-emosi serta suasana hati yang positif (Diener, dalam Pramudita, 2015).
Subjective well-being merupakan keseluruhan kebahagiaan yang dialami oleh individu,
dimana individu memiliki perasaan yang positif atas hidupnya sebagai hasil evaluasi
afektif dan memliki kepuasan hidup atas apa yang dicapainya sebagai hasil evaluasi
kognitifnya.
Setiap individu tentunya memiliki tingkat subjective well-being yang berbeda-
beda, tergantung pandangan individu terhadap kesejahteraan didalam dirinya. Individu
dapat memiliki kebahagiaan bila mereka menganggap pengalaman hidupnya sebagai
pengalaman yang menyenangkan, dan sebaliknya. Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur subjective well-being salah satunya adalah Scale Of Positive And Negative
Experience (SPANE). SPANE terdiri dari 16 item yang digunakan untuk mengukur
aspek positif dan negative yang dirasakan oleh individu.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar teoritis subjective well-being?
2. Bagaimana pengembangan alat ukur subjective well-being yang berupa Scale
Of Positive And Negative Experience (SPANE)
3. Bagaimana validitas dan reliabilitas alat ukur Scale Of Positive And Negative
Experience (SPANE) untuk mengukur subjective well-being?

4. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari alat ukur Scale Of Positive And
Negative Experience (SPANE) ?

1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui konsep dasar teoritis subjective well-being
2. Mengetahui pengembangan alat ukur subjective well-being yang berupa Scale
Of Positive And Negative Experience (SPANE)
3. Mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur Scale Of Positive And Negative
Experience (SPANE) untuk mengukur subjective well-being
4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari alat ukur Scale Of Positive And
Negative Experience (SPANE)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Teoritis Subjective Well Being


2.1.1 Definisi Subjective Well Being
Subjective well being merupakan suatu aspek yang penting dalam
mengembangkan sebuah kualitas hidup yang positif. Kebahagiaan dalam
subjective well being berkaitan dengan tingkatan emosi dan bagaimana individu
memahami dunia dan dirinya sendiri. Sedangkan mengenai kepuasan dalam hidup
merupakan pemahaman yang lebih luas mengenai penerimaan kehidupan individu
(Compton, 2005). Subjective well being merupakan persepsi seseorang terhadap
pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif dan afeksi terhadap
hidup dan merepresentasikan dalam kesejahteraan psikologis (Compton, 2005).
Menurut beberapa ahli psikologi subjective well being merupakan suatu
istilah ilmiah untuk happiness (kebahagiaan). Bahkan Carr (2004) memberikan
definisi yang sama antara happiness dengan subjective well being yakni sebuah
keadaan psikologis positif yang dicirikan dengan tingginya tingkat kepuasan
terhadap hidup, tingginya tingkat emosi positif dan rendahnya tingkat emosi
negatif.
Sedangkan menurut Diener (2003) subjective well being merupakan
evaluasi subyektif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti
kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfilment, kepuasan terhadap area-area
dan tingkat emosi tidak menyenangkan yang rendah. Veenhouven (Diener,
2009:29) menjelaskan bahwa subjective well being merupakan tingkat dimana
seseorang menilai kualitas kehidupannya sebagai sesuatu yang diharapkan dan
merasakan emosi-emosi yang menyenangkan.
Berdasarkan beberapa pengertian subjective well being yang telah
dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa subjective well being merupakan persepsi
individu terkait dengan pengalaman kehidupannya yang menyangkut dua
komponen yakni komponen kognitif yang berkaitan dengan kepuasan hidup dan
komponen afektif yang berkaitan dengan kebahagiaan dan dicirikan dengan

3
tingginya tingkat kepuasan terhadap hidup, tingginya tingkat emosi positif dan
rendahnya tingkat emosi negatif.

2.1.2 Komponen Subjective Well Being


Menurut Diener & Oishi (2005) terdapat dua komponen dasar subjective
well being yaitu kepuasan hidup (life satisfaction) sebagai komponen kognitif dan
kebahagiaan (happiness) sebagai komponen afektif.
1. Komponen Kognitif (Kepuasan Hidup)
Kepuasan didalam hidup termasuk dalam komponen kognitif karena
keduanya didasarkan pada keyakinan tentang kehidupan seseorang.
Evaluasi kognitif dilakukan saat seseorang memberikan evaluasi secara
sadar dan menilai kepuasan mereka terhadap kehidupan secara
keseluruhan atau penilaian evaluatif mengenai aspek-aspek khusus dalam
kehidupan, seperti kepuasan kerja, minat, dan hubungan (Diener & Oishi,
2005). Kepuasan hidup merupakan penilaian individu terhadap kualitas
kehidupannya secara menyeluruh. Seorang individu yang dapat menerima
diri dan lingkungan secara positif akan merasa puas dengan hidupnya
(Hurlock, 1980)
2. Komponen Afektif (Kebahagiaan)
Komponen afektif dalam subjective well being yang dimaksud adalah
reaksi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi
emosi (afek) yang menyenangkan dan emosi (afek) yang tidak
menyenangkan.
a. Afek positif
Afek positif atau emosi yang menyenangkan merupakan bagian
dari subjective well being yang dialami individu sebagai reaksi yang
muncul pada diri individu karena hidupnya berjalan sesuai dengan apa
yang diinginkan. (Diener & Oishi, 2005). Menurut Seligman (2005),
emosi positif dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu emosi
positif akan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Emosi positif
masa depan meliputi optimisme, harapan, keyakinan dan kepercayaan.
Emosi positif masa sekarang mencakup kegembiraan, ketenangan,

4
keriangan, semangat yang meluap-luap, dan flow. Emosi positif
tentang masa lalu adalah kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggaan
dan kedamaian
b. Afek negatif
Afek negatif termasuk suasana hati dan emosi yang tidak
menyenangkan yang muncul sebagai reaksi negatif dari kejadian yang
dialami oleh individu dalam hidup mereka, kesehatan serta lingkungan
mereka (Diener & Oishi, 2005). Emosi negatif yang paling umum
dirasakan adalah kesedihan, kemarahan, kecemasan, kekhawatiran,
stres, frustrasi, rasa malu dan bersalah serta iri hati.

2.1.3 Faktor yang memengaruhi Subjective Well Being


Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi subjective well being secara
umum, yaitu:
1. Perbedaan Jenis Kelamin
Diener (2009) menyatakan bahwa secara umum tidak terdapat
perbedaan subjective well being yang signifikan antara pria dan wanita,
namun wanita memiliki intensitas perasaan negatif dan positif yang lebih
banyak dibandingkan pria.
2. Tujuan
Diener menyatakan bahwa orang-orang merasa bahagia ketika mereka
mencapai tujuan yang dinilai tinggi dibandingkan dengan tujuan yang
dinilai rendah. Emmons (dalam Diener, 1999) menyatakan bahwa berbagai
bentuk tujuan seseorang termasuk adanya tujuan yang penting, kemajuan
tujuan yang dimiliki, dan konflik dalam tujuan yang berbeda memiliki
implikasi pada emosional dan kognitif.
3. Agama dan Spiritualitas
Diener (2009) menyatakan bahwa secara umum orang yang religius
cenderung untuk memiliki tingkat subjective well being yang lebih tinggi,
dan lebih spesifik. Partisipasi dalam pelayanan religius, afiliasi, hubungan
dengan Tuhan, dan berdoa dikaitkan dengan tingkat subjective well being
yang lebih tinggi.

5
4. Kualitas Hubungan Sosial
Penelitian yang dilakukan oleh Seligman (Diener, 2003) menunjukkan
bahwa semua orang yang paling bahagia memiliki kualitas hubungan
sosial yang dinilai baik. Diener (2003) menyatakan bahwa hubungan yang
dinilai baik tersebut harus mencakup dua dari tiga hubungan sosial berikut
ini, yaitu keluarga, teman, dan hubungan romantis.
5. Kepribadian
Tatarkiewicz (dalam Diener 1984) menyatakan bahwa kepribadian
merupakan hal yang lebih berpengaruh pada subjective well being
dibandingkan dengan faktor lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa
variabel kepribadian menunjukkan kekonsistenan dengan subjective well
being diantaranya self esteem. Self esteem yang positif merupakan variabel
yang terpenting dalam subjective well being karena evaluasi terhadap diri
akan mempengaruhi bagaimana seseorang menilai kepuasan dalam hidup
dan kebahagiaan yang mereka rasakan. Seseorang yang memiliki self
esteem rendah cenderung tidak akan merasa puas dengan hidupnya dan
tidak akan merasa bahagia. Self esteem yang positif berasosiasi dengan
fungsi adaptif dalam setiap aspek kehidupan.

2.1.4 Prediktor Subjective Well Being


Menurut Diener, Suh, Lucas & Smith (1999) terdapat enam hal yang dapat
dijadikan sebagai prediktor terbaik dalam mengetahui kebahagiaan dan kepuasan
dalam hidup:
1. Harga Diri Positif
Harga diri yang tinggi akan menyebabkan seseorang memiliki kendali
yang baik terhadap rasa marah, mempunyai hubungan yang intim dan baik
dengan orang lain, dan kapasitas produktif dalam pekerjaan. Hal ini akan
membantu individu untuk mengembangkan kemampuan dalam hubungan
interpersonal yang baik serta menciptakan kepribadian yang sehat.
2. Kontrol Diri
Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa ia akan
mampu berperilaku dengan cara yang tepat ketika menghadapi suatu

6
peristiwa. Kontrol diri melibatkan proses pengambilan keputusan, mampu
mengerti, memahami serta mengatasi konsekuensi dari keputusan yang
telah diambil serta mencari pemaknaan atas peristiwa tersebut.
3. Ekstraversi
Individu dengan kepribadian ekstrovert akan tertarik pada hal-hal
yang terjadi di luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya.
Penelitian Diener dkk. (1999) mendapatkan bahwa kepribadian ekstavert
secara signifikan akan memprediksi terjadinya kesejahteraan individual.
Orang-orang dengan kepribadian ekstrovert biasanya memiliki teman dan
relasi sosial yang lebih banyak, merekapun memiliki sensitivitas yang
lebih besar mengenai penghargaan positif pada orang lain.
4. Optimis
Secara umum, orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih
bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi
dirinya dengan cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik
terhadap hidupnya sehingga individu memiliki impian dan harapan yang
positif tentang masa depan. Scheneider (dalam Compton, 2005)
menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis akan tercipta bila sikap
optimis yang dimiliki oleh individu bersifat realistis.
5. Relasi Sosial yang Positif
Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial
dan keintiman emosional. Hubungan yang didalamnya terdapat dukungan
dan keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri,
meminimalkan masalah psikologis, kemampuan pemecahan masalah yang
adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik.
6. Memiliki Arti dan Tujuan dalam Hidup
Dalam beberapa kajian, arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan
konsep religiusitas. Penelitian menyebutkan bahwa terdapat korelasi
positif antara konsep religiusitas dengan kesejahteraan psikologis dimana
individu yang memiliki kepercayaan religi yang besar akan memiliki
kesejahteraan psikologis yang besar pula.

7
2.1.5 Pendekatan teori dalam Subjective Well Being
Menurut Compton (2005) terdapat dua pendekatan teori yang digunakan
dalam subjective well being:
1. Bottom Up Theories
Teori ini memandang bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup yang
dirasakan dan dialami seseorang tergantung dari banyaknya kebahagiaan
kecil serta kumpulan peristiwa yang membuat individu bahagia.
Asumsinya, semakin banyaknya peristiwa menyenangkan yang terjadi,
maka semakin bahagia dan puas individu tersebut. Teori ini beranggapan
bahwa perlunya mengubah lingkungan dan situasi yang akan
mempengaruhi pengalaman individu, misalnya pekerjaan yang memadai,
lingkungan rumah yang aman, serta pendapatan yang layak untuk
meningkatkan subjective well being.
2. Top Down Theories
Subjective well being yang dialami seseorang tergantung dari cara
individu tersebut memandang dan menginterpretasi suatu peristiwa dalam
sudut pandang yang positif. Teori ini menganggap bahwa, individu
memegang kendali atas setiap peristiwa yang dialami, apakah peristiwa
tersebut akan menciptakan kesejahteraan psikologis bagi dirinya atau
sebaliknya. Pendekatan ini mempertimbangkan jenis kepribadian, sikap,
dan cara-cara yang digunakan untuk menginterpretasi suatu peristiwa.
Sehingga untuk meningkatkan subjective well being diperlukan usaha yang
berfokus pada mengubah persepsi, keyakinan dan sifat kepribadian
seseorang.

2.2 Pengembangan Alat Ukur SPANE (Scale of Positif and Negative Experience)
SPANE merupakan skala yang disusun oleh Diener dan Biswas-Diener
(2009) untuk mengukur evaluasi komponen afektif dalam subjective well being.
SPANE (Scale of Positif and Negative Experience) merupakan pengembangan
dari PANAS (Positive and Negative Affect Schedule) karena adanya beberapa
kekurangan yaitu Pertama, PANAS mungkin tidak mencerminkan perasaan
kesejahteraan yang meningkat karena mencakup beberapa item yang tidak

8
dianggap perasaan (misalnya, "kuat", "waspada", "aktif", dan "ditentukan"), dan
itu menghilangkan beberapa emosi inti perasaan (misalnya, "buruk", "sukacita").
Kedua, PANAS tidak mempertimbangkan perbedaan dalam keinginan perasaan
dalam konteks atau budaya yang berbeda (misalnya, Hong Kong keinginan Cina
rendah gairah positif mempengaruhi lebih daripada orang Amerika Eropa. Ketiga,
ada redundansi yang cukup besar dalam item PANAS karena model dengan item
dari kumpulan kata asli kelompok yang sama berkorelasi paling baik dengan data.
SPANE digunakan untuk menilai berbagai perasaan menyenangkan dan
tidak menyenangkan dengan meminta orang untuk melaporkan perasaan mereka
dalam durasi mereka setelah mengingat kegiatan dan pengalaman mereka selama
4 minggu sebelumnya. SPANE terdiri dari 12 item: enam item menilai perasaan
positif, dan enam lainnya menilai perasaan negatif. Untuk perasaan positif dan
negatif, tiga item bersifat umum (mis., Positif, negatif) dan tiga item spesifik
(mis., Senang, sedih)
SPANE mencerminkan berbagai pengalaman yang diinginkan dan tidak
diinginkan orang-orang tanpa membuat daftar kata yang lengkap. Selain itu,
SPANE dapat menangkap perasaan positif dan negatif terlepas dari sumbernya,
tingkat gairah atau konteks budaya. Kata-kata spesifik mencerminkan bentuk
perasaan yang paling penting terkait dengan kesejahteraan dan penyakit dan
menangkap perasaan dari sekitar lingkaran emosi. Kerangka waktu empat minggu
memberikan keseimbangan antara kecukupan sampel perasaan dan akurasi
memori. Selain itu, penggunaan gaya respons waktu harus mengurangi ambiguitas
pemahaman orang tentang skala dan harus meningkatkan validitas SPANE
Pada skala SPANE, digunakan rentang dari angka 1 hingga 5. Rentang
skor yang digunakan dalam SPANE ini adalah sebagai berikut:
1. Sangat Jarang atau Tidak Pernah
2. Jarang
3. Terkadang
4. Seringkali
5. Sangat Sering atau Selalu

9
Rentang nilai 1 hingga 5 diatas dituangkan dalam beberapa item yang
menunjukkan perasaan positif dan perasaan negatif seseorang selama 4 minggu
sebelumnya. Item tersebut yaitu
Tabel 1. Item Alat Ukur SPANE
Positif Bahagia
Negatif Sedih
Baik Takut
Buruk Gembira
Senang Marah
Tidak senang Puas

Pengukuran SWB menggunakan skala SPANE ini dibagi menjadi 2


subskala pengukuran. Adapun subskala tersebut adalah sebagai berikut,
1. Perasaan positif (SPANE-P)
Pengukuran perasaan positif ini dilakukan dengan menambahkan skor
bervariasi dari 1 hingga 5 untuk enam item : positif, baik, senang, bahagia,
gembira, dan puas. Skor dapat bervariasi dari 6 (skor perasaan positif terendah)
hingga 30 (skor perasaan positif tertinggi)
2. Perasaan Negatif (SPANE-N)
Pengukuran perasaan negatif ini dilakukan dengan menambahkan skor
bervariasi dari 1 hingga 5 untuk enam item : negatif, buruk, tidak senang, sedih,
takut, dan marah. Skor dapat bervariasi dari 6 (skor perasaan negatif terendah)
hingga 30 (skor perasaan negatif tertinggi)
Perhitungan skala positif dan negatif ini dilakukan secara terpisah karena
merupakan dua variabel afek yang terpisah. Total skor (The Balance of Positive
and Negative Experience/SPANE-B) didapatkan dengan cara mengurangi skor
positif dan skor negatif, total skor ini berkisar antara -24 sampai 24 (Diener,
2009). Seorang responden dengan skor sangat tinggi yaitu mendapat skor 24
menunjukkan bahwa responden tersebut jarang atau tidak pernah mengalami
perasaan negatif apa pun, dan sangat sering atau selalu memiliki semua perasaan
positif
2.3 Validitas Alat Ukur SPANE (Scale of Positif and Negative Experience)
Studi validitas konvergen merupakan suatu hubungan yang signifikan yang
ditemukan antara Skala Positif dan Pengalaman Negatif, Positif-Negatif yang

10
Mempengaruhi Skala, serta Kepuasan dengan Skala Hidup dan Kehidupan
Orientasi Uji.

 Positif dan Negatif Mempengaruhi Skala yang digunakan untuk validitas


konvergen dari Skala Positif dan Negatif Pengalaman.
 Sebagai hasil dari studi validitas skala konvergen skala ini, hubungan yang
signifikan yang diamati antara pengalaman positif dan positif mempengaruhi (
r=. 48) dan negatif mempengaruhi ( r = -. 41), dan antara pengalaman negatif
dan positif mempengaruhi ( r = -. 21) dan negatif mempengaruhi (r = 0,65).
 Selain itu, hubungan positif ditemukan dengan pengalaman yang positif,
kepuasan hidup ( r = . 43) dan optimisme ( r = . 45); dan hubungan negatif
ditemukan dengan pengalaman negatif, kepuasan hidup ( r = -. 34) dan
optimisme ( r = -. 46).

Hubungan antara Skala Positif dan Negatif Pengalaman dan kesejahteraan


skala yang lain yang sering digunakan dalam literatur diperiksa untuk melakukan
validitas konvergen skala. hubungan yang signifikan yang diamati antara
pengalaman positif dan berdampak positif ke arah yang positif, antara pengalaman
positif dan negatif mempengaruhi ke arah negatif, antara pengalaman negatif dan
berdampak positif ke arah negatif, dan antara pengalaman negatif dan negatif
mempengaruhi ke arah yang positif.

2.4 Reliabilitas Alat Ukur SPANE (Scale of Positif and Negative Experience)
Studi reliabilitas Skala Pengalaman Positif dan Negatif dihitung dengan
koefisien alpha Cronbach dan metode tes-retest. Koefisien alpha Cronbach yang
diperoleh dalam studi reliabilitas skala dihitung sebagai 0,88 untuk dimensi
pengalaman positif dan 0,83 untuk dimensi pengalaman negatif. Studi reliabilitas
skala, yang dilakukan dengan metode test-retest, diperoleh melalui penerapan
skala pada 107 peserta dengan interval dua minggu. Menurut hasil tes-ulang,
hubungan positif dan signifikan diamati antara aplikasi pertama dan kedua dari
dimensi pengalaman positif pada tingkat r = 0,86 (p <0,01) dan antara aplikasi
pertama dan kedua dari dimensi pengalaman negatif pada tingkat r = .85 (p <.01).

11
Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien
Reliabilitas α
Sangat Reliabel > 0,900
Reliabel 0,700 – 0,900
Cukup Reliabel 0,400 – 0,700
Kurang Reliabel 0,200 – 0,400
Tidak Reliabel < 0,200

2.5 Kelemahan dan Kelebihan Alat Ukur SPANE (Scale of Positif and Negative
Experience)
2.5.1 Kelebihan Alat Ukur SPANE
1. Merupakan pengembangan dari alat ukur PANAS
2. Mencerminkan perasaan kesejahteraan seperti baik, senang, bahagia.
3. Menggunakan daftar kata yang mudah dipahami
4. SPANE dapat menangkap perasaan positif dan negatif terlepas dari sumbernya,
tingkat gairah atau konteks budaya.
2.5.2 Kekurangan Alat Ukur SPANE
1. Jangka waktu 4 minggu memungkinkan seseorang melewatkan momen-momen
tertentu.
2. Instrumen hanya mengukur kesejahteraan subyektif secara umum sehingga
memungkinkan timbulnya bias.

12
2.6 Self Profiling Dengan Menggunakan Skala Spane (Scale of Positif and
Negative Experience)
1. Inisial Responden : L
Petunjuk :
Pikirkan apa yang telah anda lakukan dan rasakan selama 4 minggu ini. Lalu
ungkapkan seberapa sering anda mengalami perasaan-perasaan dibawah ini,
menggunakan skala 1 hingga 5.
1 – Sangat jarang atau tidak pernah
2 – Jarang
3 – Kadang-kadang
4 – Sering
5 – Sangat sering atau selalu

Perasaan :
Positif __4__ Bahagia __4__
Negatif __3__ Sedih __3__
Baik __4__ Takut __3__
Buruk __3__ Gembira __4__
Senang __4__ Marah __2__
Tidak senang __3__ Puas __3__

Penilaian :
Perasaan Positif (SPANE P) Skor Perasaan Negatif (SPANE N) Skor
Positif 4 Negatif 3
Baik 4 Buruk 3
Senang 4 Tidak Senang 3
Bahagia 4 Sedih 3
Gembira 4 Takut 3
Puas 3 Marah 2
Total 23 Total 17

SPANE B = SPANE P – SPANE N


= 23 – 17
=6

13
2. Inisial Responden : H
Petunjuk :
Pikirkan apa yang telah anda lakukan dan rasakan selama 4 minggu ini. Lalu
ungkapkan seberapa sering anda mengalami perasaan-perasaan dibawah ini,
menggunakan skala 1 hingga 5.
1 – Sangat jarang atau tidak pernah
2 – Jarang
3 – Kadang-kadang
4 – Sering
5 – Sangat sering atau selalu

Perasaan :
Positif __4__ Bahagia __4__
Negatif __3__ Sedih __4__
Baik __4__ Takut __3__
Buruk __3__ Gembira __4__
Senang __4__ Marah __2__
Tidak senang __2__ Puas __2__

Penilaian :
Perasaan Positif (SPANE Skor Perasaan Negatif (SPANE N) Skor
P)
Positif 4 Negatif 3
Baik 4 Buruk 3
Senang 4 Tidak Senang 2

Bahagia 4 Sedih 4
Gembira 4 Takut 3

Puas 2 Marah 2
Total 22 Total 17
SPANE B = SPANE P – SPANE N
= 22 – 17
=5

14
3. Inisial Responden : A

Petunjuk :
Pikirkan apa yang telah anda lakukan dan rasakan selama 4 minggu ini. Lalu
ungkapkan seberapa sering anda mengalami perasaan-perasaan dibawah ini,
menggunakan skala 1 hingga 5.
1 – Sangat jarang atau tidak pernah
2 – Jarang
3 – Kadang-kadang
4 – Sering
5 – Sangat sering atau selalu

Perasaan :
Positif __5__ Bahagia __4__
Negatif __2__ Sedih __3__
Baik __4__ Takut __4__
Buruk __3__ Gembira __3__
Senang __4__ Marah __1__
Tidak senang __4__ Puas __3__

Penilaian :
Perasaan Positif (SPANE P) Skor Perasaan Negatif (SPANE N) Skor
Positif 5 Negatif 2
Baik 4 Buruk 3
Senang 4 Tidak Senang 4
Bahagia 4 Sedih 3
Gembira 3 Takut 4
Puas 3 Marah 1
Total 23 Total 17

SPANE B = SPANE P – SPANE N


= 23 – 17
=6

15
4. Inisial Responden : E

Petunjuk :
Pikirkan apa yang telah anda lakukan dan rasakan selama 4 minggu ini. Lalu
ungkapkan seberapa sering anda mengalami perasaan-perasaan dibawah ini,
menggunakan skala 1 hingga 5.
1 – Sangat jarang atau tidak pernah
2 – Jarang
3 – Kadang-kadang
4 – Sering
5 – Sangat sering atau selalu

Perasaan :
Positif __5__ Bahagia __5__
Negatif __2__ Sedih __4__
Baik __4__ Takut __5__
Buruk __4__ Gembira __3__
Senang __5__ Marah __1__
Tidak senang __3__ Puas __3__

Penilaian :
Perasaan Positif (SPANE P) Skor Perasaan Negatif (SPANE N) Skor
Positif 5 Negatif 2
Baik 4 Buruk 4
Senang 5 Tidak Senang 3
Bahagia 5 Sedih 4
Gembira 3 Takut 5
Puas 3 Marah 1
Total 25 Total 19

SPANE B = SPANE P – SPANE N


= 25 – 19
=6

16
5. Inisial Responden : C

Petunjuk :
Pikirkan apa yang telah anda lakukan dan rasakan selama 4 minggu ini. Lalu
ungkapkan seberapa sering anda mengalami perasaan-perasaan dibawah ini,
menggunakan skala 1 hingga 5.
1 – Sangat jarang atau tidak pernah
2 – Jarang
3 – Kadang-kadang
4 – Sering
5 – Sangat sering atau selalu

Perasaan :
Positif __4__ Bahagia __3__
Negatif __3__ Sedih __4__
Baik __4__ Takut __3__
Buruk __3__ Gembira __4__
Senang __3__ Marah __4__
Tidak senang __4__ Puas __3__

Penilaian :
Perasaan Positif (SPANE P) Skor Perasaan Negatif (SPANE N) Skor
Positif 4 Negatif 3
Baik 4 Buruk 3
Senang 3 Tidak Senang 4
Bahagia 3 Sedih 4
Gembira 4 Takut 3
Puas 3 Marah 4
Total 21 Total 21

SPANE B = SPANE P – SPANE N


= 21-21
=0

17
6. Inisial Responden : I
Petunjuk :
Pikirkan apa yang telah anda lakukan dan rasakan selama 4 minggu ini. Lalu
ungkapkan seberapa sering anda mengalami perasaan-perasaan dibawah ini,
menggunakan skala 1 hingga 5.
1 – Sangat jarang atau tidak pernah
2 – Jarang
3 – Kadang-kadang
4 – Sering
5 – Sangat sering atau selalu

Perasaan :
Positif __5__ Bahagia __4__
Negatif __2__ Sedih __2__
Baik __4__ Takut __5__
Buruk __3__ Gembira __4__
Senang __4__ Marah __3__
Tidak senang __3__ Puas __4__

Penilaian :
Perasaan Positif (SPANE P) Skor Perasaan Negatif (SPANE N) Skor
Positif 5 Negatif 2
Baik 4 Buruk 3
Senang 4 Tidak Senang 3
Bahagia 4 Sedih 2
Gembira 4 Takut 5
Puas 4 Marah 3
Total 25 Total 18

SPANE B = SPANE P – SPANE N


= 25 – 18
=7

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Subjective well being (SWB) didefinisikan sebagai persepsi individu terkait
dengan pengalaman kehidupannya yang menyangkut dua komponen, yaitu komponen
kognitif yang berkaitan dengan kepuasan hidup dan komponen afektif yang berkaitan
dengan kebahagiaan dan dicirikan dengan tingginya tingkat kepuasan terhadap hidup,
tingginya tingkat emosi positif dan rendahnya tingkat emosi negatif.
Salah satu instrumen pengukur SWB adalah SPANE (Scale of Positif and
Negative Experience) yang mengukur baik positif dan negatif sebagai afeksi dari
responden dengan masing-masing mengandung 16 konten pertanyaan. Pengukuran
SWB menggunakan skala SPANE ini dibagi menjadi 2 subskala pengukuran yaitu
perasaan positif (SPANE-P), perasaan negatif (SPANE-N). Adapun total keseluruhan
dari skor untuk SWB ini didapatkan dari penjumlahan skor perasaan positif kemudian
dikurangi dengan skor perasaan negatif

19
DAFTAR PUSTAKA

Diener. E. (2000). Subjective Well-Being : The Science of Happiness and a Proposal for
a National Index. American Psychologist, 55(1),34-43.

Diener, E., Suh, E., & Oishi, S. (1997). Recent Finding in Subjective Well-Being. Indian
Journal of Clinical Psychology. 24 (1),25-41.

Diener, E., Suh, E.M., Lucas, R.E., & Smith. H.L. (1999). Subjective Well-Being:Three
Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-302.

Diener.E., Scollon, C.N., & Lucas, R.E. (2003). The Evolving Concept of Subjective
Well-Being : The Multifaceted Nature of Happiness. Advances in Cell Aging and
Gerontology, 15,187-215.

Diener, E. (2000). The Optimum level of Wellbeing : Can People Be Too Happy.
Departement of Psychology University of Virginia.

Khairani, Ayu. 2014. Skripsi: Hubungan Dukungan Sosial dengan Subjective Well
Being pada Mahasiswa yang Bekerja. Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Pramudita, Rhesaroka & Prastiti, Wiwien D. 2015. Hubungan antara Self-Efficacy


dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Negeri 1 Belitang. Surakarta:
Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8.

Li F, Bai X, Wang Y.2013.The Scale of Positive and Negative Experience (SPANE):


Psychometric Properties and Normative Data in a Large Chinese Sample. PLoS
ONE 8(4): e61137. Diakss di https://doi.org/10.1371/journal.pone.0061137

20

Anda mungkin juga menyukai