Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN UJIAN NEKROPSI UNGGAS

Senin, 16 Juli 2018

Disusun Oleh:

May Pamujiarti Sutrisno / B94174235

Dosen Penguji:
Prof Drh Bambang Pontjo P, MS, PhD, APVet, Dipl.ACCM

Dosen Penanggung Jawab:


Dr Drh Wiwin Winarsih, MSi, APVet

BAGIAN PATOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
LAPORAN UJIAN NEKROPSI UNGGAS

No. Protokol :U/109/18


Hari/Tanggal :Senin/16 Juli 2018
Dosen Penguji :Prof Drh Bambang Pontjo P, MS, PhD, APVet, Dipl.ACCM
Anamnesis :Diam terus, tidak mau makan

Signalement
Nama : Anonim
Jenis Hewan : Burung
Bangsa : Burung Merpati
Jenis Kelamin : jantan
Umur :-
Warna Rambut : Putih dan putih hitam
Tanggal Mati : 10 Juli 2018, 7 Juli 2018
Tanggal Nekropsi : 16 Juli 2018

HASIL PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


Organ Epikrise Diagnosa PA
Keadaan Umum Luar
Kulit dan bulu Bulu kusam, ditemukan ektoparasit, Menifestasi ektoparasit,
pertulangan terlihat menonjol (2/2) kaheksia
Mata Tidak ada kelainan (2/2)
Lain-lain Bagian anus kotor (2/2), pada kaki Tidak ada kelainan
kanan ditemukan nodul-nodul (1/2), Diare, Peradangan, anemia
mukosa pucat
Subkutis
Perlemakan Perlemakan sedikit (2/2) Kaheksia
Otot Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Rongga Tubuh
Situs Viscerum Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan

Traktus Respiratorius
Kantong udara Jernih, terang tembus (2/2) Tidak ada kelainan
Sinus Hidung Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Khoanae Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Laring Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Trakhea Ada eksudat kataral (1/2) Tracheitis
Paru-paru Warna tidak homogen, merah muda
dan merah kehitaman, pada sebagian Penumonia
lobus masih ada krepitasi, uji apung
mengapung dan sebagian tenggelam
(2/2)
Traktus Digestivus
Rongga mulut Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Esofagus Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Tembolok Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Proventrikulus Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Gizzard Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Usus Halus Dinding usus tipis, ada eksudat (2/2) Enteritis katarhalis
Usus Besar Dinding usus tipis, ada eksudat Enteritis kataralis, Diare
kataral, feses encer (2/2)
Sekum Tidak ditemukan (2/2) -
Seka Tonsil Tidak ditemukan (2/2) -
Pankreas Warna merah (2/2) Pankreatitis
Hati Warna tidak homogen, warna merah
dan merah kehitaman, ketika diinsisi Kongesti hati
keluar darah (1/2)
Traktus Sirkulatorius
Jantung Apeks lancip, warna merah, dinding Dilatasi ventrikel kanan,
ventrikel kanan menipis dan lumennya Hipertrofi ventrikel kiri
membesar; ventrikel kirimenebal
lumen mengecil. Ditemukan bekuan
darah pada kedua ventrikel (2/2)

Pembuluh darah Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan


Sistem Limforetikuler
Thymus Tidak ditemukan (2/2) -
Limpa Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Bursa Fabricius Tidak ditemukan (2/2) -
Traktus Urogenitalia
Ginjal Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Ureter Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Sistem syaraf pusat
dan perifer
Otak Autolisis postmortem (2/2) Autolisis postmortem
Korda Spinalis Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Saraf Perifer Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelaianan
Sistem lokomosi
Otot Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Tulang Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Sumsum Tulang Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan
Persendian Tidak ada kelainan (2/2) Tidak ada kelainan

Diagnosa kausalis: Helminthiasis oleh Capilaria columbae


Diagnosa banding: Infeksi adenovirus, trichomoniasis
Atrial mortis: Jantung
PEMBAHASAN

Pemeriksaan keadaan umum luar burung merpati ditemukan burung merpati


memiliki bulu yang kusam dengan pertulangan yang menonjol dan ditemukan adanya
infestasi ektoparasit. Pertulangan pada burung merpati yang menonjol menunjukkan
bahwa merpati mengalami kaheksia. Selain itu juga ditemukan manifestasi ektoparasit
pada bulu merpati yang cukup banyak. Menurut Mubarok dan Susanto (2017)
ektoparasit yang sering ditemukan pada burung merpati (Columbae livia) adalah kutu
dengan jenis Columbicola columbae. C. columbae ini ditemukan diantara bulu dan
bagian atas sayap merpati. Menurut Adang et al. (2008) jenis ektoparasit yang
ditemukan pada merpati adalah jenis kutu Menopon gallinae, Columbicola columbae,
dan Gonoides sp. ; lalat Pseudolyncia canariensis; dan tungau Dermanyssus gallinae.
Infeksi parasit memiliki peranan yang besar dalam masalah kesehatan merpati. Parasit
merupakan sumber infeksi dan transmisi penyakit. Efek dari infeksi parasit pada
burung seringkali parah yang dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan rentan
terhadap infeksi lain (Musa et al. 2011).
Bagian anus burung merpati ditemukan kotor yang menandakan bahwa burung
merpati mengalami diare. Selain itu pada salah satu burung merpati pada kaki kanan
ditemukan ada nodul-nodul. Nodul-nodul pada kaki ini setleah diinsisi berisi jaringan
lunak sehingga menandkan bahwa merpati mengalami peradangan. Perlemakan pada
burung merpati memperlihatkan adanya sedikit perlemakan sementara otot tidak
ditemukan adanya kelainan. Perlemakan yang sedikit ini juga menunjukkan bahwa
merpati mengalami kaheksia.
Pemeriksaan pada traktus respiratorius pada kantung udara, sinus hidung,
khoanae, dan laring tidak ditemukan adanya kelainan. Sementara pada salah satu
burung merpati ditemukan adanya eksudat kataral pada trachea yang menandakan
adannya peradangan pada trachea (trakheitis). Paru paru ditemukan memiliki warna
yang tidak homogen yaitu ada sebagian yang berwarna merah muda dan sebagian
berwarna merah kehitaman. Krepitasi masih dirasakan pada sebagian lobus, sementara
ujia apung menunjukkan hasil yang tenggelam pada sebagian lobus. Hal ini
menandakan pahwa paru-paru mengalami peradangan (pneumonia). Penyakit resprasi
yang terjadi pada burung merpati dapat disebabkan oleh agen infeksius maupun
noninfeksius. Faktor non-infeksius iklim dan lingkungan seperti hygiene,
kelembapanm suhu, kepadatan, ventilasi dan debu dapat menyebabkan penyakit
respirasi pada merpati. Agen infeksius yang dapat menyebabkan penyakit respirasi
pada merpati masih belum secara penuh ditetapkan. Menurut Herdt dan Pasmans
(2009) agen yang dapat menyebabkan penyakit respirasi pada merpati dapat terjadi
akibat primer maupun infeksi sekunder. Agen infeksius tersebut seperti herpesvirus,
Chlamydophila psittaci, Escherichia coli, Staphylococcus intermedius, Pelistega
europaea,dan Aspergillus fumigatus.
Selanjutnya, pemeriksaan pada traktus digestivus dimulai dari rongga mulut,
esophagus, tembolok, proventrikulus, dan gizzard tidak ditemukan adanya kelainan
pada kedua burung. Pada usus halus dan usus besar ditemukan adanya eksudat kataral
dan dinding usus yang mengalami penipisan. Hal ini menandakan bahwa terjadi
enteritis kataralis pada intestine. Enteritis pada burung merpati dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti adanya infeksi bakteri, virus ataupun parasit. Infeksi virus yang
dapat menyebabkan enteritis kataralis pada merpati adalah infeksi adenovirus type 1.
Infeksi adenovirus dapat menyebabkan enteritis kataralis dengan disertai kelemahan,
diare, muntah, dan kehilangan bobot badan. Salmonellosis pada merpati dapat
menyebabkan enteritis fibrinous, enteritis kataralis dengan disertasi adanya ulserasi
pada ileum dan rektum pada merpati dapat disebabkan oleh infeksi protozoa Hexamita
columbae, Enteritis kataralis atau fibrinous dengan disertasi anemia, diare, muntah,
dan kekurusan pada burung merpati dapat disebabkan oleh infeksi parasit Capillaria
columbae (Herdt dan Pasmans 2009).
Pankreas ditemukan berwarna kemerahan yang menandakan terjadi peradangan
pada pancreas. Pankreatitis pada burung dapat disebabkan oleh proses inflamasi yang
kronis (Amann et al. 2006). Pankretitis dapat ditemukan pada kejadian infectious
stunting syndrome, defisiensi selenium, avian encephalomyelitis, dan avian influenza
virus (Amann et al. 2006). Hati ditemukan dengan warna tidak homogen yaitu sebagian
warna merah dan sebagian merah kehitaman. Ketika dilakukan insisi keluar darah yang
menandakan bahwa hati mengalami kongesti. Kongesti hati terjadi akibat adanya
gangguan jantung kanan yaitu dalam kasus ini berhubungan dengan dilatasi ventrikel
kanan. Dilatasi ventrikel kanan membuat pemompaan darah dari ventrikel kanan tidak
maksimal sehingga darah akan menumpuk di ventrikel kanan dan berakibat
pembendungan (kongesti) di hati. Seperti dalam pernyatanan McGavin dan Zachary
(2007) yang menyatakan bahwa gagal jantung kanan kronis akan mengakibatkan
kongesti hati.
Pemeriksaan pada traktus respiratorius pada organ jantung ditemukan jantung
berwarna merah dengan apeks lancip. Dinding ventrikel kanan menipis dengan lumen
yang meluas. Sementara ventrikel kiri ditemukan menebal dengan lumen yang
menyempit. Pada kedua ventrikel ditemukan ada bekuan darah. Penebalan ventrikel
kiri dengan lumen ventrikel yang menyempit menandakan terjadinya hipertofi
ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi akibat peningkatan kerja jantung.
Ventrikel kanan dengan dinding yang menipis dan lumen meluas menunjukkan
terjadinya dilatasi ventrikel kanan. Adanya bekuan darah pada kedua ventrikel
menandakan bahwa hewan mengalami penyakit jantung yang berkepanjangan
sehingga gagal untuk berkontraksi pada saat rigor mortis yang menyebabkan
terbentuknya bekuan darah pada ventrikel kiri dan ventrikel kanan McGavin dan
Zachary (2007).

PATOGENESA

Kejadian enteritis kataralis pada usus halus dan usus besar yang terjadi dalam
kasu ini dapat terjadi oleh adanya infeksi adenovirus type 1, infeksi parsit Capillaria
columbae, atau infeksi protozoa Hexamita columbae. Namun infeksi protozoa
Hexamita columbae biasanya disertai adanya lesio ulcerasi pada ileum dan rektum serta
biasanya terjadi pada hewan muda, sedangkan dalam kasus tidak ditemukan adanya
ulserasi pada intestine. Infeksi adenovirus pada merpati memiliki karakteristik
menyebabkan adanya enteritis kataralis, diare berair, muntah, kehilangan bobot badan.
Adenovirus type I bereplikasi pada sel epitel usus dan menyebabkan kerusakan epitel
yang hebat (Herdt dan Pasmans 2009). Infeksi cacing Capillaria columbae
menyebabkan enteritis kataralis dan anemia (Qamar et al. 2017), hal ini disebabkan
karena cacing ini melekat pada villi mukosa usus dan makan melalui epitel dan
glandular secretions. Dinding usus yang mengalami penipisan diakibatkan oleh adanya
pankreatitis. Pankreatitis yang terjadi akan menyebabkan autodigesti akibat hewan
tidak mau makan sehingga usus kosong dan mengakibatkan autodigesti sehingga usus
menjaddi tipis.
Dari patologi anatomi yang ditemukan merpati mengalami enteritis kataralis
akibat infeksi dari cacing Capillaria columbae yang berjalan kronis, walaupun dalam
pemeriksaan nekropsi tidak ditemukan adanya cacing dan seharusnya dilakukan
pemeriksaan feses untuk memeriksa adanya telur cacing. Capillaria columbae
memiliki panjang 1-2 cm dan diameter kurang dari 1mm. telur cacing ini bebrbentuk
seperti lemon (lemon-shaped) dengan bipolar plug (Herdt dan Pasmans 2009). Infeksi
cacing Capillaria columbae yang berjalan kronis dapat mengakibatkan hewan
kekurangan nutrisi sehingga merpati mengalami kaheksia.
Dalam kasus ini adanya infeksi cacing Capillaria columbae pada usus dapat
menyebabkan anemia yang dapat berpengaruh ke jantung. Adanya anemia yang parah
dapat membuat jantung bekerja lebih kuat dan cepat untuk mengkompensasi penurunan
kadar oksigen didalam tubuh. Jantung yang bekerja keras menyebabkan ventrikel kiri
yang berfungsi mempompa darah keseluruh tubuh menjadi hipertrofi dan diikuti
dengan hipertrofi ventrikel kanan dan selanjutya ventrikel kanan mengalami dilatasi.
Adanya dilatasi ventrikel kanan membuat terjadinya kongesti pada hati. Jantung yang
bekerja terlalu keras dan berjalan kronis akan membuat jantung menjadi lemah.
Kelemahan jantung ditandai dengan adanya bekuan darah yang ditemukan pada kedua
ventrikel. Sehingga dalam kasus ini atrial mortis hewan adalah jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Adang KL, Ezalor, Abdu PA, Yoriyo Kp. 2008. Food habits of four sympatric
columbids (aves: columbidae) in Zaria, Nigeria. Cont J Biol Sci. 1:1-9.
Amann O, Visschers MJM, Dorrestein GM, Westerhof I, Lumeij JT. 2006. Exocrine
pancreatic insufficiency in pigeons. Avian Pathology. 35(1): 58-62.
Herdt PD, Pasmans F. 2009. Pigeons. didalam Thomas NT, Alan KJ, Gerry MD, John
EC. Handbook of Avian Medicine ed 2. Missouri (US): Elsevier Ltd.
McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis of veterinary Disease. Ed 4.
Missouri (US): Mosby Elsevier.
Mubarok H, Susanto E. 2017. Identifikasi morfologi dan molecular (PCR-SSCP) Kutu
pada merpati (Columba livia domestica). Research gate. 1-10.
Musa S, Afroz SD, Khanum H. 2011. Occurrence of ecto and endo parasites in pigeon
(Columba livia Linn.). Univ J Zool. 30(1): 73-75.
Qomar MF, Butr A, Ul-Haque SE, Zaman MA. 2017. Attributable risk Capillaria
spesies in pigeons (Columba livia domestica). Arq Bras Med Vet Zootec.
69(5):1172-1180.

Anda mungkin juga menyukai