Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan percobaan


1. Menentukan waktu homogen dengan variasi kecepatan putar pada pengaduk
turbin dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
2. Menentukan pola aliran dengan variasi kecepatan putar pada pengaduk turbin
dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
3. Menentukan power input pada pengaduk turbin dan pengaduk propeller tanpa
menggunakan baffle
1.2.Dasar teori
1.2.1. Pengertian Pengadukan dan pencampuran zat cair
Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran
untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan
alat mekanis yang terpasang pada alat di atas. Sedangkan pencampuran
(mixing) adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana
bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang laindan sebaliknya, sedang
bahan-bahan itu sebelumya terpisah dalam dua fase atau lebih.

1.2.2. Tangki pengaduk

Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana


pengaduk tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya
cembung. Tangki pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia
pada tekanan diatas tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum, namun
tangki ini juga sering digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk
pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi dan kristalisasi.

Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :

1
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain
bawahnya cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam
tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai
pengendali suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk
pengukuran suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki
pengaduk.
Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki
selalu serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses
isothermal dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya
sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu
tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam
tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang
ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.

2
1.2.3. Pengaduk
Zat cair biasanya diaduk didalam suatu tangki atau bejana, biasanya
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara, atau dapat pula tertutup. Ukuran dan
proporsi tangki itu bermacam-macam, bergantung pada masalah
pengadukan itu sediri.
a. Propeler
Plropler merupaan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat
cair berviskositas rendah. Propler kecil biasanya berputar pada
kecepatan motor penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 put/min, sedang
propeler besar berputar pada 400 sampai 800 put/min.
b. Turbin
Pengaduk turbin biasanya efektif untuk menjangkau viscositas yang
cukup luas. Pengaduk turbin sangat cocok untuk mencampur larutan
dengan viscositas dinamik sampai 50 Ns/m2. Kebanyakan turbin itu
menyerupai agiator-dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya
yang pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros
yang dipasang di pusat bejana. Daun-daunya boleh lurus dan boleh
pula lengkung., boleh bersudut dan boleh pula vertikal.
c. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum
2 sudu, horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle
digunakan pada aliran fluida lamines, transisi atau turbulen tanpa
baffle.Pengaduk ini memberikan aliran arah radial dan tangensial dan
hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang begerak ke arah
gorizontal setelah mencapai dinding akan dibelokan ke arah atas atau

3
bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja
tanpa terjadi agitasi.

1.2.4. Pola aliran dalam bejana aduk


Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeler, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbanding (proporsi)
tangki, sekat, dan agiator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki
mempunyai tiga kompenen, dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu
bergantung pada variasi dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi
lain.
a. Pola aliran radial
Aliran radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap dinding
tabung.
b. Pola aliran tangensial
Aliran tangensial atau disebut juga rotasional yaitu yang bekerja pada
arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros.
c. Pola aliran aksial, yang bekerja pada arah paralel (sejajar) dengan
poros.

1.2.5. Waktu homogen


waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau
produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju
pencampuran (rate of mixing) adalah laju di mana proses pencampuran
berlangsung hingga mencapai kondisi akhir. Pada operasi pencampuran
dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi oleh
beberapa hal:

1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:

4
a) ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
b) bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c) ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d) laju putaran pengaduk
e) kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
 jarak terhadap dasar tangki
 pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertikal
- miring (inciclined) dari atas
- horisontal

1.2.6. Vortex
Vortex adalah putaran air yang membentuk aliran yang bergerak
secara tangensial. Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena
adanya sirkulasi aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada
berbagai lapisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.
Vortex merupakan hal yang dihindari dalam proses pencampuran
(mixing), karena dapat menyebabkan penggumpulan fluida. Maka, dapat
menyebabkan waktu untuk mencapai homogenitas lebih lama. Untuk
menghindari vortex saat pencampuran, dapat menggunakan baffle.

Vorteks

Gambar 1. Terbentuknya vortex


1.2.7. Kebutuhan daya dalam tangki berpengaduk

5
Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk, kebutuhan daya
untuk memutar pengaduk, merupakan hal penting yang harus
dipertimbangkan. Untuk memperkirakan daya yang diperlukan ketika
pengaduk berputar pada kecepatan tertentu maka diperlukan suatu korelasi
empirik mengenai angka daya.
Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np vs Nre, Bilangan
Reynold atau Reynold Number (Nre) menjelaskan pengaruh dari viskositas
laruta, Rumus dari Reynold Number yaitu :
𝜌𝑓 .𝑁 .𝐷𝑎
Nre = (Persamaan 1-1)
𝜇𝑓

Keterangan :
D = Diameter pengaduk (m)
N = Kecepatan putaran pengaduk (rps)
𝜌𝑓 = Densitas fluida (kg/m3)
𝜇𝑓 = Viskositas fluida (Kg/ms)
Sedangkan Power Number (Np) atau angka daya dirumuskan sebagai
berikut :
𝑁𝑝 .𝑁 3 .𝐷5 .𝜌𝑓
𝑃= (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 1 − 2)
𝑔𝑐

Keterangan :
Np = Power Number (kg m2 / s2)
P = Power (watt)
𝑔𝑐 = Konstanta grafitasi ( 1 kg m / N s2)
N = Kecepatan pengadukan (rps)
𝜌𝑓 = Densitas fluida (kg / m3)
D = Diameter pengaduk (m)
Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat diperoleh nilai power
yang dibutuhkan untuk mendorong pengaduk. Persamaan – persamaan
diatas berlaku bagi tangki bersekat maupun tidak bersekat. Namununtuk

6
tangki tidak bersekat, nilai angka daya yang diperoleh harus dikoreksi lagi
dengan angka Frounde atau Frounde Number (Nfr).
Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia terhadap gaya
gravitasi per satuan luas yang bekerja pada fluida dalam tangki. Hal ini
terdapat dalam situasi dimana terdapat gerakan gelombang yang tidak
dapat diabaikan pada permukaan zat cair. Persamaan angka ini yaitu :
𝑁 2 .𝐷
𝑁𝑓𝑟 = (persamaan 1-3)
𝑔

Keterangan :
D = diameter pengaduk (m)
N = kecepatan putar pengaduk (rps)
G = gravitasi bumi (m/s2)

Sehingga nilai Np koreksi dapat diperoleh dari persamaan berikut :


Np (koreksi) = Np x Nfrm (persamaan 1-4)
Eksponensial m diperoleh dari persamaan :
𝑎−log 𝑁𝑟𝑒
𝑚= (persamaan 1-5)
𝑏

Dimana a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b dapat diperoleh dari tabel
1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 konstanta a dan b
Gambar Kurva A B
9 – 13 D 1,0 40,0
9 – 14 B 1,7 18,0
9 – 14 C 0 18,0
9 – 14 D 2,3 18,0

Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari Number Froude (Nfr) juga
diperoleh maka Power Number (Np) yang diperoleh dari grafik dapat

7
dikoreksi dan hasil yang diperoleh digunakan untuk menghitung daya yang
dibutuhkan dengan menggunakan persamaan daya.

Gambar 2. NRe vs Np untuk pengaduk jenis turbin

Gambar 3. NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller

8
Keterangan :
𝐷𝑎
𝑆1 = 𝐷𝑡
𝐸
𝑆2 = 𝐷𝑎
𝐿
𝑆3 = 𝐷𝑎
𝑊
𝑆4 = 𝐷𝑎
𝐽
𝑆5 = 𝐷𝑡
𝐻
𝑆6 = 𝐷𝑡

Dimana: DT= diameter tangki


E = tinggi pengaduk dari dasar tangki
Da = diameter pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangki
J = lebar baffle
N = jumlah putaran pengaduk permenit
P = daya (power)
S = pitch dari pengaduk
W = lebar blade pengaduk

9
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan


2.1.1. Alat yang digunakan :
1. Tangki pengaduk yang berbentuk silinder
2. Batang pengaduk
3. Pengaduk turbin berdaun 4
4. Pengaduk propeller berdaun 3
5. Motor pengaduk
6. Termometer
7. Stopwatch
8. Pipet tetes
2.1.2. Bahan yang digunakan :
1. Air keran
2. Kacang hijau
3. Indikator EBT
2.2. Prosedur kerja
2.2.1. Merangkai alat
1. Memasang pengaduk jenis turbin pada batang pengaduk.
2. Memasang batang pengaduk yang telah terpasang pengaduk dengan
motor pengaduk.
3. Memasang rangkaian tadi dengan statif yang akan memasukkan batang
pengaduk kedalam tangki pengaduk yang berbentuk silinder.
2.2.2. Melakukan percobaan dengan pengaduk turbin dan tanpa baffle :
1. Memasang pengaduk turbin dan mengisi tangki pengaduk dengan
menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
2. Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk.
3. Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm

10
4. Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT pertama
memulai menyalakan stopwatch.
5. Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen.
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran.
7. Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat
arah gerak kacang hijau.
8. Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
9. Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100
rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
2.2.3. Melakukan percobaan dengan pengaduk propeller dan tanpa baffle :
1. Memasang pengaduk propeller dan mengisi tangki pengaduk dengan
menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
2. Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk
3. Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm.
4. Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT pertama
memulai menyalakan stopwatch.
5. Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran
7. Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat
arah gerak kacang hijau.
8. Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
9. Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100
rpm, 125 rpm dan 150 rpm.

11
BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1 Data pengamatan

Tabel 3.1.1 Tangki Berpengaduk Menggunakan Turbin Berdaun 4

Variasi putaran Suhu Waktu Pola aliran Viskositas Densitas


(oC) homogen (kg/ms) (kg/m3)
(rpm) (rps)
(s)
Kacang bergerak
50 0,8334 30 55 horizontal merupakan 7,9768 x 10-4 995,647
pola aliran radial

Kacang bergerak
menyentuh dinding dan
75 1,25 30 35 ada terbentuk vortex 7,9768 x 10-4 995,647
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial

Kacang bergerak
menyentuh dinding dan 995,647
100 1,6667
30 13 ada terbentuk vortex 7,9768 x 10-4
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial

Terbentuk vortex yang


125 2,0834 995,647
30 10 mulai besar merupakan 7,9768 x 10-4
pola aliran tangensial

12
Terbentuk vortex yang
agak ebih besar dari 995,647
150 2,5 30 8 7,9768 x 10-4
sebelumnya merupakan
pola aliran tangensial

Tabel 3.1.2 Tangki Berpengaduk Menggunakan Propeller Berdaun 3

Variasi putaran Suhu Waktu Pola aliran Viskositas Densitas


(oC) homogen (Ns/m2) (kg/m3)
(rpm) (rps) (s)

Kacang bergerak
50 0,8334 30 56 horizontal merupakan 7,9768 x 10-4 995,647

pola aliran radial


Kacang bergerak
7,9768 x 10-4 995,647
75 1,25 30 40 horizontal merupakan
pola aliran radial
Kacang bergerak
menyentuh dinding dan
100 1,6667 30 16 ada terbentuk vortex 7,9768 x 10-4 995,647

yang kecil merupakan


pola aliran tangensial
Terbentuk vortex yang
125 30 13 mulai besar merupakan 7,9768 x 10-4 995,647
2,0483
pola aliran tangensial
Terbentuk vortex yang
30 9 7,9768 x 10-4 995,647
agak ebih besar dari
150 2,5

13
sebelumnya merupakan
pola aliran tangensial

Keterangan :
Diketahui :

Dt = 25 cm = 0,25 m W = 4 cm= 0,04 m


Pengaduk Propeller
Da = 15,5 cm = 0,155 m L = 6,5 cm = 0,065

T = 30 oC W = 6,9 cm= 0,069 m


Pengaduk Turbin
H = 33 cm = 0,33 m L = 5,9 cm = 0,059 m

𝜌 = 996.233 kg/m3
𝜇 = 7,9768 x 10-4 kg/m s
E = 4,5 cm = 0,045 m

3.2 Hasil Perhitungan

Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Turbin berdaun 4

N (rpm) N (rps) NRe Np P (watt)


50 0,8334 24991,57 1,2 0,1016
75 1,25 37484,36 1,1 0,292
100 1,6667 49980,15 1 0,5943
125 2,0483 62475,93 1 1,1106
150 2,5 74968,72 1 1,8451

14
Tabel 3.2.2 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Propeller berdaun 3

N (rpm) N (rps) NRe Np P (watt)


50 0,8334 24991,57 0,21 0,136
75 1,25 37484,36 0,20 0,3009
100 1,6667 49980,15 0,20 0,5388
125 2,0483 62475,93 0,20 1,0331
150 2,5 74968,72 0,20 1,177

15
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini memiliki tujuan yaitu menentukan waktu yang diperlukan
untuk menghomogenkan warna dari air keran yang ditetesi 5 tetes EBT. Dalam
percobaan ini hal yang divariasikan adalah kecepatan putaran pengaduk dan jenis
pengaduk. Dari percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin diperoleh data
bahwa semakin cepat putaran pengaduk maka waktu yang diperlukan untuk
menghomogenkan air keran yaang sudah ditetesi EBT semakin cepat pula. Hal ini
dikarenakan semakin cepat perputaran pengaduk akan semakin cepat juga arus yang
ditimbulkan. Semakin cepat arus yang ditimbulkan maka semakin cepat juga tumbukan
antar partikel terjadi. Semakin cepatnya tumbukan ini akan semakin cepat pula waktu
yang diperlukan untuk menghomogenkan warna dari air keran. Dalam percobaan
selanjutnya kita juga ingin mengetahui waktu yang diperlukan untuk
menghomogenkan warna air keran dengan menggunakan pengaduk Propeller. Dari
percobaan didapatkan waktu untuk menghomogenkan warna air keran yang ditetesi
indikator EBT hampir sama dengan menggunakan pengaduk propeler. Namun, sedikit
lebih cepat saat menggunakan pengaduk turbin . Hal ini disebabkan karena ukuran
pengaduk turbin lebih besar dibanding propeler karena bentuk turbin menyerupai
agitator berdaun banyak dengan daun-daun yang agak pendek dan dpat berputar pada
kecepatan tinggi.

Dalam percobaan ini juga ingin dilihat pola aliran yang terjadi dengan
mengamati gerak dari kacang hijau yang telah dimasukkan kedalam tangki pengaduk.
Pada percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin, pola aliran yang terbentuk
pada variasi putaran pertama dan kedua adalah radial. karena arah gerak kacang yang
horizontal tegak lurus terhadap batang pengaduk. Namun setalah bertambahnya
kecepatan perputaran pengaduk, pada variasi putaran ketiga sampai variasi kelima
aliran air berubah menjadi tangensial ditandai dengan terbentuknya vortex dan melihat
dari pergerakan kacang hijau yang mendekati dinding tangki pengaduk. Hal ini

16
disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua, udara dapat masuk
dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh hingga
mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vortex akan mengakibatkan naiknya
permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah. Dalam
percobaan selanjutnya dilihat pola aliran jika di dalam tangki digunakan pengaduk
propeler. Dan ternyata pola alirannya sama dengan pengaduk Turbin, yaitu variasi
putaran pertama dan kedua pola alirannya radial dan variasi ketiga sampai kelima pola
alirannya tangensial.

Dalam percobaan ini ingin menentukan power input dari setiap kecepatan putar
pengaduk. Diperoleh power input yang semakin besar sebanding dengan semakin
cepatnya putaran pengaduk dan dipengaruhi oleh semakin besar ukuran pengaduk. Hal
ini disebabkan kecepatan putaran dipengaruhi oleh power inputnya. Semakin besar
ukuran pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk memutar pengaduk semakin besar.

17
BAB IV

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kecepatan perputaran mempengaruhi waktu homegen. Dari percobaan
di atas didapat :
1. Semakin tinggi kecepatan putar maka semakin cepat waktu homogen yang
terjadi.
2. Waktu homogen pengaduk jenis turbin lebih cepat dibandingkan dengan jenis
pengaduk propeler.
3. Pola aliran tangensial sama-sama terbentuk pada kecepatan diatas 100 rpm.
4. Semakin cepat putaran maka semakin besar power input yang dibutuhkan.

5.2. Saran
1. Lebih cermat pada saat melihat kondisi waktu homogen.

18
DAFTAR PUSTAKA

McCabe,Warren L.Dkk.1985.Operasi Teknik Kimia Jilid 1.Jakarta:Erlangga

Robert H. Perry, 1997, “Perry’s Chemical Engineers Handbook”, 7th edition, Mc


Graw Hill International Edition, New York

Septiani, Mimin. 2013 “Tangki Berpengaduk”.

http://mhimns.blogspot.com/2013/04/tangki-berpengaduk.html.diakses pada
01 oktober 2014

Tim penyusun.2013.Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi.Samarinda:


POLNES.
Toker, Riza. 2011. “Mixing”. http://rizatoker.blogspot.com/2011/06/mixing.html.
Diakses pada 03 Oktober 2014

19
LAMPIRAN

20
Perhitungan

 Turbin tanpa baffel


Diketahui :

Dt = 25 cm = 0.25 m H =33 cm = 0,33 m

Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF

E = 4,5 cm = 0,045 m 𝜌 = 995,647 kg/m3


W = 4 cm= 0,04 m 𝜇 = 7,9768 x 10-4 kg/m s
L = 5,9 cm = 0,059 m

1. Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps


𝑘𝑔
𝜌 .𝑁 .𝐷2 995,647 3 . 0,8333 𝑟𝑝𝑠 . (0,155𝑚)2
𝑚
NRe = = = 24988,5735
𝜇 7,9768 x 10−4 𝑘𝑔/𝑚 𝑠

Np = 1,2 ( dari grafik hubungan NRe Vs Np kurva D gambar 2

Diketahui, : a = 1,0 b = 40

𝑎−log 𝑁𝑅𝑒
m = 𝑏

1,0−log 24988,5735
= = -0,1099
40

𝑛2 .𝐷𝑎
NFr = 𝑔

(0,8333 𝑟𝑝𝑠)2 .0,155 𝑚


= = 0,0109
9,8 𝑚/𝑠2

Np koreksi = Np x Nfrm

21
= 1.2 x 0.0109−0,1099

= 1,9718

𝑁𝑝 .𝑛3 . 𝐷𝑎5 . 𝜌
P = 𝑔𝑐

1.9718 .(0,8333 𝑟𝑝𝑠)3 . (0,155𝑚)5 . 995,647 𝑘𝑔/𝑚3


= 𝑘𝑔 𝑚
1
𝑁 𝑠2

= 0.1016 𝑘𝑔. 𝑚2 /𝑠 3

 Propeler tanpa baffle


Diketahui :

Dt = 25 cm = 0.25 m H =33 cm = 0,33 m

Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF

E = 4,5 cm = 0,045 m 𝜌 = 995,647 kg/m3


W = 6,9 cm= 0,069 m 𝜇 = 7,9768 x 10-4 kg/m s
L = 5,9 cm = 0,059 m
Mencari S1, S2, S6

𝐷 0.155
S1 = 𝐷𝑡𝑎 = = 0.62
0.25
𝐸 0.045
S2 = 𝐷 = = 0.29
𝑎 0.155
𝐻 0.33
S6 = 𝐷𝑡 = = 1.32
0.25

22
1. Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps

𝑘𝑔
𝜌 .𝑁 .𝐷2 995,647 . 0,8333 𝑟𝑝𝑠 . (0,155𝑚)2
𝑚3
NRe = = = 24988,5735
𝜇 7,9768 x 10−4 𝑘𝑔/𝑚 𝑠

Np = 0,21 ( dari grafik hubungan NRe Vs Np kurva D gambar 3)

Diketahui, : a = 2,3 b = 18,0

𝑎−log 𝑁𝑅𝑒
m = 𝑏

2,3−log 24988,5735
= = -0,5619
18

𝑛2 .𝐷𝑎
NFr = 𝑔

(0,8333 𝑟𝑝𝑠)2 .0,155 𝑚


= = 0,0109
9,8 𝑚/𝑠2

Np koreksi = Np x Nfrm

= 0,21 x 0.0109−0,5619

= 2,6607

𝑁𝑝 .𝑛3 . 𝐷𝑎5 . 𝜌
P = 𝑔𝑐

2,6607 .(0,8333 𝑟𝑝𝑠)3 . (0,155𝑚)5 . 995,647 𝑘𝑔/𝑚3


= 𝑘𝑔 𝑚
1
𝑁 𝑠2

= 0.1371 𝑘𝑔. 𝑚2 /𝑠 3

23
Grafik

Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis turbin

24
Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller

25

Anda mungkin juga menyukai