Anda di halaman 1dari 21

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Oleh :
I Made Artha Putra Widana (18089014006)
Kadek Ayu Krisna Dewi (18089014010)
Komang Berly B. Prawerti (18089014011)
Gusti Kadek Dedy Praja Kusuma (18089014012)
Putu Deva Yani (18089014016)
Kadek Indra Wahyuni (18089014029)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


JURUSAN SI KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “PENYAKIT JANTUNG KORONER” tepat pada waktunya. Tidak lupa

saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, yang sudah membantu

melengkapi dan memberi penulis beberapa informasi.

Adapun tujuan saya mengangkat judul ini yaitu untuk memberikan informasi

tentang bagaimana otonomi daerah di Indonesia yang mungkin belum banyak kalian

ketahui. Harapan saya, agar informasi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Makalah ini sungguh sangat jauh dari sempurna, maka dari itu

saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Terima kasih.

Om Shantih, Shantih, Shantih, Om

Bungkulan, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 7

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 7

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 8

2.1 Pengertian Penyakit Koroner ............................................................ 8

2.2 Etiologi Penyakit Jantung Koroner ................................................... 8

2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner............................................ 10

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner................................... 12

2.5 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner ............................................... 13

2.6 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner ............................................. 14

2.7 Faktor Resiko Penyebab Penyakit Jantung Koroner ......................... 15

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16

3.2 Saran .................................................................................................. 17

Daftar Pustaka ............................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang

menyumbang angka kematian terbesar di dunia. Disability-Adjusted Life

Years (DALYs) mengatakan bahwa penyakit kardiovaskular bertanggung

jawab terhadap 18% kehilangan tahun produktif di negara maju dan 10

% di negara berkembang dan negara miskin. Berdasarkan data dari WHO,

pada tahun 2012 terdapat 17, 5 juta orang meninggal karena penyakit

kardiovaskular dan sebanyak 7,4 juta orang dari jumlah tersebut meninggal

karena penyakit jantung koroner (WHO, 2015). Pada tahun 1990, masalah

penyakit jantung koroner sebesar 47 juta dan akan mengalami peningkatan pada

tahun 2020 menjadi 82 juta (WHO, 2011).Meningkatnya usia harapan hidup,

urbanisasi, dan perubahan gaya hidup di negara berkembang telah

mengakibatkan peningkatan penyakit jantung koroner yakni sebesar 60 % dari

masalah global (WHO, 2011). Di Amerika serikat pada tahun 2009, peringkat

pertama dari sepuluh kematian terbesar berdasarkan patient medical record(PMR)

sebesar 24,27% adalah penyakit jantung koroner. Di Inggris pada tahun 2010,

penyebab kematian utama adalah penyakit kardiovaskular yakni sebesar

147.000 kasus dengan jumlah kasus penyakit jantung koroner sebesar 65.000

1
kematian dari total kasus kardiovaskular (Uly, et al., 2012). Pada Tahun 2013,

Riskesdas mendata prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara.

Prevalensi jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar

0,5% dan berdasarkan gejala sebesar 1,5%. Hasil prevalensi jantung koroner

berdasarkan diagnosis dokter yang tertinggi adalah Sulawesi Tengah yakni

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing

sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut gejala

yang tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur yakni sebesar 4,4%, kemudian

diikuti Sulawesi Tengah sebesar 3,8%, Sulawesi Selatan sebesar 2,9%, dan

Sulawesi Barat 2,6%. Prevalensi PJK di Indonesia terlihat meningkat seiring

peningkatan umur (Riskesdas, 2013).Penyakit jantung koroner adalah penyakit

jantung iskemik yang timbul akibat penyempitan pembuluh darah arteri koroner

yang dapat disebabkan oleh kelainan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus,

aterosklerosis, dan emboli koronaria. Di antara ketiga penyebab di atas, 99%

disebabkan oleh aterosklerosis (Daniel, 2008), yakni merupakan suatu proses

yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah setempat oleh plak

aterosklerotik sehingga mengakibatkan terhambatnya aliran darah. Proses ini

mengakibatkan gangguan pengangkutan oksigen dan hasil metabolisme ke otot

jantung sehingga menimbulkan iskemia miokard. Apabila plak aterosklerotik

menyebabkan penyempitan lebih dari 70% maka aliran darah akan terganggu

sehingga menimbulkan manifestasi klinis angina pektoris (Soenarto,

1998).Angina pektoris merupakan salah satu manifestasi klasik dari penyakit

2
jantung koroner. Gejala klinik dari angina pektoris adalah sakit dada seperti ditekan

atau terasa berat pada dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada

yang terjadi pada angina pektoris merupakan salah satu manifestasi iskemia

miokard sebagai akibat dari aliran darah koroner yang berkurang, sehingga

menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan

oksigen otot jantung. Gangguan aliran darah yang diakibatkan oleh

penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik disebut proses

aterosklerosis. Selain angina pektoris, manifestasi dari penyakit jantung

koroner adalah angina pektoris tidak stabil, ST elevation myocardial infarction,

dan Non-ST elevation myocardial infarction(Harrison, 2000).Faktor risiko dari

penyakit jantung koroner antara lain adalah asupan lemak yang berlebihan

sehingga menyebabkan kadar lipid dalam darah tidak dalam batas normal

atau disebut dengan dislipidemia. Dengan meningkatnya kadar lipid dalam

darah maka akan memicu pembentukan aterosklerosis, tetapi masih ada faktor

risiko lain yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner. Faktor

risiko dari penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor

risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi terdiri dari dislipidemia, hipertensi,

diabetes mellitus, sindrom metabolik, merokok, dan aktifitas fisik yang kurang.

Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari

peningkatan umur, faktor keturunan, dan jenis kelamin (Mallika et al., 2007,

Strom and Libby, 2011).Pengobatan pada pasien penyakit jantung koroner

3
bertujuan untuk meningkatkan suplai darah ke otot jantung atau menurunkan beban

jantung atau dengan kata lain menurunkan kebutuhan oksigen jantung. Obat

yang dapat digunakan untuk meningkatkan suplai darah ke otot jantung adalah

obat golongan nitrat dan obat-obat antiagregasi atau penghambat

penggumpalan darah, sedangkan obat yang digunakan untuk mengurangi beban

jantung dan mengurangi kebutuhan oksigen pada otot jantung adalah golongan

beta-blocker dan antagonis kalsium. Pengobatan penyakit jantung koroner juga

dapat dilakukan dengan cara menurunkan faktor risikonya, yakni dengan

penambahan obat penurun kolesterol, antihipertensi, atau obat kencing manis bagi

pasien yang menderita penyakit tersebut (Kabo, 2008).Secara umum,

penatalaksanaan pada pasien jantung koroner memiliki dua tujuan yakni tujuan

terapi jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan terapi jangka pendek adalah

agar dapat mengurangi atau mencegah gejala angina yang dapat mengganggu

aktivitas penderita, sedangkan tujuan terapi jangka panjang adalah untuk

mencegah munculnya komplikasi pada penyakit jantung koroner seperti infark

miokard, aritmia, dan gagal jantung serta untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita. Terapi farmakologi yang biasa digunakan pada pasien penyakit

jantung koroner adalah antiplatelet, antidislipidemia, β –Blockers, ACE –

Inhibitor, dan vasodilator nitrat (Talbert, 2008). Pada pasien PJK, obat golongan

nitrat mengakibatkan venodilatasi atau dilatasi pada pembuluh vena yang

secara tidak langsung mengurangi kebutuhan oksigen miokard. Selain

itu, obat golongan nitrat juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah kolateral

4
yang dapat meningkatkan dan mendistribusikan aliran darah koroner. Oleh

sebab itu, obat golongan nitrat memiliki efek yang menguntungkan yaitu

mempengaruhi ketidaksesuaian antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan

oksigen pada pasien PJK (Angiolillo, et al., 2013).Beberapa penelitian

menyatakan yang termasuk obat golongan vasodilator nitrat adalah

nitrogliserin, isosorbide dinitrate (ISDN), amil nitrit, isosorbide 5-mononitrate,

dan pentaerythritol tetranitrat. Obat isosorbide dinitratememiliki efektifitas

yang sebanding dengan nitrogliserin, namun ISDN memiliki onset of

actionyang lebih cepat dan duration of actionyang lebih lama. Jika diberikan

nitrogliserin 0,3-0,6 mg secara sublingual maka akan memberikan onset of

action1-3 menit, namun duration of actionhanya 10-30 menit. Sedangkan ISDN

dengan dosis 2,5-10 mg yang diberikan secara sublingual, akan memberikan

onset of actionyang sama dan duration of actionyang lebih panjang yakni 1,5-

2 jam. Untuk pemberian secara oral dengan dosis 10-60 mg (2-3 x sehari),

ISDN dapat memberikan duration of actionselama 4-6 jam (Katzung, 2011).

Dalam penggunaan obat ISDN perludiperhatikan karena akan

menimbulkan beberapa masalah. Misalnya, pada pemberian dosis tinggi dapat

menimbulkan toleransi sehingga pemberiannya perlu dihentikan sementara

untuk mengembalikan sensitivitas penderita terhadap ISDN. Pada pemberian oral,

ISDN akan mengalami first pass effect, sehingga untuk menghindari dan

mencapai kadar darah terapeutik secara tepat maka diberikan secara

5
sublingual (Mc. Evoy, 1999). Pada penggunaan jangka panjang ISDN, akan

terjadi penurunan sensitifitas reseptor sehingga diperlukan peningkatan dosis.

Oleh sebab itu, penghentian terapi perlu dilakukan secara bertahap untuk

menghindari timbulnya vasospasme yang berlebihan yang akan memperburuk

angina dan dapat terjadi infark miokard atau kematian mendadak (Ganiswara,

1995).Berdasarkan studi penggunaan obat di Jamnagar (India), yang

dilakukan di ruangan Intensive Coronary Care Unit (ICCU) Tertiary Care

Teaching Hospitalterhadap 605 pasien, sebesar 32,73% kelompok usia 51-60 tahun

dan 24,63% kelompok usia 61-70 tahun menderita penyakit jantung. Morbiditas

penyakit jantung terbanyak adalah infark miokard dan diikuti oleh angina tidak

stabil, dan angina stabil dengan gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri

dada yang menjalar. Dari beberapa macam terapi yang digunakan, sebanyak

59,01 % tablet ISDN digunakan dalam terapi untuk mengobati pasien yang

mengalami infark miokard dan angina tidak stabil (Patel, et al., 2012).Pada studi

yang dilakukan di ruangan Intensive Care Unit(ICU) rumah sakit pemerintah Miraj

(India ) untuk mengamati keadaan darurat penyakit kardiovaskular yang paling

sering dirawat dan mengetahui dosis serta prevalensi resep obat yang diberikan

perhari, terdapat 96 pasien yang mengalami penyakit jantung koroner dari jumlah

total 243 pasien. Terdapat beberapa penyakit penyerta pada pasien penyakit

jantung koroner yaitu hipertensi, diabetes mellitus, gagal jantung kongestif,

kegagalan ventrikel kiri, supraventrikular takikardia, dan serangan iskemik

transient. Obat yang paling sering diresepkan untuk penyakit kardiovaskular

6
adalah ISDN dengan presentase prevalensi resep sebesar 91,91 %. Dosis yang

digunakan adalah 60 mg per hari yang diberikan secara oral (Pendhari, et al., 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung koroner.

2. Untuk mengetahui etiologi penyakit jantung koroner.

3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit jantung koroner.

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit jantung koroner.

5. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit jantung koroner.

6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit jantung koroner.

7. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab penyakit jantung koroner.

1.4 Manfaat

Dapat memberikan informasi mengenai jantung koroner agar dapat dijadikan acuan

untuk memperbaiki pola makan dan menerapkan kebiasaan hidup sehat.

7
BAB I

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner

American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung

koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat

menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut

dengan aterosklerosis. (AHA, 2012 hal:14)

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi

penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner

menyempit atau tersumbat.arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah

otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak.terdapat beberapa factor

memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor genetik, usia dan penyakit pentyerta

yang lain. (Norhasimah,2010: hal 48)

2.2 Etiologi Penyakit Jantung Koroner

Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan,

atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh

darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai

dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah

8
dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir

dan berakhir dengan kematian. (Hermawatirisa,2014:hal 2)

Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol

dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah

lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat

menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti,

sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari

jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran

darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi

pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan

jantung. Proses pembentukan plak yang 2 menyebabkan pergeseran arteri tersebut

dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)

Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada

kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal

ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan

profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit”baru yang bersifat

degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat

perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar

lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan,

kurang berolahraga, dan stress. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)

9
2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil

yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan

makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke

tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri

koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty, 2011:hal 6).

Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi

lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel

atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas

terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida,

sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan

oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty,

2011:hal 6).

Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,

termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit

ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang

kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan

trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B,

dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik

kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, 3 pembekuan dan fibrosis. Pada saat

ditarik ke area cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor

adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama

10
terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan

neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang

interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap

melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga

merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di

tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6).

Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena

permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan

teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut,

agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus),

sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah

struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan

lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari

trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan

dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat

aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan

kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah)

miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob

untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak

efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH

miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika

kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan

11
iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di

kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat masuk

arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel

darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku &

sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit 4 makrofag Lapisan lemak sel

otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2010: hal

6).

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner

Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner

1. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)

2. Sesak nafas (Dispnea)

3. Keanehan pada iram denyut jantung

4. Pusing

5. Rasa lelah berkepanjangan

6. Sakit perut, mual dan muntah

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang

berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan

pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita,

riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat

istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset

klinis PJK.

12
2.5 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner

Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain:

Hiperlipidemi, Hipertensi, Merokok, Diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik,

Stress, Jenis Kelamin, Obesitas dan Genetik. Menurut,( Putra S, dkk, 2013: hal 4)

Klasifikasi PJK :

1. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris Penyakit Iskemik disebabkan

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Di tandai

oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi

suplainya. Iskemia Miokard dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent

Ischemia), terutama pada pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik

karena Iskemia Mi okard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien

dengan Angina Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki

±50 tahun dan wanita 60 tahun.

2. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris Sindroma klinis nyeri

dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan

diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah koroner,

ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri, Angina

timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti

adanya nekrosis Miokard. 6 a. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal)

biasanya berlangsung> 10 menit. b. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6

minggu sebelumnya), dan c. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat,

berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya).

13
3. Angina Varian Prinzmetal Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang

mengganggu aliran darah ke otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa

penyakit arteri koroner yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan

Angina Varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh,

dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum

dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda

mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai :

penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat

perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi

parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi.

4. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction Nekrosis Miokard Akut

akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang bermakna, sebagai akibat

oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme hebat yang berlangsung

lama. Infark Miokard terbagi 2 : a. Non ST Elevasi Miokardial Infark

(NSTEMI) b. ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)

2.6 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner

Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK

adalah:

1. Disfungsi ventricular

2. Aritmia pasca STEMI

3. Gangguan hemodinamik

14
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST

Infark miokard Angina tak stabil 7

5. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel

6. Syok kardiogenik

7. Gagal jantung kongestif

8. Perikarditis

9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 ).

2.7 Faktor Resiko Penyebab Penyakit Jantung Koroner

1. Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi

2. Kadar Kolesterol HDL rendah

3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

4. Merokok

5. Diabetes Mellitus

6. Kegemukan

7. Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

8. Kurang olah raga

9. Stress

Bila Anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko tersebut diatas, Anda

dianjurkan secara berkala memeriksakan kesehatan jantung Anda kepada seorang

ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total

terhadap Penyakit Jantung Koroner.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari makalah ini yaitu.

1. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi

penimbunan plak pembuluh darah koroner.

2. Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,

penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau

penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah

ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri.

3. Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan

kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil,

monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel

endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang

paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri

sereberal.

4. Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang

berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan

pemeriksaan yang seksama.

16
5. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris Penyakit Iskemik

disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen

miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen

miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat bersifat

asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien

diabetes.

6. Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah Disfungsi ventricular

Aritmia pasca STEMI dan Gangguan hemodinamik.

7. dianjurkan secara berkala memeriksakan kesehatan jantung Anda kepada

seorang ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali

menaikkan resiko total terhadap Penyakit Jantung Koroner.

3.2 Saran

Di harapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami apa itu

penyakit jantung koroner.

17
DAFTAR PUSTAKA

Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Kandas
media (Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar. Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1. Februari 2013.
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 9.
Jakarta: EGC. Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung koroner.
Manado: fakultas kedokteran.
Rochmayanti, 2011. Analis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
dengan penyakit jantun koroner. Jakarta: fakultas ilmu keperawatan.
A.Fauzi Yahya. 2010. Penaklukan No.1: Mencegah dan mengatasi penyakit jantung
koroner. Bandung: Qanita.

18

Anda mungkin juga menyukai