Abstract
Gout arthritis is an arthropathy caused by precipitation and deposition of
monosodium urate (MSU) crystal in the joint and periarticular soft tissue. This is a most
common inflammatory arthritis. Initial process is hyperuricaemia, that may continue to
deposition of MSU crystal and may trigger inflammatory process and gives clinical
symptoms. Disease progressivity can start from asymptomatic hyperuricaemia, symptomatic
gout or chronic tophaceus gout.
Suspiciousness of gout arthritis can be confirmed by radiographic examination, which
reveals gouty arthritis classical findings such as marginal erosion with overhanging margin
and sclerotic. But those findings usually happen in the late stage of the disease, instead of
tophi or soft tissue nodule which may found in chronic stage of gouty arthritis.
High-frequency ultrasound, dual-energy CT (DECT) and MRI can disclose associate
findings of gouty arthritis, especially on the early stage of the disease. This may potentially
supports the early diagnosis and proper management of gouty arthritis.
Keywords: gouty arthritis, radiograph, ultrasound, dual-energy CT, MRI
Abstrak
Artritis gout merupakan artropati akibat presipitasi dan deposisi kristal monosodium
urate (MSU) pada sendi dan jaringan lunak periartikuler. Penyakit ini merupakan artropati
inflamatorik yang paling banyak dijumpai. Gout diawali oleh adanya hiperurisemia yang
berlanjut ke deposisi kristal MSU, yang dapat memicu proses inflamasi dan gejala klinis.
Perjalanan penyakit dapat mengalami progresivitas dari hiperurisemia yang asimptomatik,
serangan gout akut yang simptomatik, hingga terjadinya gout topaseus yang kronik.
Pemeriksaan radiograf digunakan untuk mengkonfirmasi kecurigaan gout, namun
temuan klasik pada radiograf seperti erosi marjinal dengan tepi yang overhanging dan
sklerotik justru merupakan kondisi yang terjadi pada fase lanjut dari penyakit ini. Adanya
tophi (nodul pada jaringan lunak) juga merupakan gambaran yang dijumpai pada proses
lanjut pada artritis gout.
Penggunaan high-frequency ultrasound, dual-energy CT (DECT) dan MRI dapat
menunjukkan temuan-temuan tambahan pada artritis gout terutama pada fase awal penyakit,
sehingga potensial untuk menunjang diagnosis dini dan tatalaksana artritis gout.
Kata kunci: artritis gout, radiograf, ultrasonografi, dual-energy CT, MRI
PENDAHULUAN
Artritis gout adalah penyakit yang disebabkan oleh deposisi kristal monohidrat
monosodium urate (MSU) yang menyebabkan tidak hanya episode peradangan akut, tetapi
juga peradangan kronis yang berhubungan dengan perubahan struktur artikular dan
periartikular. Modalitas imaging dapat berguna untuk diagnosis, evaluasi keparahan dan
monitoring artritis gout. Selain itu, sebagai outcome measure, imaging dapat memberikan
estimasi perubahan parameter selama terapi penurunan asam urat. Dengan demikian,
modalitas imaging dapat digunakan untuk memonitor respon pasien terhadap terapi
penurunan asam urat.1
Imaging pada artritis gout sebagian besar dikaitkan dengan radiografi konvensional
yang lebih mengarahkan pada temuan khas pada fase lanjut atau kronis. Baru-baru ini,
modalitas imaging lainnya seperti high-frequency ultrasound, dual-energy CT (DECT) dan
MRI muncul sebagai alat yang berguna terutama untuk evaluasi keparahan dan monitoring
gout, dan menariknya sebagai outcome measures untuk gout kronis dalam beberapa
penelitian.1,2
Artikel ini membahas mengenai penggunaan modalitas-modalitas imaging yang telah
disebutkan dengan meninjau bukti terbaru, meskipun masih membutuhkan eksplorasi lebih
lanjut terkait validasi teknik imaging terbaru sebagai outcome measures untuk gout.
Moosikasuwan, J.B., Miller, T.T. and Burke, B.J., 2005. Rotator cuff tears: clinical,
radiographic, and US findings. Radiographics, 25(6), pp.1591-1607.
Morag, Y., Jacobson, J.A., Miller, B., De Maeseneer, M., Girish, G. and Jamadar, D., 2006.
MR imaging of rotator cuff injury: what the clinician needs to know. Radiographics, 26(4), pp.1045-
1065.
Lee, S.C., Williams, D. and Endo, Y., 2018. The repaired rotator cuff: MRI and Ultrasound
Evaluation. Current reviews in musculoskeletal medicine, 11(1), pp.92-101.
Gambar 1. Gambar radiografi ini menunjukkan ciri khas gout kronis, termasuk massa jaringan lunak
asimetris (tophi), erosi tulang eksentrik (punched-out) yang terlihat jelas dan rendahnya osteopaenia
periartikular. Perhatikan ekspansi ruang sendi yang tampak jelas pada sendi yang mengalami erosi.1
Sementara itu pada fase akut gout, gambaran radiografi biasanya normal atau hanya
menunjukkan pembengkakan jaringan lunak dan efusi sendi, yang merupakan temuan yang
sama sekali tidak spesifik. Ultrasound atau CT mungkin lebih sensitif dalam mendeteksi
tanda-tanda endapan MSU.3
Diagnosis banding dari gout sangat luas dan termasuk rheumatoid arthritis dan
amyloid arthropathy. Tophi pada beberapa lokasi, terutama pada tulang rangka aksial dapat
menyerupai gangguan inflamasi lainnya, seperti infeksi spondylodiskitis atau sakroiliitis.
Untuk kasus tersebut, Pemeriksaan CT sangat penting dilakukan.3 Meskipun radiografi
konvensional memiliki spesifisitas tinggi untuk gout (>90%), perubahan gambaran radiografi
yang khas terjadi pada proses penyakit lebih lanjut dan oleh karena itu sensitivitas modalitas
pencitraan ini rendah (baru-baru ini diperkirakan sekitar 31%).1
(a) (c)
(b)
Gambar 2. Wanita 68 tahun dengan artropati gout kaki. Radiografi (a) menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak (tanda bintang) pada aspek medial sendi metatarsophalangeal pertama, sedikit lebih
padat daripada jaringan lunak di sekitarnya, khas untuk tophus. CT (b) mengonfirmasi artropati gout
sendi metatarsophalangeal pertama yang mengombinasikan keberadaan tophus dengan kepadatan
tipikalnya (lingkaran) (kepadatan maksimum biasanya <300 unit Hounsfield [HU]), dan erosi tulang
artikular / juxta-artikular dengan tepi yang overhanging (panah). Rekonstruksi tiga dimensi DECT (c)
mengonfirmasi keberadaan kristal MSU dalam tophi, dengan menunjukkan distribusi tophi di sekitar
pergelangan kaki dan analisis volumetrik (volume total tophi: 4,275 cm2). Perhatikan keberadaan
tophus di dalam tulang (panah pada gambar (b)), yang menyebabkan erosi tulang dengan tepi yang
overhanging.3
HIGH-FREQUENCE ULTRASOUND
High-frequence ultrasound adalah modalitas yang menjanjikan untuk penilaian kristal
artropati. Gambaran ultrasonografi gout akut tidak spesifik dan meliputi edema jaringan
lunak periartikular dan hipervaskularitas di dalam dan sekitar sendi.1 Pada fase akut,
layaknya semua arthritic flares akut, efusi sendi dan sinovitis dapat dideteksi pada mode B
dan Doppler tetapi tidak spesifik.3 Sinovitis mungkin tampak heterogen dengan fokus
hiperekoik yang sesuai dengan agregat MSU. Tophi dapat menjadi hiperemik selama flare
akut (Gambar 3). Data-data saat ini tidak mendukung penggunaan ultrasound sebagai
pengganti pemeriksaan cairan sendi untuk diagnosis gout akut.3
Sementara itu, beberapa gambaran karakteristik pada gout kronis telah dilaporkan
termasuk garis hiperekoik dan ireguler pada tepi superfisial kartilago sendi yang dianggap
mengambarkan kristal monosodium urat (MSU) pada permukaannya (double contour sign)
(Gambar 4). Lesi seperti tophus diidentifikasi sebagai material hipoekoik sampai hiperekoik
yang tidak homogen dan dikelilingi oleh rim anekoik kecil. Karakteristik yang kurang
spesifik seperti erosi tulang, efusi sendi, hipertrofi sinovial dan hipervaskularitas dengan
menggunakan Power Doppler juga dapat diamati.1
Ultrasound kini memiliki peran terbaru dalam diagnosis gout. Karakteristik double
contour sign dan lesi seperti tophus telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi
untuk gout. Ultrasonografi juga dapat memiliki sensitivitas yang lebih tinggi untuk
mendeteksi komplikasi penyakit, seperti erosi tulang subklinis dan pembentukan tophus.
Sebuah analisis terbaru pada MTPJ pertama telah menunjukkan hasil yang kurang selaras
antara gambaran radiografi konvensional dan ultrasonografi terkait adanya erosi tulang, di
mana hanya kurang dari setengah erosi yang terlihat dengan ultrasonografi dapat terlihat pada
gambaran radiografi konvensional. Studi lainnya juga menyimpulkan bahwa ultrasound
memiliki kegunaan khusus untuk deteksi dan penilaian tophi intra-artikular yang lebih
dalam.1
(a)
(b)
Gambar 3. Pria 77 tahun dengan gout. Gambar ultrasound dari sendi metatarsophalangeal pertama
menunjukkan massa intraartikular hyperekoik dengan sedikit tepi hypoekoik (panah pada gambar a).
Pasien yang sama pada saat flare akut menunjukkan gambar yang sama seperti pada (a), disertai
hiperemia (b).3
DUAL-ENERGY CT (DECT)
Munculnya teknologi DECT baru-baru ini telah membuka perspektif baru. Teknik ini
memungkinkan kita untuk membedakan jenis endapan dengan spektrum sinar-x yang
berbeda, dengan prinsip bahwa atenuasi jaringan tidak hanya bergantung pada kerapatannya
tetapi juga pada nomor atom Z serta energi dari photon beam.3 Bersamaan dengan
karakterisasi batu saluran kemih, salah satu fungsi utama DECT selama dekade terakhir
adalah penilaian artropati kristal (lihat Gambar 2). Seperti CT konvensional, DECT juga
dapat mendeteksi kerusakan tetapi tidak membantu pada kasus peradangan. DECT lebih
unggul dari semua teknologi pencitraan lain yang tersedia karena kemampuannya untuk
mengidentifikasi semua endapan kristal MSU pada daerah yang diperiksa (Gambar 5).5
DECT memiliki kinerja diagnostik yang baik dalam penilaian endapan MSU. DECT
dapat menawarkan metode cepat dan non-invasif untuk memvisualisasikan kristal MSU,
perubahan jaringan lunak, dan erosi awal pada resolusi tinggi, bahkan sebelum radiografi
konvensional.5 Sensitivitas dan spesifisitas yang dilaporkan bervariasi dari 75% hingga 100%
bergantung pada penelitian.3 Dibandingkan dengan ultrasound, DECT telah menunjukkan
spesifisitas yang sebanding atau lebih tinggi tetapi sensitivitas lebih rendah dalam mendeteksi
endapan kristal MSU yang lebih kecil pada persendian.3 Temuan ini khususnya menunjukkan
bahwa DECT dapat membantu dalam diagnosis banding dari sinovitis villo-nodular
berpigmen, psoriasis, dan artritis septik yang memiliki manifestasi klinis serupa dengan gout.
DECT sangat akurat dalam mendeteksi kristal MSU pada sendi, tendon, ligamen, dan
jaringan lunak dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi gout subklinis dengan spesifisitas
tinggi. Namun, modalitas ini dapat melewatkan pengendapan kristal pada permukaan tulang
rawan, yang biasanya dapat dideteksi dengan ultrasound sebagai double contour sign.5
Gambar 5. DECT dari pasien gout yang menunjukkan deposit MSU (merah) pada dua persepsi foto
di bagian tendon posterior tibialis (koleksi pribadi Prof. Bardin).5
MRI
Gambaran gout pada MRI telah dilaporkan dalam beberapa kasus. Biasanya, tophi
memiliki sinyal rendah pada gambar T1-weighted spin-echo tetapi sinyal yang bervariasi
pada gambar T2-weighted (Gambar 6), hal ini tergantung pada tingkat hidrasi dan
klasifikasi.5 Enhancement perifer dari tophi setelah pemberian kontras intravena juga telah
dilaporkan. Pada sendi yang ditumbuhi tophi, penebalan sinovial (synovial thickening) dan
efusi dapat terjadi, dengan edema sumsum tulang yang berdekatan dengan tophi.1
KESIMPULAN
Teknik imaging telah banyak digunakan untuk mendiagnosis atau mengevaluasi
keparahan artritis gout. Modalitas ini juga dapat menjadi alat yang paling penting untuk
evaluasi dan monitoring deposisi MSU dan peradangan yang terjadi selama terapi penurunan
asam urat. Temuan imaging pada fase awal penyakit juga dapat membantu dalam diagnosis
dan tatalaksana dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalbeth N, McQueen FM. Use of imaging to evaluate gout and other crystal deposition
disorders. Curr Opin Rheumatol. 2009;21(2):124-131.
2. Dalbeth N, Clark B, McQueen F, et al. Validation of a radiographic damage index in
chronic gout. Arthritis Rheum 2007; 57:1067–1073.
3. Omoumi P, Zufferey P, Malghem J, So A. Imaging in Gout and Other Crystal-Related
Arthropathies. Rheum Dis Clin North Am. 2016;42(4):621-644.
4. Resnick D, Broderick TW. Intraosseous calcifications in tophaceous gout. AJR Am J
Roentgenol 1981;6(137):1157–61.
5. Ragab G, Elshahaly M, Bardin T. Gout: An old disease in new perspective – A review. J
Adv Res. 2017;8(5):495-511.
6. Schumacher HR Jr, Becker MA, Edwards NL, et al. Magnetic resonance imaging in the
quantitative assessment of gouty tophi. Int J Clin Pract 2006; 60:408 – 414.