Topik :
Klasifikasi Belanja
Istilah "belanja" pada umumnya hanya digunakan di sektor publik, tidak di sektor bisnis.
Belanja di sektor publik terkait dengan penganggaran, yaitu menunjukkan jumlah uang
yang telah dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Belanja pada organisasi sektor publik
ini menjadi ciri khas tersendiri yang menunjukkan keunikan sektor publik dibandingkan
sektor bisnis karena belanja di sektor publik secara konsep berbeda dengan biaya yang
lebih umum digunakan di sektor bisnis
Belanja yang dalam bahasa Inggrisnya "expenditure" memiliki makna yang lebih luas
karena mencakup biaya (expense) dan sekaligus cost. Belanja dapat berbentuk belanja
operasi (operation expenditure) yang pada hakikatnya merupakan biaya (expense) maupun
belanja modal (capital expenditure) yang merupakan belanja investasi yang masih berupa
cost sehingga nantinya diakui dalam neraca. Belanja modal dalam konteks akuntansi bisnis
bukan merupakan aktivitas yang meinpengaruhi laporan laba-rugi, tetapi mempengaruhi
neraca.
Dengan demikian jelas bahwa pada organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan,
setiap biaya merupakan belanja, tetapi tidak semua belanja merupakan biaya, karena bisa
jadi merupakan belanja modal yang masih berupa cost dan belum menjadi expense.
b. Pengertian Pengeluaran
Tidak setiap pengeluaran kas dari rekening kas umum daerah merupakan belanja, tetapi
boleh jadi merupakan pengeluaran pembiayaan. Pengeluaran pembiayaan merupakan
komponen pos pembiayaan dalam struktur APBD yang dimaksudkan untuk memanfaatkan
surplus anggaran yang terjadi. Pengeluaran pembiayaan dapat berupa: 1) pembentukan
dana cadangan, 2) penyertaan modal misalnya penambahan modal pada BUMD, 3)
Halaman 1
pembelian surat berharga seperti Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi pemerintah
daerah, 4) pelunasan utang, dan 5) pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan ini meskipun menggunakan uang kas daerah tidak dapat
dikategorikan belanja, sebab tujuan dan mekanisme pengeluaran kasnya dari rekening kas
umum daerah berbeda. Pengeluaran pembiayaan merupakan suatu bentuk pengeluaran
uang dari rekening kas umum daerah yang pada suatu saat akan diterima kembali,
sedangkan belanja adalah pengeluaran uang dari rekening kas umum negara/daerah yang
tidak akan diterima kembali. Jika dilihat dari mekanisme pencairan dananya dari rekening
kas umum daerah, maka terdapat perbedaan yang jelas antara belanja dengan
pembiayaan.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disampaikan bahwa :
1) Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
3) Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, balk pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun tahun anggaran berikutnya.
Objek biaya adalah segala sesuatu yang menjadi tujuan pembebanan biaya. Objek biaya bisa
berupa produk barang atau jasa, program, kegiatan, fungsi, unit kerja, atau organisasi
secara keseluruhan. Untuk membuat suatu produk berupa barang atau pelayanan publik
diperlukan biaya.
Halaman 2
Untuk menjalankan suatu program, kegiatan, fungsi, dan organisasi juga diperlukan biaya,
sebab tanpa dibiayai maka hal-hal tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Untuk apa
biaya dikeluarkan menjadi dasar penentuan objek biaya. Pemahaman mengenai objek biaya
penting untuk menentukan biaya tertentu akan dilekatkan atau dibebankan ke mana, siapa
yang akan menanggung biaya tersebut.
Kesalahan dalam mengenali objek biaya bisa berakibat kesalahan dalam menentukan
jumlah total biaya yang harus dibebankan atau dipertanggungjawabkan oleh suatu produk,
program, kegiatan, fungsi, unit kerja, atau organisasi. Bisa jadi suatu produk, program,
kegiatan, fungsi, unit kerja, atau organisasi harus menanggung biaya yang sebenarnya
bukan tanggung jawabnya.
Pemahaman tentang objek biaya ini mengantarkan kita pada pemahaman tentang konsep
different cost for different purposes, yaitu setiap biaya yang dikeluarkan harus memiliki
tujuan, dan tujuan inilah yang kemudian menjadi dasar penentuan objek biaya.
a. Perunutan Biaya
Hubungan antara biaya dengan objek biaya perlu dianalisis secara cermat untuk
memperoleh keakuratan dalam pembebanan biaya. Jika dilihat kaitannya dengan objek
biaya, maka biaya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya yang memiliki keterkaitan
langsung dengan objek biaya atau disebut biaya langsung (direct cost), dan biaya yang
tidak memiliki kaitan langsung dengan objek biaya atau disebut biaya tidak langsung
(indirect cost).
Biaya langsung memiliki hubungan yang jelas dengan objek biaya, sehingga dapat
dihitung secara lebih akurat. Biaya langsung ini dapat dirunut ke objek biaya dengan
mudah berdasarkan hubungan sebab-akibat. Perunutan biaya (cost tracing) adalah
upaya untuk mengetahui asal muasal biaya dan mengapa biaya tersebut terjadi.
Perunutan biaya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui pelacakan
langsiing (direct tracing) dan pelacakan pemacu biaya (driver tracing). Pelacakan
langsung adalah proses identifikasi dan pembebanan biaya yang memiliki hubungan
dengan objek biaya secara eksklusif.
Perunutan biaya melalui pemacu biaya dilakukan dengan cara mencari variabel yang
menjadi pemacu biaya (driver costs). Pemacu biaya menunjukkan variabel yang
menyebabkan suatu biaya bertambah atau berkurang. Pemacu biaya bisa berupa jumlah
jam kerja, jumlah pegawai, jumlah kegiatan, dan sebagainya.
Kapasitas bandwidth yang ada akan dibagi untuk 15 satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) yang ada secara proporsional sesuai dengan beban kerja serta tugas pokok dan
fungsi masing-masing satuan kerja. Untuk implementasi e-government tersebut,
Halaman 3
pemerintah daerah akan membeli 50 unit komputer seharga Rp250 juta yang akan
dibebankan ke anggaran SKPD yang menggunakan komputer tersebut. Sepuluh SKPD
dengan pembagian bandwidth dan komputer adalah sebagai berikut:
Halaman 4
BPKD - 20.000.000 5.000.000 25.000.000
Badan Kepegawaian Daerah - 10.000.000 5.000.000 15.000.000
Badan Informasi Daerah 6.000.000 25.000.000 10.000.000 41.000.000
TOTAL 6.000.000 250.000.000 100.000.000 356.000.000
b. Alokasi Biaya
Pembebanan biaya kepada objek biaya dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1)
pembebanan biaya langsung ke objek biaya (cost tracing), 2) mengalokasikan biaya-biaya
tidak langsung ke objek biaya (cost allocation). Alokasi biaya adalah upaya untuk
membagi biaya (cost sharing) di antara berbagai produk, program, kegiatan, fungsi, dan
organisasi karena telah mengkonsumsi biaya secara bersama-sama.
Alokasi biaya ini pada umumnya dilakukan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung
(overhead), seperti biaya listrik, air, pemeliharaan, dan biaya penolong lainnya. Tujuan
alokasi biaya adalah untuk menilai kinerja masing-masing unit kerja serta untuk tujuan
keadilan pembebanan biaya. Untuk melakukan alokasi biaya diperlukan dasar alokasinya.
Dasar alokasi biaya yang paling sederhana adalah dengan menggunakan nilai rata-rata,
yaitu membagi biaya yang terjadi dengan jumlah lini produk, program, kegiatan, fungsi,
atau unit organisasi yang ada.
Metode kedua adalah dengan mendasarkan pada proporsi beban kerja dan tingkat
konsumsi biaya. Metode yang kontemporer adalah dengan pendekatan activity based
costing (ABC). Saat ini, sistem ABC juga sudah mulai banyak diadopsi di sektor publik
meskipun terdapat beberapa modifikasi yang harus disesuaikan dengan karakteristik
organisasi sektor publik.
c. Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya adalah penjumlahan seluruh biaya sehingga menghasilkan informasi
tentang total biaya yang dikonsumsi oleh suatu produk, program, kegiatan, fungsi, atau
organisasi. Akumulasi biaya tersebut meliputi biaya langsung maupun tidak langsung ke
objek biaya.
3. Klasifikasi Belanja
Pengklasifikasian belanja ke dalam Belanja Operasi dan Belanja Modal ditetapkan dalam
PP No.24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Dalam PP tersebut
dijelaskan bahwa belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, organisasi dan
fungsi. Klasifikasi ekonomi yaitu pengelompokkan belanja berdasarkan jenis belanja untuk
melaksanakan suatu aktivitas yang dikelompokkan menjadi Belanja Operasi, Belanja Modal
dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.
Belanja Operasi meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Bunga, Subsidi, Hibah dan
Bantuan Sosial. Belanja Modal meliputi Belanja Aset Tetap dan Belanja Aset lainnya.
Halaman 5
Sedangkan Belanja tak terduga antara lain belanja untuk penanggulangan bencana alam,
bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya. Pengklasifikasdaan klasifikasi
belanja berdasarkan PP No.58 Tahun 2005 dan Permendagri No.59 Tahun 2007 memang
sedikit berbeda dengan klasifikasi belanja menurut PP No.24 tahun 2005. Tabel berikut
memaparkan perbedaan klasifikasi belanja tersebut:
Halaman 6
b. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Waktu Terjadinya
4. Latihan Soal
Halaman 7