Disusun Oleh:
2012
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI
PADA NY. G UMUR 38 TAHUN G5P3Ab1Ah3 UK 32+2 MINGGU
DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
Tanggal………..
Disusun Oleh:
Menyetujui
( ) ( )
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Pada tanggal……………….
Mengetahui
( ) ( )
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Angka kematian maternal masih menjadi tolak ukur untuk menilai baik
buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia
Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu
421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000
kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu
295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka
Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi
(20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan
kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan,
penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang
belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum, kasus ini masih
menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena
faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta
punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu
hamil patologi dengan plasenta previa totalis di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data pada Ny.G dengan
plasenta previa totalis.
b. Mahasiswa mampu melakuan interpretasi data pada Ny.G dengan plasenta
previa totalis.
c. Mahasiswa dapat mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial pada
Ny.G dengan plasenta previa totalis.
d. Mahasiswa dapat membuat antisipasi masalah atau kolaborasi pada kasus
Ny.G dengan plasenta previa totalis.
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny.G
dengan plasenta previa totalis.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
pemecahan pada Ny.G dengan plasenta previa totalis.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada Ny.G
dengan plasenta previa totalis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (FKUI, 2000).
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat
pembentukan segmen bawah rahim (Cunningham 2006).
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI).
B. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks
saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba
memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum
ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.
C. Etiologi
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging).
2. Usia lebih dari 35 tahun.
3. Multiparitas.
4. Pengobatan infertilitas.
5. Multiple gestation.
6. Erythroblastosis.
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
8. Keguguran berulang.
9. Status sosial ekonomi yang rendah.
10. Jarak antar kehamilan yang pendek.
11.Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya
bekas operasi rahim (bekas sesar, atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan
bawaan rahim.
D. Tanda dan gejala
1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil.
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
11. Presentasi mungkin abnormal.
Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan
tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya.
Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi
abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan
kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen
bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias diletakkan akan
mengakibatkan robekan pada tempat peletakan plasenta yang diikuti oleh
pendarahan dari pembuluh-pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut
diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut-serabut otot miometrium
segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias
menekan pembuluh darah yang ruptur sebagaimana terjadi secara normal ketika
terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala tiga
persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau
akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta
kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak
setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam
segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasenta dilahirkan, mengingat
segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek
dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas
segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat
laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha
untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.
E. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
a. Kehamilan kembar (gemeli).
b. Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
a. Malnutrisi ibu hamil.
b. Melebarnya plasenta karena gemeli.
c. Bekas seksio sesarea.
d. Sering dijumpai pada grande multipara.
3. Terlambat implantasi :
a. Endometrium fundus kurang subur.
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
F. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus,
dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah
agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai
dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus
sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
G. Diagnosa dan Gambaran Klinis
1. Anamneses
a. Gejala pertama: perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III
b. Sifat perdarahan: tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang
c. Sebab perdarahan: plasenta dan pembuluh darah yang robek, terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rektal.
2. Inspeksi
a. Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
b. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
3. Palpasi abdomen
a. Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
b. Sering dijumpai kesalahan letak
c. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating.
H. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b. Anemia karena perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
I. Penatalaksaan Plasenta Previa
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
a. Istirahat.
b. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
c. Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan
perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan
bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah
sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
2. Penanganan aktif bila :
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
a. Persalinan per vaginam.
b. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi
(double set up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan
dalam didapatkan :
a. Plasenta previa marginalis
b. Plasenta previa letak rendah
c. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah
matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan
atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti
dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips. Bila
terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
3. Penanganan (pasif)
a. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke
Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
b. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus,
kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari
2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan;
spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
c. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua
mungkin supaya tidak prematur
d. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa
dan janin prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan
persalinan dengan menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-
besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang
memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik, penghindaran
setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus
larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus
oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala
dapat diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah
migrasi plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak
lagi menjadi permasalahn utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang
luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan
30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam.
Logika untuk melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :
1. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti
2. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi
serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada
plasenta previa totalis serta parsial.
J. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
1. Karena terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat masuk
PAP. Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak kepala
mengapung.
2. Sering terjadi partus prematur; rangsangan koagulum darah pada servix,
jika banyak placenta yang lepas kadar progesterone menurun dan dapat
terjadi His, pemeriksaan dalam.
K. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus
1. Letak janin yan tidak normal; partus akan menjadi patologis.
2. Bila pada placenta previa lateralis; ketuban pecah/dipecahkan dapat terjadi
prolaps funkuli.
3. Sering dijumpai insersi primer.
4. Perdarahan.
L. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1. Seksio Sesarea
Seksio Sesarea merupakan metode persalinan janin yang bisa diterima
hampir pada semua kasus plasenta previa. Jika letak janin plasenta cukup jauh
di posterior sehingga segmen bawah uterus dapat diinsisi tranversal tanpa
mengenai jaringan plasenta dan jika posisi sefalik, maka insisi yang disukai
adalah insisi transversal.
2. Prognosis
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal, sekalipun
penatalaksanaan plasenta previa seperti yang diharapkan sudah dilakukan.
M. Manajemen Kebidanan Menurut Varney
Langkah 1. Pengumpulan Data Dasar
- Pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap (subyektif dan obyektif)
- Riwayat kesehatan
- Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
- Catatan terbaru atau sebelumnya
- Data laboratorium, pemeriksaan penunjang, dll
Langkah 2. Interpretasi Data Dasar
- Identifikasi terhadap diagnosis dan kebutuhan klien berdasar data yang
diperoleh dan dengan interpretasi yang benar
- Diagnosis kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur, yaitu:
- Diakui dan disyahkan oleh profesi
- Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
- Memiliki ciri khas kebidanan
- Dapat diselesaikan dengan pendekatan menejemen kebidanan
Langkah 3. Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
- Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
Dituliskan juga data dasar yang mendukung
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI
PADA NY. G UMUR 38 TAHUN G5P3Ab1Ah3 UK 32+2 MINGGU
DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
No. MR : 773222
Masuk tanggal : 09 Desember 2012
Jam : 09.00 WIB
Ruang : Flamboyan
I. PENGKAJIAN
Tgl/jam : 10 Desember 2012/ 13.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. G Tn. S
Umur : 38 tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMK SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku Bangsa : WNI WNI
Alamat : Gunung Wuled Rt 03/01, Rembang
2. Anamnesa
a. Alasan kunjungan saat ini :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, ini adalah
kunjungan ulang ibu.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 07.00 WIB
tangggal 09/12/2012,dan keluar darah jam 07.00 WIB tanggal
09/12/2012.
c. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke :1
Menikah sejak umur : 22 tahun
Lama perkawinan : ± 12 tahun
Status perkawinan : Syah menurut Negara dan agama
b) Riwayat Haid
Menarche : ± 13 tahun
Lama menstruasi : ± 7 hari
Banyaknya : ibu ganti pembalut 2x dalam sehari
Teratur/tidak : teratur
Sakit/tidak : tidak
Siklus : 28 hari
HPHT : 25 April 2012
HPL : 02 Februari 2013
UK : 32+2 minggu
f. Riwayat Obstetrik
G5P3Ab1Ah3
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 158 cm
BB : sebelum hamil : 52 kg sekarang : 59 kg
LILA : 27 cm
Vital Sign : TD : 130/90 mmHg N : 82x/menit
Rr : 20x/menit S : 36,50 C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bentuk mesochepal, rambut warna hitam, bersih,
tidak rontok, serta tidak berketombe.
b. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil
positif, tidak ada gangguan penglihatan.
c. Muka : bentuk simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip,
fungsi penciuman normal, simetris, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
e. Mulut dan gigi : bentuk simetris, tidak ada caries maupun
stomatitis, keadaan mulut bersih, fungsi
pengecapan baik, kebersihan cukup.
f. Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi
pendengaran baik.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis.
h. Dada : bentuk dada simetris kanan dan kiri.
i. Payudara : simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,
hyperpigmentasi pada areola mammae, tidak ada
bekas luka operasi.
j. Abdomen : bentuk simetris, pembesaran sesuai dengan usia
kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, ada linea
nigra hiperpigmentasi, ada striae gravidarum.
Leopold I : TFU 1/2 pusat ke procesus xipoideus, bagian
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
kesimpulan bokong.
Leopold II : bagian kanan teraba panjang, keras, memanjang
seperti papan (punggung janin) dan bagian kiri
teraba tonjolan-tonjolan kecil yang tidak penuh
kesimpulan ekstremitas janin.
Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting,
bisa digoyangkan kesimpulan kepala.
Leopold VI : kedua tangan masih bertemu (konvergen), kepala
belum masuk PAP.
TFU menurut Mc.donald : 28 cm
TBJ : (TFU-12) x 155 = (28-12) x 155 = 2.480 gram.
DJJ : terdengar jelas, 136x/menit kuat dan teratur.
His : tidak ada his
k. Genetalia : tidak ada benjolan abnormal dan varises,
perdarahan hanya flek saja, warna kecoklatan.
l. Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema.
Bawah : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedema
pada kaki, reflek patella kanan/kiri: positif.
3. Pemeriksaan penunjang :
Golongan darah :O
Tanggal 10 Desember 2012 : Hb 12,7 gr%
Tanggal 10 Desember 2012 : Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin : L 10,2 g/dL
Leukosit : H 12.300/uL
Hematokrit : L 30 %
Eritrosit : L 3,8 10^6/uL
Trombosit : 315.000/uL
Tanggal 10 Desember 2012 : Pemeriksaan urin
Protein : negatif
Glukosa : 100mg/dL
Hasil USG tanggal 10-12-2012 : Tampak janin presentasi kepala, kepala
BPD= 83,5 sesuai kehamilan 33 minggu, Placenta di SBR belakang
meluas sampai menutupi Osteum Uteri Internum Grade II.
VI. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam: 10 Desember 2012 / 13.15 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital meliputi tekanan
darah, suhu, nadi dan respirasi.
2. Memonitor perdarahan dan memonitor DJJ tiap satu jam sekali.
3. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan ibu saat ini, bahwa plasenta atau ari-
ari ibu letaknya berada di bawah dan menutupi jalan lahir. Dengan keadaan
seperti ini ibu tidak bisa melakukan persalinan normal, dan kelahiran bayi
akan di tolong dengan operasi caesar. Tapi karena saat ini umur kehamilan
ibu belum mencukupi untuk melahirkan bayinya, sebisa mungkin kehamilan
ibu dipertahankan dahulu sampai nanti umur kehamilannya mencukupi.
4. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan tidak sering-sering turun dari
tempat tidur.
5. Memberitahu ibu untuk segera menghubungi petugas kesehatan bila ibu
mengalami perdarahan yang banyak dari vagina.
6. Memberi ibu terapi obat sesuai anjuran dokter yaitu Nifedipin 10 mg 3x1.
Dexamethasone 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam untuk mempercepat
pematangan paru bayi.
7. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp. Og untuk perencanaan selanjutnya.
8. Mendokumentasikan hasil tindakan di catatan rekam medic.
VII. EVALUASI
Tgl/Jam: 10 Desember 2012 / 13.25 WIB
1. KU : Baik Kesadaran : composmentis
TD : 130/90 mmHg N : 82x/m R : 20x/m S : 36,50
2. Perdarahan : ibu masih mengeluarkan flek darah, tapi hanya sedikit saja.
DJJ : 136x/menit, teratur.
3. Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini dan sudah bisa menerimanya
dengan ikhlas.
4. Ibu bersedia untuk cukup istirahat dan tidak sering turun dari tempat tidur.
5. Ibu mengerti dan bersedia memanggil petugas kesehatan bila mengalami
perdarahan yang banyak dari vagina.
6. Ibu sudah menerima terapi obat dan bersedia meminumnya sesuai dosis yang
diberikan.
7. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk rencana selanjutnya.
8. Hasil tindakan sudah di dokumentasikan.
PEMANTAUAN SETELAH PENGKAJIAN
- Ibu sudah diberi terapi Nifedipine 3x10 mg sehari dan injeksi Dexamethasone
6 mg secara IM sebanyak 4 kali.
- Keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu dalam keadaan baik.
- Perdarahan pada ibu sudah berhenti.
- Instruksi dokter ibu diperbolehkan pulang pada tanggal 11 Desember 2012.
Akan tetapi karena keterbatasan waktu maka penulis tidak dapat mengetahui
perkembangan klien selanjutnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengumpulan Data
Pada langkah pengumpulan data ini sudah sesuai dengan teori, tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
2. Interpretasi Data
Dari kasus yang ditemukan pada Ny “G” G5P3Ab1Ah3, usia 38 tahun,
umur kehamilan 32+5 minggu, janin hidup, intra uteri, tunggal, punggung kanan,
presentasi kepala, dengan plasenta previa totalis, dapat disimpulkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek.
3. Mengindentifikasikan diagnose atau masalah potensial
Dari hasil anamnesa maupun hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obstretri, maupun pemeriksaan penunjang ditemukan adanya masalah potensial
yaitu IUFD.
4. Identifikasi Kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada Kasus Ny “G” dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu
dengan plasenta previa totalis, antara teori dan praktik sudah sesuai.
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang diberikan pada Ny.”G” berdasarkan hasil
anamnesa dan juga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
6. Melaksanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di
uraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
7. Evaluasi
Pada diagnosis di atas penulis tidak menemukan kesenjangan antara
praktik, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang telah dilakukan berdasarkan
masalah yang muncul.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Seorang ibu Ny “G”
G5P3Ab1Ah3 usia 38 tahun, umur kehamilan 32+2 minggu, janin hidup, intra
uteri, tunggal, punggung kiri, presentasi kepala, dengan plasenta previa totalis di
dapatkan bahwa pada tinjauan kasus muncul masalah keluar darah dari jalan lahir
maka penulis dapat melaksanakan/menganalisis tentang pengkajian data subjektif
dan objektif, merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan serta melakukan
evaluasi pada masalah tersebut.
Pada diagnosis di atas penulis tidak menemukan kesenjangan antara
praktik, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang telah dilakukan berdasarkan
masalah yang muncul.
B. Saran
Bagi RS
Untuk mempertahankan profesionalisme sehingga pelayanan pada
klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Bagi Ny.G
Hendaknya waspada terhadap komplikasi yang mungkin terjadi
seperti halnya plasenta previa totalis.
DAFTAR PUSTAKA