Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN JAM KERJA DAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA DENGAN

PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS


BANYUDONO I JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH :

1. Annisa Fitria 171510237


2. Lidia Wati 171510025
3. Zulfa Aliska Putri 171510151

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian ASI pada bayi adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan oleh orang tua,
terutama ibu. Sebab, seperti yang telah kita ketahui bahwa begitu banyak manfaat dari
pemberian ASI pada bayi. Namun, banyak dari para ibu masa kini yang enggan memberikan
ASI kepada anaknya atau hanya memberikan ASI dalam jangka waktu yang tidak semestinya.
(Purwanto,2012)

ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada Bayi baru lahir sampai 6 bulan. (WHO;
Ramadhani, dkk, 2013). Menyusui Eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau
minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan). Pada Rikesdas 2010, Menyusui eksklusif adalah
komposit dari bayi masih disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan dan minuman
selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui (tidak diberi makan selain ASI).

Dukungan pemberian ASI eksklusif dari berbagai negara di dunia sangatlah besar. Hal
ini dikarenakan masih rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut. Menurut United Nations
International Children’s Emergency Fund (UNICEF) (2013), hanya 39% bayi dibawah enam
bulan di seluruh dunia mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2012. Angka global ini hanya
meningkat dengan sangat perlahan selama beberapa dekade terakhir (UNICEF, 2013).

Sedangkan untuk negara berkembang termasuk Indonesia memiliki rata-rata cakupan


ASI hanya sebesar 47%-57% saja. Menurut Kementrian Kesehatan (2014), Indonesia memiliki
cakupan ASI eksklusif sebesar 54,3%. Cakupan tersebut masih belum memenuhi target
cakupan ASI eksklusif Indonesia, yaitu sebesar 80%. Sedangkan di Jawa Tengah, cakupan ASI
eksklusif pada tahun 2013 sebesar 58,4%.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya antara lain adalah pendidikan ibu, pengetahuan
ibu, sikap dan perilaku ibu, faktor fisik ibu serta faktor emosional. Sedangkan faktor
eksternalnya adalah ibu yang bekerja, jam kerja ibu, dukungan suami, dukungan tempat kerja,
pemberian makanan pralaktal dan pemberian susu formula (Fikawati 2011).

Selain itu, jam kerja juga mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI termasuk di
dalamnya adalah jenis pekerjaan dan lamanya kerja. Ibu yang bekerja di administrasi atau
kantor memiliki kesempatan untuk menyusui bayinya lebih lama dibandingkan dengan ibu
yang bekerja secara profesional. (Novayelinda, 2012).

Berdasarkan penelitian Pernatun, dkk (2014), perusahaan yang tidak menyediakan


waktu khusus untuk karyawannya menyusui atau memerah ASI di tempat kerjanya dan durasi
cuti mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Selain itu penyediaan ruang dan
alat berpengaruh lebih baik dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.

Adanya pemberian dukungan dan jam kerja yang baik tersebut akan menjadi faktor
pendorong keberhasilan untuk melakukan praktik pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 2014
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memiliki angka cakupan ASI eksklusif sebesar 62%.
Persentase ini lebih tinggi 10,8% dari tahun sebelumnya. Ada 10 Puskesmas di Boyolali yang
masih memiliki cakupan ASI rendah, salah satunya adalah Puskesmas Banyudono I yaitu
sebesar 38,6%. Target cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Boyolali pada tahun 2014 sebesar
70%.

Hal ini menunjukkan bahwa target belum terpenuhi (Dinkes Boyolali, 2014). Survei
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2016 terhadap 10 ibu menyusui yang
bekerja di Desa Tanjungsari dan Trayu Boyolali, diperoleh informasi bahwa 70% seorang ibu
yang hanya mendapatkan waktu cuti selama 2 minggu pasca persalinan serta tidak tersedianya
fasilitas pojok laktasi di tempat kerjanya.

Keberhasilan pemberian ASI pada ibu pekerja sangat dipengaruhi oleh jam kerja ibu
dan dukungan tempat kerja. Hal ini terjadi pada ibu pekerja di daerah Tanjungsari dan Trayu
Boyolali yang menunjukkan bahwa gagalnya pemberian ASI eksklusif dimungkinkan karena
jam kerja ibu dan dukungan tempat kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis
hubungan antara jam kerja ibu dan dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah
Menurut Kementrian Kesehatan (2014), Indonesia memiliki cakupan ASI eksklusif sebesar
54,3%. Cakupan tersebut masih belum memenuhi target cakupan ASI eksklusif Indonesia,
yaitu sebesar 80%. Ada 10 Puskesmas di Boyolali yang masih memiliki cakupan ASI rendah,
salah satunya adalah Puskesmas Banyudono I yaitu sebesar 38,6%. Dan diperoleh informasi
bahwa 70% seorang ibu yang hanya mendapatkan waktu cuti selama 2 minggu pasca persalinan
serta tidak tersedianya fasilitas pojok laktasi di tempat kerjanya. Dari hal tersebut ASI
Eksklusif masih dibawah target Nasional.

Berdasarkan intisari permasalahan yang sudah diuraikan maka Rumusan Masalah dalm
penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan jam kerja ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
puskesmas Banyudono I Jawa Tengah?
2. Apakah ada hubungan dukungan tempat kerja dengan pemberian asi eksklusif di
wilayah puskesmas Banyudono I Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara jam kerja ibu dan dukungan tempat
kerja di Wilayah Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah.

Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan jam kerja Ibu dengan pemberian Asi Esklusif di Wilayah Puskesmas
Banyudono I Jawa Tengah.
2. Mendeskripsikan hubungan dukungan tempat kerja Ibu dengan pemberian Asi Esklusif
di Wilayah Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah.
3. Menganalisis hubungan antara jam kerja Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di
wilayah puskesmas Banyudono I Jawa Tengah
4. Menganalisis tempat kerja Ibu pada Pemberian ASI Eksklusif di wilayah puskesmas
Banyudono I Jawa Tengah
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan gambaran dan masukan bagi pelaksana program KIA tentang sikap ibu
dalam pemberian ASI eksklusif sehingga dapat diupayakan kegiatan dalam peningkatan
penggunaan dan pencapaian target ASI eksklusif secara lebih baik lagi.

2. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan merupakan pengalaman berharga dalam
melatih kemampuan melakukan penelitian.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan acuan atau data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan ASI eksklusif.
E. Keaslian Penelitian

NO Peneliti Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1 Dina Hubungan Jenis Pengetahuan Tempat Variabel,wa


Wahyu antara penelitian ibu bekerja (p penelitian,sa ktu
Rosyadi pengetahuan yang value= 1,000) mpel dan penelitian
ibu bekerja, digunakan tidak populasi dan metode
jam kerja ibu adalah berhubungan sama. penelitian
dan dukungan penelitian dengan berbeda.
tempat kerja survey keberhasilan
dengan analitik pemberian ASI
keberhasilan menggunka eksklusif, akan
pemberian n rancangan tetapi jam kerja
ASI Eksklusif penelitian ibu (p value=
di Wilayah cross 0,003) dan
kerja sectional dukungan
Puskesmas study. tempat kerja (p
Banyudono I Teknik value= < 0,05)
pengambila memiliki
n sampel
penelitian hubungan yang
ini adalah signifikan
simple
random
sampling.
2 Haryani, Alasan Tidak Jenis Alasan ibu Adanya metode,
LP Lila Diberikan ASI penelitian bekerja tidak penjelasan sampel,popu
Wulandari Eksklusif oleh adalah memberikan mengenai lasi ,waktu
1, Mangku Ibu Bekerja di kualitatif ASI tidak faktor faktor penelitian
Karmaya Kota Mataram dengan eksklusif pada penyebab dan tempat
Nusa pendekatan bayinya di Kota tidak penelitian
Tenggara fenomenolo Mataram diiberikanny yang
Barat gi dimana Propinsi Nusa a asi ekslusif berbeda
data Tenggara Barat secara
dikumpulka disebabkan efektif.
n dengan karena adanya
cara FGD rasa repot dari
dan ibu, karena
wawancara tuntutan beban
mendalam kerja yang
tinggi,
3 Eley Hubungan Jenis Ada korelasi Metode Sampel,pop
rafaela pengetahuan, penelitian yang bermakna penelitian ulasi,judul
status dalam antara tingkat sama. penelitian,w
pekerjaan, dan penelitian pengetahuan aktu dan
paparan susu ini adalah dengan tempat
formula penelitian pemberian ASI penelitian
dengan kuantitatif eksklusif yang
pemberian air dan desain dengan berbeda.
susu ibu (asi) penelitian hubungan kuat,
eksklusif pada survei ada korelasi
bayi usia 6-12 analitik yang bermakna
bulan di dengan antara status
wilayah kerja pendekatan pekerjaan dan
puskesmas case paparan susu
saigon control.. formula dengan
pontianak pemberian ASI
timur tahun eksklusif
2014 dengan
hubungan
lemah di
wilayah kerja
Puskesmas
Saigon
Pontianak
Timur Tahun
2014.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi ASI dan ASI Eksklusif

a. Definisi ASI

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan serangan penyakit (Yahya, 2010). Pengertian lain
tentang ASI adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan
pertama (Nelson, 2011). Sehingga dapat disimpulkan ASI adalah makanan sempurna bagi bayi
baru lahir, selain itu, payudara wanita memang berfungsi untuk menghasilkan ASI (Chumbley,
2011).

b. Definisi ASI EKSLUSIF

ASI Eksklusif Menurut Wulandari & Iriana, (2013) dikatakan ASI eksklusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi, dan tim. Dilengkapi oleh Mustofa & Prabandari (2010) ASI eksklusif atau lebih
tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Serta menurut Damanik,
Dkk (2015) ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 - 6 bulan dalam rangka
mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI murni tanpa makanan
pendamping ASI (prelaktal) selama 0 - 6 bulan pada bayi. Pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi,
meningkatkan kecerdasan anak, dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu.
Para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI, Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam
bulan diberi ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagian besar bayi di Indonesia tidak
mendapatkan manfaat ASI terkait dengan gizi dan perlindungan terhadap penyakit.
Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6 bulan sangat
menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit penyebab kematian bayi.
Pencapaian perkembangan yang optimal juga dapat dilakukan dengan menyusui bayi secara
penuh (ASI murni/eksklusif) selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai berumur 2 tahun.
Diperkuat dengan teori dari World Health Organization (WHO), American Academy of
Pediatrics (AAP), American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun dapat memberikan keuntungan bukan hanya bagi bayi dan ibu saja tetapi juga
bagi tempat kerja ibu. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (termasuk ASI perahan) kepada
bayi tanpa diberi makanan lain kecuali vitamin, mineral dan obat dalam bentuk oralit, tetes
dan sirup (WHO dalam IDAI, 2010).

c. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Roesli (2011) manfaat ASI bagi bayi yaitu:

1. ASI sebagai nutrisi

Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit, karena ASI
mengandung berbagai zat kekebalan.

3. ASI meningkatkan kecerdasan

ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA,
AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien tersebut
tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi
yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.

4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.

Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar perkembangan emosi
bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diridan dasar spiritual yang baik.
Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partum)

Menyusui bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko perdarahan post partum, karena
pada ibu menyusui peningkatan kadar oksitosin menyababkan vasokontriksi pembuluh darah
sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan angka kematian ibu
melahirkan.

2. Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat
besi. Karena menyusui mengurangi perdarahan.

3. Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil.

5. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada umumnya bila wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga
akan menurunkan angka kejadian carcinoma mammae sampai sekitar 25%, dan carcinoma
ovarium sampai 20-25%.

6. Lebih ekonomis/murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula dan perlengkapan
menyusui. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi karena
bayi jarang sakit.

d. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Ekslusif

Faktor factor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif, dapat dipengaruhi oleh factor
internal dan Eksternal (WahyuNingsih,2012)

a) Faktor internal yaitu factor factor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri meliputi
1. Faktor Pendidikan
makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi
sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, begitupun sebaliknya.
(WahyuNingsih,2012)
2. Factor Pegetahuan
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian asi ekslusif
bias menjadi penyebab pemberian asi eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat
pemeriksaan kehamilan (ante natal care), mereka tidak memperoleh penyuluhan
intensif tentang asi eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, tekhnik menyusui dan
kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif ( Wahyuningsih, 2018)
3. Factor Sikap/perilaku
Menurut roesli (2008) dengan menciptakan sikap yang positif mengenai asi dan
meyusui dapat meninggkatkan keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif.
4. Factor Psikologis
a) Takutnya kehilangan daya Tarik sebagai seorang wanita
b) Adanya anggapan para ibu menyusui akan merusak penampilan dan khawatir akan
tampak menjadi tua
c) Tekanan batin
5. Factor Fisik Ibu
Alasan ibu sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik
sebentar maupun lama sebenarny jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan ibu
untuk berhenti menyusui. Lebih jauh berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa
makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusui dari ibunya yang sakit ( roesli,
2008 )
b) Faktor Eksternal
1. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan jam kerja
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui
adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja terutama pada usia subur,
sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Banyak
kalangan menganggap hal ini sebagai konsekuensi biasa (IDAI, 2010). Terungkap
dari hasil penelitian Sartono (2013), bahwa faktor kesempatan menyusui berbeda
sangat tajam antara kelompok yang bekerja dengan kelompok yang tidak bekerja.
Selain itu, berhubungan pula dengan faktor kelelahan fisik dan fasilitas untuk
menyusui. Ibu yang bekerja biasanya tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sehingga menambah kelelahan fisik dan menjadi segan menyusui, pabrik tidak
menyediakan fasilitas bagi pekerja untuk tetap bisa menyusui, seperti tempat
penitipan anak (TPA), pojok ASI, luangan waktu di sela-sela jam kerja. Bagi pekerja
pabrik yang tidak memiliki kesempatan menyusui selama bekerja, penggunaan susu
formula merupakan pilihan untuk bayinya setelah mereka selesai menikmati masa
cuti hamil. Seorang ibu yang berstatus sebagai ibu rumah tangga bisa dikatakan
mempunyai kesempatan lebih besar memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai pekerjaan diluar sebagai ibu rumah tangga.
Pada hakikatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu berhenti memberi ASI
secara eksklusif selama sedikitnya 6 bulan.
Menurut peneliti, ibu yang bekerja ada hubungan dengan penghambat
pemberian ASI eksklusif karena ibu yang bekerja di luar rumah tidak mempunyai
banyak waktu untuk memberian ASI eksklusif, sebaliknya ibu yang tidak bekerja di
luar rumah memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI eksklusif. Faktor
penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan tingkat pengetahuan (Susilawati
& Maulina, R., 2014)
2. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan lingkungan keluarga
Teori yang mengatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara
eksklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya) perlu di
informasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu
berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami (IDAI,
2010). Dari teori dan penelitian terkait maka terbukti bahwa faktor dukungan keluarga
berhubungan dengan penghambat pemberian ASI eksklusif.
Dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif sangat kurang, sebaliknya
suami memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan makanan dan susu
formula. Suami perlu mengetahui pentingnya pemberian ASI, jika suami mengetahui
manfaat dari ASI maka itu akan menjadi motivasi bagi suami untuk membantu ibu
demi kelancaran pemberian ASI. Menurut peneliti, dukungan keluarga ada hubungan
dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang mendapatkan dukungan
dari keluarga akan merasakan keputusan yang diambil oleh ibu untuk memberikan
ASI eksklusif didukung oleh keluarga sehingga ibu termotivasi untuk memberikan
ASI eksklusif dan membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif (Susilawati &
Maulina, R., 2014).

3. Peran Pemerintah dalam Memfasilitasi dan Meningkatkan Pemberian ASI


Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan pemberian ASI
eksklusif dengan berbagai cara. Menerbitkan peraturan dan perundang undangan
mengenai pemberian ASI eksklusif pun sudah dilakukan.

Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004, merupakan salah satu upaya kementrian


kesehatan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklusif, dalam undang-
undang ini diatur agar semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan
kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk
memberikan ASI Eksklusif. Dalam Keputusan Mentri Kesehatan ini diputuskan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

(LMKM). Isi dari LMKM tersebut adalah:

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan

Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada
semua petugas

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan


penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui;

4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui
setelah 30 menit ibu sadar;

5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis;

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir;

7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam


sehari

8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana
Pelayanan Kesehatan.

Selain upaya di atas, pada tahun 2012 Pemerintah RI mengesahkan Peraturan

Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Dalam peraturan ini
pemerintah RI mengatur fungsi dan peranan pemerintah dari segala jajaran mulai dari tingkat
pusat sampai daerah untuk mendukung dan melaksanakan program peningkatan pemberian
ASI eksklusif. Peraturan ini juga mengatur lembaga pemerintah dan lembaga kesehatan untuk
memberikan edukasi mengenai pemberian ASI eksklusif, tatacara dan isi edukasi yang
disampaikan turut diatur dalam peraturan ini.

Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI juga mengeluarkan kebijakan tentang pemberian ASI pada
pekerja wanita. Kebijakan ini mengemukakan strategi untuk pemberian ASI pada pekerja
wanita. Isi strategi tersebut adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk meningkatkan status


kesehatan ibu pekerja dan bayinya.

2. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah yang
terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalam program pemberian ASI di tempat
kerja dan meningkatkan produktivitas kerja

3. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di tempat kerja
mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui yang merupakanstandar interna-sional.

4. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusuidi tempat kerja
dengan :

- Menyediakan sarana ruang memerah ASI

- Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.

- Menyediakan materi penyuluhan ASI

- Memberikan penyuluhan
5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui
pembina

an dan dukungan penuh dari pihak pengusaha

2.2. Kerangka Teori

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM


PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

1. INTERNAL

A. PENDIDIKAN

B. PENGETAHUAN

C. SIKAP atau PERILAKU

D. PSIKOLOGIS
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
E. FISIK IBU

2.FAKTOR EKSTERNAL

1. JAM KERJA

2. DUKUNGAN KELUARGA

3. DUKUNGAN TEMPAT KERJA

Gambar 1.1 Faktor yang Mempengaruhi dalam pemberian Asi Eksklusif

(WahyuNingsih,2012)
BAB III

A. Kerangka Konsep

JAM KERJA
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DUKUNGAN TEMPAT KERJA

B. Variable Penelitian
Variable yang terdapat dalam penelitian ini adalah variable bebas dan variable terikat.
1. Variable Bebas:
a. Jam Kerja Ibu
b. Dukungan Tempat Kerja
2. Variable terikat:
a. Pemberian ASI secara Eksklusif
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional yang dicantumkan dalam penelitian ini adalah definisi
operasional tentang variabel jam kerja ibu dan variabel dukungan tempat kerja ibu
dalam pemberian Asi Eksklusif. Definisi operasional untuk kedua variable dapat dilihat
pada table ini.

Variabel Definisi Alat Pengukuran Hasil Ukur Skala Hasil


Operasional Pengukuran
Jam Kerja Ibu Jam kerja adalah Kuesioner
dalam lamanya ibu
pemberian Asi bekerja di luar
Ekslusif rumah.
Dukungan Dukungan Kuesioner
Tempat kerja Ibu tempat kerja ibu
adalah Fasilitas
yang disediakan
oleh institusi
kepada ibu
pekerja yang
menyusui di
ruang lingkup
kerja.

D. Hipotesis
Hipotesis dalam pemnelitian menggunakan Hipotesis Alternatif, yaitu:
1. Ada hubungan antara jam kerja dengan pemberian Asi Eksklusif di Wilayah
Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah
2. Ada hubungan antara dukungan tempat kerja dengan Pemberian Asi Eksklusif di
Wilayah Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah
BAB IV

4.1 Desain Penelitian


Desain Penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses.
Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan : Cross Sectional, yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari faktor-faktor resiko, dengan cara pendekatan
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat dimana tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu variabel subjek pada
saat pemeriksaan pada waktu yang sama.
4.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan
sebanyak 66 orang.
4.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmojo2013).
Pengambilan sampel yaitu 54 Ibu yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan.
Kriteria inklusi :
1. Ibu menyusui yang bersedia diteliti
2. Ibu menyusui usia bayi 6-12 bulan

Kriteria eksklusi :

1. Ibu yang menyusi yang tidak bersedia diteliti


2. Ibu menyusui usia bayi < 6 bulan dan > 12 bulan
3. Ibu menyusi karna alasan bekerja dan faktor pendukung fasilitas dari institusi
tempat kerja Ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Rosyadi Dina Wahyu. 2016. Hubungan antara Pengetahuan Ibu bekerja, Jam Kerja Ibu
dan Dukungan Tempat Kerja dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif diwilayah
Kerja Puskesmas Banyudono I. Diakses pada tanggal 28 februari 2019
eprints.ums.ac.id/47204/28/1.NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Herianti . 2014. Persepsi ibu tentang pemberian asi eksklusif di puskesmas nglegok
kabupaten blitar kabupaten barru. Diakses pada tanggal 5 April 2019
https://www.academia.edu/10119695/PROPOSAL_PERSEPSI_IBU_TENTANG_PEMBERI
AN_ASI_EKSKLUSIF

Haryani dkk. 2014. Alasan tidak diberikan asi eksklusif oleh ibu bekerja di kota
Mataram,NTB. Di akses pada tanggal 9 maret 2019
https://phpmajournal.org/index.php/phpma/article/viewFile/138/pdf

Rafaela Eley. 2014. Hubungan Pengetahuan , Status Pekerjaan , dan Paparan Susu
Formula dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Saigon Pontianak Timur Tahun 2014. Di akses pada tanggal 28
Februari 2019s
jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/11395/10798

Anda mungkin juga menyukai