Modul Manajemen Keuangan Publik PDF
Modul Manajemen Keuangan Publik PDF
ii
iii
iv
v
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB I
KONTRAK BELAJAR
1.1. Pengantar
Dalam organisasi sektor publik, keuangan publik merupakan salah satu unit
penting dari kebijakan publik. Yakni bagaimana pendapatan dapat diperoleh dan
dibelanjakan, serta permasalahan siapa memperoleh apa. Hal ini sangat terkait dengan
beberapa standar/prinsip penting dalam mengelola/memanage keuangan publik seperti:
efsiensi, ekonomis,efektif, transparan, profesional, akuntabilitas, keadilan, dan lain
sebagainya. Pembahasan tentang keuangan publik, tidak hanya menyangkut hal teknis
administratif, namun juga politik dan perencanaan anggarannya (penganggaran).
Tentukan target anda pada mata kuliah ini dengan menjawab pertanyaan “Berapa nilai
yang anda harapkan?” .......................................................................................................
..........................................................................................................................................
1
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
2
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB II
TINJAUAN UMUM MATA PELAJARAN
Keterlibatan masyarakat ini juga seiring dengan makin besarnya porsi pajak
dalam mendanai operasional pemerintahan. Sumber daya alam yang selama ini
besar porsinya dalam penerimaan negara makin lama makin berkurang oleh
karena jumlah sumber yang terbatas. Pada satu pihak, biaya penyelenggaraan
pemerintahan semakin besar. Satu-satunya sumber adalah pajak dari masyarakat.
Agar masyarakat tidak merasa dirugikan, maka diperlukan suatu
pertanggungjawaban penggunaan pajak dari masyarakat oleh pemerintah dengan
transparan.
3
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
4
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB III
REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
Jika dilihat dari aspek historis, perjalanan reformasi manajemen keuangan daerah
di Indonesia dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu: 1) era pra-otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal (1974-1999), 2) era transisi otonomi (2000-2003), dan 3) era
pascatransisi (2004-sekarang). Era pra otonomi daerah merupakan pelaksanaan
otonomi ala Order Baru berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974 yang bersifat sentralistis,
top down planning dan budgeting, penggunaan anggaran tradisional, rezim anggaran
berimbang (balanced budget), sistem pembukuan tunggal (singlet entry) dan akuntansi
basis kas (cash basis).
Era otonomi semu ini berlangsung selama 25 tahun sampai dengan pelaksanaan
otonomi luas dan nyata berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun
1999 yang bersifat desentralisasi, bottom up (paticipative) planning&budgeting,
penggunaan berbasis kinerja, sistem pembukuan berpasangan (doble entry
bookkeeping), dan akuntansi basis kas modifikasi (modified cash basis).
Era transisi otonomi dalah masa antara tahun 2000 hingga 2003 yang merupakan
masa awal implementasi otonomi daerah. Masa otonomi ini ditandai dengan masih
belum mantapnya perangkat hukum, kelembagaan, infrastruktur, dan sumber daya
manusia (SDM) daerah dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah.
Manual Administrasi
Keuangan Daerah Kepmendagri No. 29 UU No. 24 Tahun 2005
(MAKUDA 1981) Tahun 2002 UU No. 58 Tahun 2005
Peraturan KDH
6
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
7
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Tabel 3.3 Struktur Anggaran Kinerja berdasarkan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
dan Permendagri No. 59 Tahun 2007
BELANJA BELANJA
BELANJA APARATUR BELANJA TIDAK LANGSUNG
A. Belanja Administrasi Umum: Belanja Pegawai XXX
- Belanja Pegawai XXX Belanja Bunga XXX
- Belanja Barang dan Jasa XXX Belanja Subsidi XXX
- Belanja Perjalanan Dinas XXX Belanja Hibah XXX
- Belanja Pemeliharaan XXX Belanja Bantuan Sosial XXX
B. Belanja Operasi dan Pemeliharaan: Belanja Bagi Hasil XXX
- Belanja Pegawai XXX Belanja Bantuan Keuangan XXX
- Belanja Barang dan Jasa XXX Belanja Tidak Terduga XXX
- Belanja Perjalanan Dinas XXX Total Belanja Tidak Langsung XXX
- Belanja Pemeliharaan XXX
C. Belanja Modal XXX BELANJA LANGSUNG
Belanja Pegawai XXX
BELANJA PUBLIK Belanja Barang dan Jasa XXX
A. Belanja Administrasi Umum: Belanja Modal XXX
- Belanja Pegawai XXX Total Belanja Langsung XXX
- Belanja Barang dan Jasa XXX
- Belanja Perjalanan Dinas XXX TOTAL BELANJA XXX
- Belanja Pemeliharaan XXX
B. Belanja Operasi dan Pemeliharaan: SURPLUS/(DEFISIT) XXX
- Belanja Pegawai XXX
- Belanja Barang dan Jasa XXX PEMBIAYAAN
- Belanja Perjalanan Dinas XXX Penerimaan Pembiayaan
- Belanja Pemeliharaan XXX Penggunaan SILPA Tahun Lalu XXX
C. Belanja Modal XXX Pencairan Dana Cadangan XXX
D. Belanja Bantuan Keuangan XXX Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX
E. Belanja Tak Terduga XXX Pinjaman Daerah XXX
Penerimaan Kembali Pinjaman (Piutang) XXX
TOTAL BELANJA XXX Total Penerimaan Pembiayaan XXX
8
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Perubahan sistem akuntansi keuangan daerah dari sistem Single entry kepada
sistem doble entry.
Single entry : Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata
buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi
ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang
berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan
transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
pengeluaran.
Double entry : Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata
buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu
transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem
ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi
Debit berada di sebelah kiri sedangkan sisi Kredit berada di sebelah
kanan. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan
dengan akuntansi. Persamaan dasar ekuntansi merupakan alat bantu
untuk memahami sistem pencatatan ini.
9
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Basis pencatatan akuntansi yang bisa dipilih oleh pemerintah daerah, antara lain :
1. Akuntansi basis kas (cash basis): Basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.
10
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IPSAS
IKHTISAR
PERTANYAAN
11
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB IV
MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH
Administrasi Pendapatan
12
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Koleksi Pendapatan
Alokasi Pendapatan
13
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
14
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
15
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
16
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Terdapat hampir 40 jenis pajakdaerah, Terdapat 9 jenis pajak Terdapat 11 jenis pajak Pajak daerah
4 Pajak Daerah Tk I clan lebih dari 30 daerah. terdid atas 3Pajak daerah, terdiri atas 4pajak bersifatClose
Pajak Daerah Tk 11. Daerah Tingkat I(Provinsi) provinsi dan 7 pajak (limited)
dan 6 PajakDaerah Tingkat kab/kota
Pajak Provinsi meliputi: II (Kab/ Kotamadya) Retribusi bersifat terbuka
1. Pajak Kendaraan Pajak Provinsi meliputi: seperti semula
2. Pajak Transfer Kendaraan Pajak Daerah Tk. I 1. Pajak Kendaraan Terdapat 16 jenis pajak
3. Pajak Rumah 'Tangga meliputi: Bermotor danKendaraan daerah, terdiri atas
4. Pajak Provinsi Lainnya 1. Pajak Kendaraan di Atas Air (PKB & 5pajak provinsi dan 11
Bermotor; KAA); pajak kab/kota
Pajak Daerah Tk. II meliputi: 2. Bea Balik 2. Bea Batik Nama Pajak Provinsi meliputi:
1. Pajak Hotel/Restoran NamaKendaraan Kendaraan 1. Pajak Kendaraan
2. Pajak Periklanan Bermotor; Bermotordan Kendaraan Bermotor dan
3. Pajak Hiburan 3. Pajak Bahan diAtas Air (BBNKB & 2. Bea Balik Nama
4. Pajak Penerangan Jalan BakarKendaraan KAA); Kendaraan Bermotor
5. Pajak Orang Asing Bermotor. 3. Pajak Bahan 3. Pajak Bahan Bakar
6. Pajak Tambahan Atas Rumah BakarKendaraan Kendaraan Bermotor
Tangga Bermotor (PBBKB); 4. Pajak Air Permukaan
7. Pajak Memancing di Perairan Pajak Daerah Tk II 4. Pajak Pengambilan dan 5. Pajak Rokok
Kawasan meliputi: Pemanfaatan AirBawah
8. Pajak Jalan 1. Pajak Hotel clan Tanah dan AirPermukaan Pajak Kab/Kota meliputi:
9. Pajak Penjagalan Restoran; (P3ABT & AP). L Pajak Hotel
10. Pajak Anjing 2. Pajak Hiburan; 2. Pajak Restoran
11. Pajak Penjualan Kembang Api 3. Pajak Reklame; Pajak Kab/Kota 3. Pajak Hiburan
12. Pajak Penjualan Alkohol 4. Pajak Penerangan meliputi: 4. Pajak Reklame
13. Pajak Kendaraan Nonmotor Jalan; 1. Pajak Hotel; 5. Pajak Penerangan
14. Pajak Monumen Kuburan Mewah 5. Pajak Pengambilan 2. Pajak Restoran; Jalan
15. Pajak Tempat Tinggal Sementara dan PengolahanBahan 3. Pajak Hiburan; 6. Pajak Mineral Bukan
16. Pajak Mesin Ketangkasan Galian Golongan C; 4. Pajak Reklame; Logam dan Batuan
17. Pajak Radio 6. Pajak PemanfaatanAir 5. Pajak Penerangan 7. Pajak Parkir
18. Pajak Penyediaan Air Minum Bawah Tanah dan Air Jalan; 8. Pajak Air Tanah
19. Pajak Pendaftaran Bisnis Permukaan. 6. Pajak 9. Pajak Sarang Burung
20. Izin Tinggal Sementara PengambilanBahan Wales
21. Pajak Kepemilikan Lahan di Daerah masih Galian Golongan Q 10. Pajak Bumi
Dekat Jalan Raya dimungkinkanmenamba 7. Pajak Parkir. danBangunan
22. Pajak Rumah Kecil(Lodging h pajak dan retribusi Perdesaan dan
House) baru Daerah masih Perkotaan
23. Pajak Tempat Penyimpanan di dimungkinkanmenamba 11. Bea Perolehan
Tempat Umum h pajak dan retribusi HakAtas Tanah dan
24. Pajak Usaha baru Bangunan
25. Pajak Kapal
26. Pajak Pelabuhan Daerah tidak
27. Pajak Pembuatan Garam bolehmenambah
28. Pajak Pengangkutan Garam dari pajakbaru tetapi
Daerah masihdimungkinkan
29. Pajak Peternakan Babi menambah retribusi
30. Pajak Pemindahan Sarang Burung baru
31. Pajak Perninclahan Telur Penyu
32. Pajak Tempat Penyimpanan
Tembakau
33. Pajak Tempat Pelelangan
Ikan
17
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
19
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
1. Siklus manajemen pendapatan daerah terdiri atas lima tahap, yaitu identifikasi
sumber-sumber pendapatan daerah, administrasi pendapatan daerah, koleksi atau
pemungutan pendapatan daerah, pencatatan akuntansi pendapatan daerah, dan
alokasi pendapatan daerah.
2. Prinsip dasar dalam membangun sistem manajemen penerimaan daerah yang baik
antara lainmelalui perluasan basis penerimaan, pengendalian atas kebocoran
pendapatan, peningkatan efisiensi administrasi pendapatan, dan peningkatan
transparansi dan akuntabilitas manajemen pendapatan daerah.
3. Untuk memperluas basis penerimaan., pemerintah daerah perlu melakukan
identifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjaring wajib pajak/retribusi baru,
mengevaluasi tarif pajak/retribusi, meningkatkan basis data objek
pajak/retribusi, dan melakukan penilaian kembali (appraisal) atas objek
pajak/retribusi.
4. Untuk mengurangi kebocoran pendapatan, pemerintah daerah perlu melakukan
audit pendapatan, memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah, membangun
sistem penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) yang memadai, dan
meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan
pendapatan.
5. Untuk optimalisasi penerimaan daerah, selain melakukan optimalisasi PAD,
pemerintah daerah perlu mengoptimalkan penerimaan dari dana perimbangan,
khususnya dana bagi basil. Pemerintah daerah dapat ikut berperan aktif dalam
pemungutan pajak pusat yang dibagihasilkan dengan daerah, yaitu PPh, PBB,
dan BPHTB. Untuk meningkatkan penerimaan bagi basil PPh Wajib Pribadi,
pemerintah daerah perlu secara aktif ikut menjaring wajib pajak baru dan
mendorong wajib pajak lama untuk tact membayar pajak.
6. Untuk meningkatkan penerimaan dari PBB dan BPHTB pemerintah dapat
melakukan penilaian kembali (appraisal) terhadap objek pajak PBB untuk
menentukan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang mendekati harga pasar,
melibatkan pemimpin lokal di tingkat desa/kelurahan dalam pendataan dan
pendistribusian Surat ketetapan pajak PBB, dan memperbaiki administrasi pajak.
PERTANYAAN
20
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB V
ESTIMASI PENDAPATAN
21
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
perencanaan sekaligus alat pengendalian (planning & control tool). Selain sebagai alat
perencanaan keuangan, anggaran juga berfungsi sebagai alat pengendalian keuangan
dan evaluasi kinerja. Keterkaitan prakiraan dengan penganggaran adalah hasil
prakiraan dapat digunakan manajemen sebagai dasar perencanaan anggaran. Dengan
kata lain, hasil prakiraan dapat digunakan oleh manajemen untuk membuat proyeksi
anggaran. Proyeksi anggaran memang tidak harus sama dengan hasil prakiraan, bisa
sama, lebih tinggi, atau lebih rendah tergantung dari kebijakan manajemen. Memang
penganggaran seringkali lebih konservatif dibandingkan ramalan, artinya target
anggaran pendapatan sering diusulkan lebih rendah dari angka hasil prediksi. Hal ini
karena anggaran mengandung konsekuensi pencapaian sedangkan prakiraan tidak,
sehingga eksekutif memilih lebih hati-hati menganggarkan pendapatan. Namun jika
pemerintah optimis dan berkomitmen untuk bekerja keras bisa saja target anggaran
ditetapkan lebih tinggi dari prediksi. Oleh karena itu, sebelum manajemen menetapkan
suatu target anggaran terlebih dahulu perlu dilakukan prakiraan baik pendapatan
maupun belanja agar target yang ditetapkan dalam anggaran realistis dan rasional.
Prakiraan pendapatan ini juga penting untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah
dalam memungut pendapatan sehingga juga berpengaruh pada pemilihan strategi dan
program mobilisasi pendapatan.
Teknik Kualitatif
Teknik prakiraan yang bersifat kualitatif antara lain adalah teknik Delphi dan
teknik judgment. Teknik Delphi dilakukan dengan cara mengumpulkan para ahli
(experts), kemudian mereka secara kelompok maupun individual dimintai pendapat
atau pandangan mereka tentang prediksi masa depan yang akan mempengaruhi arus
pendapatan. Masing-masing ahli menyampaikan prediksi mereka dan memberikan
penjelasan rasionalnya, kemudian proses selanjutnya berbagai pandangan tersebut
dirangkum dan kembali diajukan pertanyaan berikutnya kepada para ahli sehingga
akhirnya menghasilkan suatu prediksi pendapatan yang disepakati. Oleh karena itu,
berbagai seminar tentang "Economic Outlook" dan kajian ilmiah oleh lembaga
penelitian yang kompeten tentang prediksi ekonomi penting untuk diperhatikan
pemerintah sebagai masukan dalam prakiraan pendapatan.
Metode kualitatif selain teknik Delphi adalah dengan pendekatan judgment, yaitu
prakiraan berdasarkan pengalaman masa lalu dan pertimbangan berbagai faktor yang
mempengaruhi pendapatan di masa mendatang. Meskipun pendekatan judgment ini
bersifat kualitatif, tetapi dalam pertimbangan tersebut juga banyak digunakan data
kuantitatif terutama data masa lalu, hanya saja dalam metode judgment analisisnya
tidak dilakukan secara sistematis dan metodologi ilmiah yang rumit sebagaimana teknik
kuantitatif. Namun tidak berarti metode kuantitatif selalu lebih baik daripada metode
judgment atau metode kualitatif yang lain. Oleh karena itu, untuk memperoleh
hasil prediksi yang lebih memuaskan sebaiknya digunakan teknik kualitatif dan
kuantitatif secara bersama-sama.
Teknik Kuantitatif
Sama halnya dengan metode kualitatif, teknik kuantitatif dalam prakiraan juga
banyak macamnya, mulai dari simple smoothing technique hingga pemodelan regresi
yang canggih. Namun perlu juga dipahami bahwa kecanggihan model matematis
22
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
tidaklah menjamin keakuratan ramalan. Oleh karena itu, dalam pemilihan teknik
kuantitatif untuk prakiraan pendapatan perlu dipertimbangkan biaya dan manfaatnya,
kemudahan aplikasinya, Berta efektivitas hasil ramalan.
Dalam penggunaan teknik kuantitatif, sebelum dilakukan teknik prakiraan terlebih
dahulu harus ditentukan:
1. Subjek prakiraan, yaitu apa yang akan diprediksi atau diestimasi. Subjek
prakiraan bisa berupa pendapatan secara keseluruhan maupun per kelompok, jenis,
objek, dan rincian objek pendapatan. Misalnya Pendapatan Ash Daerah (PAD)
dapat dirinci menurut jenisnya, yaitu Pajak Daerah, Retribusi, Bagian Laba
BUMD, dan Lain-lain PAD yang Sah. Pajak Daerah dapat dirinci per objek
pendapatan, misalnya Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pemanfaatan Air
Bawah Tanah untuk Penlerintah Provinsi, sedangkan untuk Pemerintah
Kabupaten/Kota objek pajak daerah antara lain Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, dan Pajak Bahan Galian C. Pajak
Hotel dapat dirinci menjadi rincian objek pendapatan pajak hotel yang terdiri dari
Pajak Hotel Bintang Lima, Pajak Hotel Bintang Empat, Pajak Hotel Bintang Tiga,
Pajak Hotel Bintang Dua, Pajak Hotel Bintang Satu, Pajak Hotel Melati Tiga, dan
sebagainya. Masing-masing kelompok, jenis, objek, dan rincian objek pendapatan
dapat dijadikan sebagai Subjek prakiraan tergantung pada kebutuhan manajemen
pada level mana akan dilakukan prakiraan.
2. Rentang perkiraan, yaitu periode waktu yang akan diramal. Rentang prakiraan ini
harus ditetapkan apakah untuk prediksi satu tahun ke depan, dua tahun, tiga tahun,
dan seterusnya.
3. Data yang digunakan, yaitu data runtun waktu (time series) sebagai dasar
untuk prediksi, apakah perlu digunakan data sepuluh tahun, lima tahun, atau tiga
tahun yang lalu sebagai basis prakiraan. Kualitas data sangat berpengaruh terhadap
keakurasian hasil prakiraan. Semakin lengkap, data yang digunakan maka akan
semakin baik hasil prakiraannya. Namun sayangnya, beberapa data seringkali tidak
lengkap, atau telah terjadi perbedaan misalnya dalam hal tarif pajak pada periode
tertentu sehingga harus disesuaikan.
Teknik kuantitatif prakiraan yang cukup mudah digunakan, murah biayanya, serta
dalam banyak kasus cukup tinggi keakuratannya yakni antara lain:
Simple Moving Average
Exponential Smoothing
Transformation Moving Average
Regresi
23
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Karena nilai APE yang diabsolutkan, maka APE tidak dapat menunjukkan apakah
terjadi prakiraan lebih (over estimate) ataukah prakiraan kurang (under estimate).Oleh
karma itu, untuk memperkuat penilaian keakuratan teknik prediksi selain menghitung
APE juga perlu dihitung MAPE.MAPE merupakan rata-rata APE dari beberapa
periode.Semakin kecil MAPE maka semakin akurat teknik prakiraan yang digunakan.
Pada umumnya teknik kuantitatif memiliki tingkat akurasi prediksi yang lebih baik
dibandingkan pendekatan judgmental.Di antara berbagai teknik kuantitatif yang ada,
teknik exponential smoothing merupakan teknik prakiraan paling baik untuk
memprediksi pendapatan yang memiliki pola musiman.Namun model regresi
ekonometrika merupakan teknik prakiraan paling baik di antara teknik kuantitatif
lainnya, sedangkan yang paling rendah tingkat akurasinya adalah analisis trend.
Perlu diperhatikan juga bahwa tingkat akurasi prakiraan memiliki hubungan
terbalik dengan banyaknya periode ramalan.Semakin lama periode yang diramalkan,
semakin besar penyimpangan peramalannya.Hal ini terutama dipengaruhi oleh faktor
lingkungan ekonomi di masa datang yang tidak pasti dan tidak semua faktor ekonomi
diperhitungkan dalam persamaan matematis prakiraan.
IKHTISAR
PERTANYAAN
25
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB VI
ANALISIS POTENSI PENDAPATAN
Untuk membuat perencanaan anggaran yang komprehensif dan lebih realistis, selain
dilakukan prakiraan pendapatan perlu dilakukan analisis penghitungan potensi
pendapatan. Analisis potensi pendapatan ini berbeda dengan prakiraan pendapatan
sebab analisis potensi pendapatan adalah untuk mengetahui peluang besarnya
perolehan pendapatan optimal yang dapat direalisasikan, sedangkan prakiraan
pendapatan merupakan prediksi perolehan pendapatan di masa datang yang didasarkan
pada data historis realisasi pendapatan. Potensi pendapatan tidak harus direalisasikan
seluruhnya dalam satu tahun anggaran tetapi bisa bertahap hingga beberapa tahun
anggaran. Misalnya berdasarkan hasil penelitian potensi pendapatan pajak restoran
adalah RpI miliar. Realisasi anggaran tahun lalu barn mencapai 60% dari potensi
(Rp600 juta). Target pendapatan pajak restoran tahun ini mungkin cukup berat kalau
dipaksa harus mencapai 100% dari potensi, sehingga bisa saja tahun ini diupayakan
pencapaian pendapatannya 85% (Rp850 juta) dan tahun depan sudah berhasil
mencapai 100%. Pada tahun ketiga bisa dilakukan lagi analisis potensi pendapatan
karena selama tiga tahun anggaran bisa jadi sudah terjadi perubahan-perubahan yang
signifikan sehingga perlu dilakukan pemutakhiran (updating) data potensi pendapatan
terbaru. Perlunya pentahapan dalam pencapaian seluruh potensi pendapatan tersebut
karena pertimbangan social dan ekonomi masyarakat pembayar pajak, kesiapan cistern
dan aparatur pajak, serta pertimbangan perlunya kesinambungan fiskal (fiscal
sustainability). Untuk merealisasikan seluruh potensi tersebut perlu dilakukan upaya
menumbuhkan kesadaran dan kepatuhan pajak di mana hal ini membutuhkan waktu.
Kesadaran dan kepatuhan pajak oleh wajib pajak tidak bisa diwujudkan hanya dalam
satu tahun anggaran, sehingga tidak realistis mewujudkan pencapaian seluruh potensi
pendapatan hanya dalam satu tahun anggaran. Selain itu, pencapaian seluruh potensi
pendapatan juga membutuhkan biaya pengumpulan pendapatan yang lebih besar dan
hal ini tentunya perlu pertimbangan kemampuan keuangan yang ada saat ini.
Potensi adalah sesuatu yang sebenamya sudah ada, hanya belum didapat
atau diperoleh di tangan.Untuk mendapatkan atau memperolehnya diperlukan
upaya-upaya tertentu, misalnya untuk potensi sumber daya alam tambang perlu upaya
eksplorasi dan eksploitasi, untuk potensi pajak perlu dilakukan upaya pajak (tax
effort).Karena potensi tersebut sifatnya masih tersembunyi, maka perlu diteliti
besarnya potensi pendapatan yang ada. Analisis potensi pendapatan bersifat Was sebab
banyak faktor yang harus diidentifikasi terkait dengan pendapatan. Identifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan merupakan bagian dari upaya mengenali
potensi pendapatan.Bagi manajer publik, kemampuan mengenali potensi pendapatan
dan memanfaatkannya secara optimal merupakan hal penting yang menunjukkan
kapasitas entrepreneurship mereka dalam mengelola organisasi sektor
publik.Osborne dan Gaebler (1992) menyatakan pentingnya menumbuhkan
pemerintahan wirausaha (entrepreneurial government) serta pemerintahan yang
mampu menciptakan pendapatan tidak sekadar membelanjakan anggaran (earning
rather than spending).Menumbuhkan birokrasi wirausaha ini merupakan tantangan
bagi manajer publik, terutama kepala daerah dan pejabat terkait di lingkungan
26
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
pemerintahan daerah.
Potensi pendapatan satu daerah dengan daerah yang lain berbeda-beda disebabkan
oleh faktor demografi, ekonomi, sosiologi, budaya, geomorfologi, dan lingkungan
yang berbeda-beda. Namun terkadang suatu potensi tidak dapat diolah akibatkan
keterbatasan sumber daya manusia, permodalan, dan peraturan perundangan yang
membatasi. Jika dilihat dari kepemilikan potensi dan kemampuan mengelola potensi
yang ada, suatu daerah dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Memiliki potensi dan kemampuan mengelola yang tinggi
2. Memiliki potensi yang tinggi tetapi kemampuan mengelolanya rendah
3. Memiliki potensi yang rendah tetapi memiliki kemampuan mengelola tinggi
4. Memiliki potensi yang rendah dan kemampuan mengelola rendah
POTENSI
KUADRAN II KUADRANI
Potensi Tinggi, Potensi Tinggi,
Tinggi
Kemampuan Mengelola Rendah Kemampuan Mengelola Tinggi
(Intensifikasi) (Promosi & Ekspansi)
Rendah Tinggi
KEMAMPUAN MENGELOLA
27
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
pengelolaan potensi pendapatan yang dapat dilakukan oleh pemerintah pada kondisi
kuadran II antara lain: 1) intensifikasi pendapatan, 2) kemitraan dengan pihak swasta
untuk mengelola potensi yang ada, 3) joint venture dengan investor, dan 4)
peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola potensi yang ada.
Kuadran III adalah kondisi pemerintahan yang memiliki potensi yang rendah tetapi
pada dasamya mempunyai kapasitas untuk mengelola yang tinggi.Pada kondisi ini
strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan ekstensifikasi atau ekspansi.Misalnya,
suatu pemerintahan tidak memiliki potensi hutan, tetapi dengan daya dukung sumber
daya manusia dan sarana prasarana yang dimiliki mampu mengolah hasil hutan
menjadi produk yang berkualitas tinggi, misalnya furniture kualitas ekspor. Meskipun
pemerintah setempat tidak memiliki hutan, pemerintah tersebut dapat melakukan
ekspansi dengan memanfaatkan potensi hasil hutan dari daerah lain untuk diolah
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
Kuadran IV adalah kondisi paling buruk yang perlu dihindari, yaitu potensi yang
dimiliki rendah dan kemampuan mengelola pendapatan juga rendah.Pada kondisi
kuadran IV ini perlu dilakukan strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia
melalui program pendidikan dan pelatihan (edukasi)sehingga memiliki kapasitas
mengelola potensi pendapatan secara lebih baik.Manajer publik yang mengelola
pemerintahan yang masuk dalam kategori kuadran IV ini perlu mengarahkan
strategi clan program sehingga mencapai kondisi kuadran III.Pengembangan kualitas
sumber daya manusia merupakan langkah terpenting untuk memperbaiki kondisi
tersebut.
28
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
29
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
30
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
31
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
PERTANYAAN
32
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
33
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB VII
MANAJEMEN BELANJA DAERAH
Dalam kaitannya dengan belanja daerah, terdapat dua aspek yang secara konseptual
berbeda tetapi memiliki keterkaitan yang erat, yaitu kebijakan belanja (expenditure
policy) dan manajemen belanja (expenditure management). Kebijakan belanja
terkait dengan penentuan "apa yang akan dilakukan" yang berimplikasi pada
kebutuhan pengeluaran atau belanja, sedangkan manajemen belanja terkait dengan
"bagaimana melaksanakan anggaran untuk membiayai aktivitas secara ekonomis,
efisien, dan efektif." Kebijakan belanja daerah ditentukan pada tahap perencanaan
anggaran, sedangkan manajemen belanja daerah dilakukan pada tahap implementasi
anggaran. Kebijakan anggaran belanja cenderung lebih bersifat politik, sedangkan
manajemen belanja lebih bersifat teknis. Data yang diperlukan untuk membuat
kebijakan belanja berbeda dengan data yang digunakan untuk manajemen belanja.
Meskipun dalam beberapa hal berbeda, namun kebijakan belanja sangat
mempengaruhi manajemen belanja. Pada dasarnya manajemen belanja akan
menyesuaikan kebijakan belanja yang diambil pemerintah daerah.
34
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
35
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Ketiga tujuan tersebut memiliki keterkaitan yang erat satu dengan lainnya. Disiplin
fiskal membutuhkan pengendalian anggaran pada semua level organisasi pemerintahan,
alokasi anggaran terkait dengan program-program strategis yang menjadi prioritas
daerah, efisiensi dan efektivitas alokasi anggaran terkait dengan teknik penghematan
anggaran dan pengalokasian yang tepat sasaran.
Terdapat beberapa prinsip manajemen belanja daerah yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. perencanaan belanja;
2. pengendalian belanja;
3. akuntabilitas belanja;
4. auditabilitas belanja.
36
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
PERTANYAAN
38
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB VIII
KLASIFIKASI BELANJA
Pengertian Biaya
Istilah biaya lebih banyak dijumpai di sektor bisnis (komersial) dibandingkan di
sektor publik, sebab biaya merupakan salah saw informasi penting yang akan
dilaporkan dalam laporan laba rugi (income statement). Sektor bisnis, karena
karakteristiknya yang bertujuan mencari laba (profit oriented), sangat berkepentingan
dengan informasi biaya karena jumlah biaya tersebut akan menentukan besarnya
laba/rugi yang diperoleh. Laba/rugi perusahaan dapat diketahui dengan cara
menghitung seluruh pendapatan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi kemudian
dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama periode yang sama. Biaya
dalam hal ini dipahami sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka memperoleh
pendapatan. Di dalam akuntansi, biaya didefinisikan sebagai
39
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Pengertian Pengeluaran
Sebagaimana telah disinggung di awal bahwa tidak setiap pengeluaran kas dari
rekening kas umum daerah merupakan belanja, tetapi boleh jadi merupakan
pengeluaran pembiayaan. Pengeluaran merupakan komponen pos pembiayaan dalam
struktur APED yang dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus anggaran yang terjadi.
Pengeluaran pembiayaan dapat berupa: 1) pembentukan dana cadangan, 2) penyertaan
modal misalnya penambahan modal pada BUMD, 3) pembelian surat berharga seperti
Surat Utang Negara. (SUN) atau obligasi pemerintah daerah, 4) pelunasan utang, dan
5) pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan ini meskipun menggunakan uang kas daerah tidak dapat
dikategorikan belanja, sebab tujuan dan mekanisme pengeluaran kasnya dari rekening
40
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BELANJA
(EXPENDITURE)
BELANJA BELANJA
OPERASI MODAL
yang pada suatu saat akan diterima kembali, sedangkan belanja adalah
pengeluaran uang dari rekening kas umum negara/daerah yang tidak akan diterima
kembali. Jika dilihat dari mekanisme pencairan dananya dari rekening kas umum
daerah, maka terdapat perbedaan yang jelas antara belanja dengan pembiayaan. Untuk
mengajukan belanja harus dilakukan melalui mekanisme pengajuan SPP
LS/UP/GU/TU kepada Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PA/PB) yang
kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran SPM LS/UP/GU/TU oleh PA/PB dan
selanjutkan diajukan ke Bendahara Umum Daerah (BUD) untuk dikeluarkan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang berfungsi sebagai cek. Pengeluaran belanja
hanya melibatkan eksekutif, setelah APED disahkan dewan maka berarti eksekutif
diberi kewenangan untuk melaksanakan belanja sesuai dengan jumlah yang
dianggarkan. Pengeluaran pembiayaan tidak dilakukan melalui mekanisme
sebagaimana pengeluaran belanja. Pengeluaran pembiayaan harus melalui persetujuan
dewan. Oleh karena itu diperlukan dokumen berupa Bukti Memorial, misalnya hasil
kesepakatan (MoU) antara eksekutif dengan legislatif. Pengeluaran pembiayaan ini pun
juga hanya bisa dilakukan oleh BUD, sedangkan SKPD tidak memiliki kewenangan
melakukan pengeluaran pembiayaan.
41
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Objek Biaya
Objek biaya (cost object) adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan pembebanan
biaya.Objek biaya bisa berupa produk barang atau jasa, program, kegiatan, fungsi, unit
kerja, atau organisasi secara keseluruhan.Untuk membuat suatu produk berupa barang
atau pelayanan publik diperlukan biaya.Untuk menjalankan suatu program, kegiatan,
fungsi, dan organisasi juga diperlukan biaya, sebab tanpa dibiayai maka hal-hal
tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Untuk apa biaya dikeluarkan menjadi dasar
penentuan objek biaya. Pemahaman mengenai objek biaya penting untuk menentukan
biaya tertentu akan dilekatkan atau dibebankan ke mana, siapa yang akan menanggung
biaya tersebut. Kesalahan dalam mengenali objek biaya bisa berakibat kesalahan
dalam menentukan jumlah total biaya yang harus dibebankan atau
dipertanggungjawabkan oleh suatu produk, program, kegiatan, fungsi, unit kerja,
atau. organisasi. Bisa jadi suatu produk, program, kegiatan, fungsi, unit kerja, atau
organisasi harus menanggung biaya yang sebenarnya bukan tanggung
jawabnya.Pemahaman tentang objek biaya ini mengantarkan kita pada pemahaman
tentang konsep different cost for different purposes, yaitu setiap biaya yang dikeluarkan
harus memiliki tujuan, dan tujuan inilah yang kemudian menjadi dasar penentuan
objek biaya.
Perunutan Biaya
Hubungan antara biaya dengan objek biaya perlu dianalisis secara cermat untuk
memperoleh keakuratan dalam pembebanan biaya.Jika dilihat kaitannya dengan objek
biaya, maka biaya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya yang memiliki keterkaitan
langsung dengan objek biaya atau disebut biaya langsung (direct cost), dan biaya yang
tidak memiliki kaftan langsung dengan objek biaya atau disebut biaya tidak langsung
(indirect cost).Biaya langsung memiliki hubungan yang jelas dengan objek biaya,
sehingga dapat dihitung secara lebih akurat.Biaya langsung ini dapat dirunut ke objek
biaya dengan mudah berdasarkan hubungan sebab-akibat.Perunutan biaya (cost tracing)
adalah upaya untuk mengetahui asal muasal biaya dan mengapa biaya tersebut
terjadi.Perunutan biaya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui
pelacakan langsung (direct tracing) dan pelacakan pemacu biaya (driver
tracing).Pelacakan langsung adalah proses identifikasi dan pembebanan biaya yang
memiliki hubungan dengan objek biaya secara eksklusif.
Perunutan biaya melalui pemacu biaya dilakukan dengan cara'mencari variabel
yang menjadi pemacu biaya (driver costs).Pemacu biaya menunjukkan variabel yang
menyebabkan suatu biaya bertambah atau berkurang. Pemacu biaya bisa berupa
jumlah jam kerja, jumlah pegawai, jumlah kegiatan, dan sebagainya.
Alokasi Biaya
Pembebanan biaya kepada objek biaya dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1)
pembebanan biaya langsung ke objek biaya (cost tracing), 2) mengalokasikan biaya-
biaya tidak langsung ke objekbiaya (cost allocation). Alokasi biaya adalah upaya
untuk membagi biaya (cost sharing) di antara berbagai produk, program, kegiatan,
fungsi, dan organisasi karma telah mengkonsumsi biaya secara bersama-sama.
Alokasi biaya ini pada umumnya dilakukan untuk mengalokasikan biaya tidak
langsung (overhead), seperti biaya listrik, air, pemeliharaan, dan biaya penolong
42
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
lainnya. Tujuan alokasi biaya adalah untuk menilai kinerja masing-masing unit kerja
serta untuk tujuan keadilan pembebanan biaya. Untuk melakukan alokasi biaya
diperlukan dasar alokasinya. Dasar alokasi biaya yang paling sederhana adalah dengan
menggunakan nilai rata-rata, yaitu membagi biaya yang terjadi dengan jumlah lini
produk, program, kegiatan, fungsi, atau unit organisasi yang ada. Metode kedua adalah
dengan mendasarkan pada proporsi beban kerja dan tingkat konsumsi biaya. Metode
yang kontemporer adalah dengan pendekatan activity based costing (ABC). Saat
ini, sistem ABC juga sudah mulai banyak diadopsi di sektor publik meskipun terdapat
beberapa modifikasi yang harus disesuaikan dengan karakteristik organisasi sektor
publik.
Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya adalah penjumlahan seluruh biaya sehingga menghasilkan informasi
tentang total biaya yang dikonsumsi oleh suatu produk, program, kegiatan, fungsi,
atau organisasi. Akumulasi biaya tersebut meliputi biaya langsung maupun tidak
langsung ke objek biaya.
Biaya merupakan ukuran finansial atas sumber daya yang dikonsumsi atau
digunakan untuk membuat suam produk, memberikan pelayanan publik,
melaksanakan program dan kegiatan.Biaya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Pengklasifikasian biaya dapat
dilakukan berdasarkan karakteristik berikut:
1. berdasarkan waktu terjadinya biaya
2. berdasarkan reaksinya terhadap perubahan tingkat aktivitas
3. berdasarkan hubungannya dengan aktivitas
4. berdasarkan pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan
5. berdasarkan pengaruhnya terhadap pengendalian manajemen
6. berdasarkan masa manfaat biaya
Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya, manajer publik harus menaruh
perhatian khusus pada biaya sekarang dan biaya dianggarkan, sebab jenis biaya inilah
yang dapat dikendalikan olehmanajemen.Namun tidak berarti biaya historis diabaikan
atau ditinggalkan, sebab biaya historis ini penting untuk pelaporan kinerja masa lalu
yang juga penting untuk melakukan evaluasi kinerja.
Biaya Tetap
Analisis terhadap biaya tetap penting dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
dana minimal yang harus disediakan organisasi. Sebab biaya tetap ini harus
dikeluarkan meskipun tidak ada kegiatan yang dilakukan. Manajer publik harus
mengupayakan untuk menekan biaya tetap yang menjadi beban organisasi hingga
level tertentu yang mungkin dilakukan, sebab jika biaya tetapnya sudah tinggi
sedangkan sumber dana yang ada terbatas, maka alokasi anggaran untuk program dan
kegiatan menjadi berkurang karena sebagian besar dananya tersedot untuk menutup
biaya tetap. Biaya tetap ini misalnya adalah biaya gaji dan tunjangan Pegawai Negeri
Sipil, biaya pemeliharaan, biaya abonemen telepon, air, dan listrik.
Besar kecilnya jumlah biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan kegiatan yang
dilakukan. Artinya baik terdapat banyak maupun sedikit kegiatan, jumlah biaya
tetapnya sama. Biaya tetap mempunyai sifat:
jumlah totalnya tidak berubah walaupun kegiatan berubah,
biaya per unit makin kecil apabila volume kegiatan makin besar.
Pada dasarnya biaya tetap tidak berubah jumlahnya dalam jangka waktu tertentu,
namun dalam jangka panjang biaya ini akan berubah. Biaya tetap akan tetap
jumlahnya pada tingkat kapasitas tertentu, apabila tingkat kapasitas kegiatan yang
ditetapkan tidak mencukupi lagi maka biaya tetap akan berubah jumlahnya. Sebagai
contoh, biaya tetap sebuah gedung pertemuan milik pemerintah adalah sebesar Rp10
juta per tahun.Besarnya biaya tetap tersebut untuk asumsi gedung digunakan sebanyak
100 kali pertemuan dalam setahun, jika lebih dari itu maka biaya tetapnya meningkat
menjadi Rp12 juta.Kapasitas maksimal penggunaan gedung untuk pertemuan adalah
sebanyak 180 pertemuan dalam satu tahun. Biaya tetap total dan biaya tetap per unit
dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
44
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Rp
12.000.000
10.000.000
0
100 180 Volume kegiatan
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa biaya tetap sampai dengan
kegiatan 100 kali pertemuan maka jumlah biaya tetap totalnya adalah sama yaitu
Rp10.000.000. Biaya ini akan naik apabila kapasitas melebihi 100 kegiatan. Kegiatan
antara 0 sampai dengan 100 disebut kisaran (range) volume kegiatan. Pada kisaran
tersebut jumlah biaya tetap totalnya akan tetap sama. Besar kecilnya kisaran ini
didasarkan pada kapasitas gedung, peralatan, waktu dan sebagainya.
Biaya tetap yang jumlah totalnya tidak berubah pada jenjang tertentu
mempunyai grafik biaya per unit sebagai berikut:
Rp
250.000
200.000
100.000
40 50 100 Volume
Pada saat volumenya mencapai 40 kegiatan, biaya tetap per unit Rp250.000
(Rp10.000.000 : 40). Pada saat 50 kegiatan, biaya tetap per unit Rp200.000, clan
pada saat 100 kegiatan maka biaya tetap per unitnya Rp100.000. Jadi semakin besar
volume kegiatan semakin kecil biaya tetap per unit.
45
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang per-unitnya tetap, tidak dipengaruhi oleh perubahan
kegiatan operasi tetapi jumlah totalnya bervariasi atau berubah-ubah secara
proporsional dengan volume kegiatan; apabila kegiatan bertambah maka biaya
totalnya ikut bertambah dalam persentase yang sama dengan penambahan kegiatan,
sebaliknya apabila kegiatan berkurang maka jumlah biaya akan berkurang sebesar
persentase turunnya kegiatan.
Secara umum, biaya variabel memiliki sifat:
1. jumlah total berubah proporsional dengan perubahan kegiatan,
2. per unit tidak dipengaruhi oleh kegiatan.
Contoh biaya variabel: biaya bahan/material; biaya honorarium dan upah tenaga
kerja/pegawai langsung; dan biaya barang dan jasa. Biaya variabel jumlah totalnya
bertambah sebanding dengan perubahan kegiatan namun biaya variabel per unitnya
tidak berubah walaupun volume kegiatannya berubah.
Biaya Total
Berdasarkan klasifikasi biaya berdasarkan perilakunya, maka biaya total suatu
aktivitas, program, fungsi, atau organisasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
46
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
sewa gedung, kendaraan, dan peralatan, 4) biaya perjalanan, 5) biaya cetak dan
penggandaan, 6) biaya kontrak hukum (notaris).
Belanja Modal, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang-barang
modal yang digunakan dalam pelaksaan kegiatan, antara lain pembelian
tanah, gedung, mesin dan kendaraan, peralatan, instalasi dan jaringan,
furniture, software, dan sebagainya.
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost), yaitu biaya yang tidak terkait secara
langsung dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan. Kaitan biaya ini dengan
kegiatan bersifat tidak langsung, artinya suatu kegiatan masih dapat berjalan
meskipun biaya tidak langsung tersebut tidak dikeluarkan. Namun secara
keseluruhan biaya tidak langsung ini juga memiliki andil untuk ikut memperlancar dan
menyukseskan kegiatan, hanya Baja seandainya biaya tidak langsung tersebut tidak
dikeluarkan, tidak akan menggagalkan pelaksanaan kegiatan. Termasuk dalam biaya
tidak langsung antara lain:
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya Pendidikan, Pelatihan, dan Pindah Tugas Pegawai
Biaya Riset dan Pengembangan
Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Penyusutan
Pengklasifikasian biaya langsung dan tidak langsung ini digunakan dalam sistem
penganggaran pemerintah baik pusat maupun daerah, yaitu sejak penerapan PP No.
105 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 yang kemudian direvisi menjadi PP No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No. 59
Tahun 2007 sebagai revisi Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
47
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
48
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
49
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
PERTANYAAN
50
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB IX
STANDAR BELANJA
Salah satu fungsi APBD adalah sebagai alat perencanaan bagi eksekutif untuk
mengendalikan belanja. Pengendalian belanja ini salah satu instrumennya adalah
melalui penetapan standar biaya yang dalam hal ini mencakup dua hal yaitu biaya
standar per unit input dan biaya standar per kegiatan. Dalam sistem anggaran
kinerja yang diterapkan pada era otonomi sekarang ini, biaya standar per unit input
disebut Standar Satuan Harga (SSH) dan biaya standar per kegiatan disebut Analisis
Standar Belanja (ASB). Penetapan biaya standar atau standar belanja ini sangat
penting kaitannya untuk pengendalian APBD dari aspek pengeluaran. Biaya standar
atau standar belanja harus disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai
tolok ukur apakah pengeluaran anggaran sudah sesuai dengan yang distandarkan
sebelumnya atau tidak. Apabila realisasi belanja berbeda dengan anggaran belanja
maka harus diteliti lebih lanjut apa penyebab terjadinya perbedaan tersebut.
c. Biaya/Tarif Standar Nasional, yaitu biaya standar yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah pusat melalui peraturan perundangan yang harus diikuti daerah,
misalnya standar gaji dan tunjangan PNS, belanja perjalanan din gs luar daerah
atau luar negeri, standar harga satuan bangunan gedung negara, standar harga
satuan bangunan jalan clan jembatan, dan sebagainya.
d. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE), yaitu perkiraan
biaya atau harga yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan atas kegiatan
pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintahan. HPS memberikan beberapa
manfaat bagi pemerintah daerah, yaitu
sebagai dasar untuk menilai kewajaran harga penawaran yang disampaikan
pihak penyedia;
sebagai dasar bagi penetapan nilai nominal jaminan penawaran;
sebagai patokan dalam hal seluruh penawaran di atas pagu anggaran;
sebagai alat untuk menghindari korupsi dalam pengadaan barang dan jasa;
sebagai bahan perhitungan penyesuaian harga;
sebagai acuan dalam negosiasi harga pada proses penunjukan langsung atas
pengadaan jasa konsultansi.
Cara membuat HPS dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut
1. Menentukan secara jelas jenis pekerjaan yang akan dibuat OE/HPS.
2. Menetapkan asumsi-asumsi.
3. Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan:
a. DPA-SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD)
b. Analisis harga satuan (Rencana Anggaran Biaya/RAB) bersangkutan
sewaktu pengajuan anggaran
c. Harga satuan dasar upah setempat
d. Harga satuan dasar bahan dan sewa alat setempat
e. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh pemerintah
53
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
daerah, asosiasi terkait, pabrikan, dan dari instansi berwenang serta sumber
data yang dapat dipertanggungjawabkan
f. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang ditetapkan Pemerintah
g. Survei kondisi lapangan
h. Harga satuan paket kontrak sejenis sebelumnya yang sedang
berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya
i. Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/Engineers Estimate (EE)
j. Harga Satuan kontrak terdekat
k. Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti:
Harga Satuan Umum dan Harga Satuan Jasa Konsultansi yang
dikeluarkan Departemen Keuangan;
g g
Harga Satuan Pokok Ke iatan di tingkat pusat yan diterbitkan
Departemen terkait;
Harga Satuan Pokok Kegiatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang
diterbitkan pemda propinsi/kabupaten/kota;
Harga Satuan Bangunan Gedung Negara oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Biaya standar dan anggaran merupakan dua hal yang saling terkait. Biaya standar
digunakan untuk menentukan biaya per unit, sedangkan anggaran digunakan untuk
menentukan seluruh belanja yang akan terjadi selama satu periode tertentu. Dengan
demikian biaya standar merupakan salah satu rincian dari anggaran. Oleh karena
itu, idealnya biaya standar baik berupa SSH, ASB, atau biaya standar dari pusat
harus ditetapkan terlebih dahulu sebagai pedoman untuk penyusunan anggaran.Tanpa
adanya biaya standar tersebut penyusunan anggaran kurang mencerminkan prinsip
value for money (ekonomis, efisien, dan efektif), dan bisa terjebak pada praktik mark
up anggaran.
Selisih (Varians)
Perbedaan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya disebut selisih
(varians).Terdapat dua jenis selisih anggaran, yaitu selisih menguntungkan (favorable
variance) dan selisih merugikan (unfavorable variance).Selisih menguntun gkan
terjadi apabila biaya sesungguhnya lebih rendah daripada biaya standar, sedangkan
selisih merugikan apabila biaya sesungguhnya lebih besar daripada biaya standar.
Terjadinya selisih antarabiaya standar dengan biaya sesungguhnya harus dievaluasi
kaitannya dengan faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya selisih tersebut dan
apakah selisih tersebut signifikan ataukah dapat ditoleransi. Terjadinya selisih belanja
bisa disebabkan karena adanya selisih harga ataupun selisih volume (kuantitas).
Ada beberapa selisih yang terjadi pada unsur belanja dan sebab-sebab terjadinya.
a. Selisih pada belanja tidak langsung, meliputi:
selisih belanja pegawai
selisih belanja bunga
selisih belanja subsidi
selisih belanja bantuan social
selisih belanja bantuan keuangan
54
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
55
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
PERTANYAAN
56
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB X
MANAJEMEN KAS DAN ANGGARAN KAS
57
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
yang mencukupi untuk mendanai kegiatan operasional dan menginvestasikan kas yang
masih menganggur.
Siklus manajemen kas daerah merupakan tahap-tahap, proses, atau kegiatan yang
terkait dengan perolehan, penggunaan, dan pemanfaatan kas daerah. Siklus manajemen
kas meliputi:
1. pengumpulan pendapatan,
2. pengeluaran belanja,
3. penerimaan pembiayaan,
4. pengeluaran pembiayaan.
Pengumpulan Pendapatan
Salah satu tugas pemerintah daerah adalah melakukan pengumpulan pendapatan.
Pemerintah mengumpulkan pendapatan daerah dari berbagai sumber, yaitu dari
Pendapatan Asli Daerah, danaperimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pada
prinsipnya pendapatan harus diperoleh sesegera mungkin dan setelah diperoleh segera
disetor ke rekening kas umum daerah.Dalam hal perolehan pendapatan, pemerintah
daerah harus berprinsip bahwa lebih baik diterima sekarang daripada diterima
kemudian hari. Prinsip menerima uang sekarang lebih baik daripada menerima besok
adalah sesuai dengan konsep nilai waktu uang (time value of money), yang berarti
nilai uang akan menurun karena faktor waktu, misalnya inflasi. Berdasarkan konsep
nilai waktu uang maka uang Rpl.000.000 hari ini lebih tinggi nilainya daripada
Rpl.000.000 esok hari.
Pada saat ini, pengelolaan keuangan daerah menggunakan konsep UYHD (Uang
Yang Harus Dipertanggungjawabkan), sebelumnya menggunakan konsep UUDP
(Uang Untuk Dipertanggungjawabkan). Saat menggunakan UUDP, unit kerja dapat
mengajukan dana terlebih dahulu untuk melaksanakan suatu kegiatan atau program,
yang dikenal dengan uang panjar. Kemudian setelah kegiatan tersebut selesai baru
dibuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut. Sebaliknya
dengan sistem UYHD, suatu kegiatan harus dilaksanakan terlebih dahulu dan unit
kerja harus membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan baru
kemudian dapat meminta pencairan anggaran.Sederhananya dengan sistem UUDP
berarti menerima uangnya terlebih dahulu baru bekerja, sedangkan dengan UYHD
bekerja dulu baru mendapatkan uangnya.
Dengan penggunaan konsep UYHD tersebut konsekuensinya adalah pemerintah
daerah harus memiliki kas yang mencukupi di awal periode anggaran agar proses
pelaksanaan pemerintahan dan program kerja tidak terganggu. Ketersediaan kas di
awal periode anggaran tersebut dimaksudkan sebagai modal awal (working
capital) bagi pemerintah daerah, misalnya untuk memberikan danatalangan,
membiayai persediaan, piutang, dan sebagainya. Idealnya pemerintah daerah di awal
anggaran memiliki kas setidaknya sebesar 25% dari total penerimaan yang
dianggarkan untuk membiayai kegiatan di triwulan pertama. Untuk itu prinsip
"terima cepat" atas pendapatan daerah juga sejalan dengan implementasi sistem
UYHD.
Untuk kepentingan manajemen kas, pemerintah daerah harus menciptakan
sistem koleksi pendapatan daerah yang mudah dan sederhana bagi masyarakat
58
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
tunggal, barn kemudian bisa dikeluarkan melalui beberapa pintu. Memang dalam
beberapa kasus pemerintah dapat membuka beberapa rekening karena alasan tertentu,
misalnya untuk menampung dana cadangan, tanggap darurat bencana alam, dan
sebagainya. Tujuan pengkonsentrasian dana dan penggunaan rekening tunggal ini
adalah untuk memudahkan perencanaan dan pengendalian keuangan daerah,
mengurangi kebocoran pendapatan, serta untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas. Di camping itu, sistem ini juga dapat membantu manajer keuangan
publik untuk melakukan manajemen kas.
Kerjasama Bank
Perlu diingat bahwa bank merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen kas
pemerintah daerah.Oleh karena itu, komunikasi dan kerjasama yang baik dengan pihak
bank penting dilakukan dalam rangka optimalisasi manajemen kas.Setiap hari
bendahara umum daerah perlu memantau keadaan keuangan daerah, baik penerimaan,
pengeluaran, maupun saldo yang ada di bank. Dengan dukungan teknologi informasi,
pemerintah daerah dapat membangun sistem informasi kas bank yang terhubung
dengan sistem informasi yang dimiliki oleh bank tempat pemda menyimpan uang
sehingga setiap saat dapat dipantau keadaan kas di bank. Dalam memilih bank tempat
menyimpan kas daerah, pemerintah daerah harus mempertimbangkan:
jenis pelayanan yang diberikan kepada pemerintah daerah
produk yang dimiliki
biaya yang kompetitif
keuntungan yang ditawarkan
kesehatan bank
kepemilikan saham pemda pada bank tersebut
Pengeluaran Belanja
Untuk keperluan manajemen kas, bendahara umum daerah perlu menyusun skedul
pengeluaran yang akan dilakukan dalam satu periode anggaran. Pengeluaran belanja
tersebut meliputi belanja operasi, belanja modal, dan belanja transfer.Pengeluaran
belanja juga dapat diklasifikasikan berdasarkan belanja tidak langsung dan belanja
langsung sebagaimana ketentuan Permendagri No. 59 Tahun 2007.Kepentingan
manajemen kas terhadap pengeluaran belanja adalah untuk menjamin bahwa
kewajiban pemerintah uniuk membayar pengeluaran belanja dapat dipenuhi
secara tepat waktu, efisien, dan efektif. Selain itu, manajer keuangan publik juga
berkepentingan untuk mengetahui kebutuhan pengeluaran dana jangka pendek dan
menengah yang akan dikaitkan dengan likuiditas keuangan pemerintah daerah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun skedul pengeluaran belanja
ini adalah mengetahui:
1. kapan belanja dilakukan
2. berapa jumlah yang harus dikeluarkan
3. lama proses pencairan anggaran
60
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
61
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
cek yang dapat dilakukan pencairannya di bank. Berdasarkan prosedur tersebut, maka
lama proses pencairan dana dari sejak pengajuan SPP hingga diterbitkannya SP2D
apabila lancar semuanya dapat dilakukan dalam tiga hari, sedangkan apabila perlu
revisi maka bisa mencapai satu. minggu. Selama anggaran SKPD belum diajukan
pencairannya, pemerintah daerah dapat memanfaatkannya untuk kepentingan
manajemen kas.
62
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Pentingnyadaerah
Pemerintah
Bendaharawan Anggaran
perluKas
pengeluaramelakukan harmonisasi antara pengeluaran dengan penerimaan.
Daerah perlu mengatur agar keuangan pemerintah daerah tidak mengalami
overlikuid, illikuid, atau defisit yang membebani sehingga mengganggu pelaksanaan
program clan anggaran. Penyusunan anggaran kas sangat penting bagi pemerintah
daerah karena beberapa alasan, yaitu:
Mengharmonisasikan keadaan kas daerah dengan DPA-SKPD, SPD, SPP dan
SPM yang akandiajukan.
Mengatur likuiditas keuangan Pemda untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran
sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD.
Membantu perencanaan dan pengendalian kas daerah.
Menjamin adanya kelancaran pelaksanaan anggaran, khususnya dalam
pelaksanaan anggaran belanja dan pembiayaan daerah karena pemasukan
pendapatan daerah dalam pelaksanaan anggaran tidak terjadi pada saat awal tahun
anggaran yang bersangkutan dan pendapatan tersebut tidak sama besarnya tiap
bulan/triwulan sehingga perlu sarana pengatur, yaitu anggaran kas.
63
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
64
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
65
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
2. Tujuan utama manajemen kas adalah untuk keamanan kas (safety), menjaga
likuiditas keuangan (liquidity), dan memperoleh keuntungan investasi (yield).
3. Untuk optimalisasi manajemen kas, pemerintah daerah perlu memiliki
instrumen pendukung berupa anggaran kas. Anggaran kas dimaksudkan untuk
membantu kelancaran pelaksanaan anggaran, khususnya dalam pelaksanaan
anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan daerah, serta anggaran pendapatan
dan penerimaan pembiayaan daerah.
4. Terdapat empat langkah dasar dalam membuat anggaran kas, yaitu mengenali pola
belanja atau pengeluaran (pattern of expenditure), mengenali pola
pendapatan/penerimaan (pattern of income), membuat skedul yang
mengindikasikan perkiraan total penerimaan serta pengeluaran per bulan selama
satu tahun anggaran, dan membuat perkiraan anggaran kas.
PERTANYAAN
66
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB XI
MANAJEMEN ASET DAERAH
Aset daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai
pemerintah daerah, yang dibeli atau diperoleh atas beban APED atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah,
swadaya, kewajiban pihak ketiga, dan sebagainya. Secara umum aset daerah dapat
dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu aset keuangan dan aset nonkeuangan. Aset
keuangan meliputi kas dan setara kas, piutang, serta surat berharga baik berupa
investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Aset nonkeuangan meliputi aset
tetap, aset lainnya, dan persediaan.
Sementara itu jika dilihat dari penggunaannya, aset daerah dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu: 1) aset daerah yang digunakan untuk operasi pemerintah daerah
(local government used assets), 2) aset daerah yang digunakan masyarakat dalam
rangka pelayanan publik (social used assets), dan 3) aset daerah yang tidak
digunakan untuk pemerintah maupun publik (surplus property). Aset daerah jenis
ketiga tersebut pada dasarnya merupakan aset yang menganggur dan perlu
dioptimalkan pemanfaatannya.
Jika dilihat dari sifat mobilitas barangnya, aset daerah dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu:
1. Benda tidak bergerak (real property), meliputi:
a. tanah;
b. bangunan gedung;
c. bangunan air;
d. jalan dan jembatan;
e. instalasi;
f. jaringan;
g. monumen/bangunan bersejarah (heritage),
2. Benda bergerak (personal property), antara lain:
a. mesin;
b. kendaraan;
c. peralatan, meliputi: alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat
kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat laboratorium, dan
alat keamanan;
d. buku/perpustakaan;
e. barang bercorak kesenian & kebudayaan;
f. hewan/ternak dan tanaman;
g. persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan penolong,
dsb.); serta
h. surat-surat berharga.
67
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
over, artinya akan dilaporkan terns di neraca selama aset tersebut masih ada.
Kewajiban penyusunan neraca pemerintah daerah tidak hanya sebatas pada
level pemerintah daerah, tetapi satuan kerja juga harus menyusun neraca
satuan kerja perangkat daerah. Dengan demikian manajemen aset daerah juga
berkaitan dengan akuntansi keuangan daerah.
Informasi aset sebagaimana disajikan dalam neraca sangat penti ng untuk
mengetahui ukuran organisasi, pertumbuhan aset, clan komposisi aset.
Berdasarkan informasi aset dapat dihitun gl crtingkat likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, clan rasio-rasio keuangan. Selain itu, informasi tentang aset juga
sangat bermanfaat untuk membuat pemetaan aset daerah (assets mapping) dalam
rangka optimalisasipemanfaatan aset.
Efektivitas dan efisiensi manajemen aset daerah juga dipengaruhi oleh struktur
kelembagaan pengelolaan aset di pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah
membutuhkan perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan koordinasi yang baik
antarbagian terkait, misalnya antara bagian perlengkapan, satuan kerja, dan bagian
keuangan/BPKD. Secara skematik kelembagaan pengelolaan aset daerah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan gambar di atas, pejabat yang terkait dengan pengelolaan aset daerah
antara adalah:
a. Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah;
b. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah;
c. Kepala SKPD selaku Pengguna Barang;
d. Kepala SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah;
e. Kuasa BUD;
f. Kuasa Pengguna Barang;
g. Bendahara Barang;
h. Biro/Bagian Perlengkapan Sekda.
68
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Sistem akuntansi aset merupakan salah satu dari empat unsur utama sistem
akuntansi pemerintah daerah.Tiga unsur sistem akuntansi pemerintah daerah lainnya
adalah sistem akuntansi penerimaan kas, sistem akuntansi pengeluaran kas, dan sistem
akuntansi selain kas. Sistem akuntansi aset pemerintah daerah berisi tentang ketentuan
mengenai:
a. prosedur pengadaan barang,
b. prosedur penyimpanan clan penyaluran,
c. prosedur pemanfaatan,
d. prosedur pemeliharaan,
e. prosedur tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi,
f. prosedur perubahan status hukum.
69
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
70
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
71
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
6. Kartu Barang;
7. Kartu Persediaan Barang.
Pr o s e du r P em an f aa t an
Ketentuan mengenai prosedur pemanfaatan barang milik daerah adalah sebagai
berikut.
Pemanfaatan barang adalah aktivitas yang meliputi sewa barang dan
penggunausahaan (misal kerjasama operasi, BOT, BTO, dsb.) dengan pihak
ketiga.
Prosedur pemanfaatan barang dimulai dari pengusulan tentang barang yang akan
disewa atau digunausahakan dari unit kerja ke Kepala Daerah dan diakhiri dengan
dilaksanakannya prosedur penerimaan kas daerah.
Prosedur Pemeliharaan
Ketentuan mengenai prosedur pemeliharaan barang milik daerah adalah sebagai
berikut.
Pemeliharaan barang adalah upaya mencegah kerusakan yang diyakini lebih baik
daripada memperbaikinya.
Prosedur pemeliharaan barang ini meliputi kegiatan agar semua barang (khususnya
semua barang inventaris yang tercatat dalam buku inventaris yang sedang
dalam pemakaian) selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
Prosedur ini dimulai dari perencanaan pemeliharaan barang oleh masing-masing
unit dan diakhiri dengan dilaksanakannya pemeliharaan barang.
73
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Fungsi/Pihak Terkait
Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur perubahan status hukum adalah:
1. Unit/Satuan Kerja Perangkat Daerah, sebagai pemakai barang bertugas clan
bertanggungjawab atas penggunaan clan pengawasan barang inventaris dalam
lingkungan wewenangnya.
2. Biro/Bagian Perlengkapan/BPKD, sebagai pelaksana pembina pengelola barang
bertugas dan bertanggungjawab atas terlaksananya penghapusan barang daerah.
3. Panitia Penghapusan Barang Daerah (PPhBD).
4. Fungsi Akuntansi.
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam manajemen aset daerah adalah
pemerintah daerah harus melakukan manajemen aset tersebut sejak tahap perencanaan
(penentuan anggaran modal), pada saat pembelian, pemanfaatan, rehabilitasi, sampai
pada tahap penghapusan aset.Semua tahap tersebut harus terclokumentasi dengan
baik.
Prinsip-prinsip manajemen aset yang harus dipenuhi pemerintah daerah meliputi:
1. Pengadaan aset tetap harus dianggarkan.
2. Pada saat pembelian harus dilengkapi dokumen transaksi.
3. Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan/administrasi secara baik.
4. Pada saat penghentian harus dicatat dan diotorisasi.
74
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Aset yang dimiliki pemerintah daerah sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya.Akumulasi aset daerah yang bernilai ekonomis besar dan secara fisik
terdiri atas berbagai jenis dan tersebar lokasinya menimbulkan kompleksitas dan
berpotensi memunculkan permasalahan baik dalam pengelolaan, pemanfaatan,
maupun pencatatannya. Kompleksitas dan permasalahan manajemen aset pemda
tersebut bisa disebabkan karena:
a. belum dilakukan inventarisasi seluruh aset daerah;
b. belum dilakukan penilaian (appraisal) atas seluruh aset daerah;
c. terdapat beragam jenis hak penguasaan atas aset daerah yang dipegang (secara
tidak langsung) oleh berbagai pihak;
d. ketidakjelasan status kepemilikan atas beberapa jenis aset, seperti tanah, jalan,
jembatan, dan sebagainya;
e. aset daerah tersebut terkait dengan kepentingan yang berasal dari berbagai institusi
pemerintah dan non-pemerintah; dan
f. lemahnya koordinasi dan pengawasan atas pengelolaan aset daerah.
IKHTISAR
1. Salah satu aspek penting untuk optimalisasi manajemen keuangan daerah adalah
adanya sistem manajemen aset daerah yang efisien, efektif, transparan dan
akuntabel. Manajer publik di pemerintah daerah perlu mengetahui prinsip-
prinsip manajemen aset daerah agar aset-aset yang ada dapat dikelola secara
optimal.
2. Berdasarkan bentuknya, aset daerah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu aset
keuangan dan aset nonkeuangan. Sementara itu jika dilihat dari penggunaannya,
aset daerah dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1) aset daerah
75
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
PERTANYAAN
76
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB XII
MANAJEMEN UTANG DAN INVESTASI DAERAH
Manfaat Utang
Dalam konteks manajemen keuangan, utang sampai pada level tertentu memberikan
manfaat bagi organisasi. Manfaat utang antara lain:
memperbaiki struktur neraca;
memperbaiki struktur fiskal yaitu untuk pembiayaan anggaran defisit;
menjaga kesinambungan fiskal;
membiayai investasi yang membutuhkan dana besar untuk akselerasi
pembangunan;
membangun prasarana publik yang dapat menghasilkan penerimaan untuk
pembayaran kembali utang;
meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
mengoptimalkan manajemen kas daerah.
77
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Risiko Utang
Utang di samping memberikan beberapa manfaat juga mengandung risiko. Risiko
utang antara lain:
Utang yang terlalu besar (over-leveraged) dapat melemahkan struktur fiskal.
Kegagalan membayar utang (default).
Kredit maces (nonperforming loanINPL).
Penggelembungan utang karena perubahan kurs mata uang.
Terdapat beberapa jenis risiko utang yang perlu mendapat perhatian pemerintah
daerah, yaitu
a. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar adalah risiko yang timbulnya terkait dengan perubahan pasar, seperti
perubahan tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, dan harga-harga
komoditas yang berdampak pada biaya utang pemerintah.
b. Risiko Perpanjangan Utang (Rollover Risk)
Risiko Rollover adalah risiko utang terkait dengan diperpanjangnya utang dengan
biaya bunga yang tinggi atau tidak dapat diperpanjang sama sekali.
c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah risiko yang terkait dengan keadaan aset likuid yang
tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban atau kesulitan organisasi untuk
memperoleh tambahan kas melalui utang jangka pendek.
d. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kredit adalah risiko tidak terbayarnya utang.
e. Risiko Perjanjian (Settlement Risk)
Risiko perjanjian adalah kerugian potensial yang mungkin ditanggung pemerintah
sebagai mitra jika gagal memenuhi ketentuan dalam perjanjian dengan pihak lain.
f. Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional adalah risiko yang diakibatkan oleh kegagalan operasi,
meliputi kesalahan transaksi, kelemahan sumber daya manusia, kegagalan sistem
pengendalian internal, dan bencana alam yang mempengaruhi aktivitas
operasional organisasi.
g. Risiko Pendanaan (Funding Risk)
Risiko pendanaan adalah risiko yang berkaitan dengan kesulitan akses pasar untuk
memperoleh pembiayaan utang ketika pemerintah memerlukan dana untuk
pembiayaan anggaran.
Analisis Risiko
Analisis risiko dilakukan untuk menghindari kerugian yang mungkin dialami
pemerintah daerah terkait dengan pengadaan atau penggunaan utang. Analisis risiko
antaralain meliputi tindakan berikut:
1. Menganalisis kondisi ekonomi makro nasional, regional, dan internasional
dan prediksi ke depan.
2. Menganalisis nilai tukar (exchange rate) dan prediksi ke depan.
3. Memprediksi dan mengantisipasi adanya kejutan eksternal (external shock) yang
berpengaruh terhadap manajemen utang.
78
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
2. Prinsip Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian (prudence) menganjurkan agar proses pengambilan
keputusan pengadaan pinjaman dilakukan dengan mengutamakan prinsip kehati-
hatian, dengan menghindari keputusan yang bersifat spekulatif.
79
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
3. Diversifikasi
Dalam proses mendapatkan utang perlu dipertimbangkan berbagai alternatif
sumber dana, mata uang, tingkat bunga, dan jangka waktu yang berbeda-beda,
dalam rangka memperoleh biaya utang yang rendah. Diversifikasi juga
digunakan untuk memperluas basis investor dan kreditor sehingga pemerintah
daerah tidak bergantung pada satu golongan investor atau kreditor yang dapat
melemahkan posisi tawar pemerintah daerah.
5. Bebas ikatan
Penerimaan hibah luar negeri tidak boleh didasari oleh ikatan politik maupun
ikatan lainnya yang dapat merugikan negara.
7. Mekanisme APBD
Pengadaan utang dikelola dalam mekanisme APBD yang dalam
pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk program dan proyek.
84
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
85
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Legalitas
Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya undang-undang,
peraturan pemerintah, clan peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan
keuangan daerah.Untuk investasi jangkapanjang harus menclapat persetujuan DPRD,
sedangkan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas tidak harus
melalui persetujuan DPRD tetapi harus mengacu pada peraturan di tingkat daerah
terkait, misalnya peraturan kepala daerah tentang kebijakan manajemen investasi
daerah.
Keamanan
Keputusan investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan
investasi.Keuangan daerah harus dilindungi dari kerugian investasi.Oleh karena itu,
setiap keputusan investasi daerah harus didukung dengan analisis yang memadai
tentang manfaat dan risiko investasi.Karakteristik investasi adalah semakin tinggi
tingkat keuntungan investasi (rate of return), maka semakin tinggi risiko investasi
tersebut (high risk high return).Untuk tujuan keamanan, investasi dengan tingkat
risiko tinggi pada dasarnya kurang sesuai bagi daerah.Pemerintah daerah sebaiknya
memilih instrumen investasi yang lebih aman bagi keuangan daerah.
Likuiditas
Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut dapat dicairkan
kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian berarti. Semakin likuid suatu
investasi, maka semakin mudah pemerintah daerah memperoleh dana untuk
memenuhi kebutuhan kas yang mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah
yang tidak memiliki proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen
investasi yang tidak likuid.
Keuntungan
Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh keuntungan.Investasi yang
dilakukan daerah harus memberikan keuntungan yang optimal.Manajer keuangan
daerah harus berupaya untukmembuat portofolio investasi yang memberikan
keuntungan terbesar bagi daerah dengan tingkat risiko tertentu.
Kesesuaian
Karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan bisnis, bukan juga
lembaga keuangan, maka tidak semua jenis instrumen investasi cocok untuk
daerah.Sebagai contoh, pemerintah daerah tidak dibenarkan ikut bermain valas
meskipun hal itu dapat memberikan keuntungan. Pemerintah daerah tidak pas jika
melakukan investasi pada zero coupon bond dan surat berharga yanc, jatuh temponya
lebih dari lima tahun. Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang sesuai
untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak melanggar peraturan
perundangan terkait.
IKHTISAR
86
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
2. Utang memberikan manfaat tetapi juga mengandung risiko. Oleh karena itu
diperlukan manajemen utang dan manajemen risiko yang baik. Manfaat utang
antara lain dapat digunakan untuk memperbaiki struktur anggaran dan neraca
pemda, menjaga kesinambungan fiskal, membiayai investasi untuk akselerasi
pembangunan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengoptimalkan
manajemen kas daerah. Risiko yang dapat ditimbulkan oleh utang antara lain
utang yang terlalu besar dapat melemahkan struktur fiskal, risiko gagal bayar
(default), kredit bermasalah (nonperforming loan), risiko pasar, risiko
pembiayaan, dan risiko likuiditas.
3. Prinsip manajemen utang daerah antara lain efisiensi dan efektivitas biaya, prinsip
kehati-hatian, diversifikasi, transparansi dan akuntabilitas, bebas ikatan, menjamin
kesinambungan fiskal, memenuhi mekanisme APED, dan menunjang
pertumbuhan ekonomi.
4. Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan daerah,
pemerintah daerah perlu melakukan investasi. Tujuan utama dilakukannya
investasi daerah tersebut adalah untuk memperoleh keuntungan investasi (yield),
untuk keamanan aset daerah (safety), dan untuk optimalisasi manajemen kas dan
menjaga likuiditas keuangan (liquidity).
5. Kebijakan investasi daerah setidaknya harus memperhatikan empat aspek,
yaitu instrumen investasi apa yang akan dibeli, seberapa banyak dana yang akan
diinvestasikan, seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan, dan seberapa
besar manfaat dan risiko investasi.
PERTANYAAN
87
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
BAB XIII
MANAJEMEN KEMITRAAN PEMERINTAH DARAH
Jika mengacu pada teori barang publik, maka pada dasarnya pelayanan publik
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam menyediakannya, sedangkan untuk
barang privat murni sektor swastalah yang lebih tepat menyediakan. Namun dalam
kenyataannya terdapat beberapa barang campuran, yaitu barang semi publik (quasi
public goods) dan semi privat (quasi private goods). Pelayanan publik
meliputipenyediaan barang publik murni, semi publik, dan semi privat.Untuk kategori
barang campuran ini, baik sektor publik maupun swasta dapat sama-sama
menyediakan.Oleh karma itu untuk meni.ngkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan
88
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
publik, pemerintah daerah dapat melakukan program kemitraan dengan sektor swasta
atau bisa juga bekerjasama dengan sektor ketiga yaitu dengan organisasi
nonprofit dan LSM.
Kemitraan Pemerintah-Swasta (Public Private Partnership) merupakan suatu model
kemitraan yang didasarkan pada rerangka penyedia terbaik (Best Sourcing).Dengan
rerangka Best Sourcing tersebut pemerintah daerah dapat mendorong sektor swasta
untuk terlibat dalam memberikan pelayanan publik tertentu yang hat itu akan lebih
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan (value for nzonev) dan memberikan
win-win solution baik bagi pemerintah maupun pihak swasta. Bentuk kerjasama
pemerintah dengan swasta bisa berupa kontrak kerja, tender penyediaan barang atau
jasa, atau bisa juga berupa Lasiness Process Outsourcing.Model kemitraan yang dapat
diadopsi antara lain:
1. kontrak pelayanan (service contract);
2. kontrak pengelolaan (management contract);
3. kontrak sewa (lease contract);
4. bangun-kelola-alih milik (Build, Operate and Transfer);
5. bangun-kelola-miliki-alih milik (Build, Operate, Own, and Transfer);
6. koneksi(concession).
Salah satu doktrin New Public Management (NPM) menyatakan organisasi sektor
publik perlu mengadopsi mekanisme pasar untuk menciptakan persaingan di
lingkungan internalnya. Tujuan menciptakan persaingan di sektor publik tersebut
adalah untuk menghemat biaya (efisiensi) dan meningkatkan kualitas. Salah satu
bentuk pengadopsian mekanisme pasar itu adalah dilakukan mekanisme kontrak,
tender kompetitif serta privatisasi. Untuk organisasi pemerintah, kontrak bisa
dilakukan dengan pihak swasta, LSM, atau relawan (volunteer). Beberapa tugas
pelayanan publik tertentu yang menjadi tanggung jawab pemerintah sebenarnya
bisa dikontrakkan ke pihak swasta atau pihak ketiga untuk menanganinya, seperti
pemungutan sampah, penarikan pajak, perawatan dan pemeliharaan aset pemerintah,
dan sebagainya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah apabila dengan
dikontrakkan pemerintah bisa menghemat pengeluaran dan memperoleh hasil yang
89
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
lebih berkualitas, maka pengontrakan kerja adalah lebih baik. Selain itu, manfaat
lainnya adalah mendorong sektor swasta dan sektor ketiga untuk berkembang.
Kekurangannya:
Perjanjian Kolektif tidak mengizinkan pembatalan kontrak.
Adanya biaya masuk kembali dalam pasar jika terjadi pailit terhadap, partner
swasta. Dengan kata lain pemerintah harus meneruskan operasi clan mungkin
harus memberikan subsidi.
Kurangnya kontrol kepemilikan clan kemampuan untuk merespons perubahan
permintaan publik.
90
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Desain-Bangun (Design-Build)
Kemitraan bentuk desain-bangun merupakan kontrak pemerintah daerah dan swasta
untuk melakukan desain dan membangun fasilitas sesuai dengan standar kinerja yang
dibutuhkan pemda, ketika suatu fasilitas layanan telah jadi, fasilitas tersebut menjadi
milik pemerintah daerah.Pemerintah daerah selanjutnya juga bertanggung jawab
mengoperasikan fasilitas tersebut.Kemitraan jenis ini dapat diaplikasikan pada seluruh
penyediaan infrastruktur publik seperti penyediaan jalan, air, pengolahan limbah,
kolam renang clan beberapa infrastruktur publik lainnya.
Kelebihannya:
Memanfaatkan pengalaman partner swasta.
Peluang inovasi dan penghematan biaya.
Fleksibilitas dalam penyediaan.
Peluang efisiensi konstruksi.
Pengurangan jadwal konstruksi.
Risiko lebih banyak ditanggung oleh partner swasta.
Akuntabilitas menjadi lebih balk.
Maim konstruksi yang rendah.
Kelemahannya:
Berkurangnya kontrol pemerintah daerah.
Kompleksitas prosedur pelaksanaan.
Maya modal yang rendah akan menyebabkan tingginya biaya operasi dan
pemeliharaan.
Kelemahannya:
Mengurangi kontrol pemda terhadap operasi fasilitas publik.
Kompleksitas prosedur.
Peningkatan biaya bila pihak swasta tidak dapat bekerjasama dengan balk.
Pendanaan bergantung kepada jenis infrastruktur.
91
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Sewa-Beli (Leasing)
Sewa-beli merupakan jenis kemitraan yang dalam hal ini pemerintah daerah
melakukan kontrak kepada partner swasta untuk melakukan desain, pembiayaan, dan
membangun fasilitas untuk layanan publik.Partner swasta kemudian menyewakan
kepada pemda sampai dengan kepemilikan fasilitas menjadi milik pemerintah. Hal ini
dilakuan ketika pemda ingin menyediakan fasilitas layanan akan tetapi tidak bersedia
memberikan pendanaan. Sewa-beli dapat cligunakan untuk pembangunan modal
seperti gedung, armada kendaraan, air bersih dan penyediaan fasilitas komputer.
Kelebihannya:
Peningkatan efisiensi konstruksi.
Peluang untuk inovasi.
Pembayaran sewa lebih rendah dibandingkan pembayaran utang.
Risiko ditanggung oleh partner swasta.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan biaya yang rendah.
Potensi untuk melakukan pembayaran sewa berdasarkan kinerja swasta.
Kekurangannya:
Berkurangnya pengawasan terhadap layanan dan infrastruktur.
Privatisasi Temporer
Privatisasi temporer merupakan transfer kepemilikan fasilitas publik kepada partner
swasta yang melakukan peningkatan dan ekspansi terhadap fasilitas yang tersedia.
92
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Fasilitas kemudian dimiliki dan dioperasikan oleh partner swasta sampai modal
partner swasta kembali ditambah keuntungan yang wajar. Model kemitraan ini dapat
diaplikasikan pada infrastruktur dan fasilitas publik lainnya seperti jalan, pengolahan
limbah, fasilitas parkir gedung pemerintah dan sebagainya.
Kelebihannya:
Jika kontrak denganpartner swasta terstruktur dengan baik maka pemda
dapat melakukan pengawasan terhadap standar kinerja tanpa harus
mengeluarkan biaya kepemilikan dan operasi.
Transfer aset oleh pemda dapat mengurangi biaya operasi oleh pemerintah daerah.
Partner swasta dapat menyediakan peningkatan efisiensi konstruksi terhadap
pemda.
Kemudahan akses terhadap modal partner swasta dalam konstruksi dan operasi.
Risiko operasional ditanggung oleh partner swasta.
Kekurangannya:
Berkurangnya kontrol pemerintah terhadap fasilitas publik.
Kontrak harus dibuat dengan seksama untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan di masa datang.
Sektor swasta dapat menentukan besarnya tarif konsumen.
Kesulitan mengganti partner swasta jika terjadi kebangkrutan.
Hilangnya potensi pemda untuk memperluas kembali layanan.
Pengalihan pegawai pemda.
Isu ketenagakerjaan.
Sewa/Beli-Bangun-Operasi (Lease/Buy-Develop-Operate)
Sewa/beli-bangun-operasi adalah jenis kemitraan yang dalam hal ini partner swasta
menyewa dan/atau membeli fasilitas dari pemda, melakukan ekspansi, modernisasi
kemudian mengoperasikan fasilitas berdasarkan kontrak.Partner swasta berharap
melakukan investasi pada ekspansi dan peningkatan fasilitas sampai mendapatkan
pengembalian investasi dan realisasi keuntungan yang wajar.Model kemitraan ini juga
dapat diaplikasikan pada hampir seluruh infrastruktur clan fasilitas publik termasuk
jalan, pengolahan limbah, air bersih, bandar udara, fasilitas rekreasi, gedung
pemerintah dan sebagainya.
Kelebihannya:
Jika partner swasta membeli fasilitas atau infrastruktur maka terdapat tambahan
dana kepada pemerintah.
Pemerintah daerah tidak memerlukan modal untuk meningkatkannya.
Pembiayaan risiko dapat dialihkan pada pihak swasta.
Peluang untuk peningkatan pendapatan pada pemerintah dan partner swastanya.
Pemerintah daerah diuntungkan oleh pengalaman partner swastanya dalam
membangun.
Peluang untuk melakukan pembangunan dengan cepat.
Fleksibilitas dalam penyediaannya.
Peluang untuk peningkatan efisiensi dalam konstruksi.
Efisiensi waktu dalam implementasi proyek.
93
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Kelemahannya:
Berkurangnya kontrol dari pemerintah terhadap, infrastruktur dan fasilitas publik.
Kesulitan dalam penilaian aset.
Ise tentang penjualan dan penyewaan proyek yang mendapatkan subsidi
pemerintah.
Jika fasilitas publik dijual kepada partner swasta risiko kesalahan pemanfaatan
dapat terjadi.
Peningkatan kualitas layanan yang tidak termasuk dalam kontrak memungkinkan
terjadinya kesulitan di masa akan datang.
Kelebihan BOT:
Pemerintah daerah mendapat manfaat dari keahlian partner swastanya.
Pemerintah daerah mendapatkan manfaat penghematan operasi dari partner
swasta.
Pemerintah daerah dapat mempertahankan kepemilikan aset.
Kepemilikan pemerintah dan kontrak di luar operasi tidak dapat dikenai pajak.
Pemerintah daerah mempertahankan otoritas terhadap kualitas layanan dan
pembayarannya.
Pemerintah daerah memiliki kemampuan kontrol terhadap kinerja operasional,
standar pelayanan, dan perawatannya.
Pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk mengakhiri kontrak jika standar
kinerja tidak terpenuhi, walaupun fasilitas dapat terns digunakan.
Penghematan terhadap desain, konstruksi, dan arsitekturnya.
Kelemahannya:
Kemungkinan pemindahan entitas sektor swasta atau penyelesaian kontrak ketika
terjadi kebangkrutan partner swasta.
Jika kontraktor bangkrut, maka pemerintah yang hares melanjutkan operasi proyek
dan memberikan subsidi.
Lebih rawan terjadi korupsi.
94
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
Bangun-Miliki-Operasi-Transfer (Build-Oven-Operate-Transfer)
BOOT merupakan bentuk kemitraan yang dalam hal ini pihak swasta mendapatkan
waralaba eksklusif untuk pembiayaan, pembangunan, operasi, perawatan, pengaturan
dan pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi investasinya.
Dan pada akhir masa waralaba, fasilitas tersebut dapat kembali menjadi milik
pemerintah.Kemitraan jenis ini juga dapat diaplikasikan pada hampir seluruh
infrastruktur dan fasilitas publik.
Kelebihannya:
Memaksimalkan penggunaan sumber pendanaan.
Konstruksi fasilitas yang paling efisien clan efektif.
Masyarakat dapat menikmati fasilitas tanpa mengeluarkan biaya tetap yang mahal
dan tidak menanggung utang jangka panjang.
Kondisi awal pembangunan diserahkan pada pihak swasta.
Akses terhadap keahlian manajerial pihak swasta, peralatan, inovasi clan tenaga
kerja dapat mendatangkan penghematan.
Pembagian risiko dengan pihak swasta.
Kelemahannya:
Fasilitas dapat ditransfer kembali kepada publik ketika fasilitas sedang digunakan
namun biaya operasi meningkat.
Publik kehilangan kontrol terhadap modal konstruksi clan modal awal operasi.
Kontrak hares diperhatikan dengan seksama untuk menghindari kejadian yang
tidak diinginkan di masa depan.
Partner swasta dapat menentukan ongkos yang dibayarkan konsumen.
Kesulitan dalam penggantian partner swasta ketika terjadi risiko kebangkrutan.
Bangun-Miliki-Operasi (Build-Owned-Operate)
Bangun-miliki-operasi (BOO) merupakan jenis kemitraan berupa transfer kepemilikan
dan tanggung jawab fasilitas publik yang dalam hal ini pemda melakukan kontrak
dengan partner swasta untuk membangun, dan memiliki kemudian mengoperasikan
fasilitas barn, partner swasta juga membiayai pelaksanaan proyek. Kemitraan jenis ini
juga dapat diaplikasikan pada hampir seluruh infrastruktur clan fasilitas publik.
Kelebihannya:
Tidak ada keterlibatan pemerintah dalam penyediaan dana dan operasi fasilitas.
Pemerintah daerah dapat mengatur jasa layanan yang disediakan sektor swasta.
Sektor swasta mengoperasikan layanan dalam bentuk yang paling efisien dalam
jangka panjang atau jangka pendek.
Tidak membutuhkan pendanaan pemerintah.
Tersedia aliran pendapatan yang berasal dari PPh dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dari fasilitas yang disediakan publik.
Kebijakan penanganan jangka panjang dalam melakukan operasi merupakan
insentif bagi pembangunan (kontraktor).
Kelemahannya:
Sektor swasta tidak membangun fasilitas tersebut sebagai barang publik.
Pemerintah daerah tidak memiliki mekanisme untuk mengatur harga yang
95
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
berlaku.
Penyediaan fasilitas dibatasi oleh peraturan daerah yang berlaku.
Tidak ada kompetisi dalam penyediaan fasilitas publik ini.
96
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
97
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
IKHTISAR
1. Program kemitraan pemerintah daerah dengan pihak swasta dan sektor ketiga
Berta dengan pemerintah daerah lain merupakan langkah strategic yang perlu
dilakukan daerah dalam rangka mensinergikan pembangunan. Permasalahan
masyarakat di daerah tidaklah mungkin diselesaikan sendiri oleh pemerintah
daerah apalagi kalau hanya mengandalkan APED saja.
2. Pemerintah daerah dapat menggunakan berbagai alternatif model kemitraan yang
ada untuk mengoptimalkan pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
3. Model kemitraan yang dapat diadopsi pemerintah daerah antara lain kontrak
pelayanan (service contract), kontrak pengelolaan (management contract),
kontrak sewn (lease contract), bangunkelola-alih milik (build, operate and
transfer), bangun-kelola-miliki-alih milik (build, operate, own, and transfer) dan
konsesi (concession).
4. Kemitraan tidak berarti selalu memberikan keuntungan bagi pemerintah daerah.
Setiap bentuk kemitraan mengandung potensi keuntungan dan kerugian. Oleh
karena itu, perencanaan yang baik, manajemen risiko, dan penilaian mendalam
98
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
tentang skema kemitraan mutlak harus dilakukan agar pemerintah daerah tidak
dirugikan yang pada akhirnya masyarakat juga yang dirugikan.
PERTANYAAN
99
[ MODUL MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK ]
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta: BPFE.
Mahmudi (2007) Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah: Panduan Bagi
Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat
dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik, Yogyakarta: UPP STIM
YKPN. Mahmudi (2007) Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Revisi,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mardiasmo (2002) Akuntansi Sektor Publik,
Yogyakarta: ANDI.
Mardiasmo (2002) Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: ANDI.
Mardiasmo (2003) "Prospek Utang Daerah Sebagai Alternatif Pembiayaan
Pembangunan Daerah" makalah
disampaikan dalam Seminar Regional Prospek Obligasi Daerah Sebagai Alternatif
Pembiayaan Daerah di
Indonesia, Kerjasama Pusat Pengembangan Ekonomi (PPE) UMY dengan DPRD Kota
Yogyakarta. Ministry of Finance, Singapore (2004) Public Private Partnership
Handbook, Version 1.
Ministry of Municipal Affairs, British Columbia (1999) Public Private
Partnership: A Guide for Local Government.
OECD (1997) "Best Practice Guidelines For Contracting Out Government Services,"
PUMA Policy Brief No. 2. Pendlebury, Maurice W. (Editor) (1990) Management
Accounting in the Public Sector, London: Heinemann Professional Publishing.
Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM (2008) Strategi dan Teknik
Peningkatan Pendapatan Ash Daerah, Modul Workshop, Yogyakarta, Tidak
Diterbitkan.
Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM (2006) Penyusunan Analisis
Standar Belanja (ASB) Propinsi Nusa Tenggara Timur, Laporan Penelitian,
Tidak Diterbitkan.
Shah, Anwar (Editor) (2005) Public Expenditure Analysis, Washington DC.: the
World Bank.
Shah, Anwar (Editor) (2007) Local Public Financial Management, Washington DC.:
the World Bank. Simanjuntak, Robert A. dan Mahi, B. Rakasa (2002) Mobilisasi
Penerimaan Pajak Daerah Pada Era Desentralisasi
di Indonesia, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Simanjuntak, Robert A. dan Mahi, B. Rakasa (2003) "Local Revenue Mobilization and
Local Borrowing" Paper presented at the International Symposium on
Indonesia's Decentralization Policy: Problems and Policies Directions, Tokyo,
Japan.
Syed Ali, Salman (2007) Ijarah Sukuk: Current Structure and Future Prospects,
Makalah International Seminar & Workshop on Islamic Financial Engineering,
Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi U11 Yogyakarta. 9-10 Januari 2007.
Wang, XiaoHu (2006) Financial Management in the Public Sector: Tools,
Applications, and Cases. New York: M.E. Sharpe, Inc.
101