Laporan Mixing Tangki Berpengaduk
Laporan Mixing Tangki Berpengaduk
PENDAHULUAN
1
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain
bawahnya cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam
tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai
pengendali suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk
pengukuran suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki
pengaduk.
Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki
selalu serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses
isothermal dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya
sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu
tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam
tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang
ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.
2
1.2.3. Pengaduk
Zat cair biasanya diaduk didalam suatu tangki atau bejana, biasanya
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu
mungkin terbuka saja ke udara, atau dapat pula tertutup. Ukuran dan
proporsi tangki itu bermacam-macam, bergantung pada masalah
pengadukan itu sediri.
a. Propeler
Plropler merupaan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat
cair berviskositas rendah. Propler kecil biasanya berputar pada
kecepatan motor penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 put/min, sedang
propeler besar berputar pada 400 sampai 800 put/min.
b. Turbin
Pengaduk turbin biasanya efektif untuk menjangkau viscositas yang
cukup luas. Pengaduk turbin sangat cocok untuk mencampur larutan
dengan viscositas dinamik sampai 50 Ns/m2. Kebanyakan turbin itu
menyerupai agiator-dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya
yang pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros
yang dipasang di pusat bejana. Daun-daunya boleh lurus dan boleh
pula lengkung., boleh bersudut dan boleh pula vertikal.
c. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum
2 sudu, horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle
digunakan pada aliran fluida lamines, transisi atau turbulen tanpa
baffle.Pengaduk ini memberikan aliran arah radial dan tangensial dan
hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang begerak ke arah
gorizontal setelah mencapai dinding akan dibelokan ke arah atas atau
3
bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja
tanpa terjadi agitasi.
4
a) ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
b) bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c) ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d) laju putaran pengaduk
e) kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
jarak terhadap dasar tangki
pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertikal
- miring (inciclined) dari atas
- horisontal
1.2.6. Vortex
Vortex adalah putaran air yang membentuk aliran yang bergerak
secara tangensial. Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena
adanya sirkulasi aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada
berbagai lapisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.
Vortex merupakan hal yang dihindari dalam proses pencampuran
(mixing), karena dapat menyebabkan penggumpulan fluida. Maka, dapat
menyebabkan waktu untuk mencapai homogenitas lebih lama. Untuk
menghindari vortex saat pencampuran, dapat menggunakan baffle.
Vorteks
5
Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk, kebutuhan daya
untuk memutar pengaduk, merupakan hal penting yang harus
dipertimbangkan. Untuk memperkirakan daya yang diperlukan ketika
pengaduk berputar pada kecepatan tertentu maka diperlukan suatu korelasi
empirik mengenai angka daya.
Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np vs Nre, Bilangan
Reynold atau Reynold Number (Nre) menjelaskan pengaruh dari viskositas
laruta, Rumus dari Reynold Number yaitu :
𝜌𝑓 .𝑁 .𝐷𝑎
Nre = (Persamaan 1-1)
𝜇𝑓
Keterangan :
D = Diameter pengaduk (m)
N = Kecepatan putaran pengaduk (rps)
𝜌𝑓 = Densitas fluida (kg/m3)
𝜇𝑓 = Viskositas fluida (Kg/ms)
Sedangkan Power Number (Np) atau angka daya dirumuskan sebagai
berikut :
𝑁𝑝 .𝑁 3 .𝐷5 .𝜌𝑓
𝑃= (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 1 − 2)
𝑔𝑐
Keterangan :
Np = Power Number (kg m2 / s2)
P = Power (watt)
𝑔𝑐 = Konstanta grafitasi ( 1 kg m / N s2)
N = Kecepatan pengadukan (rps)
𝜌𝑓 = Densitas fluida (kg / m3)
D = Diameter pengaduk (m)
Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat diperoleh nilai power
yang dibutuhkan untuk mendorong pengaduk. Persamaan – persamaan
diatas berlaku bagi tangki bersekat maupun tidak bersekat. Namununtuk
6
tangki tidak bersekat, nilai angka daya yang diperoleh harus dikoreksi lagi
dengan angka Frounde atau Frounde Number (Nfr).
Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia terhadap gaya
gravitasi per satuan luas yang bekerja pada fluida dalam tangki. Hal ini
terdapat dalam situasi dimana terdapat gerakan gelombang yang tidak
dapat diabaikan pada permukaan zat cair. Persamaan angka ini yaitu :
𝑁 2 .𝐷
𝑁𝑓𝑟 = (persamaan 1-3)
𝑔
Keterangan :
D = diameter pengaduk (m)
N = kecepatan putar pengaduk (rps)
G = gravitasi bumi (m/s2)
Dimana a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b dapat diperoleh dari tabel
1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 konstanta a dan b
Gambar Kurva A B
9 – 13 D 1,0 40,0
9 – 14 B 1,7 18,0
9 – 14 C 0 18,0
9 – 14 D 2,3 18,0
Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari Number Froude (Nfr) juga
diperoleh maka Power Number (Np) yang diperoleh dari grafik dapat
7
dikoreksi dan hasil yang diperoleh digunakan untuk menghitung daya yang
dibutuhkan dengan menggunakan persamaan daya.
8
Keterangan :
𝐷𝑎
𝑆1 = 𝐷𝑡
𝐸
𝑆2 = 𝐷𝑎
𝐿
𝑆3 = 𝐷𝑎
𝑊
𝑆4 = 𝐷𝑎
𝐽
𝑆5 = 𝐷𝑡
𝐻
𝑆6 = 𝐷𝑡
9
BAB II
METODOLOGI
10
4. Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT pertama
memulai menyalakan stopwatch.
5. Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen.
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran.
7. Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat
arah gerak kacang hijau.
8. Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
9. Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100
rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
2.2.3. Melakukan percobaan dengan pengaduk propeller dan tanpa baffle :
1. Memasang pengaduk propeller dan mengisi tangki pengaduk dengan
menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
2. Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk
3. Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm.
4. Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT pertama
memulai menyalakan stopwatch.
5. Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran
7. Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat
arah gerak kacang hijau.
8. Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
9. Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100
rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
11
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Kacang bergerak
menyentuh dinding dan
75 1,25 30 35 ada terbentuk vortex 7,9768 x 10-4 995,647
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial
Kacang bergerak
menyentuh dinding dan 995,647
100 1,6667
30 13 ada terbentuk vortex 7,9768 x 10-4
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial
12
Terbentuk vortex yang
agak ebih besar dari 995,647
150 2,5 30 8 7,9768 x 10-4
sebelumnya merupakan
pola aliran tangensial
Kacang bergerak
50 0,8334 30 56 horizontal merupakan 7,9768 x 10-4 995,647
13
sebelumnya merupakan
pola aliran tangensial
Keterangan :
Diketahui :
𝜌 = 996.233 kg/m3
𝜇 = 7,9768 x 10-4 kg/m s
E = 4,5 cm = 0,045 m
14
Tabel 3.2.2 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Propeller berdaun 3
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini memiliki tujuan yaitu menentukan waktu yang diperlukan
untuk menghomogenkan warna dari air keran yang ditetesi 5 tetes EBT. Dalam
percobaan ini hal yang divariasikan adalah kecepatan putaran pengaduk dan jenis
pengaduk. Dari percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin diperoleh data
bahwa semakin cepat putaran pengaduk maka waktu yang diperlukan untuk
menghomogenkan air keran yaang sudah ditetesi EBT semakin cepat pula. Hal ini
dikarenakan semakin cepat perputaran pengaduk akan semakin cepat juga arus yang
ditimbulkan. Semakin cepat arus yang ditimbulkan maka semakin cepat juga tumbukan
antar partikel terjadi. Semakin cepatnya tumbukan ini akan semakin cepat pula waktu
yang diperlukan untuk menghomogenkan warna dari air keran. Dalam percobaan
selanjutnya kita juga ingin mengetahui waktu yang diperlukan untuk
menghomogenkan warna air keran dengan menggunakan pengaduk Propeller. Dari
percobaan didapatkan waktu untuk menghomogenkan warna air keran yang ditetesi
indikator EBT hampir sama dengan menggunakan pengaduk propeler. Namun, sedikit
lebih cepat saat menggunakan pengaduk turbin . Hal ini disebabkan karena ukuran
pengaduk turbin lebih besar dibanding propeler karena bentuk turbin menyerupai
agitator berdaun banyak dengan daun-daun yang agak pendek dan dpat berputar pada
kecepatan tinggi.
Dalam percobaan ini juga ingin dilihat pola aliran yang terjadi dengan
mengamati gerak dari kacang hijau yang telah dimasukkan kedalam tangki pengaduk.
Pada percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin, pola aliran yang terbentuk
pada variasi putaran pertama dan kedua adalah radial. karena arah gerak kacang yang
horizontal tegak lurus terhadap batang pengaduk. Namun setalah bertambahnya
kecepatan perputaran pengaduk, pada variasi putaran ketiga sampai variasi kelima
aliran air berubah menjadi tangensial ditandai dengan terbentuknya vortex dan melihat
dari pergerakan kacang hijau yang mendekati dinding tangki pengaduk. Hal ini
16
disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua, udara dapat masuk
dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh hingga
mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vortex akan mengakibatkan naiknya
permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah. Dalam
percobaan selanjutnya dilihat pola aliran jika di dalam tangki digunakan pengaduk
propeler. Dan ternyata pola alirannya sama dengan pengaduk Turbin, yaitu variasi
putaran pertama dan kedua pola alirannya radial dan variasi ketiga sampai kelima pola
alirannya tangensial.
Dalam percobaan ini ingin menentukan power input dari setiap kecepatan putar
pengaduk. Diperoleh power input yang semakin besar sebanding dengan semakin
cepatnya putaran pengaduk dan dipengaruhi oleh semakin besar ukuran pengaduk. Hal
ini disebabkan kecepatan putaran dipengaruhi oleh power inputnya. Semakin besar
ukuran pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk memutar pengaduk semakin besar.
17
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kecepatan perputaran mempengaruhi waktu homegen. Dari percobaan
di atas didapat :
1. Semakin tinggi kecepatan putar maka semakin cepat waktu homogen yang
terjadi.
2. Waktu homogen pengaduk jenis turbin lebih cepat dibandingkan dengan jenis
pengaduk propeler.
3. Pola aliran tangensial sama-sama terbentuk pada kecepatan diatas 100 rpm.
4. Semakin cepat putaran maka semakin besar power input yang dibutuhkan.
5.2. Saran
1. Lebih cermat pada saat melihat kondisi waktu homogen.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://mhimns.blogspot.com/2013/04/tangki-berpengaduk.html.diakses pada
01 oktober 2014
19
LAMPIRAN
20
Perhitungan
Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF
Diketahui, : a = 1,0 b = 40
𝑎−log 𝑁𝑅𝑒
m = 𝑏
1,0−log 24988,5735
= = -0,1099
40
𝑛2 .𝐷𝑎
NFr = 𝑔
Np koreksi = Np x Nfrm
21
= 1.2 x 0.0109−0,1099
= 1,9718
𝑁𝑝 .𝑛3 . 𝐷𝑎5 . 𝜌
P = 𝑔𝑐
= 0.1016 𝑘𝑔. 𝑚2 /𝑠 3
Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF
𝐷 0.155
S1 = 𝐷𝑡𝑎 = = 0.62
0.25
𝐸 0.045
S2 = 𝐷 = = 0.29
𝑎 0.155
𝐻 0.33
S6 = 𝐷𝑡 = = 1.32
0.25
22
1. Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps
𝑘𝑔
𝜌 .𝑁 .𝐷2 995,647 . 0,8333 𝑟𝑝𝑠 . (0,155𝑚)2
𝑚3
NRe = = = 24988,5735
𝜇 7,9768 x 10−4 𝑘𝑔/𝑚 𝑠
𝑎−log 𝑁𝑅𝑒
m = 𝑏
2,3−log 24988,5735
= = -0,5619
18
𝑛2 .𝐷𝑎
NFr = 𝑔
Np koreksi = Np x Nfrm
= 0,21 x 0.0109−0,5619
= 2,6607
𝑁𝑝 .𝑛3 . 𝐷𝑎5 . 𝜌
P = 𝑔𝑐
= 0.1371 𝑘𝑔. 𝑚2 /𝑠 3
23
Grafik
24
Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller
25