LTM2 Kelainan Trombosis
LTM2 Kelainan Trombosis
Oleh
Riva Ambardina Pradita
0906508472
Jakarta, 23 May 2012
I. Pendahuluan1-4
Kelainan trombosit dibagi menjadi 2 yaitu, kelainan trombosit secara kualitatif
(gangguan fungsi trombosit) dan kelainan trombosit secara kuantitatif (gangguan jumlah
trombosit). Temuan klinis klasik pada kelainan trombosit baik fungsi maupun jumlahnya
adalah petekhiae dan purpura serta perdarahan membran mukosa ringan terutama muncul
sebagai epistaksis dan perdarahan gastrointestinal serta genitourinaria ringan sampai berat.
Kelainan trombosit kualitatif (Gangguan fungsi trombosit) secara garis besar dibagi 2
yaitu gangguan fungsi trombosit herediter dan gangguan fungsi trombosit didapat. Kelainan
trombosit herediter menyebabkan cacat ringan hingga perdarahan yang mengancam hidup
penderita, diantaranya adalah trombostenia (penyakit Glanzmann), sindrom Bernald-soulier,
penyakit penyimpanan (storage pool disease), penyakit Von willebrand, dan aspirin like
defect. Sedangkan kelainan trombosit didapat sering ditemukan, yaitu kelainan
mieloproliferatif dan mielodisplastik, uremia, kelainan-kelainan paraprotein, anemia
pernisiosa berat dan anemia defisiensi berat, Fibrin Degradation produk (FDP), Heparin,
dextran, alkohol, zat kontras radiografi, serta obat-abatan lain juga dapat menyebabkan
gangguan fungsi trombosit.
Pada kelainan trombosit kuantitatif (gangguan jumlah trombosit), dapat dibagi
menjadi 3 yaitu: trombositopeni, trombositosis, dan trombositemi.
Trombositosis 3,4
3|PEMICU 2 MODUL HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI
merupakan suatu peningkatan hitung Trombosit perifer tidak ganas, yang biasanya
disebabkan oleh reaktivitas sumsum tulang. Trombositosis biasanya tidak disertai
peningkatan kecenderungan mengalami trombosis dan pengobatan penekanan trombosit
jarang diperlukan, tetapi bila ada indikasi biasanya tidak diberikan sampai hitung trombosit
lebih dari 750.000/mm3. selain itu harus dicatat bahwa hamper semua kasus trombosis
sekunder atau reaktif adalah sementara dan akan menghilang setelah beberapa bulan.
Penyebab trombositosis biasanya adalah sindroma paska splenectomi, trauma pembedahan,
atau perdarahan saat melahirkan.
Trombositemi3,4
Merupakan suatu peningkatan hitung trombosit perifer akibat suatu perubahan ganas pada
sumsum tulang dan mungkin terlihat menyertai beberapa atau semua sindroma
mieloproliferatif, termasuk polisitemia rubra vera, metaplasia myeloid agnogonik, leukemia
mielositik kronik, dan setiap jenis leukemia granulositik. Selain itu pada sindroma
trombositemia essensial diperkirakan menggambarkan suatu perubahan keganasan primer
pada jalur sel megakariositik. Trombositemia sering kali dapat disertai dengan trombosis atau
perdarahan. Pada pasien trombositemia karena sindroma mieloproliferatif, perdarahan lebiih
sering ditemukan daripada trombosis. Pada pasien trombositemia essensial akan
memperlihatkan kelainan pola aggregasi trombosit yang jelas.
2. Kelainan didapat
Obat anti trombosit
Aspirin adalah penyebab tersdering gangguan fungsi trombosit. Aspirin menginhibisi
siklo-oksigenase dengan gangguan sintesis tromboksan A2. Akibatnya terdapat
gangguan reaksi pelepasan dan agregasi dengan adrenalin dan adenosin difosfat (ADP).
Setelah pengobatan dosis tunggal, defek bertahan selama 7-10 hari. Dipiridamol
menghambat agregasi trombosit dengan menghambat ambilan kembali adenosis dan
biasanya digunakan sebagai tambahan untuk antikoagulan oral. Clopidogrel menghambat
pengikatan ADP pada reseptornya di trombosit dan digunakan untuk mencegah kejadian
trombosis pada pasien dengan riwayat penyakit ateroskelortik yang simptomatik.
Abciximab, eptifibatide, dan tirofoban adalah inibitor reseptor glikoprotein GPIIb/IIIa
dan dapat digunakan pada pasien yang menjalani intervensi koroner perkutan dan angina
tak stabil.
Hiperglobulinemia
Hiperglobulinemia yang menyertai mioloma multipel atau penyakit Weldenstrom
dapat menyebabkan gangguan terhadap adhesi, pelepasan, dan agregasi.
Kelainan mieloproliferatif dan mielodisplastik
Kelainan intrinsik fungsi trombosit terjadi pada banyak penderita trombositopenia
esensial, penyakit mieloproliferatif, mielodisplastik lain, dan hemoglobinuria nokturnal
paroksismal.
Uremia
Kelainan ini dikaitkan dengan berbagai kelainan fungsi trombosit. Heparin, dekstran,
alkohol, dan zat kontras radiografi juga dapat menyebabkan gangguan fungsi.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium laki-laki usia 6 tahun pada pemicu,
menunjukkan tidak ada penurunan maupun peningkatan jumlah trombosit dari
Daftar Pustaka
1. Gustaviani R. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4.
Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2006 :756, 760, 761.
2. Laurale S. Fisiologi manusia, dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta:EGC,
2001:356.
3. Kelainan Perdarahan Akibat Kelainan Vaskular dan Trombosit. Dalam:
Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PA. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4.
Jakarta : EGC, 2005: 235-42.
4. Sodeman, William. Patofisiologi. Edisi 7. Jilid 2. Jakarta:Hipokrates,
1995:374-6