Anda di halaman 1dari 27

ACARA IV

PEMANTAUAN KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN

Oleh :
Nama : Desti Dwi Indriyana
NIM : B0A015022
Kelompok : 5 (Lima)
Asisten : Zaki Zimatillah Zulfikar

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN PERIKANAN TAWAR

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III BIOLOGI-PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup pada


akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode. Tingkat
kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan
untuk hidup. Usaha budidaya, faktor kematian yang mempengaruhi kelangsungan hidup
larva dan benih. Mortalitas ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan
umur dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkunga. Faktor luar meliputi
kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang makan,
penanganan, penangkapan, dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang gerak
yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah oleh
kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan, dan kekurangan makan
(Effendie, 2004).
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang, berat maupun volume
dalam waktu tertentu. Pertumbuhan ikan biasanya diikuti dengan perkembangan, yaitu
perubahan dalam kenampakan dan kemampuannya yang mengarah pada pendewasaan.
Pada pertumbuhan normal terjadi rangkaian perubahan pematangan yaitu pertumbuhan
yang mengikut sertakan penambahan protein serta peningkatan panjang dan ukuran
(Ganong, 1990). Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi faktor genetik, hormon, umur, kemampuan dalam memanfaatkan
makanan atau efesiensi penggunaan ramsum dan ketahanan terhadap suatu penyakit.
Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar seperti ruang gerak,
kepadatan penebaran, kuantitas dan kualitas makanan. (Anggorodi, 1984)
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu ukuran
waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan merupakan
proses biologi yang kompleks, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti
kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin, ketersediaan organisme-organisme makanan,
sertaserta jumlah ikan yang memanfaatkan sumber makanan yang sama. Pola
pertumbuhan terdiri atas dua macam yaitu pola pertumbuhan isometrik dan pola
pertumbuhan alometrik. Pertumbuhan isometrik adalah perubahan terus menerus secara
porprosional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan. Pertumbuhan alometrik adalah
perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat bersifat sementara
(Effendie, 1997).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara Pemantauan Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Ikan yaitu:

a. Mengukur temperatur dan pH harian


b. Menghitung tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan
c. Menghitung pertambahan panjang mutlak tiap satu minggu
d. Menghitung pertambahan bobot mutlak tiap satu minggu
e. Menghitung laju pertumbuhan harian tiap satu minggu
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan pada dasarnya mengalami pertumbuhan secara terus-menerus, baik


pertumbuhan bobot, panjang serta gonadnya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai
perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya
waktu. Pertumbuhan ikan oleh sebab itu merupakan salah satu ilmu perikanan yang
dipelajari di dunia perikanan. Pertumbuhan sebenarnya itu merupakan proses
biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor luar
yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air, kandungan oksigen
terlarut dan ammonia, salinitas dan fotoperiod (Allen, 1974).
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan
ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur,
dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan
makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang
berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia
air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas.
Pertumbuhan ikan memang sangat penting di dalam dunia perikanan sehingga
banyak peneliti yang melakukan penelitian pertumbuhan ikan. Hal ini untuk
mengetahui pertumbuhan ikan berdasarkan jenisnya, dan untuk memudahkan kita
dalam berbudidaya ikan yaitu pada kegiatan pembesaran.
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu
tertentu. Mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme
yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut. Tingkat
kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya
dengan ukuran ikan yang dipelihara. Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh
kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan
dan kepadatannya. Padat tebar yang terjadi dapat menjadi salah satu penyebab
rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu organisme, terlihat kecenderungannya
bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan
makin kecil (Effendi, 2004).
BAB III. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum Teknik Pembesaran Perikanan Tawar


acara Pemantauan Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan adalah kertas
millimeter block, timbangan teknis, kalkulator, alat tulis, timbangan, baskom, alat
tulis, dan seser.
Bahan yang digunakan adalah ikan nilem (Osteochillus vittatus) dan ikan
nila (Oreochromis niloticus) yang dipelihara.

B. Metode

1. Mengamati Kelangsungan Hidup Ikan.


a. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:
SR (%) = Nt/No x 100%

Keterangan:
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
No : Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian
2. Mengamati Pertumbuhan
a. Penghitungan pertambahan panjang mutlak dilakukan dengan rumus:
∆𝐿 = 𝐿𝑡 − 𝐿𝑜
Keterangan:
L : Pertambahan panjang mutlak (cm)
Lt: Panjang rata-rata individu pada waktu t (cm)
Lo: Panjang rata-rata individu pada awal penelitian

b. Penghitungan pertambahan bobot mutlak dilakukan dengan rumus:


∆𝑡 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
Keterangan:
GR : Pertambahan mutlak (g/hari)
Wt : Berat rata-rata pada waktu ke t (g)
Wo : Berat awal penebaran benih
c. Laju Pertumbuhan Harian dilakukan dengan rumus:
G = (LnWt – LnWo) t x 100%
Keterangan:
G : Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt : Berat ikan pada akhir penelitian (g)
Wo : Berat ikan pada awal penelitian (g)
t : Waktu pemeliharaan (hari)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 4.1 Sampling Ke 1 Tanggal 9 Mei 2018 Kolam Terpal Ikan Nila
(Monokultur)
Ikan ke- Panjang Berat
1 4,5 19,05
2 5,5 14,60
3 5,5 11,65
4 5 8,30
5 5,5 7,55
6 4,5 12,90
7 4 7,40
8 5 13,10
9 4,5 7,15
10 4 8,60
Jumlah 48 110,3
Rata-Rata 4,8 11,03

Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%


= 11,03 x 80 x 5%
= 44,12 gram/pakan
Tabel 4.2 Panjang Ikan Sampling ke 2 tanggal 14 Mei 2018 Kolam Terpal
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm) Panjang (cm)
1 5,5 6,5 5,5
2 5 5 4,5
3 4,5 4,5 5,5
4 5,5 5 4,5
5 5,5 6 6
6 6 5 4
7 6,5 6 4,5
8 5,5 5,5 5
9 5 5,5 6
10 4,5 5 4,5

Berat baskom 1 = 45gr : 10ekor


= 4,5gr
Berat baskom 2 = 20gr : 10ekor
= 2gr
Berat baskom 3 = 30gr : 10ekor
= 3gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (4,5+2+3) x 72 x 5%
= 11,4 gram/pakan
Tabel 4.3 Panjang Ikan Sampling Ke 3 Tanggal 19 Mei 2018 Kolam Terpal
Panjang
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm)
(cm)
1 7,5 6 5
2 5,5 5,5 6,5
3 6 6 5,5
4 6 6 6,5
5 5,5 6 5
6 5 4,5 6
7 6,5 6 5,5
8 5 5,5 6
9 4,5 5,5 5,5
10 4,5 6,5 5,5

Berat baskom 1 = 45gr : 10ekor


= 4,5gr
Berat baskom 2 = 40gr : 10ekor
= 4gr
Berat baskom 3 = 35gr : 10ekor
= 3,5gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (4,5+4+3,5) x 71 x 5%
= 14,2 gram/pakan
Tabel 4.4 Panjang Ikan Sampling Ke 4 Tanggal 24 Mei 2018 Kolam Terpal
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm) Panjang (cm)
1 5 5,5 6
2 6 5 4,5
3 5,5 5,5 5
4 6 5 4
5 6 5 6
6 5 6 6,5
7 4,5 5 5
8 6 6 5,5
9 5 9 5,5
10 4,5 6 5

Berat baskom 1 = 35gr : 10ekor


= 3,5gr
Berat baskom 2 = 45gr : 10ekor
= 4,5gr
Berat baskom 3 = 30gr : 10ekor
= 3gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (3,5+4,5+3) x 67 x 5%
= 12,06 gram/pakan
Tabel 4.5 Panjang Ikan Sampling Ke 5 Tanggal 29 Mei 2018 Kolam Terpal
Panjang
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm)
(cm)
1 5 5 5,5
2 4,5 5 4,5
3 6 4,5 5
4 6 5 6
5 5 4,5 4,5
6 6 5,5 6
7 9 4,5 5,5
8 5 5 5
9 5 5 6
10 5 6 5

Berat baskom 1 = 30gr : 10ekor


= 3gr
Berat baskom 2 = 30gr : 10ekor
= 3gr
Berat baskom 3 = 20gr : 10ekor
= 2gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (3+3+2) x 65 x 5%
= 8,6 gram/pakan
Tabel 4.6 Panjang Ikan Sampling Ke 6 Tanggal 3 Juni 2018 Kolam Terpal
Panjang
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm)
(cm)
1 5,5 4,5 5,5
2 5 5,5 6
3 6 6,5 9
4 6,5 7 6
5 6 6,5 6
6 5,5 6,5 6
7 6,5 5,5 7,5
8 6 6,5 5
9 6 5,5 5,5
10 5 5,5 5,5

Berat baskom 1 = 30gr : 10ekor


= 3gr
Berat baskom 2 = 35gr : 10ekor
= 3,5gr
Berat baskom 3 = 45gr : 10ekor
= 4,5gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (3+3,5+4,5) x 62 x 5%
= 11,3 gram/pakan
Tabel 4.7 Panjang Ikan Sampling Ke 7 Tanggal 8 Juni 2018 Kolam Terpal
Panjang
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm)
(cm)
1 6,1 5,5 5,5
2 6 5 7
3 6,5 6 6,2
4 5,5 5,5 6
5 5,2 6,5 6,5
6 7 9 7,5
7 5 6,5 6,5
8 5,5 7 6,5
9 5,5 6 7
10 6,5 6,5 5

Berat baskom 1 = 40gr : 10ekor


= 4gr
Berat baskom 2 = 35gr : 10ekor
= 3,5gr
Berat baskom 3 = 40gr : 10ekor
= 4gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (4+3,5+4) x 57 x 5%
= 11,93 gram/pakan
Tabel 4.8 Sampling Kolam Happa (Ikan Nila+Ikan Nilem) 8 Juni 2018
Panjang
Ikan ke- Panjang (cm) Panjang (cm)
(cm)
1 8,5 9 8
2 9,5 9 8
3 9 9,5 7,5
4 8 7 8,5
5 8 9 7
6 8 9 7
7 8,5 8 8
8 7 8,3 7
9 9 8,5 8
10 7 8 5,5

Berat baskom 1 = 50gr : 10ekor


= 5gr
Berat baskom 2 = 60gr : 10ekor
= 6gr
Berat baskom 3 = 40gr : 10ekor
= 4gr
Perhitungan Pakan = Ʃbobot ikan x Jumlah Ikan x 5%
= (5+6+4) x 80 x 5%
= 20 gram/pakan

Perhitungan Kelangsungan Hidup Ikan (SR)


𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 x 100 %
Keterangan :
SR =Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengamatan (ekor)
No = Jumlah ikan yang hidup pada awal pengamatan (ekor)
 Perhitungan SR Kolam Happa (Ikan Nila+Ikan Nilem)
𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 x 100 %
80
SR = 80 x 100 %
SR = 100%
 Perhitungan SR Kolam Terpal (Ikan Nila)
𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 x 100 %
60
SR = 80 x 100 %
SR = 75%
Gambar 4.1 Pengukuran Panjang Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Gambar 4.2 Pengukuran Berat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


B. Pembahasan

Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) adalah jumlah ikan yang
hidup hingga akhir pemeliharaan, untuk mengetahuinya digunakan rumus sederhana
yaitu jumlah ikan yang hidup dibagi dengan jumlah ikan tebar awal dikali dengan
seratus persen (Bactiar, 2006). Mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ikan, maka diperlukan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Makanan yang
dimakan oleh ikan digunakan untuk kelangsungan hidup dan selebihnya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Peningkatan padat tebar ikan akan berpengaruh
terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan, artinya bahwa peningkatan padat tebar ikan
belum tentu menurunkan tingkat kelangsungan hidup. Walaupun terlihat kecenderungan
bahwa makin meningkat pada tebar ikan maka tingkat kelangsungan hidup akan makin
keci. Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-86,0
%. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air
meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman
(pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998). Faktor
yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang perlu diperhatikan adalah padat
tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa bertahan
pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu,
begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan
dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang
menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air
yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan
hidup, dalam budidaya, kelangsungan hidup ikan sangat erat kaitannya dengan tujuan
akuakultur itu sendiri yaitu mendapatkan profit sebesar-besarnya. Bila kelangsungan
hidup ikan semakin tinggi maka akan berbanding lurus dengan keuntungan yang didapat
(Bactiar, 2006).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun
volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal (Mudjiman, 1998). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang
berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi
keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan
yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi
kualitas dan kuantitas. Laju pertumbuhan berhubungan dengan ketepatan antara jumlah
pakan yang diberikan dengan kapasitas lambung dan kecepatan pengosongan lambung
atau sesuai dengan waktu ikan membutuhkan pakan, perlu diperhatikan karena pada saat
itu ikan sudah dalam kondisi lapar (Huet, 1971). Pertumbuhan diukur dengan
mengambil sampelsebanyak 10 % dari padat tebar ikan pemeliharaan serta pengukuran
pertumbuhan berat dan panjang dilakukan setiap minggu, untuk mengetahui
pertumbuhan berat ikan dilakukan dengan cara menimbang berat menggunakan
timbangan analitik sedangkan untuk pertumbuhan panjang diketahui dengan cara
mengukur panjang ikan menggunakan mistar (Astria et al., 2013).
Klasifikasi dan morfologi Ikan nilem (Osetochillus vittatus), menurut Saanin
(1984) yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygi
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osetochillus vittatus
Ikan nilem adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang belum banyak
dibudidayakan. Ikan nilem ini mempunyai cita rasa yang sangat sepesifik dan gurih
dibandingkan ikan air tawar lainnya karena ikan ini mengandung sodium glutamat dalam
daging yang terbentuk alami yang mungkin disebabkan pengaruh kebiasaan makan
pakan alami plankton terutama ganggang yang tumbuh akibat pemupukan kolam. Ikan
nilem tahan terhadap penyakit dan termasuk dalam kelompok omnivora. Ciri – ciri ikan
nilem hampir serupa dengan ikan mas. Ciri – cirinya yaitu pada sudut – sudut mulutnya
terdapat dua pasang sungut – sungut peraba. Sirip punggung disokong oleh tiga jari –
jari keras dan 12 – 18 jari – jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip
dubur disokong oleh 3 jari – jari keras dan 5 jari – jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1
jari – jari keras dan 13 – 15 jari – jari lunak. Jumlah sisik – sisik gurat sisi ada 33 – 36
keping, bentuk tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung mulut runcing dengan
moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utama
ikan nilem. Ikan ini termasuk kelompok omnivora, makanannya berupa ganggang
penempel yang disebut epifition dan perifition (Djuhanda, 1985).
Klasifikasi dan morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Djuhanda
(1985) adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila tergolong jenis ikan yang cukup digemari baik untuk dibudidayakan
maupun dikonsumsi. Potensi pertumbuhannya yang cepat, bersifat omnivora, dan mudah
berkembang biak membuat ikan ini menjadi salah satu primadona para pembudidaya
ikan. Kecepatan pertumbuhan dan bersifat omnivora membuat ikan nila lebih efisien
dalam penggunaan pakan, sehingga lebih menguntungkan untuk dibudidayakan. Ikan
nila memiliki ciri khas sendiri, berupa garis vertikal di bagian ekor sebanyak enam
hingga delapan buah. Garis-gari vertikal ini juga terdapat di sirip dubur dan sirip
punggung, dan garis inilah yang membedakan antara ikan nila (Oreochromis niloticus)
dengan ikan mujahir (Oreochromis mossambicus) (Andrea, 2005).
Menurut Kordi (2009) tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh
manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air,
parasit atau penyakit. Selain itu menurut Mudjiman (1998) pakan yang mempunyai
nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
mempercepat pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal yang meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal
yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi
kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolisme, ketersediaan pakan, dan
penyakit.
1. Faktor Internal
a. Genetik
yaitu berhubungan dengan keturunan, berasal dari kata genos dalam
bahasa latin yang berarti asal mula kejadian. Genetika adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk hayati dari generasi ke generasi.
b. Kondisi Fisiologi Ikan
Pada ikan kondisi fisiologi dari ikan tersebut sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungannya, karena ikan hidup didalam air dan ikan mengambil
makanan yang ada didalam air, mengambil oksigen dari air, membuang kotoran
didalam air dan ikan tidak dapat meninggalkan air tersebut. Tekanan yang diterima
oleh ikan akibat perubahan yang ada didalam air lebih besar daripada tekanan yang
diterima organisme yang hidup didarat apabila terjadi perubahan lingkungan. Ikan
yang hidup diperairan umum seperti laut, sungai, danau perubahan yang terjadi
pada lingkungan mugkin tidak memberi tekanan yang begitu besar pada ikan,
tetapi pada ikan yang dipelihara pada tempat yang relatif kecil seperti kolam,
keramba serta akuarium adanya perubahan pada lingkungannya sangat
berpengaruh pada ikan. Akibatnya proses fisiologi pada ikan tersebut mungkin
terganggu.
2. Faktor Eksternal
a. Kualitas Air untuk pembesaran Ikan
Menurut Andrea (2005) beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan kualitas air:
1. Tingkat pemanfaatan dari penggunaan air
2. Faktor kualitas alami sebelum dimanfaatkan
3. Faktor yang menyebabkan kualitas air bervariasi
4. Perubahan kualitas air secara alami
5. Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kualitas air
6. Persyaratan kualitas air dalam penggunaan air
7. Pengaruh perubahan dan keefektifan kriteria kualitas air
8. Perkembangan teknologiuntuk memperbaiki kualitas air
9. Kualitas air yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
b. Ketersediaan Pakan
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena
hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah akan yang mempunyai gizi
yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral.
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton,
maupun binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk
dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan. Namun, ikan juga
masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40%
dengan kandungan lemak tidak lebih dan 3%.. Perlu pula ditambahkan vitamin E
dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga
diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai
pakaninduk kira-kira 3% berat biomassa per hari (Djarijat, 1995).
c. Serangan Penyakit
Adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab
yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan
non infeksi (penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang
timbul disebabkan oleh masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada
bagian tubuh dalam maupun bagian tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain
adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit tidak menular adalah penyakit
yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan, kekurangan makanan atau
kelebihan makanan dan mutu air yang buruk (Effendi, 1997).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil tingkat
kelangsungan hidup pada ikan yang dipelihara adalah sebesar 86,25 %. Jumlah ikan
yang dipelihara sebanyak 80 ekor menjadi 69 ekor karena mengalami kematian,
kematian tersebut bisa dikarenaka beberapa faktor yaitu, pemberian pakan,
penyakit, kualitas air, serta kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan ikan
lebih cepat terkena penyakit dan kemudian mati. Nilai tingkat kelangsungan hidup
ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup ikan
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air meliputi suhu, kadar
amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta
rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998). Menurut Hidayat et al.
(2013), rendahnya kelangsungan hidup suatu biota budidaya dipengaruhi beberapa
faktor salah satunya nutrisi pakan yang tidak sesuai.
Pertumbuhan bobot mutlak adalah pertambahan berat ikan setiap harinya
selama pemeliharaan. Hasil pengamatan pertumbuhan bobot mutlak yang dipelihara
dari awal sampai akhir pemiliharan yaitu pada sampling ke-1 sebesar 11,4 gram,
sampling ke-2 sebesar 10,2 gram, sampling ke-3 sebesar 12,06 gram, sampling ke-4
sebesar 12,03 gram, sampling ke-5 11,32 gram dan sampling ke-6 sebesar 12,31
gram. Hasil pertumbuhan mutlak yang diperoleh kurang baik dengan pertumbuhan
mutlak yang turun ketika sampling ke-2 dikarenakan ikan tersebut stress dan tidak
nafsu makan sehingga menyebabkan bobot tubuh ikan berkurang. Menurut Hidayat
et al. (2013), stres merupakan gangguan mekanisme homeostatik, sehingga
memudahkan terjadinya suatu penyakit. Sampling ke-3 bobot tubuh ikan bisa
dikatakan meningkat dari sampling yang ke-2, biasanya peningkatan tersebut
disebabkan nafsu makan ikan mulai bertambah. Sampling ke-4 bobot tubuh ikan
mengalami penurunan kembali dikarenakan kadar amoniak yang tinggi karna pakan
yang tidak termakan, bahkan ada beberapa ikan yang mengalami kematian.
Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang ikan pada awal
penebaran hingga saat pemanenan. Hasil pengamatan pertumbuhan panjang mutlak
yang dipelihara dari awal sampai akhir pemeliharaan yaitu sampling ke-1 sebesar
10,375 cm, sampling ke-2 sebesar 8,875 cm, sampling ke-3 sebesar 10,325 cm,
sampling ke-4 sebesar 10,235 cm, sampling ke-5 sebesar 11,327 cm, dan sampling
ke-6 sebesar 11,375 cm. Hasil pertumbuhan panjang tersebut mengalami
penyusutan pada sampling ke-2 dan sampling ke-4 dikarenakan kemungkinan ikan
mengalami stress dan nafsu makan berkurang. Menurut Moyle & Cech (1988)
pertumbuhan ikan identik dengan penyediaan pakan. Pakan yang baik bagi ikan
tentu akan mempengaruhi bobotnya sedangkan pakan yang tidak bagus akan
mengakibatkan penyusutan bobot dan berakibat kematian ikan.

C. Kendala Kerja dan Pemecahannya

Kendala kerja selama praktikum adalah kurangnya alat praktikum yang


digunakan, sehingga menghambat kegiatan praktikum. Pemecahan masalah tersebut
adalah alat yang disediakan diperbanyak lagi, supaya tidak menghambat praktikum.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum acara Pemantauan Kelangsungan Hidup dan


Pertumbuhan Ikan, ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Temperatur yang diukur suhu air 28ºC dan suhu udara 28,5ºC.
2. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) selama pemeliharaan
sebesar 86,25%.
3. Pertambahn panjang mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus) selama pemeliharaan
adalah sampling ke-1 sebesar 10,375 cm, sampling ke-2 sebesar 8,875 cm, sampling
ke-3 10,325 cm, sampling ke-4 sebesar 10,235 cm, sampling ke-5 sebesar 11,327 cm
dan sampling ke-6 sebesar 11,375 cm, dengan cara pengukuran tiga kali pengulangan.
4. Pertambahan bobot mutlak ikan nila (Oreochromis niloticus) tiap satu minggu adalah
sebesar 11,4 gram, sampling ke-2 sebesar 10,2 gram, sampling ke-3 sebesar 12,06
gram, sampling ke-4 sebesar 12,03 gram, sampling ke-5 sebesar 11,32 gram dan
sampling ke-6 sebesar 12,31 gram.
5. Laju pertumbuhan harian ikan nila (Oreochromis niloticus) tiap satu minggu yang
dilakukan tiga kali pengulangan adalah yang pertama sebesar -54,9 % dan yang
kedua -68,8 %.

B. Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu, sebaiknya alat-alat yang digunakan
untuk praktikum selanjutnya dilengkapi dan diperbanyak agar praktikum yang
dilaksanakan lebih efisien waktu.
DAFTAR REFERENSI

Allen, W. 1974. Sistem Perikanan di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka.


Andea. 2005. Budidaya Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Kanisius.

Anggorodi, 1984. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. Jakarta: Gramedia.

Astria, J., Marsi., Mirna Fitria. 2013. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Gabus
(Channa striata) pada Berbagai Modifikasi Ph Media Air Rawa yang Diberi
Substrat Tanah. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(1): 66-75.

Bactiar, yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budi daya Lele Dumbo. Agromedia. Jakarta.
Gustav, F. 1988. Pengaruh Tingkat Kepadatan Terhadap Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan Benih Ikan Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) dalam Sistem
Resirkulasi. Skripsi, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan IPB. Bogor:
IPB.
Djariah, A. S.1995. Pakan Alami. Yogyakarta: Kanisius.
Djuhanda, T. 1985. Dunia Ikan. Bandung: Armico.

Effendi, 1979. Beberapa Teknik Produksi Unggul Ikan Nila dan Ikan Mas. Manado:
BBAT Talelu.
Effendi, I. M. 1997. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusantara.
Effendie, M. I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: PT Penerbit Swadaya.

Ganong 1990. Fisiologi Perikanan. Jakarta: Kanisius.

Hidayat, D., Ade, D.S., & Yulisman. 2013. Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan dan
Efisiensi Pakan Ikan Gabus (Channa striata) yang diberi Pakan Berbahan Baku
Tepung Keong Mas (Pomacea sp). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2): 161-
172.
Kordi, Ghufran. 2009. Budidaya Perairan : Buku Kedua. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Moyle, P.B. & Cech, J.J. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second Edition.
Prentice Hall.
Mudjiman. A. 1998. Makanan Ikan. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Saanin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi ikan. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Yuniarti. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Terhadap
Produksi pada Sistem Budi daya dengan Pnegndalian Nitrogen melalui
Penambahan Tepung Terigu. Skripsi. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Hal ini senada dengan Anderson dan Neumann (1996) yang menyatakan bahwa jika
nilai faktor kondisi berada dibawah 100 menunjukkan adanya masalah dalam
ketersediaan di alam, misal kurangnya mangsa (prey) atau kepadatan pemangsa
(predator) tinggi, dan sebaliknya jika nilai faktor kondisi berada diatas 100 menunjukkan
surplus makanan (mangsa) ataupun kepadatan predator rendah. Selain ketersediaan
pakan dan predator, faktor biotik dan abiotik serta status pengelolaan perikanan juga
akan mempengaruhi faktor kondisi (Murphy et al., 1991; Blackwell et al., 2000).

Laju pertumbuhan akan mengalami peningkatan dengan meningkatnya jumlah makanan


yang dimakan. Pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan pakan, karena nutrien dan
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan berasal dari pakan (Pratiwi et al., 2011).
Lebih lanjut disebutkan bahwa pertumbuhan akan terjadi apabila ada kelebihan energi
setelah energi yang tersedia sudah digunakan untuk metabolisme standar, pencernaan
dan beraktivitas.

Berdasarkan hasil praktikum yang kami laksanakan, kondisi perairan dimana ikan nila
hidup bersifat bagus, tetapi ikan-ikannya terlihat kurus, hal ini dapat sebabkan oleh
beberapa faktor, seperti faktor jenis kelamin, kemungkinan tercapainya kematangan
gonad untuk pertama kali cenderung mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan akan
menjadi lambat karena sebagian makanan tertuju pada perkembangan gonad tersebut.
Untuk faktor umur, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan yang masih muda, sedangkan
ikan yang sudah tua umumnya kekurangan makanan apalagi untuk pertumbuhannya,
karena sebagian besar digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Terakhir
faktor parasit dan penyakit dapat mempengaruhi pertumbuhan jika alat pencernaan atau
organ vital lainnya terserang, sehingga efisiensi makanan yang berguna bagi pertmbuhan
berkurang. Faktor luar lainnya yang mempengaruhi yaitu kualitas air, misalnya suhu,
oksigen terlarut dan karbondioksida.
Kelebihan dan kekurangan membesarkan ikan di hapa adalah :

Kelebihan :

1. Kebutuhan air cukup melimpah, tanpa energi listrik.

2. untuk ikan benih, pakan dari alam berupa plankton cukup melimpah.

Kekurangan :

1. Keamanan menjadi kendala, karena di tempat umum.

2. BIla ada pencemaran atau up welling (proses naiknya air dasar ke permukaan
karena pengaruh cuaca) menyebabkan ikan banyak yang mati.

 Untuk pertanyaan kenapa lebih baik kolam terpal meskipun sr nya bagusan
kolam hapa = Kualitas Air Keberhasilan suatu kegiatan budidaya perikanan baik
pembenihan maupun pembesaran tidak dapat terlepas dari faktor eksternal,
meskipun faktor genetis berperan penting dan merupakan faktor utama untuk
pertumbuhan ikan namun habitat sebagai tempat bernaung memberikan pengaruh
yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan dan pembiakan. Dengan
memperhatikan data kualitas air baik suhu, fospat, nitrit, amoniak dan alkalinitas
maka kondisi perairan masih memungkinkan digunakan untuk kegiatan
budidaya, meskipun dengan pH sedikit rendah namun tidak berada pada titik
kematian ikan. pH perairan yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah 6-8,7
(Westfall dalam Asnawi,1983). Pada dasarnya kondisi pH perairan ditentukan
oleh alkalinitas, namun ada hal lain yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
pH yaitu dengan meningkatnya atau dengan menurunnya nilai karbon dioksida
(Tucker dan D’Abramo, 2008).
 Untuk pertanyaan kenapa lebih baik kolam terpal meskipun sr nya bagusan
kolam hapa = Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam kegiatan
budidaya perikanan. Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme
ikan, begitu pula sebaliknya. Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap
kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan dan
menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka
ikan akan mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan
kerusakan insang permanen (Suriansyah 2014).

Anda mungkin juga menyukai