Bentuk Pemerintahan Republik
Bentuk Pemerintahan Republik
REPUBLIK
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi,
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensial.
Indonesia adalah negara yang dibentuk berdasarkan semangat kebangsaan
(nasionlisme) yang bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tampah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
A. Pemerintahan Republik
Republik berasal dari kata res publica yang artinya kepentingan umum.
Pemerintahan republik adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat dan dipimpin
oleh seorang presiden untuk masa jabatan tertentu. Indonesia adalah negara
berbentuk kesatuan dengan pemerintahan berbentuk republik dan sistem
pemerintahan berbentuk quasi presidensial (presidensial dengan ciri-ciri
parlementer). Begitu juga dengan bentuk pemerintahan jika dipimpin dari, oleh,
dan untuk rakyat maka disebut republik dan jika berasal dari dan oleh raja untuk
rakyat maka disebut monarki. Machiavelli dalam bukunya “II Prinsipe”
mengungkapkan bahwa bentuk negara (hanya ada dua pilihan) jika tidak republik
tentulah Monarkhi. Selanjutnya menjelaskan negara sebagai bentuk genus
sedangkan Monarkhi dan republik sebagai bentuk speciesnya.
Perbedaan dalam kedua bentuk Monarkhi dan republik (Jellinek, dalam
bukunya “Allgemene Staatslehre“) didasarkan atas perbedaan proses terjadinya
pembentukan kemauan negara itu terdapat dua kemungkinan:
1. Apabila cara terjadinya pembentukan kemauan negara secara psikologis atau
secara alamiah, yang terjadi dalam jiwa/badan seseorang dan nampak sebagai
kemauan seseorang/individu maka bentuk negaranya adalah Monarkhi.
2. Apabila cara proses terjadinya pembentukan negara secara yuridis, secara
sengaja dibuat menurut kemauan orang banyak sehingga kemauan itu nampak
sebagai kemauan suatu dewan maka bentuk negaranya adalah Republik.
Begitu halnya jika jalannya pemerintahan bergantung pada dukungan
parlemen dan di kepalai oleh perdana mentri, kanselir, konsul atau sejenisnya
maka disebut perlementer, sedangkan jika jalannya pemerintahan tidak
bergantung kepada parlemen maka disebut presidensial.
Sistem Pemerintahan
Dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit,
pemerintaha adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem
pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi
dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu
Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan
menjalankan pemerintahan
2. Legislatif yang berati kekuasaan membentuk undang-undang
3. Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-
undang.
Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga
eksekutif, legislative dan yudikatif. Jadi, sistem pemerintahan negara
menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga
negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan
negara yang bersangkutan.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden
adalah kepala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen
yang akan melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang.
Setiap departemen akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabila semua menteri
yang ada tersebut dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut
dewan menteri/cabinet. Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan ministrial.
a. Kabinet Presidensial
Kabinet presidensial adalah suatu kabinet dimana pertanggung jawaban atas
kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh presiden. Presiden merangkap jabatan
sebagai perdana menteri sehingga para menteri tidak bertanggung jawab kepada
perlemen/DPR melainkan kepada presiden. Contoh negara yang menggunakan
sistem kabinet presidensial adalah Amarika Serikat dan Indonesia
b. Kabinet Ministrial
Kabinet ministrial adalah suatu kabinet yang dalam menjalankan
kebijaksaan pemerintan, baik seorang menteri secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama seluruh anggota kebinet bertanggung jawab kepada parlemen/DPR.
Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet ini adalah negara-negara di
Eropa Barat.
D. Kesimpulan
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lembaga-lembaga negara itu
berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem
pemerintahan negara monarki, lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip
yang berbeda.
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu
presidensial dan ministerial (parlemen). Klasifikasi sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensial apabila badan
eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif. Sistem
pemerintahan disebut parlementer apabila badan eksekutif sebagai pelaksana
kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif.