MINGGU: 5
Materi Inisiasi: 5
Topik : Ketertiban Umum dan Penyelundupan Hukum
Modul : 5
Uraian:
KEGIATAN BELAJAR 1
Teori Ketertiban Umum
Rangkuman:
Berdasarkan teori, keberlakukan hukum asing untuk suatu permasalahan hukum dapat
dikesampingkan, dan sebagai gantinya, hakim memberlakukan hukum nasional. Hukum asing
tersebut pada dasarnya berlaku, namun karena satu dan lain hal keberlakukannya tersebut
terpaksa dikesampingkan demi kemaslahatan masyarakat hukum nasional. Lembaga
pengesamping tersebut dikenal sebagai lembaga ketertiban umum.
Ketertiban umum dalam konteks hukum perdata nasional memiliki sejumlah variasi
pengertian, yaitu:
1) Ketertiban umum dalam hukum perikatan merupakan batasan dari asas kebebasan
berkontrak.
2) Sebagai unsur pokok dalam “ketertiban dan kesejahteraan, keamanan”.
3) Sebagai pasangan dari “kesusilaan yang baik”.
4) Sebagai sinonim dari “ketertiban umum”.
5) “Keadilan”.
6) Sebagai pengertian dari hukum acara pidana untuk jalannya peradilan yang adil.
7) Kewajiban hakim untuk mempergunakan pasal-pasal dari perundang-undangan
tertentu.
Ketertiban umum dalam konteks hukum perdata internasional menunjukkan adanya
bagian yang pantang diusik dari tata hukum nasional. Untuk mencegah tata hukum nasional
sebagai ganti dari hukum asing yang apabila terus diterapkan akan mengusik tata hukum
nasional. Kaidah-kaidah hukum asing yang sebenarnya harus diperlakukan menurut ketentuan-
ketentuan Hukum Perdata Internasional Indonesia, tidak akan dipergunakan bilamana kaidah-
kaidah tersebut bertentangan dengan Ketertiban Umum atau kesusilaan baik.
Pada bagian ini juga akan dijelaskan mengenai contoh-contoh dari penerapan ketertiban umum
dalam hukum perdata internasional, yaitu:
- Perbudakan
- Kematian perdata
- Perkawinan poligami
- Perkawinan homoseksual
KEGIATAN BELAJAR 2
Aneka Konsep Ketertiban Umum dalam Hukum Perdata Internasional
Rangkuman:
Konsep Prancis-Italia
Menurut konsep ini, ketertiban umum mengandung segala sesuatu yang membenarkan
penggunaan hukum nasional dalam persoalan-persoalan hukum perdata internasional.
Sepanjang kaidah hukum asing tidak berbeda dengan kaidah hukum Prancis, maka berlakulah
kaidah hukum tersebut. Apabila kaidah hukum asing berbeda pengaturannya dengan hukum
Prancis, maka hakim Prancis akan mengesampingkan kaidah hukum asing tersebut dan sebagai
gantinya menerapkan hukum Prancis.
Konsep ini kemudian diterima dan dikembangkan lebih lanjut di Italia.
Konsep Jerman
Menurut konsep ini, hakim Jerman secara prinsip menerima keberlakukan hukum asing,
namun dalam kondisi khusus hakim Jerman dapat mengesampingkannya dan sebagai gantinya
akan memberlakukan hukum Jerman. Kondisi khusus inilah yang menjadi dasar untuk
mengesampingkan keberlakuan hukum asing.
Konsep Anglo-Saxon
Menurut konsep ini, pengadilan Inggris tidak akan melaksanakan atau mengakui suatu
hak, kewenangan, kecakapan, ketidakcakapan, atau hubungan hukum yang ada menurut hukum
asing yang seharusnya berlaku menurut kaidah-kaidah hukum perdata internasional Inggris
bilamana pelaksanaan atau pengakuan suatu hak, kewenangan, kecakapan, ketidakcakapan atau
hubungan hukum tersebut akan menjadi tidak konsisten dengan public policy yang fundamental
menurut hukum Inggris.