Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

“KELAINAN PAYUDARA”

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 2 SEPTEMBER – 9 NOVEMBER 2013
KELAINAN PADA PAYUDARA/ BREAST DISEASE/ DISORDER

1
Kelainan pada payudara
I. Pendahuluan
II. Anatomi dan Fisiologi
ANATOMI
Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas-batas payudara yang tampak dari luar:
- Superior : iga II atau III
- Inferior : iga VI atau VII
- Medial : pinggir sternum
- Lateral : garis aksilaris anterior.
Batas-batas payudara yang sesungguhnya:
- Superior : hampir sampai ke klavikula
- Medial : garis tengah
- Lateral : m.latissimus dorsi
Struktur Payudara
Payudara terdiri dari berbagai struktur :
- parenkim epitelial
- lemak, pembuluh darah, saraf dan saluran getah bening
- otot dan fascia

Gambar 1. Anatomi payudara.


Parenkim epitelial dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus,yang masing-masing mempunyai
saluran tersendiri untuk mengalirkan produknya,dan bermuara pada papila mamae, yang
disebut duktud laktiferus. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing
terdiri dari 10-100 asini grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula
mammae.

2
Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis superfisialis dimana permukaan anterior dan
posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang berfungsi sebagai penyangga/rangka
payudara
.
Sistem Limfatik Payudara
Pembuluh getah bening
Pembuluh getah bening aksila:
Pembuluh getah bening aksila ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola
mammae, kwadran lateral bawah dan kwadran lateral atas payudara.
Pembuluh getah bening mammaria interna:
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
Pembuluh ini berjalan diatas fascia pektoralis lalu menembus fascia tersebut, dan masuk
kedalam m.pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes
menembus m.interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna.
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria
interna. Sebagian akan bermuara pada v.cava, sebagian akan bermuara pada duktus torasikus
(untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kwadran medial bawah payudara. Pembuluh
ini berjalan-jalan bersama vasa epigastrika superior, menembus fascia rektus dan masuk
kedalam m.rektus abdominis. Saluran ini bermuara kedalam kelenjar getah bening
preperikardial anterior yang terletek ditepi atas diafragma diatas ligamentum falsiforme.
Kelenjar getah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum
falsiforme dan bagian antero- superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui
trunkus limfatikus mammaria interna.

Kelenjar-kelenjar getah bening


Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksila:
Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Untaian kelenjar ini terletak dibawah tepi lateral m.pektoralis mayor, sepanjang tepi medial
aksila. Grup ini dibagi dalam dua kelompok.
a) Kelompok superior:Kelompok kelenjar getah bening ini terletak setinggi interkostal II-
III.
b) Kelompok inferior.Kelompok kelenjar getah bening ini terletak setinggi interkostal IV-V-
VI.

3
1. Kelenjar getah bening skapula.
Kelenjar getah bening terletak sepanjang vasa subskapularis dan torako-dorsalis, mulai dari
percabangan v.aksilaris menjadi vena subskapularis, sampai ke tempat masuknya v.torako-
dorsalis kedalam m.latissimus dorsi.
2. Kelenjar getah bening sentral (Central Nodes)
Kelenjar getah bening ini terletak dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang
beberapa diantaranya terletak sangat superfisisal, dibawah kulit dan fascia pada pusat ketiak,
kira-kira pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah
kelenjar yang relatif mudah diraba. Dan merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya.
3. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s Nodes)
Kelenjar getah bening ini terletak diantara m.pektoralis

Gambar 2. Sistem limfatik payudara

4. Kelenjar getah bening v.aksilaris.


Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksilaris bagian lateral, mulai dari white tendon
m.latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v.aksilaris–v.torako-akromialis.
5. Kelenjar getah bening subklavikula.
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v.aksilaris,mulai dari sedikit medial percabangan
v.aksilaris–v.torako-akromialis sampai dimana v. aksilaris menghilang di bawah tendo
m.subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar aksila yang tertinggi dan termedial letaknya.

4
Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksila masuk kedalam
kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksila ini terletak dibawah fascia kostokorakoid.
6. Kelenjar getah bening prepektoral
Kadang-kadang terletak dibawah kulit atau didalam jaringan payudara kwadran lateral atas
disebut prepektoral karena terletak diatas fascia pektoralis.
Kelenjar getah bening mammaria interna.
Kelenjar-kelenjar ini tersebar sepanjang trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm
dari pinggir sternum. Terletak didalam lemak diatas fascia endotorasika, pada sela iga.
Diperkirakan jumlah kelenjar ini ada 6-8 buah.

FISIOLOGI
Fase perkembangan payudara timbul sebagai hasil efek mamotropik sekresi hormon ovarium
dan hipofisis anterior, dimana payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi
hormon:
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilisasi, sampai ke klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang di produksi ovarium dan juga hormon hipofisa telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi, sekitar hari ke-8
menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan
foto mamogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai,
semuanya berkurang.
Perubahan ketiga, perubahan yang terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air
susu di produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melaui duktus
ke puting susu
Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-kelenjar yang
bertanggungjawab terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah bersalin. Setiap
payudara terdiri dari sekitar 15-25 lobus berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu,

5
dan sebuah bentukan seperti kantung-kantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran
untuk mengalirkan air susu ke puting susu disebut duktus. Sekitar 15-20 saluran akan menuju
bagian gelap yang melingkar di sekitar puting susu (areola) membentuk bagian yang
menyimpan air susu (ampullae) sebelum keluar ke permukaan.
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Bentuk payudara
mulai terbentuk lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi pertama kali. Hamil dan
menyusui akan menyebabkan payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan
(atrofi) setelah menopause.
Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara dibatasi oleh tulang selangka
(klavikula) dan tulang dada (sternum). Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan
otot yang berada pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Kelenjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang berguna untuk melawan penyakit.
Kelenjar getah bening didrainase oleh jaringan payudara melalui saluran limfe dan menuju
nodul-nodul kelenjar di sekitar payudara samapi ke ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe
berperan penting pada penyebaran kanker payudara terutama nodul kelenjar di daerah ketiak.

III. Klasifikasi
Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada
perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi. Terdapat 3 siklus
kehidupan yang dapat menggambarkan perbedaan fase reproduksi pada kehidupan wanita
yang berkaitan dengan perubahan payudara, yaitu :
 Pada fase reproduksi awal (15-25 tahun) terdapat pembentukan duktus dan stroma
payudara. Pada periode ini umumnya dapat terjadi benjolan FAM dan juvenil
hipertrofi (perkembangan payudara berlebihan)
 Periode reproduksi matang (25-40 tahun). Perubahan siklus hormonal mempengaruhi
kelenjar dan stroma payuddara
 Fase ketiga adalah involusi dari lobulus dan duktus yang terjadi sejak usia 35-55
tahun

Kelainan-kelainan pada payudara


1. Kelainan pertumbuhan
Bila seorang wanita dewasa payudaranya tak berkembang, mungkin
penyebabnya agenesis ovarium atau kelainan hormonal lain, tetapi ada juga yang

6
hanya karena akil baligh yang terlambat. Sebaliknya, akil baligh juga dapat terjadi
lebih cepat.
Hipertrofi payudara dewasa atau makromastia jarang disebabkan oleh kelainan
hormonal, tetapi sering karena obesitas. Payudara terasa berat dengan nyeri yang
menjalar ke bahu, leher, dan punggung, terutama sebelum haid. Puting susu turun
karena kulit,lemak, dan parenkimnya bertambah. Dalam mendiagnosa makromastia
harus disingkirkan dulu kemungkinan karsinoma mamma. Terapinya adalah
mastoplastik berupa operasi reduksi mamma.

Ginekomastia
Ginekomastia adalah hipertrofi payudara lelaki. Hipertrofi ini pada masa
remaja sering ditemukan berupa cakram yang nyeri sebesar 2 sampai dengan 3 cm,
biasanya bilateral. Dalam waktu 1 tahun, kelainan ini akan surut normal kembali.
Ginekomastia biasanya ditemukan pada pria usia lebih dari 65 tahun, terutama pada
orang gemuk. Penyakit hati, seperti kanker atau sirosis hati, karsinoma testis, tumor
anak ginjal, hiperthiroidisme, dan hipogonadisme, mungkin disertai ginekomastia.
Banyak obat yang dapat menyebabkan ginekomastia, seperti hormon (estrogen,
androgen), antihipertensi, digitalis, simetidin, diazepam, amfetamin, dan
kemoterapeutik kanker.

Gambar genikomastia
Ginekomastia harus dicari penyebabnya walaupun 50% tidak dapat ditentukan.
Diagnosis dapat dibuat dengan biopsi dan/atau mamografi. Diagnosis banding
ginekomastia unilateral adalah karsinoma payudara.
Kalau kelainan ini mengganggu, termasuk kosmetik dapat dianjurkan ablasi subkutan.

7
2. Kongenital
Benjolan spence merupakan lanjutan jaringan mamma ke aksila sehingga tidak dapat
tergolong kelainan kongenital. Kelainan kongenita mamma meliputi:
Amastia
Amastia adalah keadaan dimana tidak terdapat kelenjar payudara.
Breast aplasia Atau amastia, merupakan kondisi dimana jaringan payudara, areola
dan puting payudara tidak ada pada tubuh seorang wanita.
Amastia muncul dalam dua kondisi :
1. Unilateral amastia, adalah kondisi dimana payudara hanya tumbuh di satusisi,
yang sering dikaitkan dengan tidak tumbuhnya otot pertoral yangseharusnya
tumbuh di depan dada.
2. Bilateral amastia adalah kondisi dimana kedua payudara tidak tumbuh , biasanya
dikatakan sebagai kecacatan lahir (multiple congenital anomalies) yang biasanya
juga akan terkait bagian tubuh yang lain

Mamma aksesoris
Mamma aksesoris adalah terdapatnya lebih dari dua payudara
tanpa jaringan payudara yang terlentak di garis susu mulai dari aksila sampai regio
inguinal.

8
Mamma aberan
Mamma aberan merupakan kelainan dimana jaringan payudara berkembang
tidak pada tempatnya, daerah berkembangnya jaringan payudara sampai ke ketiak
(axilla), sehingga pasien sering mengeluh sakit pada daerah ini.

Ada 3 unsur terdapat pada mamma aberan tersebut :


1. Parenkim kelenjar susu
2. Areola dan
3. Papilla mama
Kadang-kadang ketiga unsur tersebut ditemukan secara histopatologik,tapi
kadang-kadang hanya satu unsur saja

3. Infeksi
a. Mastitis
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.Pada
infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara(penimbunan nanah di
dalam payudara).Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak
ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal
darimulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakandi kulit
(biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling seringterjadi
dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanitamenyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelahmelahirkan.Pada wanita pasca menopause,
infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang
terletak di bawah puting susu.Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan
penyumbatansaluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat
inimenyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.Ada tiga jenis mastitis yaitu
mastitis periductal, mastitis pueperalis, danmastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini
muncul akibat penyebab yang berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda.
1. Mastitis periductal

9
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelangmenopause,
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan
mamary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya penyumbatan pada
saluran di payudara. Pada wanita usia 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki
menopause, beberapa pemicu reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas
menyusui di masa lalu.
Faktor penyebab penyumbatan yang utama ialah jaringan yang mati dan air susu
itu sendiri.Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara inimenyebabkan
buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan salurandi belakangnya, yang
biasanya terletak di belakang puting payudara. Hasilakhirnya ialah reaksi peradangan
yang disebut mastitis periductal.
2. Mastitis pueperalis
Mastitis pueperalis atau disebut juga lactational mastitis, jenis ini banyak diidap
wanita hamil atau menyusui. Sekitar 90 % penyebab utama mastitis jenis ini adalah akibat
kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal ini dikarenakan air susu merupakan media
yang subur bagi pengembangbiakan berbagai jenis kuman. Jenis kuman yang paling
umum ditemui pada mastitis ini adalah staphylococus aureus,
yang bisa ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung. Ibu yang sedang menyusui,
bisa mendapatkan kumanini dari kontak dengan mulut bayi, tapi bisa juga dilakukan
penularansebaliknya.
3. Mastitis supurativa
Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan
jenissebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu bisa
juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Infeksi kumanTBC memerlukan
penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganan tidak tuntas, bukan mustahil langkah
mastektomi/ pengangkatan payudara harusdilakukan.
4. Fistel paraareola
Fistel paraareola tidak jarang di temukan pada pelebaran duktus laktiferus. Salah satu
duktus dapat tersumbat dan melebar karena sekret yang kental sehingga menyebabkan
perangsangan dan radang disekitar duktus. Tidak jelas apakah dilatasi lebih dulu baru
terjadi kebocoran atau proses dimulai dengan inflamasi yang menyebabkan kerusakan
elastisitas dinding duktus sehingga terjadi dilatasi.
Proses ini ditandai dengan keluarnya cairan yang hemoragik atau serous dari puting,
atau keluarnya bahan kental seperti mentega dari satu duktus. Sering tampak retraksi

10
dibawah puting karena proses kronik berupa fibrosis. Mungkin terbentuk abses yang bila
tembus mengakibatkan fistel, biasanya di pinggir areola. Fistel ini umumnya harus di
eksisi. Eksisi yang tidak lengkap akan menyebabkan kekambuhan.

4. Tumor jinak
Tumor jinak memiliki berbagai bentuk, antara lain :
Kelainan fibrokistik
Perubahan fibrokistik adalah ragam kelainan dimana terjadi akibat dari
peningkatan dan distorsi perubahan siklik payudara yang terjadi secara normal selama
daur haid. Perubahan fibrokistik dibagi menjadi perubahan nonproliferatif dan
perubahan proliferatif. Perubahan nonproliferatif mencakup kista dan fibrosis tanpa
hiperplasia sel epitel (perubahan fibrokistik sderhana). Perubahan proliferatif
mencakup serangkaian hiperplasia sel epitel duktulus atau duktus banal atau atipikal
serta adenosis sklerotikans.
Perubahan nonproliferatif ditandai dengan peningkatan stroma fibrosa disertai oleh
dilatasi duktus dan pembentukan kista dengan berbagai ukuran. Stroma mengelilingi
semua bentuk kista biasanya terdiri atas jaringan fibrosa yang kehilangan gambaran
miksomatosa. Infiltrat limfositik stroma sering ditemukan pada lesi ini dan varian lain
perubahan fibrokistik. Perubahan proliferatif meliputi hiperplasia epitel dan adenosis
sklerotikans. Istilah hiperplasia epitel dan perubahan fibrokistik proliferatif mencakup
serangkaian lesi proliferatif di dalam duktulus, duktus terminalis, dan kadang-kadang
lobulus payudara. Sebagian hiperplasia epitel ini bersifat ringan dan teratur serta tidak
membawa resiko karsinoma, tetapi di sisi lain hiperplasia atipikal mamiliki resiko
signifikan. Adenosis sklerotikans memiliki gambaran klinis dan morfologi mirip
dengan karsinoma. Di lesi ini rampak mencolok fibrosis intralobularis serta proliferasi
duktulus kecil dan asinus. Pertumbuhan berlebihan jaringan fibrosa ini mungkin
menekan lumen asinus dan duktus sehingga keduanya tampak sebagai genjel-genjel
sel. Adanya lapisan ganda epitel dan identifikasi elemen mioepitel menandakan
bahwa kelainannya bersifat jinak.
Gejala-gejalanya berupa pembengkakan dan nyeri tekan pada payudara
menjelang periode menstruasi. Tanda-tandanya adalah teraba massa yang bergerak
bebas pada payudara, terasa granularitas pada jaringan payudara, dan kadang-kadang
keluar cairan yang tidak berdarah dari puting. Banyak perempuan tidak mengeluhkan
gejala dan baru mencari pemeriksaan kesehetan setelah meraba adanya massa.

11
Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang banyak terdapat pada wanita muda.
Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Benjolan
ini biasanya tidak nyeri, bisa tumbuh banyak (multipel). Tumor ini terdiri dari
jaringan fibrosa yang berbentuk bulat, licin, berkonsistensi padat kenyal, berbatas
tegak, dan mudah digerakkan. Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya
tunggal, dan bergaris tengah 1 hingga 10 cm. Lesi mungkin membesar pada akhir
daur haid dan selama hamil. Pada pascamenopause, lesi mungkin mengecil dan
mengalami kalsifikasi. Walaupun jarang, tumor mungkin dapat multipel dan bergaris
tengah lebih dari 10 cm (fibroadenoma raksasa). Peningkatan mutlak atau nisbi
aktivitas estrogen diperkirakan berperan dalam proses pembentukannya, dan lesi
serupa mungkin muncul bersamaan dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis).
Fibroadenoma biasanya teradi pada perempuan muda dimana insidensi puncak pada
usia 30-an. Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali selama kehamilan dan menyusui atau
menjelang menopause saat rangsangan estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor
jenis ini tidak ditemukan lagi. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.
Pananganan fibriadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.
Sistosarkoma filoides merupakan salah satu tipe dari fibriadenoma yang dapat
kambuh jika tidak diangkat dengan sempurna

Gambar 3. Fibroadenoma mammae

Tumor filoides
Tumor phylloides adalah fibroadenoma besar di payudara, dengan stroma
serupa-sarkoma yang sangat selular. Tumor ini termasuk neoplasma jinak, namun

12
kadangkala dapat menjadi ganas. Tumor ini bersifat agresif lokal dan dapat
bermetastasis, dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Umumnya, tumor ini
berdiameter 3 hingga 4 cm, namun dapat tumbuh hingga berukuran besar, mungkin
masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi dan menjadi kistik.
Karena pada potongan memperlihatkan celah yang mirip daun, maka tumor ini
disebut tumor filoides. Perubahan yang paling merugikan adalah terjadinya
peningkatan selularitas stroma disertai anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi,
selain itu peningkatan ukuran secara pesat, biasanya dengan invasi jaringan payudara
di sekitarnya oleh stroma maligna. Sebagian besar tumor ini tetap lokalisata dan
disembuhkan dengan eksisi. Lesi maligna mungkin kambuh, tetapi lesi ini juga
cenderung terlokalisasikan

Papiloma intraduktus
Papiloma intraduktus adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu
saluran air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di bawah areola payudara.
Sebagian besar lesi bersifat soliter, ditemukan di dalam sinus atau duktus laktiferosa
utama. Lesi ini menimbulkan gejala klinis berupa : (1) keluarnya discharge serosa
atau berdarah dari puting payudara; (2) adanya tumor subareola kecil dengan garis
tengah beberapa milimeter sehingga terlalu kecil untuk dipalpasi; atau (3) retraksi
puting payudara (jarang terjadi). Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di
beberapa duktus atau papilometosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas,
sedangkan papiloma soliter hampir selalu tetap jinak.

Adenosis sklerosis
Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara
histopatologi tampak proliferasi jinak.

Mastitis sel plasma


Tumor ini merupakan radang subakut yang didapat pada sistem saluran di
bawah areola payudara. Gambarannya sulit dibedakan dengan tumor ganas yaitu
berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu
akibat pembentukan jaringan ikat (fibrosis) sekitar saluran dan bisa terdapat
pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

13
Nekrosis lemak
Biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering agak nyeri
tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya biasanya tidak
rata. Secara klinis, sukar dibedakan dengan tumor ganas.
Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedanghamil
atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat sepertikanker. Biasanya
galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan,walaupun dapat juga keras dan
susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokelsama seperti kista lainnya, biasanya
tanpa melakukan tindakan apapun.Apabila diagnosis masih diragukan atau galaktokel
menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan drainase dengan aspirasi
jarum halus.

Kelainan lain
Tumor jinak lemak (Lipoma), tumor jinak otot polos (leimioma), dan kista
sebasea (kelenjar minyak) merupakan tumor yang mungkin terdapat di payudara tetapi
tidak bersangkutan dengan jaringan kelenjar payudara.

5. Tumor ganas
Tumor ganas atau kanker payudara juga memiliki beberapa tipe, antara lain :
Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS)
Merupakan tipe kanker payudara yang paling dini dan terbatas hanya di dalam
sistem duktus.
Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC)
Tipe yang paling sering terjadi, mencapai 78% dari semua keganasan. Pada
pemeriksaan mammogram didapatkan lesi berbentuk seperti bintang (stellate) atau
melingkar. Apabila lesi berbentuk seperti bintang maka prognosis atau angka
kesembuhan pasien sangat rendah.
Medullary Carcinoma
Tipe ini paling sering terjadi pada wanita berusia akhir 40 tahun dan 50 tahun.
Menghasilkan gambaran sel seperti bagian abu-abu (medulla) pada otak. Terjadi
sebanyak 15% dari kasus kanker payudara.
Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC)

14
Tipe kanker payudara yang biasanya tampak sebagai penebalan di kuadran
luar atas dari payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi hormon. Terjadi
sebanyak 5% dari kasus kanker payudara.
Tubular Carcinoma
Tipe ini banyak ditemukan pada wanita usia 50 tahun keatas. Pada
pemeriksaan mikroskopik gambaran struktur tubulusnya sangat khas. Terjadi
sebanyak 2% dari kasus kanker payudara dan angka 10 ysr (year survival rate)
mencapai 95%.
Mucinous Carcinoma (Colloid)
Kanker payudara yang angka kesembuhannya paling tinggi. Perubahan yang
terjadi terutama pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit ditentukan. Terjadi
sebanyak 1%-2% dari seluruh kasus kanker payudara.
Inflammatory Breast Cancer (IBC)
Tipe kanker payudara yang paling agresif dan jarang terjadi. Kanker ini dapat
menyebabkan saluran limfe pada payudara dan kulit terbuntu. Disebut inflammatory
(keradangan) karena penampakan kanker yang membengkak dan merah. Di Amerika,
terjadi 1%-5% dari seluruh kasus kanker payudara.

IV. Diagnosis
Tumor (benjolan) pada payudara, terutama jenis yang ganas pada umumnya
tidak memiliki gejala di awal dan hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan fisik
secara teliti atau skrining menggunakan mammografi. Selama fase premenstruasi,
kebanyakan wanita mengalami pembesaran serta benjolan pada payudaranya serta
payudara menjadi mengeras. Hal ini dapat mengaburkan pemeriksaan payudara untuk
mencari benjolan yang dicurigai. Pemeriksaan sebaiknya diulangi lagi 1 bulan
kemudian atau setelah periode menstruasi berikutnya.
Diagnosis kelainan payudara dengan cara :
Anamnesis yang lengkap:
- Mengenai keluhan-keluhan
- Perjalanan penyakit
- Keluhan tambahan
- Faktor-faktor resiko tinggi
- Tanda-tanda umum keganasan yang berhubungan dengan berat badan dan
nafsu makan.

15
Pemeriksaan fisik yang sistematis/legeartis dan etis.
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa:
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula
kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu.
Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
(peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama
makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau
busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah
timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan,
dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas
Heagensen sebagai berikut:
 terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
 adanya nodul satelit pada kulit payudara;
 kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
 terdapat model parasternal;
 terdapat nodul supraklavikula;
 adanya edema lengan;
 adanya metastase jauh; serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu
ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening
aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
Faktor resiko tinggi kanker payudara:
 Umur lebih dari 30 tahun
 Anak pertama lahir pada usia ibu>35 tahun (2x)
 Tidak kawin (2-4 x)

16
 Menarche <12 tahun (1,7-4x)
 Menopause terlambat >55 tahun (2,5-5x)
 Pernah operasi tumor jinak payudara (3-5x)
 Mendapat terapi hormonal yang lama (2,5x)
 Adanya kanker payudara yang kontralateral (3-9x)
 Operasi ginekolog (3-4x)
 Radiasi dada (2-3x)
 Riwayat keluarga (2-3x)
Faktor resiko tinggi bukanlah faktor etiologi.
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis
suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran
kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila
memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan
stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against
Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC(American Joint Committee On
cancer yang disponsori oleh American Cancer Society danAmericanCollegeof Surgeons).
Pada sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu Tumor size atau ukuran tumor , “N” yaitu Node
atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga
faktor T,N,M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi , juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA) . Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai
berikut :
T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

17
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau
pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada
benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum
M (Metastasis) , penyebaran jauh :
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktot T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung
dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1.

Gambar 4. Gambaran payudara.


Dapat pula dilakukan pemeriksaan histopatologi. Bahan pemeriksaan diambil dengan cara :
1. Eksisional biopsi, kemudian diperiksa potong beku atau PA. Ini untuk kasus-kasus yang
diperkirakan masih operabel/stadium dini.
2. Insisional biopsi; cara ini untuk kasus-kasus ganas yang sudah inoperabel/lanjut.

18
Cara lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsi). Suatu pemeriksaan
sitopatologi. cara ini memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan didalam
mengambil aspiratnya. Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli (ahli
sitopatologi) dan tepat cara pengambilannya.

Gambar 5. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

V. Pemeriksaan penunjang
Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada payudara adalah
mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah menggunakan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dan nuklear skintigrafi. Mammografi adalah metode terbaik untuk
mendeteksi benjolan yang tidak teraba namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi
benjolan yang teraba atau kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi
digunakan untuk skrining rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini
kanker payudara.

19
Gambar 6. Gambaran mamogram dan MRI.
VI. Terapi
Untuk tumor jinak payudara terapi dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis tumor itu sendiri.
Papiloma Intraduktal
Eksisi lokal atau pengambilan benjolan dari payudara merupakan terapi utama. Hal ini dapat
dilakukan dengan bius lokal. Apabila biopsi pada benjolan menunjukkan hasil atipikal
hiperplasia pada papiloma ini, maka risiko kanker payudara meningkat dibandingkan dengan
hasil penyakit proliperatif dengan atipia.
Fibroadenoma
Pada saat FAM diketahui, diagnosis ini dikonfirmasi dengan biopsi atau analisis sitologi (sel).
Biopsi tersebut dapat mengkonfirmasi adanya sel keganasan.
Tumor Filodes Jinak
Tumor yang besar dan ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi
(pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan.
Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit
dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

20
Gambar 7. Insisi tumor mammae beserta KGB regional.

Untuk kanker payudara dapat dilakukan terapi :


Batasan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa. Sedangkan terapi pada
stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan paliatif.
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):
Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan
kelenjar di ketiak.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut
lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan
seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya
lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.
Tindakan operatif tergantung stadium kanker, yaitu:
Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi radikal.
Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan
kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan mastektomi simpleks yang harus diikuti radiasi
tumor bed dan daerah KGB regional. Pada T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi

21
lokal didaerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran
sentral dan medial payudara harus dilakukan radiasi pada rantai KGB regional

Gambar 8. Modifikasi radikal mastektomi.


Alternatif lain pada tumor yang kecil dapat dilakukan teknik Breast Conserving Therapy,
berupa satu paket yang terdiri dari pengangkatan tumor saja [tumorektomi], ditambah diseksi
aksila dan radiasi kuratif [ukuran tumor <3cm] dengan syarat tertentu. Metode ini dilakukan
dengan eksisi baji, reseksi segmental, reseksi parsial, kwadranektomi, atau lumpektomi biasa,
diikuti dengan diseksi KGB aksila secara total.
Syarat teknik ini adalah :
 Tumor primer tidak lebih dari 2cm
 N1b kurang dari 2cm
 Belum ada metastasis jauh
 Tidak ada tumor primer lainnya
 Payudara kontralateral bebas kanker
 Payudara bersangkutan belum pernah mendapat pengobatan sebelumnya [kecuali
lumpektomi]
 Tidak dilakukan pada payudara yang kecil karena hasil kosmetiknya tidak terlalu
menonjol
 Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu
 Pada stadium IIIa lakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi ajuvan, atau
mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor bed dan KGB regional.

22
 Pada stadium yang lebih lanjut, lakukan tindakan paliatif dengan tujuan:
 Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik/tinggi dan menganggap bahwa
kematian adalah proses yang normal.
 Tidak mempercepat atau menunda kematian.
 Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
 Perawatan paliatif pun dilakukan berdasarkan stadium, yaitu:
 Pada stadium IIIb dilakukan biopsi insisi, dilanjutkan radiasi. Bila residu tidak ada,
tunggu. Bila relaps, tambahkan dengan pengobatan hormonal dan kemoterapi.
Namun, bila residu setelah radiasi tetap ada, langsung diberikan pengobatan hormonal
sebagai berikut :
 Pada pasien premenopause dilakukan oofarektomi bilateral.
 Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause periksa efek estrogen. Bila positif lakukan
seperti [a]. bila negatif, lakukan seperti [c]. Observasi selama 6-8 minggu. Bila respon
baik, teruskan terapi, tetapi bila respon negatif dilakukan kemoterapi dengan CMF
[CAF] minimal 12 siklus selama 6 minggu.
 Pada pasien pasca menopause lakukan terapi hormonal inhibitif/aditif.
 Pada stadium IV
 Pada pasien pre menopause dilakukan oofarektomi bilateral. Bila respon positif,
berikan aminoglutetimid atau tamofen. Bila relaps atau respon negatif, berikan
CMF/CAF.
 Pada pasien sudah 1-5 tahun menopause, periksa efek estrogen. Efek estrogen dapat
diperiksa dengan estrogen/progesteron reseptor [ER/PR]. Bila positif, lakukan seperti
[a]. Bila negatif lakukan seperti [c].
 Pada pasien pasca menopause berikan obat-obat hormonal seperti tamoksifen,
estrogen, progesteron dan kortikosteroid.
Keterangan C=cyclophosphamide, M=methotrexate, F= 5-fluorourasil.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih
tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah,
nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Kemoterapi

23
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada
payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.

VII. Prognosis
Untuk kelainan payudara jinak, prognosis nya adalah baik. Sedangkan untuk prognosis
kanker payudara ditentukan oleh:
1. Staging [TNM}
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I : 5-10 tahun 90-80%
Stadium II : 70-50%
Stadium III : 20-11%
Stadium IV : 0%
Untuk stadium 0 : 96,2%
2. Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan karsinoma yang
sudah invasif.
Suatu kanker payudara yang disertai gambaran peradangan dinamakan mastitis
karsinomatosa, ini mempunyai prognosis yang sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya ±
5%. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging sangat mempengaruhi
prognosis.
VII. Pencegahan
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi
diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan

24
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat
dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
 Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
 Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
 Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
 Foster danConstantamenemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat benjolan
pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat menurunkan angka kematian.
Cara melakukan SADARI adalah :
Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri menghadap cermin
Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit payudara, dan puting
yang masuk
Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak pinggang untuk
mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk memperjelas kerutan pada kulit payudara
Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya
Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak
Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan

25
Gambar 4. Pemeriksaan sadari.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier
ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit
dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan
alternatif.

26
DAFTAR PUSTAKA

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong : Omphalocele dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, 2003

Schwartz, Shires, Spencer : Omphalocele dalam Inti Sari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, EGC,
1995

Bagian Ilmu Bedah FKUI / RS Dr. Cipto Mangunkusumo : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah
FKUI, 1994

http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/05/sistem-limfatik.html

27

Anda mungkin juga menyukai