Savoring
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim Alhamdulllahirobbil ‘Alamin, puji syukur atas kehadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat, karunia, taufik, inayah serta
hidayah-Nya sehingga kami selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok yang
bertemakan “Pengembangan ilmu Psikologi dalam konteks pendidikan di Indonesia” dalam
mata kuliah Intervensi Psikologi Positif serta ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Farida
Harahap S.Psi.,M.Si. selaku dosen pengampu.
Dari kami selaku penyusun berharap dengan tugas ini dapat berguna serta bermanfaat
dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pengembangan ilmu Psikologi dalam
konteks pendidikan di Indonesia serta dari kami mengharapkan kritik dan saran agar nantinya
dalam penyusunan tugas selanjutnya lebih baik lagi dari sebelumnya mengingat bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Semoga tugas sederhana dari kami bisa dipahami oleh semua kalangan yang
membacanya terutama bagi penyusun. Sebelumnya mohon maaf jikalau dalam penyusunan
tugas ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Kami dari penyusun meminta maaf untuk
hal tersebut serta mengucapkan terimakasih telah bersedia membaca karya kami.
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
1. Pengertian Savoring................................................................................................................5
2. Alat Ukur Savoring..................................................................................................................6
3. Peran Savoring pada individu..................................................................................................7
BAB III PENUTUPAN......................................................................................................................15
1. Kesimpulan...........................................................................................................................15
2. Saran....................................................................................................................................15
Daftar Pustaka..............................................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Psikologi positif ada salah hal dalam mencapai well-being atau
kebahagian oleh karena itu perlu diperhati bagi para ilmuan yang mendalam psikologi
khususnya psikologi positif. Salah satunya savoring atau menikmati adalah
kemampuan untuk fokus pada pengalaman positif dan mengubah perilaku dan pikiran
seseorang dengan cara yang meningkatkan dan mempertahankan perasaan positif
(Bryant, Chadwick, & Kluwe, 2011; Bryant & Veroff, 2007).
Savoring (menikmati) adalah sebuah konsep psikologis yang merujuk pada
proses menikmati atau mengapresiasi momen-momen positif dalam hidup seseorang
dengan cara yang penuh kesadaran. Konsep ini telah diperkenalkan ke dalam bidang
psikologi positif sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif dan
kesejahteraan pribadi.
Konsep menikmati mulai mendapat perhatian di kalangan peneliti psikologi
pada awal tahun 2000. Saat itu, minat terhadap psikologi positif dan penelitian tentang
kebahagiaan manusia semakin meningkat. Melalui studi tasting, peneliti ingin
memahami bagaimana individu dapat meningkatkan intensitas dan durasi pengalaman
positif dalam kehidupan sehari-hari.
Savoring memiliki manfaat positif diantaranya meningkatkan kesejahteraan
subjektif, Mengurangi stres dan kecemasan, Meningkatkan hubungan sosial sesuai
dengan harapan Prof.Seligman yaitu agar terwujudnya well-being (Kebahagian)
dengan have a Pleasant Life (life of enjoyment) , have a good life (life of engagement)
dan have a meaningful life (life of contribution).
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang maka Rumusan Masalahnya:
1) Apa itu savoring dan perkembangan di Psikologi positif?
2) Bagaimana peran savoring dalam kehidupan individu?
3. Tujuan Masalah
Dari Rumusan masalah maka tujuan masalahnya yaitu:
1) Mengetahui apa itu savoring dan perkembangan psikologi positif
2) Memahami bagaimana peran savoring dalam kehidupan individu yang
mengimplementasikan di kesehariannya
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Savoring
Dalam sebuah karya dari Bryant dan Veroff (2007) mendefinisikan kenikmatan sebagai
“kemampuan untuk memperhatikan, menghargai, dan meningkatkan pengalaman positif
dalam hidup seseorang” (hal. 87). Sebagai aktivitas metakognitif, yang dapat mencapai
kesenangan , individu pertama-tama harus menyadari bahwa mereka sedang menikmati atau
menikmati suatu momen, kemudian mengambil tindakan untuk meningkatkan kesenangan .
Hal ini mengharuskan individu untuk bebas dari stres atau gangguan, untuk hadir sepenuhnya
pada saat ini, dan untuk mampu mengidentifikasi dan mengoptimalkan emosi positif yang
muncul (Bryant, 1989).Sambil menikmati, seseorang harus sadar bahwa pada momen tertentu,
orang juga dapat menikmati peristiwa masa lalu dan masa depan melalui ingatan dan
antisipasi mereka (Bryant et al., 2011; Chun et al., 2017).
Savoring Belief Inventory (SBI) adalah sebuah tes dalam pengukuran savoring dengan
tahap awal dengan penjelasan konseptual, digunakan untuk menghasilkan daftar 30
pernyataan sebagai indikator keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk menikmati
peristiwa positif melalui antisipasi, menikmati momen, atau mengenang. Setengah dari
pernyataan ini adalah bernilai positif dan setengahnya negatif. Petunjuk atau intruksi yang
menyertai SBI meminta responden untuk menunjukkan seberapa benar pernyataan tersebut
bagi mereka dengan skala 7 poin yang berkisar dari 'sangat setuju' (1) hingga 'sangat tidak
setuju' (7). Untuk setiap sampel, analisis ini mengungkapkan bahwa satu faktor dominan
mendasari respons terhadap SBI, meskipun plot layar dari nilai eigen menunjukkan bahwa
solusi tiga faktor yang mencerminkan dimensi kenikmatan yang berfokus pada waktu juga
dapat dicapai(Bryant, 2003).
Kemudian, analisis faktor konfirmatori kemungkinan maksimum (CFA) digunakan
melalui LISREL 8 (Joreskog & Sorbom, 1996) untuk mengevaluasi kesesuaian beberapa
model model pengukuran alternatif untuk SBI. Pertama, CFA digunakan untuk menguji
hipotesis bahwa matriks kovarians 24 item SBI setara di 5 sampel perguruan tinggi.
Statistik uji hipotesis ini n tidak signifikan, ÿ2 (1,200, < br >n=415) =1,262.54, p>.05,
menunjukkan bahwa kelima sampel mempunyai struktur faktor yang sama. Uji tambahan
kesetaraan matriks kovarians untuk mahasiswa laki-laki dan perempuan juga tidak
signifikan, ÿ2 (300, n=415)=338.77, p > 0.05, lebih lanjut menunjukkan bahwa struktur
faktor SBI tidak bervariasi berdasarkan gender. Oleh karena itu, sampel data universitas
dikumpulkan untuk dianalisis lebih lanjut. Empat model pengukuran diuji melalui CFA:
(a)
model membentuk elemen keseluruhan; (b) model tiga faktor mencakup faktor
keseluruhan dan faktor metode dengan jangkar positif dan negatif; (c) model tiga faktor
meliputi faktor Antisipasi, Menikmati Momen, dan Mengingat; dan (d) model lima faktor
yang terdiri dari faktor Antisipasi, Menikmati Momen, dan Mengingat serta faktor metode
penahan positif dan negatif. Tabel 1 menyajikan hasil CFA.
Savoring dalam kehidupan seseorang bermanfaat dan memiliki peran untuk mencapai
kebahagiaan, setiap individu juga mempunyai ukuran kebahagiaan yang berbeda-beda.
Kebahagiaan sendiri adalah suatu keadaan dimana seseorang lebih mengingat kejadian-
kejadian bahagia dibandingkan kejadian-kejadian yang sebenarnya terjadi dan melupakan
banyak kejadian-kejadian buruk (Seligman, 2002: 48). Dari teori yang dibangun oleh
Seligman (2002:80) dikatakan bahwa ada 3 jenis kebahagiaan, yaitu hidup yang
menyenangkan (Joy), hidup yang baik (Involvement) dan hidup yang bermakna. Dua jenis
kebahagiaan pertama bersifat subjektif, sedangkan jenis kebahagiaan ketiga lebih objektif
dan memiliki sesuatu yang lebih berharga dan bernilai dibandingkan kenikmatan indria.
Seligman (Rusdiana, 2017: 39) menjelaskan bahwa konsep kebahagiaan sejati
menyintesiskan tiga konsep kebahagiaan yang disebut “kehidupan penuh makna” (Bryant,
2003).
Seligman (2018:1) mengembangkan aspek inti kesejahteraan psikologis dan
kebahagiaan dan makna adalah “PERMA” (Positive emotion, Engagement, Relationship,
Meaning, accomplishment). Dari kelima faktor tersebut terdapat beberapa faktor yang
mendukung PERMA, antara lain: (1) emosi positif (perasaan baik, emosi positif,
optimisme, kegembiraan, dan kenikmatan), (2) keterlibatan (bekerja, melakukan hobi yang
menarik), (3) hubungan. (Masyarakat, Cinta, Keintiman, Interaksi emosional dan fisik),
(4) Makna (Memiliki tujuan hidup, menemukan makna hidup), (5) Prestasi (Ambisi,
Tujuan kenyataan, Prestasi, Kebanggaan).
4. Aspek-aspek Savoring
Bryant & Veroff (2007:21) menjelaskan aspek-aspek dari savoring antara lain:
Selain itu savoring ada juga Stoltz (2000: 3) menggambarkan kecerdasan adversity
sebagai kemampuan individu dalam menghadapi tantangan hidup. Dari sudut pandang
pendidikan, kecerdasan adversity adalah keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk
bertahan ketika menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan (Matore, Khairani, &
Razak, 2015: 2). Disamping itu ada definisi lain Parvathy & Praseeda (2014: 2)
menjelaskan bahwa kecerdasan adversity adalah kekuatan berpikir kreatif yang
mencerminkan kemampuan individu dalam menghadapi dan menemukan cara mengatasi
hambatan untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, dari berbagai definisi yang telah
dibahas di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa adversity Intelligence adalah kemampuan
individu dalam mengatasi hambatan dan kesulitan hingga menjadi peluang keberhasilan
dalam hidup.
a. Control (kendali) Dimensi ini akan menggambarkan mengendalikan diri ketika ada
masalah, bertahan menghadapi masalah, berpikir dan bertindak positif dalam situasi
yang sulit.
b. Origin atau Ownership (asal usul dan pengakuan) Dimensi ini akan menggambarkan
memahami timbulnya masalah, bertanggung jawab atas masalah yang terjadi.
c. Reach (jangkauan) Dimensi ini akan memberikan gambaran dalam membatasi
masalah agar tidak berdampak pada aspek kehidupan lain, mengetahui efek jangkauan
masalah.
d. Endurance (daya tahan) Dimensi ini akan memberikan gambaran dalam menganggap
masalah yang dihadapi bersifat sementara, memiliki keyakinan dapat mengatasi
masalah, tidak mudah menyerah saat menghadapi masalah.
(+) (-)
Mengantisipasi Strategi individu 1. Meningkatkan 1, 2 3,4
masa depan. dalam menikmati perasaan
pengalaman enyenangka.
secara positif
2. Menghargai 5, 6 7, 8
dengan cara
diri sendiri
meningkatkan
perasaan yang
menyenangkan
dan usaha untuk
menghargai diri
sendiri.
Menikmati Strategi individu 1. Memanfaatkan 9, 10 11, 12
Pengalaman dalam menikmati pengalaman
Masa Kini pengalaman saat ini.
secara positif 2. Merasa 13, 14 15, 16
dengan cara bahagia ketika
memanfaatkan menikmati
setiap momen saat
pengalaman yang ini
terjadi saat ini,
dan merasakan
situasi bahagia
ketika menikmati
pengalaman yang
terjadi saat ini.
Mengenang Strategi individu 1. Mensyukuri 17,18 19,20
pengalaman dalam menikmati pengalaman
positif di masa pengalaman masa lalu.
lalu. secara positif 2. Mengambil 21, 22 23, 24
dengan cara pelajaran di
mensyukuri dan masa lalu
mengambil
pelajaran di masa
lalu.
Tabel 2
Kisi-kisi Istrumen Kecerdasan Adversitas Siswa
(+) (-)
Pengendalian diri Sejauh mana 1. Mampu 1, 2 3, 4
(control C). individu memiliki mengendalikan
kemampuan diri ketika ada
untuk masalah.
mengendalikan 2. Mampu 5, 6 7, 8
diri ketika bertahan
menghadapi menghadapi
sebuah kesulitan. masalah.
3. Berpikir dan 9, 10 11, 12
bertindak
positif dalam
situasi yang
sulit.
Asal usul dan Individu 1. Memahami 13, 14 15, 16
pengakuan menyadari penyebab
(origin penyebab adanya timbulnya
dan ownership kesulitan dari diri masalah.
2. Bertanggung 17, 18 19,20
(O2)). sendiri (origin)
jawab atas
dan individu
masalah yang
bertanggung
terjadi.
jawab dengan
adanya kesulitan
yang terjadi
(ownership).
Jangkauan (reach Kemampuan 1. Mampu 21, 22 23, 24
atau R). individu dalam membatasi
menemukan masalah agar
solusi, tidak
menjangkau dan berdampak
membatasi pada aspek
masalah agar kehidupan
tidak menjangkau lain.
bagian dari 2. Mampu 25, 26 27, 28
kehidupan lain. mengetahui
efek jangkauan
masalah.
Daya tahan Kemampuan 1. Menganggap 29,30 31, 32
(endurance atau individu dalam masalah yang
E). mempersepsi dihadapi
kesulitan, dan bersifat
kekuatan dalam sementara.
menghadapi 2. Memiliki 33, 34 35, 36
kesulitan tersebut. keyakinan
dapat
mengatasi
masalah.
3. Tidak mudah
menyerah saat 37, 38 39, 40
menghadapi
masalah.
Ketentuan dalam penilaian Skoring
Teknik dalam pemberian skoring yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini
menggunakan skala Likert. Pada setiap item memiliki bobot nilai 1-5. Bobotnya
adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2016:93).
Skor 1 untuk pilihan jawaban sangat tidak seperti saya, menggambarkan kondisi
yang sangat tidak sesuai dengan dirinya.
Skor 2 untuk pilihan jawaban tidak seperti saya, menggambarkan kondisi yang
tidak sesuai dengan dirinya.
Skor 3 untuk pilihan jawaban agak seperti saya, menggambarkan kondisi yang
tidak terlalu seperti dirinya.
Skor 4 untuk pilihan jawaban kebanyakan seperti saya, menggambarkan kondisi
kebanyakan sama seperti dirinya.
Skor 5 untuk pilihan jawaban sangat seperti saya, menggambarkan kondisi yang
sangat sesuai seperti dirinya.
Tabel 3
Positif Negatif
Sangat Seperti Saya 5 1
Kebanyakan Seperti Saya
4 2
Agak Seperti Saya
3 3
Tidak Seperti Saya
2 4
Sangat Tidak Seperti Saya
1 5
BAB III PENUTUPAN
1. Kesimpulan
2. Saran
Kami selaku Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih memiliki
kekurangan sebab hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sempurna. Harapannya
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis sendiri dan orang lain yang.
Daftar Pustaka
Bryant, F. B. (2003). Savoring Beliefs Inventory (SBI): A scale for measuring beliefs about
savouring. Journal of Mental Health, 12(2), 175–196.
https://doi.org/10.1080/0963823031000103489
III, B. A. B., & Penelitian, A. P. (2019). No Title.
https://www.scribd.com/document/494284224/Bab-3-NISA
Pitts, M. J., Fanari, A., Cooper, R. A., Jiao, J., & Kim, S. (2023). The Grounded Model of
Communication Savoring: Theory Development and Age Cohort Study. American
Journal of Qualitative Research, 7(3), 139–159. https://doi.org/10.29333/ajqr/13399
Smith, J. L., & Hanni, A. A. (2019). Effects of a Savoring Intervention on Resilience and
Well-Being of Older Adults. Journal of Applied Gerontology, 38(1), 137–152.
https://doi.org/10.1177/0733464817693375