Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner
Oleh :
I Made Artha Putra Widana (18089014006)
Kadek Ayu Krisna Dewi (18089014010)
Komang Berly B. Prawerti (18089014011)
Gusti Kadek Dedy Praja Kusuma (18089014012)
Putu Deva Yani (18089014016)
Kadek Indra Wahyuni (18089014029)
Om Swastyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “PENYAKIT JANTUNG KORONER” tepat pada waktunya. Tidak lupa
Adapun tujuan saya mengangkat judul ini yaitu untuk memberikan informasi
tentang bagaimana otonomi daerah di Indonesia yang mungkin belum banyak kalian
ketahui. Harapan saya, agar informasi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Makalah ini sungguh sangat jauh dari sempurna, maka dari itu
saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pada tahun 2012 terdapat 17, 5 juta orang meninggal karena penyakit
kardiovaskular dan sebanyak 7,4 juta orang dari jumlah tersebut meninggal
karena penyakit jantung koroner (WHO, 2015). Pada tahun 1990, masalah
penyakit jantung koroner sebesar 47 juta dan akan mengalami peningkatan pada
masalah global (WHO, 2011). Di Amerika serikat pada tahun 2009, peringkat
sebesar 24,27% adalah penyakit jantung koroner. Di Inggris pada tahun 2010,
147.000 kasus dengan jumlah kasus penyakit jantung koroner sebesar 65.000
1
kematian dari total kasus kardiovaskular (Uly, et al., 2012). Pada Tahun 2013,
0,5% dan berdasarkan gejala sebesar 1,5%. Hasil prevalensi jantung koroner
sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing
sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut gejala
yang tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur yakni sebesar 4,4%, kemudian
diikuti Sulawesi Tengah sebesar 3,8%, Sulawesi Selatan sebesar 2,9%, dan
jantung iskemik yang timbul akibat penyempitan pembuluh darah arteri koroner
yang dapat disebabkan oleh kelainan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus,
menyebabkan penyempitan lebih dari 70% maka aliran darah akan terganggu
2
jantung koroner. Gejala klinik dari angina pektoris adalah sakit dada seperti ditekan
atau terasa berat pada dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada
yang terjadi pada angina pektoris merupakan salah satu manifestasi iskemia
miokard sebagai akibat dari aliran darah koroner yang berkurang, sehingga
penyakit jantung koroner antara lain adalah asupan lemak yang berlebihan
sehingga menyebabkan kadar lipid dalam darah tidak dalam batas normal
darah maka akan memicu pembentukan aterosklerosis, tetapi masih ada faktor
risiko lain yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner. Faktor
risiko dari penyakit jantung koroner dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor
risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi.
diabetes mellitus, sindrom metabolik, merokok, dan aktifitas fisik yang kurang.
peningkatan umur, faktor keturunan, dan jenis kelamin (Mallika et al., 2007,
3
bertujuan untuk meningkatkan suplai darah ke otot jantung atau menurunkan beban
jantung atau dengan kata lain menurunkan kebutuhan oksigen jantung. Obat
yang dapat digunakan untuk meningkatkan suplai darah ke otot jantung adalah
jantung dan mengurangi kebutuhan oksigen pada otot jantung adalah golongan
penambahan obat penurun kolesterol, antihipertensi, atau obat kencing manis bagi
penatalaksanaan pada pasien jantung koroner memiliki dua tujuan yakni tujuan
terapi jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan terapi jangka pendek adalah
agar dapat mengurangi atau mencegah gejala angina yang dapat mengganggu
miokard, aritmia, dan gagal jantung serta untuk meningkatkan kualitas hidup
Inhibitor, dan vasodilator nitrat (Talbert, 2008). Pada pasien PJK, obat golongan
itu, obat golongan nitrat juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah kolateral
4
yang dapat meningkatkan dan mendistribusikan aliran darah koroner. Oleh
sebab itu, obat golongan nitrat memiliki efek yang menguntungkan yaitu
actionyang lebih cepat dan duration of actionyang lebih lama. Jika diberikan
onset of actionyang sama dan duration of actionyang lebih panjang yakni 1,5-
2 jam. Untuk pemberian secara oral dengan dosis 10-60 mg (2-3 x sehari),
ISDN akan mengalami first pass effect, sehingga untuk menghindari dan
5
sublingual (Mc. Evoy, 1999). Pada penggunaan jangka panjang ISDN, akan
Oleh sebab itu, penghentian terapi perlu dilakukan secara bertahap untuk
angina dan dapat terjadi infark miokard atau kematian mendadak (Ganiswara,
Teaching Hospitalterhadap 605 pasien, sebesar 32,73% kelompok usia 51-60 tahun
dan 24,63% kelompok usia 61-70 tahun menderita penyakit jantung. Morbiditas
penyakit jantung terbanyak adalah infark miokard dan diikuti oleh angina tidak
stabil, dan angina stabil dengan gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri
dada yang menjalar. Dari beberapa macam terapi yang digunakan, sebanyak
59,01 % tablet ISDN digunakan dalam terapi untuk mengobati pasien yang
mengalami infark miokard dan angina tidak stabil (Patel, et al., 2012).Pada studi
yang dilakukan di ruangan Intensive Care Unit(ICU) rumah sakit pemerintah Miraj
sering dirawat dan mengetahui dosis serta prevalensi resep obat yang diberikan
perhari, terdapat 96 pasien yang mengalami penyakit jantung koroner dari jumlah
total 243 pasien. Terdapat beberapa penyakit penyerta pada pasien penyakit
6
adalah ISDN dengan presentase prevalensi resep sebesar 91,91 %. Dosis yang
digunakan adalah 60 mg per hari yang diberikan secara oral (Pendhari, et al., 2013).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai jantung koroner agar dapat dijadikan acuan
7
BAB I
PEMBAHASAN
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner
memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor genetik, usia dan penyakit pentyerta
darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai
dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah
8
dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir
dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di bawah
lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat
sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal
ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan
degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat
perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar
9
2.3 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel
atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas
sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan
oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty,
2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit
ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang
kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan
kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, 3 pembekuan dan fibrosis. Pada saat
ditarik ke area cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor
adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama
10
terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan
interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap
merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima karena
teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut,
struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan
lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan yang berasal dari
trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan
dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat
untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak
miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan
11
iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang di
kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat masuk
arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel
darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku &
sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit 4 makrofag Lapisan lemak sel
otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2010: hal
6).
4. Pusing
klinis PJK.
12
2.5 Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
Stress, Jenis Kelamin, Obesitas dan Genetik. Menurut,( Putra S, dkk, 2013: hal 4)
Klasifikasi PJK :
oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi
Ischemia), terutama pada pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik
dengan Angina Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki
dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan
timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti
biasanya berlangsung> 10 menit. b. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6
minggu sebelumnya), dan c. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat,
13
3. Angina Varian Prinzmetal Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang
mengganggu aliran darah ke otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa
penyakit arteri koroner yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan
Angina Varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh,
dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum
dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda
perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi
parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi.
akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang bermakna, sebagai akibat
oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme hebat yang berlangsung
adalah:
1. Disfungsi ventricular
3. Gangguan hemodinamik
14
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST
6. Syok kardiogenik
8. Perikarditis
4. Merokok
5. Diabetes Mellitus
6. Kegemukan
9. Stress
Bila Anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko tersebut diatas, Anda
ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3. Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang
sereberal.
16
5. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris Penyakit Iskemik
miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen
diabetes.
seorang ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali
3.2 Saran
Di harapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami apa itu
17
DAFTAR PUSTAKA
Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Kandas
media (Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar. Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1. Februari 2013.
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 9.
Jakarta: EGC. Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung koroner.
Manado: fakultas kedokteran.
Rochmayanti, 2011. Analis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
dengan penyakit jantun koroner. Jakarta: fakultas ilmu keperawatan.
A.Fauzi Yahya. 2010. Penaklukan No.1: Mencegah dan mengatasi penyakit jantung
koroner. Bandung: Qanita.
18