DISUSUN OLEH :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian ASI pada bayi adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan oleh orang tua,
terutama ibu. Sebab, seperti yang telah kita ketahui bahwa begitu banyak manfaat dari
pemberian ASI pada bayi. Namun, banyak dari para ibu masa kini yang enggan memberikan
ASI kepada anaknya atau hanya memberikan ASI dalam jangka waktu yang tidak semestinya.
(Purwanto,2012)
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada Bayi baru lahir sampai 6 bulan. (WHO;
Ramadhani, dkk, 2013). Menyusui Eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau
minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan). Pada Rikesdas 2010, Menyusui eksklusif adalah
komposit dari bayi masih disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan dan minuman
selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya disusui (tidak diberi makan selain ASI).
Dukungan pemberian ASI eksklusif dari berbagai negara di dunia sangatlah besar. Hal
ini dikarenakan masih rendahnya cakupan pemberian ASI tersebut. Menurut United Nations
International Children’s Emergency Fund (UNICEF) (2013), hanya 39% bayi dibawah enam
bulan di seluruh dunia mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2012. Angka global ini hanya
meningkat dengan sangat perlahan selama beberapa dekade terakhir (UNICEF, 2013).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya antara lain adalah pendidikan ibu, pengetahuan
ibu, sikap dan perilaku ibu, faktor fisik ibu serta faktor emosional. Sedangkan faktor
eksternalnya adalah ibu yang bekerja, jam kerja ibu, dukungan suami, dukungan tempat kerja,
pemberian makanan pralaktal dan pemberian susu formula (Fikawati 2011).
Selain itu, jam kerja juga mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI termasuk di
dalamnya adalah jenis pekerjaan dan lamanya kerja. Ibu yang bekerja di administrasi atau
kantor memiliki kesempatan untuk menyusui bayinya lebih lama dibandingkan dengan ibu
yang bekerja secara profesional. (Novayelinda, 2012).
Adanya pemberian dukungan dan jam kerja yang baik tersebut akan menjadi faktor
pendorong keberhasilan untuk melakukan praktik pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 2014
Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memiliki angka cakupan ASI eksklusif sebesar 62%.
Persentase ini lebih tinggi 10,8% dari tahun sebelumnya. Ada 10 Puskesmas di Boyolali yang
masih memiliki cakupan ASI rendah, salah satunya adalah Puskesmas Banyudono I yaitu
sebesar 38,6%. Target cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Boyolali pada tahun 2014 sebesar
70%.
Hal ini menunjukkan bahwa target belum terpenuhi (Dinkes Boyolali, 2014). Survei
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2016 terhadap 10 ibu menyusui yang
bekerja di Desa Tanjungsari dan Trayu Boyolali, diperoleh informasi bahwa 70% seorang ibu
yang hanya mendapatkan waktu cuti selama 2 minggu pasca persalinan serta tidak tersedianya
fasilitas pojok laktasi di tempat kerjanya.
Keberhasilan pemberian ASI pada ibu pekerja sangat dipengaruhi oleh jam kerja ibu
dan dukungan tempat kerja. Hal ini terjadi pada ibu pekerja di daerah Tanjungsari dan Trayu
Boyolali yang menunjukkan bahwa gagalnya pemberian ASI eksklusif dimungkinkan karena
jam kerja ibu dan dukungan tempat kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis
hubungan antara jam kerja ibu dan dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah
Menurut Kementrian Kesehatan (2014), Indonesia memiliki cakupan ASI eksklusif sebesar
54,3%. Cakupan tersebut masih belum memenuhi target cakupan ASI eksklusif Indonesia,
yaitu sebesar 80%. Ada 10 Puskesmas di Boyolali yang masih memiliki cakupan ASI rendah,
salah satunya adalah Puskesmas Banyudono I yaitu sebesar 38,6%. Dan diperoleh informasi
bahwa 70% seorang ibu yang hanya mendapatkan waktu cuti selama 2 minggu pasca persalinan
serta tidak tersedianya fasilitas pojok laktasi di tempat kerjanya. Dari hal tersebut ASI
Eksklusif masih dibawah target Nasional.
Berdasarkan intisari permasalahan yang sudah diuraikan maka Rumusan Masalah dalm
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada hubungan jam kerja ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
puskesmas Banyudono I Jawa Tengah?
2. Apakah ada hubungan dukungan tempat kerja dengan pemberian asi eksklusif di
wilayah puskesmas Banyudono I Jawa Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara jam kerja ibu dan dukungan tempat
kerja di Wilayah Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah.
Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan jam kerja Ibu dengan pemberian Asi Esklusif di Wilayah Puskesmas
Banyudono I Jawa Tengah.
2. Mendeskripsikan hubungan dukungan tempat kerja Ibu dengan pemberian Asi Esklusif
di Wilayah Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah.
3. Menganalisis hubungan antara jam kerja Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di
wilayah puskesmas Banyudono I Jawa Tengah
4. Menganalisis tempat kerja Ibu pada Pemberian ASI Eksklusif di wilayah puskesmas
Banyudono I Jawa Tengah
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan gambaran dan masukan bagi pelaksana program KIA tentang sikap ibu
dalam pemberian ASI eksklusif sehingga dapat diupayakan kegiatan dalam peningkatan
penggunaan dan pencapaian target ASI eksklusif secara lebih baik lagi.
2. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan merupakan pengalaman berharga dalam
melatih kemampuan melakukan penelitian.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan acuan atau data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan ASI eksklusif.
E. Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi ASI
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan serangan penyakit (Yahya, 2010). Pengertian lain
tentang ASI adalah minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia bulan-bulan
pertama (Nelson, 2011). Sehingga dapat disimpulkan ASI adalah makanan sempurna bagi bayi
baru lahir, selain itu, payudara wanita memang berfungsi untuk menghasilkan ASI (Chumbley,
2011).
ASI Eksklusif Menurut Wulandari & Iriana, (2013) dikatakan ASI eksklusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi, dan tim. Dilengkapi oleh Mustofa & Prabandari (2010) ASI eksklusif atau lebih
tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Serta menurut Damanik,
Dkk (2015) ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 - 6 bulan dalam rangka
mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI murni tanpa makanan
pendamping ASI (prelaktal) selama 0 - 6 bulan pada bayi. Pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi,
meningkatkan kecerdasan anak, dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu.
Para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI, Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam
bulan diberi ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagian besar bayi di Indonesia tidak
mendapatkan manfaat ASI terkait dengan gizi dan perlindungan terhadap penyakit.
Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6 bulan sangat
menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit penyebab kematian bayi.
Pencapaian perkembangan yang optimal juga dapat dilakukan dengan menyusui bayi secara
penuh (ASI murni/eksklusif) selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai berumur 2 tahun.
Diperkuat dengan teori dari World Health Organization (WHO), American Academy of
Pediatrics (AAP), American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun dapat memberikan keuntungan bukan hanya bagi bayi dan ibu saja tetapi juga
bagi tempat kerja ibu. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (termasuk ASI perahan) kepada
bayi tanpa diberi makanan lain kecuali vitamin, mineral dan obat dalam bentuk oralit, tetes
dan sirup (WHO dalam IDAI, 2010).
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit, karena ASI
mengandung berbagai zat kekebalan.
ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA,
AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien tersebut
tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi
yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar perkembangan emosi
bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diridan dasar spiritual yang baik.
Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu:
Menyusui bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko perdarahan post partum, karena
pada ibu menyusui peningkatan kadar oksitosin menyababkan vasokontriksi pembuluh darah
sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan angka kematian ibu
melahirkan.
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat
besi. Karena menyusui mengurangi perdarahan.
3. Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil.
Pada umumnya bila wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga
akan menurunkan angka kejadian carcinoma mammae sampai sekitar 25%, dan carcinoma
ovarium sampai 20-25%.
6. Lebih ekonomis/murah
Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula dan perlengkapan
menyusui. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi karena
bayi jarang sakit.
Faktor factor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif, dapat dipengaruhi oleh factor
internal dan Eksternal (WahyuNingsih,2012)
a) Faktor internal yaitu factor factor yang terdapat di dalam diri individu itu sendiri meliputi
1. Faktor Pendidikan
makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi
sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, begitupun sebaliknya.
(WahyuNingsih,2012)
2. Factor Pegetahuan
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian asi ekslusif
bias menjadi penyebab pemberian asi eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat
pemeriksaan kehamilan (ante natal care), mereka tidak memperoleh penyuluhan
intensif tentang asi eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, tekhnik menyusui dan
kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif ( Wahyuningsih, 2018)
3. Factor Sikap/perilaku
Menurut roesli (2008) dengan menciptakan sikap yang positif mengenai asi dan
meyusui dapat meninggkatkan keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif.
4. Factor Psikologis
a) Takutnya kehilangan daya Tarik sebagai seorang wanita
b) Adanya anggapan para ibu menyusui akan merusak penampilan dan khawatir akan
tampak menjadi tua
c) Tekanan batin
5. Factor Fisik Ibu
Alasan ibu sering muncul untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik
sebentar maupun lama sebenarny jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan ibu
untuk berhenti menyusui. Lebih jauh berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa
makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusui dari ibunya yang sakit ( roesli,
2008 )
b) Faktor Eksternal
1. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan jam kerja
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui
adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja terutama pada usia subur,
sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Banyak
kalangan menganggap hal ini sebagai konsekuensi biasa (IDAI, 2010). Terungkap
dari hasil penelitian Sartono (2013), bahwa faktor kesempatan menyusui berbeda
sangat tajam antara kelompok yang bekerja dengan kelompok yang tidak bekerja.
Selain itu, berhubungan pula dengan faktor kelelahan fisik dan fasilitas untuk
menyusui. Ibu yang bekerja biasanya tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sehingga menambah kelelahan fisik dan menjadi segan menyusui, pabrik tidak
menyediakan fasilitas bagi pekerja untuk tetap bisa menyusui, seperti tempat
penitipan anak (TPA), pojok ASI, luangan waktu di sela-sela jam kerja. Bagi pekerja
pabrik yang tidak memiliki kesempatan menyusui selama bekerja, penggunaan susu
formula merupakan pilihan untuk bayinya setelah mereka selesai menikmati masa
cuti hamil. Seorang ibu yang berstatus sebagai ibu rumah tangga bisa dikatakan
mempunyai kesempatan lebih besar memberikan ASI dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai pekerjaan diluar sebagai ibu rumah tangga.
Pada hakikatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu berhenti memberi ASI
secara eksklusif selama sedikitnya 6 bulan.
Menurut peneliti, ibu yang bekerja ada hubungan dengan penghambat
pemberian ASI eksklusif karena ibu yang bekerja di luar rumah tidak mempunyai
banyak waktu untuk memberian ASI eksklusif, sebaliknya ibu yang tidak bekerja di
luar rumah memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI eksklusif. Faktor
penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan tingkat pengetahuan (Susilawati
& Maulina, R., 2014)
2. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan lingkungan keluarga
Teori yang mengatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara
eksklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya) perlu di
informasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu
berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang
paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami (IDAI,
2010). Dari teori dan penelitian terkait maka terbukti bahwa faktor dukungan keluarga
berhubungan dengan penghambat pemberian ASI eksklusif.
Dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif sangat kurang, sebaliknya
suami memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan makanan dan susu
formula. Suami perlu mengetahui pentingnya pemberian ASI, jika suami mengetahui
manfaat dari ASI maka itu akan menjadi motivasi bagi suami untuk membantu ibu
demi kelancaran pemberian ASI. Menurut peneliti, dukungan keluarga ada hubungan
dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang mendapatkan dukungan
dari keluarga akan merasakan keputusan yang diambil oleh ibu untuk memberikan
ASI eksklusif didukung oleh keluarga sehingga ibu termotivasi untuk memberikan
ASI eksklusif dan membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif (Susilawati &
Maulina, R., 2014).
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada
semua petugas
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui
setelah 30 menit ibu sadar;
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis;
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir;
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana
Pelayanan Kesehatan.
Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Dalam peraturan ini
pemerintah RI mengatur fungsi dan peranan pemerintah dari segala jajaran mulai dari tingkat
pusat sampai daerah untuk mendukung dan melaksanakan program peningkatan pemberian
ASI eksklusif. Peraturan ini juga mengatur lembaga pemerintah dan lembaga kesehatan untuk
memberikan edukasi mengenai pemberian ASI eksklusif, tatacara dan isi edukasi yang
disampaikan turut diatur dalam peraturan ini.
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI juga mengeluarkan kebijakan tentang pemberian ASI pada
pekerja wanita. Kebijakan ini mengemukakan strategi untuk pemberian ASI pada pekerja
wanita. Isi strategi tersebut adalah:
2. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah yang
terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalam program pemberian ASI di tempat
kerja dan meningkatkan produktivitas kerja
3. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di tempat kerja
mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui yang merupakanstandar interna-sional.
4. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusuidi tempat kerja
dengan :
- Memberikan penyuluhan
5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui
pembina
1. INTERNAL
A. PENDIDIKAN
B. PENGETAHUAN
D. PSIKOLOGIS
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
E. FISIK IBU
2.FAKTOR EKSTERNAL
1. JAM KERJA
2. DUKUNGAN KELUARGA
(WahyuNingsih,2012)
BAB III
A. Kerangka Konsep
JAM KERJA
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DUKUNGAN TEMPAT KERJA
B. Variable Penelitian
Variable yang terdapat dalam penelitian ini adalah variable bebas dan variable terikat.
1. Variable Bebas:
a. Jam Kerja Ibu
b. Dukungan Tempat Kerja
2. Variable terikat:
a. Pemberian ASI secara Eksklusif
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional yang dicantumkan dalam penelitian ini adalah definisi
operasional tentang variabel jam kerja ibu dan variabel dukungan tempat kerja ibu
dalam pemberian Asi Eksklusif. Definisi operasional untuk kedua variable dapat dilihat
pada table ini.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam pemnelitian menggunakan Hipotesis Alternatif, yaitu:
1. Ada hubungan antara jam kerja dengan pemberian Asi Eksklusif di Wilayah
Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah
2. Ada hubungan antara dukungan tempat kerja dengan Pemberian Asi Eksklusif di
Wilayah Puskesmas Banyudono I Jawa Tengah
BAB IV
Kriteria eksklusi :
Rosyadi Dina Wahyu. 2016. Hubungan antara Pengetahuan Ibu bekerja, Jam Kerja Ibu
dan Dukungan Tempat Kerja dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif diwilayah
Kerja Puskesmas Banyudono I. Diakses pada tanggal 28 februari 2019
eprints.ums.ac.id/47204/28/1.NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Herianti . 2014. Persepsi ibu tentang pemberian asi eksklusif di puskesmas nglegok
kabupaten blitar kabupaten barru. Diakses pada tanggal 5 April 2019
https://www.academia.edu/10119695/PROPOSAL_PERSEPSI_IBU_TENTANG_PEMBERI
AN_ASI_EKSKLUSIF
Haryani dkk. 2014. Alasan tidak diberikan asi eksklusif oleh ibu bekerja di kota
Mataram,NTB. Di akses pada tanggal 9 maret 2019
https://phpmajournal.org/index.php/phpma/article/viewFile/138/pdf
Rafaela Eley. 2014. Hubungan Pengetahuan , Status Pekerjaan , dan Paparan Susu
Formula dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Saigon Pontianak Timur Tahun 2014. Di akses pada tanggal 28
Februari 2019s
jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/download/11395/10798