Anda di halaman 1dari 19

KONSEP KETUHANAN, RITUAL DAN NILAI DALAM

AGAMA DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Agama-Agama

oleh

Indah Siti Nurazizah

10020217034

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,dan
inayah-Nya kepada kami semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Studi Agama-Agama.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala
saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang “KONSEP KETUHANAN, RITUAL DAN
NILAI DALAM AGAMA DI INDONESIA” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bandung, Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................................3
C. Tujuan .....................................................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................................................4
A. Kebaragaman Agama di Indonesia .........................................................................................................4
B. Sistem ketuhanan dan nilai agama-agama yang ada di indonesia ..........................................................7
BAB 3 PENUTUP ...........................................................................................................................................17
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama adalah persoalan mengenai keyakinan yang dipercaya mampu membawa ke
maslahatan dan kebahagian di dunia dan akhirat. Masalah yang berhubungan dengan agama
terkadang menimbulkan konflik antar pemeluk agama. Apalagi, jika satu agama dengan
agama lainya dibandingkan. Hal ini disebababkan karena beragama sudah menjadi darah dan
daging di dalam jiwa raga yang melekat erat dalam kehidupan manusia.

Sebagian pemeluk agama menyadari bahwa dari sekian banyak agama yang ada di
muka bumi pastilah ada agama yang paling benar dan lurus karena tidaklah mungkin alam
semesta ini mempunyai banyak Tuhan yang dipercaya oleh masing-masing agama tersebut.
Sehingga setelah menemukan agama yang benar dan lurus itu, melakukan peralihan keyakinan
(agama) dari agama lamanya ke agama yang baru.

Negara Indonesia kaya terhadap keragaman atau kemajemukan masyarakat(pluralistic


society).Kemajemukan ini ditandai oleh keragaman suku bangsa, bahasa, adat, tradisi, dan agama.
Namun demikian, negara menghendaki agar segenap unsur dan kelompok bangsa tetap bersatu
demi tercapainya kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran sebagaimana dirumuskan oleh para
pendiri bangsa dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Unsur agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat.Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang
Maha Esa”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberagaman agama di Indonesia?
2. Bagaimana sistem ketuhanan, Ritual dan nilai pada masing-masing agama di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Memahami keberagaman agama di Indonesia
2. Memahami sistem ketuhanan, Ritual dan nilai pada masing-masing agama di Indonesia

3
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Kebaragaman Agama di Indonesia


Sebagai negara kepulauan yang terdiri atas lebih dari 17.000 kepulauan, Indonesia
memiliki luas wilayah sekitar 700.000 mil persegi dan jumlah penduduk 245 juta. Menurut
laporan sensus tahun 2000, 88 persen penduduk menyatakan diri sebagai pemeluk Islam, 6
persen Kristen Protestan, 3 persen Katolik Roma, 2 persen Hindu, dan kurang dari 1 persen
Budha, penganut agama pribumi, kelompok Kristen lain, dan Yahudi. Beberapa penganut
agama Kristen, Hindu, dan anggota kelompok agama minoritas lain berpendapat bahwa sensus
tersebut kurang akurat dalam menghitung jumlah penganut non-Muslim.4

Sebagian besar Muslim di negara ini adalah Sunni. Dua organisasi massa Islam
terbesar, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, masing-masing mengklaim mempunyai
40 juta dan 30 juta pengikut Suni. Diperkirakan terdapat sekitar 1 juta hingga 3 juta pengikut
Syiah.5Departemen Agama (sekarang disebut Kementerian Agama) memperkirakan ada
sebanyak 19 juta penganut Protestan (yang disebut Kristen di negara ini) dan 8 juta penganut
Katolik bermukim di Indonesia.Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki proporsi penganut
Katolik tertinggi dengan 55 persen.Provinsi Papua memiliki proporsi penganut Protestan
terbesar dengan 58 persen. Daerah lain, seperti Kepulauan Maluku dan Sulawesi Utara
memiliki penganut Kristen yang cukup besar.6

Departemen Agama memperkirakan ada 10 juta penganut Hindu yang hidup di negara
ini.Agama Hindu dianut hampir 90 persen dari jumlah penduduk Bali. Penganut minoritas
Hindu (yang disebut “Keharingan”) bermukim di Kalimantan Tengah dan Timur, kota
Medan (Sumatera Utara), Sulawesi Selatan dan Tengah, dan Lombok (Nusa Tenggara
Barat). Kelompok-kelompok Hindu seperti Hare Krishna dan pengikut pemimpin spiritual India
Sai Baba juga ada, meskipun dalam jumlah kecil.Beberapa kelompok agama pribumi, termasuk
“Naurus” di Pulau Seram di Provinsi Maluku, menggabungkan kepercayaan Hindu dan
animisme kedalam kegiatan mereka.Banyak pula yang mengikuti prinsip-prinsip Kristen
Protestan.Masyarakat Tamil di Medan juga mewakili konsentrasi penganut Hindu.
4
Rilis BPS Nasional tentang Hasil Sensus Sosial tahun 2009
5
Budi Santoso, Agama dan Aspek Minoritas, (Jakarta: Gentala, 1998), hlm. 11
6
Ibid, hlm. 19

4
Di Indonesia terdapat penganut Sikh dalam jumlah yang relatif kecil, yang diperkirakan
antara 10.000 dan 15.000.Penganut Sikh terutama bermukim di Medan dan Jakarta.Delapan
kuil Sikh (gurdwaras) berada di Sumatra Utara, sedangkan di Jakarta terdapat dua kuil Sikh
dengan jamaah yang aktif melakukan ibadah.7

Di antara penganut agama Budha, sekitar 60 persen mengikuti aliran Mahayana, 30


persen menjadi pengikut Theravada, dan 10 persen sisanya penganut aliran Tantrayana,
Tridharma, Kasogatan, Nichiren, dan Maitreya. Menurut Generasi Muda Budhis Indonesia,
sebagian besar penganut agama Budha tinggal di Jawa, Bali, Lampung, Kalimantan Barat, dan
Kepulauan Riau.Etnis Tionghoa merupakan 60 persen dari penganut agama Budha.Jumlah
penganut Konghucu masih tidak jelas karena pada saat sensus nasional tahun 2000, para
responden tidak diizinkan untuk menunjukkan identitas mereka.Majelis Tinggi Agama
Konghucu Indonesia (MATAKIN) memperkirakan bahwa 95 persen dari penganut Konghucu
adalah etnis Tionghoa dan sisanya dari etnis Jawa pribumi.Banyak penganut Konghucu yang
juga menjalankan ajaran agama Budha dan Kristen.8

Sekitar 20 juta orang di pulau Jawa, Kalimantan, Papua, dan daerah lain diperkirakan
mempraktikkan animisme dan jenis sistem kepercayaan tradisional lainnya yang disebut
sebagai “Aliran Kepercayaan”.Beberapa penganut animisme menggabungkan kepercayaan
mereka dengan salah satu agama yang diakui Pemerintah dan selanjutnya terdaftar sebagai
agama yang diakui.Terdapat sejumlah kecil komunitas Yahudi yang ada di Jakarta dan
Surabaya.Komunitas Baha’i mengakui memiliki ribuan anggota, tetapi tidak ada angka yang
dapat diandalkan. Falun Dafa, yang menganggap keyakinan mereka sebagai organisasi
spiritual daripada agama, mengklaim penganutnya mencapai jumlah antara 2.000 and 3.000,
hampir separuhnya tinggal di Yogyakarta, Bali, dan Medan.

Secara umum Pemerintah menghargai kebebasan beragama; namun, keputusan


pemerintah yang melarang kelompok Ahmadiyah untuk mempraktikan ibadahnya merupakan
pengecualian yang signifikan.Undang-undang, kebijakan-kebijakan, dan tindakan-tindakan
tertentu lainnya juga membatasi kebebasan beragama dan kadang-kadang Pemerintrah
mentolerir diskriminasi dan kekerasan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu terhadap
individu-individu berdasarkan pada keyakinan agama mereka.
7
Ibid, hlm. 25

5
Pemerintah daerah mengeluarkan larangan terhadap aliran Ahmadiyah, al-Qiyadah al-
Islamiyah, dan kelompok aliran Islam minoritas lainnya selama periode pelaporan serta
memantau mereka secara ketat, seringkali atas permintaan dari MUI cabang daerah.Pada
September 2008 penjabat Gubernur Sumatra Selatan mengeluarkan Surat Keputusan
Gubernur yang isinya melarang Ahmadiyah.Keputusan tersebut menyatakan bahwa
“Ahmadiyah dilarang di provinsi tersebut karena aliran tersebut tidak sejalan dengan ajaran-
ajaran Islam.” Larangan di tingkat daerah mendapat dukungan dari pejabat-pejabat dari kanwil
Departemen Agama, jaksa daerah, perwakilan dari MUI daerah serta organisasi Islam lainnya,
termasuk akademisi dari Institut Islam Negeri Raden Fatah di Palembang. Sebelum larangan,
beberapa kelompok konservatif dibawah payung organisasi Forum Umat Islam (FUI),
termasuk Forum Pembela Islam (FPI) dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), bersama
dengan Hizbuth Tahrir Indonesia (HTI), sebuah organisasi lintas negara, menuntut
dibubarkannya aliran Ahmadiyah.

Kelompok minoritas agama lain juga menghadapai pembatasan selama periode


pelaporan. Pada Februari 2009 Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Jombang menyatakan
bahwa ajaran Noto Ati bersifat bid’ah karena ajaran tersebut melanggar ajaran Qur’an dan
Hadits dan karena kelompok tersebut percaya bahwa kiamat akan terjadi pada 15 Januari,
2009. MUI cabang Blitar, Jawa Timur, melarang enam ajaran yang bersifat “bid’ah” selama
delapan bulan terakhir yang memerintahkan pengikutnya untuk membayar 4 juta rupiah untuk
sebuah tiket masuk surga. Namun, pemimpin ajaran ‘jalan menuju surga’, Suliani, berdalih
bahwa uang tersebut adalah untuk biaya doa dan nasehat yang dia berikan kepada pengikutnya.

Pada 7 Juni, 2009, anggota jemaat Huria Kristen Batak Protestant (HKBP) mengajukan
gugatan dan banding ke Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung untuk membatalkan putusan
pemerintah kota yang membatalkan izin gereja mereka. Meskipun pihak jemaat telah
mendapatkan izin dan memulai proses pembangunan, walikota membatalkan izin tersebut pada
27 Maret, 2009, dengan alasan adanya keluhan dari masyarakat. Selama proses pembangunan,
telah terjadi beberapa penyerangan yang tidak jelas motifnya terhadap gereja HKBP, termasuk
penyerangan pada Oktober 2008.

Di Bukkitinggi larangan terhadap perayaan Hari Valentine di tempat-tempat umum


seperti hotel dan restoran tetap berlaku. Larangan tersebut awalnya dikeluarkan oleh walikota
6
pada Februari 2008 karena para pejabat pemerintah beranggapan bahwa Hari Valentine adalah
tradisi Barat yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

Sistem pencatatan sipil membatasi kebebasan beragama orang yang tidak menganut
salah satu dari enam agama yang diakui. Animisme, Baha’i, dan penganut kepercayaan
minoritas lain mengalami kesulitan dalam mendaftarkan perkawinan atau kelahiran, meskipun
terdapat peraturan pada bulan Juni 2007 yang berkaitan dengan administrasi perkawinan dan
sipil, yang membolehkan perkawinan penganut Aliran Kepercayaan diakui secara resmi.
Menurut Yayasan Trimulya, sebuah LSM yang mengadvokasi hak-hak pengikut Aliran
Kepercayaan, penganut mereka seringkali tidak bisa mencatatkan perkawinan mereka, dan
banyak kejadian-kejadian lainnya yang menurut penulis perlu direkonstruksi kembali untuk
memberikan keadilan kepada kalangan minoritas yang sering sekali mendapatkan
diskriminatif.

B. Sistem ketuhanan dan nilai agama-agama yang ada di indonesia


Agama-agama yang ada dan diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia ialah
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Chu.Disamping agama-agama resmi masih
terdapat agama-agama asli atau agama-agama suku serta aliran-aliran kebathinan.Baik agama-
agama asli maupun aliran-aliran kebathinan tidak diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia.Kehadiran agama-agama tersebut diatas tidak hanya mempengaruhi kedudukan
agama asli, tetapi juga menimbulkan ketegangan-ketegangan di dalam masyarakat.Dapat
ditambahkan sebagai alasan bahwa tiga agama yang pertama ialah hindu, Buddha, dan Islam,
tidak hanya bergerak dalam bidang spiritual, tetapi juga dalam bidang politik (Kenegaraan).

1. Sistem ketuhanan, Ritual dan Nilai dalam Agama Islam


Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi,
dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya,
definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan,
serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.
Secara bahasa kata “Islam” berasal dari kata “sallama” yang berarti selamat,
dan bentuk mashdar dari kata “aslama” yang berarti taat, patuh, tunduk dan berserah diri.
Sedangkan secara istilah, Islam ialah tunduk, taat dan patuh kepada perintah Allah

7
SWT seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan-Nya
serta menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah ta’ala.
Jadi, Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah
telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula
Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama
yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain
Islam.
Allah ta’ala berfirman,

ِ ‫ْال َي ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬


ِ ‫ضيتُ لَ ُك ُم‬
‫اإل ْسلَ َم دِينا‬

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah
cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.”
(QS. Al Maa’idah: 3)

Sedangkan, konsep Ketuhanan dalam agama islam merupakan istilah Tuhan dalam
sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau
motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut
abdun (hamba).

Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah,
dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti :
patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ َّ ‫ب‬
‫َّللا‬ ِ ‫َّللاِ أ َ ْندَادا ي ُِحبُّونَ ُه ْم َك ُح‬ ِ ‫اس َم ْن َيت َّ ِخذ ُ ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

“ Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.” Q.s Al-
Baqarah: 165

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang
8
mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan
khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-
Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama
Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya
Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-
lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang
dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika
konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َّ ‫س َو ْالقَ َم َر لَ َيقُولُ َّن‬


َ‫َّللاُ فَأَنَّى يُؤْ فَ ُكون‬ َّ ‫س َّخ َر ال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو‬ َّ ‫سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ‫َولَئِ ْن‬

“Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.”

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada
Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep
ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran
dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga
pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban
atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus
terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat,
juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

Selain itu, ritual-ritual atau hal yang dilakukan dalam agama islam berupa, Sholat,
Ibadah Haji, Puasa Ramadhan, memperingati hari-hari besar dalam islam (Muharram,
Dzulhijah, iedul Fitri, Iedul Adha, dll..)
9
Nilai-nilai yang dapat diambil dalam agama Islam berupa Aqidah, Tauhid, Syariat,
Ibadah, sabar, ikhlas, istiqomah, amanah dan tawaqal serta senantiasa bertaqwa hanya kepada
Allah semata.

2. Konsep Ketuhanan, Ritual dan Nilai dalam Agama Kristen


Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen
adalah salah satu agama yang mengaku ngaku monotheisme, namun dalam kenyataannya
ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang
dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal.

Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-
orang umum, karena mereka mengaku-aku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi
satu-satunya di dunia. Disebut pu la dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka
mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-
lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan karena mereka mengaku-aku
bahwa yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi ‘Isa yang paling senior.1
Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak
secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tu-han Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut
bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi.
Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani
adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama
Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka
meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.
Sedangkan agama Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari
agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik.
Disebut Protestan karena sikap mereka yang memprotes Gereja Lama atau kaum Katholik.
Mereka menye-but dirinya dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang ha-nya
mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kris-ten saja. Agama Protestan
di antara agama yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun

1
http://murtadinkafirun.forumotion.net/t10381-konsep-ketuhanan-agama-nashrani-kristen
10
demikian, mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi
terdiri dari tiga oknum.2
Secara garis besarnya, agama Kristen meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah
Anak Tuhan. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka yakini sebagai Rasul. Bahkan Saulus
atau Paulus atau Bulus, yaitu musuh besar Nabi ‘Isa ? yang sangat bernafsu menangkap dan
menyalib Nabi ‘Isa serta banyak menyiksa dan menangkapi para pengikut Nabi ‘Isa juga ikut
diyakini sebagai Rasul.
Hal ini karena tipu dayanya yang mengatakan kepada orang-orang Nashrani bahwa dia
mendapat wahyu dari Yesus untuk meneruskan ajarannya dan Yesus menamainya dengan
Bulus. Padahal tidak ada seorang nabi pun yang memiliki masa lalu yang kelam, yaitu mantan
musuh Allah dan Rasul-Nya. Tipu daya Saulus semakin sempurna dengan menyusupkan
orang-orangnya ke dalam deretan rohaniawan Kristen, seperti Lukas dan lain-lainnya. Melalui
orang-orangnya ini akhirnya Saulus berhasil merubah Injil dan memasukkan faham trinitas ke
tengah-tengah umat Nashrani.
Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir
Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan
Tuhan Bapa. Selanjutnya pa- da Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese
Bunda Ma ria disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik. Begitulah sejarah
ketuhanan dalam agama Kristen.3
Islam dengan tegas menolak kepercayaan Kristen bahwa Tuhan itu tiga pribadi dalam
satu hakekat (lihat Tritunggal). Dalam konsepsi Islam tentang Tuhan, tidak ada kesetaraan
antara Tuhan dan ciptaan. Kehadiran Tuhan dipercaya ada dimanapun, dan tidak menjelma
sebagai siapapun atau apapun. Kristen Barat merasa Islam sebagai agama kafir selama Perang
Salib pertama dan kedua. Muhammad dipandang sebagai setan atau tuhan palsu yang
disembah bersama Apollyon dan Termangant dalam trinitas yang tidak suci. Pandangan
tradisional Kristen adalah bahwa Nabi Muhammad sama dengan Tuhannya Yesus.
Dalam Islam “Al-Qur’an dengan tegas dan lugas mengatakan bahwa: tiada Tuhan selain
Allah, titik. Konsep tauhid dalam Al-Qur’an tidak pernah menyatakan bahwa Tuhan
Pencipta itu adalah Tuhan dari segala tuhan. Sedangkan dalam agama-agama lainnya keesaan

2
http://www.voa-islam.com/counter/liberalism/2010/02/22/3474/konsep-ketuhanan-agama-kristen/
3
Bunce, William K. 1995. Religion in Japan (Buddhism, Shinto, Christianity). Charles E. Tuttle Company: Rutland
11
Tuhan itu kadang tidak dinyatakan secara konsisten.”. Perbedaan agama Yahudi dan Nasrani
juga dengan jelas dinyatakan dalam Al-Qur’an, “Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani
mengatakan: ‘Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 18). Yang
dimaksud dengan kalimat “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya”, menurut Imam
Ibnu Al-Jauzi adalah Uzair dan Isa a.s
Ludovico Marracci (1734), penerima pengakuan dosa Paus Innosensius XI,
menyatakan: Muhammad dan pengikutnya yang menganggap ortodoks, telah dan melanjutkan
untuk memiliki gagasan Tuhan yang asli dan logis dan sifat-sifat-Nya (selalu mengecualikan
dan menolak Trituggal), muncul sangat jelas dari Qur’an itu sendiri dan seluruh kepercayaan
akan Tuhan Muhammad, sehingga akan membutuhkan banyak waktu untuk menyangkal yang
beranggapan Tuhan Muhammad berbeda dengan Tuhan sejati.4
Banyak pesan-pesan dalam Perjanjian Lama mengacu pada kasih Tuhan. Tema sentral
dalam Perjanjian Baru adalah kasih Tuhan dalam perantaraan Yesus. Dalam Islam, kasih
Tuhan muncul dalam seluruh tanda-tanda dan penciptaan Bumi dimana manusia dapat hidup
dalam kehidupan yang layak.
Ritual yang selalu di lakukan oleh orang kristen antara lain: Pergi kegereja setiap hari
minggu atau hari-hari perayaan mereka.
3. Konsep Ketuhanan, Ritual dan Nilai dalam Agama Hindu

Konsep tuhan dalam agama Hindu tidak diketahui dengan jelas bagaimana sebenarnya
konsep tuhan yang harus di sembah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam
tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme ,
monisme, monoteisme, politeisme, dan ateisme.

Menurut Sami bin Abdullah Al Maghlouth, Tuhan agama Hindu memiliki konsep
monoteisme tetapi hal ini tidak ada kejelasan dalam agama Hindu. Kemudian ada konsep tuhan
Politeisme yaitu mereka berpendapat seluruh alam jagat raya ini adalah tuhan, seperti matahari,
bulan, batu pohon, ular dan lain sebagainya adalah tuhan agama Hindu. Pada abad ke 9 sebelum
masehi para pendeta agama Hindu berpendapat konsep tuhan dalam agamanya adalah Trimurti

4
http://tanhadi.blogspot.com/2012/01/bab-i-tuhan-dalam-pandangan-agama.html
12
yaitu kekuatan Dewa Bramana sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dan Dewa Siwa
yang akan melebur dunia beserta isinya. 5

Menurut orang awam yang tidak mengetahui isi kitab suci atau sejarah agamanya akan
mengatakan tuhan itu ada 10, 100, 1000 dan seterusnya, namun bagi mereka kaum terpelajar yang
mengetahui isi kitab suci agamanya akan mengatakan bahwa tuhan dalam agama Hindu hanya
satu.

Ada pun konsep tuhan menurut kitab suci agama Hindu disebutkan sebagai berikut: Dalam
mantra Yajur Veda XL. 17 “Yo Savaditye Purassa So Savaham.” Artinya Kekuatan yang menjadi
matahari bersinar itu adalah aku yang tunggal. “Ekam Eva Adwityam Tasmad Asatah Sajjayata.”
(Chadogya Upanisad VI. 21) artinya: Ia Maha Esa, Tidak ada duanya, dari padanyalah semua
makhluk tercipta.

Menurut orang awam yang tidak mengetahui isi kitab suci atau sejarah agamanya akan
mengatakan tuhan itu ada 10, 100, 1000 dan seterusnya, namun bagi mereka kaum terpelajar yang
mengetahui isi kitab suci agamanya akan mengatakan bahwa tuhan dalam agama Hindu hanya
satu. Ada pun konsep tuhan menurut kitab suci agama Hindu disebutkan sebagai berikut: Dalam
mantra Yajur Veda XL. 17 “Yo Savaditye Purassa So Savaham.” Artinya Kekuatan yang menjadi
matahari bersinar itu adalah aku yang tunggal. “Ekam Eva Adwityam Tasmad Asatah Sajjayata.”
(Chadogya Upanisad VI. 21) artinya: Ia Maha Esa, Tidak ada duanya, dari padanyalah semua
makhluk tercipta.

Ritual agama Hindu antara lain: Ritual dalam Ibadah dalam bentuk Puja yaitu Trithayana,
Berpaja, Sembahyang, Suryasewana, Trisandya. Ritual dalam bentuk Yajna.

4. Konsep Ketuhanan, Ritual dan Nilai dalam Agama Budha

Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha
berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan
tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke sorga ciptaan Tuhan yang kekal.

“Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak
Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang

5
Sami bin Abdullah Al Maghlouth, Athlas Al-Adyan, terj. Syauqi Abu Khalil, Jakarta: Almahira, 2011, hlm.484
13
Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan
mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang
lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.” 6

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka,
Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha.
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam
yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang
Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang
tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi
dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi
(sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep
Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh
agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih
banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha
dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang
menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep
Ketuhanan dalam agama-agama lain.

Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan
(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi
mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak
ada pengaruhnya. Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah
kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk
yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran &
realitas sebenar-benarnya

Ritual-Ritual dalam agama Budha antara lain: Doa, Partitta, Uposatha, Persembahan,

6
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_agama_Buddha
14
5. Konsep Ketuhanan, Ritual dan Nilai dalam Agama Konghucu

Tuhan dalam ajaran Konghucu sering disebut Thian atau Tee, yang artinya Tuhan Yang
Maha Besar atau Tuhan Yang Maha Menguasai Langit dan Bumi.

Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
1. Siang Thian - artinya Thian Yang Maha Tinggi
2. Hoo Thian - artinya Thian Yang Maha Besar
3. Chong Thian - artinya Thian Yang Maha Suci
4. Bien Thian artinya Thian Yang Maha Pengasih
5. Hong Thian artinya Yang Maha Kuasa Maha Pencipta
6. Siang Tee Tee Yang Menciptakan Alam Semesta. 7
Kongcu sendiri percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena
Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara-
upacara keagamaan sederhana dan sekhidmat mungkin agara mendapatkan berkah dari Thian.
Dalama kaitan ini, umat manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua,
karena menurut ajaran Konghucu orang tua adalah wakil Thian.
Dengan adanya kepercayaan kepada Thian yang oleh pemeluknya diterjemahkan
sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Konghucu dapat dikelompokkan ke dalam kepercayaan
monotheis. Kepercayaan ini bersifat dogmatik, yang diyakini umatnya berdasarkan wahyu
(agama langit).
Selain kepercayaan terhadap Thian dalam ajaran Konghucu terdapat juga kepercayaan
terhadap para malaikat (dewa-dewa), roh-roh suci dan para nabi. Para penganutnya perlu
melakukan penghormatan, sesajian dan peribadatan mereka.
Soal Ketuhanan, soal hari kiamat dan akhirat, soal hidup sesudah mati tidak pernah
disinggung-singgung. Yang dimuliakan dan dipuja oleh mereka adalah alam (termasuk roh-
roh, dewa-dewa, gunung, sungai-sungai, angin), leluhur (termasuk kebaktian teman), dan
langit (ahli-ahli sejarah agama menganggap bahwa dewa langit adalah yang tertua)
Menurut Kong Hu Cu hidup ini ada dua nilai, yaitu Yen dan Li. Yen artinya cinta atau
keramahtamahan dalam hubungan dengan seseorang, sedangkan Li artinya keserangkaian
antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata krama dan sopan

7
Nahar Nahrawi, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 37-38
15
Demikian, Ru Jiao atau agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada
satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan
Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan,
namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar,
namun dapat dirasakan oleh orang beriman.
Ritual yang dilakukan dalam agama Hindu antara lain: Melakukan ibadah kepada
Thian, Berbakti kepada Nabi (Peringatan hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 imlek/ Ci
Sing Tan) dll, Kebaiktian untuk para Suci (Hari Twan Yang- tanggal 5-5 Imlek, Sumbahyang
Tiong Chiu – Tanggal 15-8 Imlek) , Sembahyang Bagi leluhur

16
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Unsur agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat.Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila:
“Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Negara Indonesia kaya terhadap keragaman atau kemajemukan
masyarakat(pluralistic society).Kemajemukan ini ditandai oleh keragaman suku bangsa,
bahasa, adat, tradisi, dan agama. Namun demikian, negara menghendaki agar segenap
unsur dan kelompok bangsa tetap bersatu demi tercapainya kedaulatan, keadilan, dan
kemakmuran sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa dalam Undang-Undang
Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hal ini Indonesia menetapkan 5 agama di Indonesia yaitu Agama Islam,
Kristen, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam dialog, Dr. Zakir Naik dengan Sri Sri Ravi Shankar
“Konsep Tuhan Dalam Hindu Dan Islam”
Sami bin Abdullah Al Maghlouth, Athlas Al-Adyan, terj. Syauqi Abu Khalil, Jakarta:
Almahira, 2011
http://amriadicyber.blogspot.com/2015/08/kosep-tuhan-agama-resmi-di-indonesia.html
http://id.wikipedia.org

18

Anda mungkin juga menyukai