Anda di halaman 1dari 14

 Terapi oksigen diindikasikan pada orang dewasa dan anak dengan PaO2<60 mmHg atau saturasi O2<90%

pada kondisi istirahat dalam udara Sedangkan pada neonatus, terapi oksigen diindikasikan bila PaO2<50 mmHg
atau saturasi O2<88%.[2,9]

 Pasien dengan gejala klinis yang menunjukkan keadaan hipoksemia atau hipoksia membutuhkan terapi
oksigen, seperti : [2,10]

 infark miokard,

 edema paru kardiogenik,

 cedera paru akut,

acute respiratory distress syndrome (ARDS),

 fibrosis paru,

 keracunan sianida,

 keracunan karbon monoksida, dll


 Oksigen tambahan juga diberikan selama masa perioperatif karena pada umumnya obat-obatan anastesi
menyebabkan penurunan PaO2 sekunder akibat peningkatan rasio ventilasi/perfusi dan penurunan kapasitas
residu fungsional paru.[2,10]

 Terapi oksigen juga diberikan sebelum prosedur seperti suction trakea atau bronkoskopi yang dapat
menyebabkan desaturasi arteri. Terapi oksigen telah terbukti memperpanjang angka harapan hidup pada pasien
dengan penyakit paru obstruktif kronik dengan PaO2 <60 mmHg.[2,10]

Kondisi Pasien Rekomendasi


Penyakit kritis yang Terapi oksigen awal: masker
membutuhkan kadar
dengan reservoir 15L/menit
O2 tinggi
Henti jantung

Trauma berat,
syok, sepsis
Ketika stabil, kurangi dosis O2 dengan target
Tenggelam saturasi 94-98% (jika tidak ada pulse oxymetry,
lanjutkan penggunaan masker hingga terapi definitif
Syok anafilaktik
tersedia)
Status epileptikus

Keracunan CO
Pasien dengan PPOK atau faktor risiko
hiperkapnia lain yang mengalami penyakit kritis
sebaiknya menerima target saturasi awal yang
sama dengan pasien penyakit kritis lainnya

Penyakit berat yang Terapi oksigen awal: kanula hidung 2-


membutuhkan kadar
6L/menit atau masker wajah sederhana 5-10
O2 moderat pada pasien
hipoksemik L/menit; ubah ke masker dengan reservoir jika
Asma akut, target saturasi yang diinginkan tidak dapat dicapai
pneumonia dengan kanula hidung atau masker wajah
sederhana
Kanker paru,
fibrosis paru Untuk pasien yang tidak memiliki risiko gagal
napas hiperkapnik namun dengan saturasi <85%,
Efusi pleura, terapi sebaiknya diberikan dengan
pneumotoraks masker reservoir 10-15 L/menit dan target saturasi
Gagal jantung akut 94-98%.

nemia berat

PPOK dan kondisi lain Sebelum tersedia analisa gas darah, gunakan
yang membutuhkan
kanul hidung 1-2L/menit dengan target saturasi
terapi O2 terkontrol atau
awal 88-92% untuk pasien dengan faktor risiko
dosis rendah hiperkapnia, tetapi tanpa riwayat asidosis
PPOK respiratorik
Sistik fibrosis Ubah target saturasi menjadi 94-98% jika
Obesitas morbid PaCO2 normal dan cek ulang gas darah setelah 30-
60 menit

Pasien perlu pengawasan Jika hipoksemik, terapi O2 awal: kanula hidung


ketat tetapi tidak butuh
2-6 L/menit atau masker wajah sederhana 5-
terapi O2 kecuali pasien
hipoksemik 10L/menit kecuali saturasi <85% (gunakan masker
Infark miokard dengan reservoir) atau jika ada risiko hiperkapnia

Stroke, kelainan Rekomendasi target saturasi awal: 94-98%


metabolikK

egawat daruratan
kehamilan

Cara Penggunaan

 Kanula Hidung

Kanula hidung digunakan untuk pemberian O2 dosis rendah dan sedang. Namun, karena variasi pola napas pasien,
laju aliran oksigen yang sama dapat memberi efek yang sangat berbeda antar pasien. Laju aliran kanula pada 1-5
L/menit dapat memberi efek pada FiO2 24-40%. Dosis O2 akan meningkat pada aliran di atas 6 L/menit, namun
penggunaan >4L/menit akan menyebabkan pasien merasa tidak nyaman dan hidung terasa kering sehingga harus
dilembabkan dengan uap air.[1,2,8,10]

 Masker Sederhana (Simple mask)

Oksigen yang disuplai ke pasien bervariasi bergantung pada aliran O2 dan pola nafas pasien. Masker ini memberi
oksigen dengan konsentrasi antara 40-60%. Konsentrasi O2 dapat berubah dengan cara meningkatkan atau
menurunkan aliran O2 antara 5-10 L/menit. Aliran masker <5 L/menit meningkatkan resistensi napas sehingga
CO2 dapat terkumpul di dalam masker dan rebreathing pun dapat terjadi. Masker ini cocok untuk pasien dengan
gagal nafas tipe I, tetapi tidak cocok untuk pasien dengan gagal nafas tipe II.[1,2,8,10]

 Masker Rebreathing dan Non-rebreathing

Kedua masker dengan laju aliran 10-15 L/menit ini dilengkapi dengan reservoir, namun berbeda pada katupnya.
Pada masker rebreathing, saat ekspirasi 1/3 udara masuk ke dalam kantung penyimpanan dan bercampur dengan
O2, sedangkan 2/3-nya keluar melalui lubang disisinya sehingga saat inspirasi pasien akan menghirup kembali
sebagian udara ekspirasi (rebreathing). FiO2 yang bisa dicapai 50-70%.[1,2,8,10]

Pada masker non-rebreathing, terdapat katup yang memastikan udara yang masuk saat inspirasi adalah
O2, sementara udara ekspirasi dapat keluar dari lubang samping antara katup dan reservoir.
Penambahan reservoir ini memungkinkan pemberian konsentrasi O2 lebih tinggi pada laju aliran O2 yang lebih
rendah dibandingkan pada masker sederhana. Masker non-rebreathing memiliki FiO2 60-90%.[1,2,8,10]
Reservoir pada masker harus diobservasi. Reservoir tidak boleh kolaps saat inspirasi, karena ini menandakan
kebutuhan volume puncak insipirasi pasien lebih besar daripada yang diberikan.[1,2,8,10]

 Masker Venturi

Masker Venturi dapat memberikan konsentrasi oksigen yang akurat terlepas dari laju aliran O2 yang diberikan
(terdapat laju aliran minimum). Alat ini bekerja berdasarkan prinsip Venturi, yakni aliran gas ke masker didilusi
dengan udara di adaptor Venturi. Semakin tinggi aliran, semakin banyak udara yang dimasukkan. Karena
proporsinya sama, maka masker ini akan memberi konsentrasi O2 yang sama seiring dengan peningkatan laju
aliran O2. Pasien dengan laju respirasi >30kali/menit seringkali memiliki laju aliran udara di atas laju aliran minimal
masker Venturi, sehingga laju aliran masker Venturi perlu ditingkatkan.[1,2,8,10]

Masker Venturi tersedia dalam konsentrasi 24%, 28%, 35%, 40%, dan 60% dan cocok untuk pasien dengan
kebutuhan konsentrasi O2 yang diketahui. Konsentrasi 24% dan 28% cocok untuk pasien dengan risiko retensi
CO2 (pasien PPOK berat, kistik fibrosis). Keakuratan pemberian O2 dari masker Venturi sangat berkurang apabila
tidak ditempatkan dengan benar pada wajah pasien.[2]

BEBERAPA METODE / ALAT PEMBERIAN OKSIGEN

Sistem pemberian Kecepatan FiO2 (% Keuntungan Kerugian Lain-lain


aliran
oksigen L/menit oksigen)

1. Nasal Kanula 1 25 - Simpel, - Iritasi lokal dan - Alat dibersihkan


2 29 nyaman, kekeringan mukosa setiap hari.
3 33 murah, (bila kecepatan Evaluasi luak
4 37 pasien dapat aliran>4L/menit) akibat tekanan di
5 41 makan dan pada aliran tinggi, telinga dan pipi.
6 45 minum pasien tidak - Aliran >6 liter
nyaman dan harus tidak akan
- Tidak ada digunakan bersama menambah FiO2
resiko sistem
menghirup humidifikasi/pelem
CO2 kembal baban.
i - Tidak efektif untuk
oksigen konsentrasi
tiggi.
- Oksigen yang
diberikan tidak
konsisten.
2. Sungkup muka >5 35-50 - Peningkatan - Harus ditutup ke - Aliran <5L/menit
sederhana (5-15) aliran ke wajah dengan kuat menyebabkan
10L/menit dan ketat : panas peningkatan
bisa dan terasa resistensi terhadap
meningkatk mengikat pernapasan.
an - Tidak praktis - Kemungkinan
konsentrasi untuk jangka CO2 terkumpul
oksigen waktu lama dalam masker dan
50% pernapasan ulang
- lebih murah bisa terjadi.
dibanding
masker lain
3. sungkup muka 5-15 6-10 L/menit - FiO2 yang Resiko atelektasis Aliran oksigen
dengan (sistem ini lebih tinggi dan toksisitas harus terus
kantong rebreath dapat pada aliran oksigen (pemakaian diberikan untuk
ing menyediakan yang lebih yang lama) memastikan
fraksi rendah kantung senantiasa
oksigen 40- - Katup terisi sepertiga atau
70%) memberikan separuh pada saat
ruang untuk inspirasi.
CO2 keluar
dari masker
4. Non-rebreathing 10 60-80 - Diutamakan Lebih mahal Kantong harus
mask (tergantung untuk pasien dibanding nasal diisi sebelum
aliran rawat inap kanul dan simple dipasang ke pasien
oksigen dan - Konsentrasi mask
tipe oksigen
pernapasan) tinggi tanpa
dibutuhkan
95 intubasi
- Pasien
10-12 menghirup
udara yang
kaya
oksigen dari
kantung dan
bukan dari
udara yang
tersisa.
5. Sungkup muka 4 24-28 Konsentrasi - Resiko atelektasis dan toksisitas oksigen
venturi 6 31 oksigen (pemakaian lama)
8 35-40 akhir dapat - Harus dipasang dengan ketat
10 50 dimonitor - Tidak dapat mengalirkan oksigen
dengan lebih konsentrasi tinggi dengan fleksibel
ketat dan
lebih tepat
6. Head box 5 >7 - Meningkatkan O2
6 - Perlu kecepatan aliran tinggi untuk mencapai
7 konsentrasi O2 yang adekuat dan mencegah
penumpukan CO2
- Aliran gas 2-3L/menit diperlukan untuk
mencegah rebreathing CO2

7. Continue Positive 2-10 - Pemberian O2 dengan sistem tertutup memberikan tekanan positif pada
airway dengan inspirasi dan ekspirasi
pressure (CPAP) konsentrasi
21-100%

APLIKASI KLINIS TERAPI OKSIGEN


Aplikasi klinis terapi oksigen pada beberapa kasus yang sering dijumpai dalam situasi gawat darurat berdasarkan algoritma yang merupakan
hasil rekomendasi dari British Thoracic Society. Beberapa kondisi klinis diklasifikasikan sebagai berikut : (Patria & Fairuz. 2012)
a) Kondisi yang tidak membutuhkan suplemen oksigen pada pasien dewasa kecuali pasien mengalami hipoksemia, tetapi pasien harus dimonitor
ketat. Target saturasi 94-98% : jika hipoksemia (SpO2 <94%), berikan aliran oksigen pada dosis inisial untuk mencapai target saturasi 94-98%.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
Infark miokard dan
sindrom koroner akut :
- Stroke
SpO2 < 85% Reservoir mask
- Gangguan ritme jantung
15 liter/menit (nin-rebreath mask)
- Nyeri dada non-
traumatik
Kehamilan dan gawat
darurat obstetrik :
- Perdarahan sewaktu
SpO2 ≥ 85-93%
kehamilan
- Perdarahan vagina Nasal kanul
- Hipertensi saat 2-6 liter/menit
kehamilan
Sindrom hiperventilasi
Nyeri abdomen
Kelainan metabolik dan SpO2 ≥ 85-93%
renal Sungkup muka sederhana
5-10 liter/menit
Kondisi neurologik dan
muskular akut dan
subakut
Pascakejang
Perdarahan
gastrointestinal
Gawat darurat glikemik

b) Kondisi yang membutuhkan suplemen oksigen dosis rendah dan terkontrol untuk pasien dewasa dengan PPOK dan kondisi yang lain
yang membutuhkan terapi oksigen dosis rendah dan terkontrol. Target saturasi : 88-92%, oksigen inisial diberikan hingga diperoleh
SpO2 yang reliable, lalu aliran oksigen disesuaikan untuk mencapai target saturasi dalam rentang 88-92%.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
PPOK 4 liter/menit (jika RR > 28% sungkup venturi
30x/menit, menggunakan
sungkup venturi, aliran
oksigen diberikan 50%
lebih tinggi daripada aliran
oksigen yang dispesifikasi
untuk sungkup tersebut)
- Penyakit kronik 4 liter/menit 28% sungkup venturi
- Neuromuskular
- Kelainan dinding dada
- Morbid obesity
- Bmi > 40 kg/m2)
Jika saturasi oksigen tetap 5-10 liter/menit Sungkup muka sederhana
berada di bawah 88%,
tukar ke sungkup muka
sederhana
Penyakit kritis dan faktor Pemberian oksigen sesuai kondisi klinis bagian (d)
resiko lain untuk
hiperkapnia

c) Kondisi penyakit serius yang membutuhkan suplemen oksigen tingkat sedang (moderat) jika pasien mengalami hipoksemia. Target
saturasi : 94-98%, berikan oksigen dengan dosis inisial hingga diperoleh SpO 2 yang stabil, setelah itu diberikan aliran oksigen dengan
target saturasi 94-98%.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
Akut hipoksemia atau SpO2 <85% Reservoir mask (non-
sianosis sentral (kausa 10-15 liter/menit rebreath mask)
belum diidentifikasi)
- Akut hipoksemia (kausa
belum diketahui)
- Asma akut
SpO2 ≥85-93% Nasal kanul
- Gagal jantung akut
2-6 liter/menit
- Pneumonia
- Sesak napas pasca-bedah
- Efusi pleura
- Pneumotoraks SpO2 ≥85-93% Sungkup muka sederhana
- Anemia berat 5-10 liter/menit

d) Kondisi yang membutuhkan suplemen oksigen tingkat tinggi untuk pasien dewasa dengan penyakit kritis (critical illness). Target
saturasi : 94-98%, berikan oksigen dengan dosis inisial sehingga tanda vital normal, setelah itu kurangi dosis oksigen dan target saturasi
94-98% tercapai.
Kondisi pasien Dosis inisial Metode administrasi
Henti jantung atau Dosis maksimal sehingga Sungkup katup kantung
resusitasi : tanda vital normal (bag valve mask)
- Bantuan hidup dasar
- Bantuan hidup lanjut
- Obstruksi bahan asing
- Henti jantung traumatik
- Resusitasi maternal
Trauma mayor : 15 liter/menit Masker reservoir (non-
- Trauma abdomen rebreath mask)
- Luka bakar
- Renjatan listrik
- Trauma kepala
- Trauma tungkai
- Trauma leher/spinal
- Trauma pelvis
- Trauma thoraks
- Trauma sewaktu hamil
Anafilaksis
Perdarahan pulmonan
mayor
Sepsis karena
meningococcal
Septisemia
Syok
Konvulsi aktif
Hypothermia

9. KAPAN MENINGKATKAN DAN MENURUNKAN DOSIS DARI TERAPI OKSIGEN


a) Meningkatkan dosis terapi oksigen, pada keadaan berikut :
- Apabila saturasi oksigen pasien lebih rendah dari yang diharapkan (target range), periksa sistem pengaliran oksigen jika mungkin terdapat
masalah.
- Jika saturasi oksigen pasien rendah secara konsisten dari yang diharapkan, harus dievaluasi ulang kondisi medis pasien dan terapi oksigen
ditingkatkan sesuai hasil perhitungan. Langkah-langkah menghitung dosis oksigen yang diberikan yaitu :
i. Tentukan nilai PAO2 awal.
ii. Tentukan besarnya PaO2 yang diinginkan untuk mengoreksi keadaan hipoksemia/hipoksia
iii. dengan persamaan no (3) dapat ditentukan PAO2 yang baru untuk menentukan besarnya FiO2 yang akan diberikan untuk mengoreksi
hipoksemia/hipoksia yang terjadi.
iv. Menentukan jenis teknik pemberian oksigen

Anda mungkin juga menyukai