TUBUH IKAN
A. Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias
gariepinus), ikan bawal (Colossoma macropomum), ikan nila (Oreochromis
niloticus), ikan nilem (Osteochilus vittatus), dan belut (Monopterus albus).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah seperangkat alat bedah,
milimeter blok, dan baki preparat.
B. Cara Kerja
A. Hasil
Gambar 3.1 Usus dan Tubuh Belut Gambar 3.2 Usus dan Tubuh Belut
(Monopterus albus) 1 (Monopterus albus) 2
Gambar 3.3 Usus dan Tubuh Ikan Gambar 3.4 Usus dan Tubuh Ikan
Nila (Oreochromis Nila (Oreochromis
niloticus) 1 niloticus) 2
B. Pembahasan
Sistem digesti pada ikan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-
organ lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan. Alat
pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut. Rongga mulut terdapat gigi-gigi
kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut
yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Lambung ikan pada umumnya membesar dan tidak
memiliki batas yang jelas dengan usus. Usus ikan bermuara ke anus. Sistem
digesti pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus
digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, rongga mulut, farings esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum
dan anus. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas yang berguna untuk
menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses
penghancuran makanan (Rasyid, 2012). Ikan memiliki tiga daerah (kardiak,
fundus, pilorus) dan kelenjar lambung diamati pada daerah jantung dan fundus.
Secara histologis dapat dibagi menjadi dua wilayah utama, yaitu kardiak anterior
atau daerah fundus dengan kelenjar lambung dan daerah pilorus posterior tanpa
kelenjar lambung (Phrompanya et al., 2018).
Berdasarkan macam pakan yang dimakannya, ikan dapat dibedakan
menjadi 3 golongan, yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), pemakan
daging (karnivora), dan pemakan campuran (omnivora). Jenis ikan pemakan
campuran adalah ikan pemakan plankton dan ikan pemakan hancuran bahan
organik (detritus). Jenis ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora) adalah jenis
ikan yang pakan utamanya terdiri dari bahan-bahan pangan yang banyak
mengandung sumber nutrisi nabati contohnya serasah dan lumut. Contoh ikan
herbivora adalah ikan karper rumput atau grasscarp (Ctenopharyngodon idellus)
dan ikan tawes (Puntius javanicus). Contoh pakan ikan karnivora adalah hewan
yang lebih kecil, cacing, serangga, dan larva ikan (Djarijah, 1995). Untuk
mencapai ikan yang maksimal diperlukan pemeliharaan yang intensif seperti
penambahan pakan tambahan. Pakan buatan dibagi menjadi 3 berdasarkan
kebutuhannya yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama. Fungsi
pakan tersebut digunakan untuk kelangsungan hidup dan peningkatan produksi
ikan (Salsabila & Suprapto, 2019).
Panjang usus ikan yang berbeda berhubungan erat dengan jenis
makanan. Usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi
terhadap kondisi makanan yang kadar seratnya tinggi dan keadaan villinya yang
relatif rendah. Makanan ikan herbivora mangandung banyak serat sehingga
rnemeriukan pencernaan yang lebih lama. Pencernaan yang larna membutuhkan
tempat pencernaan (saluran pencernaan) yang panjang. Sementara ikan karnivora
memiliki usus yang pendek. Dengan demikian, panjang usus merupakan suatu
bukti bahwa dalam usus terjadi proses pencernaan makanan, jika tidak terjadi
proses pencernaan makanan maka panjang usus ikan herbivora maupun karnivora
seharusnya sama (Andy & Bin, 1987). Ikan herbivora saluran pencernaannya
beberapa kali panjang tubuhnya dapat mencapai lima kali panjang tubuhnya,
sedangkan panjang usus ikan karnivora lebih pendek dari panjang total badannya
dan panjang usus ikan omnivora hanya sedikit lebih panjang dari total badannya.
Panjang usus relatif untuk ikan karnivora adalah 1, untuk ikan omnivora yaitu
antara 1-3, sedangkan untuk ikan herbivora adalah > 3. Indeks panjang relatif usus
ikan karnivora memiliki panjang usus 0.2-2.5, ikan omnivora 0.6-8.0, dan ikan
hebivora 0.8-15.0 (Zuliani et al., 2016).
Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Kelenjar pencernaan ikan menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam
membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan
karnivora banyak menghasilkan enzim-enzim pemecah protein contohnya
protease. Kelenjar pencernaan ikan herbivora banyak menghasilkan enzim-enzim
pemecah polisakarida baik amilum maupun lignin contohya enzim amilase. Ikan
herbivora pada kelenjar lambungnya juga memiliki enzim pelunak serat
tumbuhan. Ikan omnivora memiliki kelenjar pencernaan yang komplek dan
lengkap dengan menghasilkan enzim pencerna protein, karbohidrat dan lemak
yaitu protease, amilase, dan lipase (Mahyuddin, 2011).
Perbedaan perbandingan panjang intestinum dengan panjang tubuh dari
tiga sifat makan ikan (herbivora, omnivora, karnivora) mencerminkan
penyesuaian dari intestinum terhadap tingkat kompleksitas pakan yang dimakan.
Ikan dengan sifat herbivora memiliki intestinum yang lebih panjang yaitu sampai
3 kali panjang tubuhnya karena bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna
(Emha et al., 2018). Ikan karnivora memiliki panjang usus lebih pendek dari
panjang tubuhnya. Ikan omnivora memiliki panjang usus berada di antara panjang
usus ikan karnivora dengan ikan herbivora (Chiasson, 1980). Cara untuk
mengkategorikan ikan tersebut termasuk ke dalam kategori ikan karnivora,
omnivora atau herbivora adalah dengan mengukur rasio panjang usus terhadap
panjang total tubuh ikan. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara
komposisi pakan alami dalam lambung dengan habitatnya dapat dilakukan dengan
analisis isi lambung (Yandes & Affandi, 2017).
Praktikum yang dilakukan oleh kelompok 5 rombongan I menggunakan
Belut (Monopterus albus) sebanyak 2 ekor dan ikan Nila (Oreochromis niloticus)
sebanyak 2 ekor. Berdasarkan hasil praktikum, rasio total belut 1 yaitu 0,48 yang
berarti karnivora dan rasio total belut 2 yaitu 0,48 yang berarti karnivora,
sedangkan rasio total nila 1 yaitu 6,25 yang berarti herbivora dan rasio total nila 2
yaitu 5,64 yang berarti herbivora. Hasil ini sesuai dengan pustaka, menurut
Effendie (1979), sistem pencernaan belut (Monopterus albus) memiliki bentuk
yang memanjang mengikuti anatomi tubuhnya yang memanjang. Panjang usus
belut hanya 2/3 dari panjang tubuhnya. Hal ini membuat belut menjadi ikan
karnivora. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Kapoor et al (1975),
menyatakan bahwa ikan-ikan karnivora dicirikan dengan panjang ususnya yang
relatif pendek. Hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi oleh ikan karnivora
lebih mudah dicerna. Menurut Efendi & Maloedin (2015), ikan nila mempunyai
kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis
pakannya, ikan nila digolongkan ikan yang bersifat herbivora. Ikan nila memakan
ganggang, tumbuhan air, dan lumut di habitat aslinya.
IV. KESIMPULAN
Andy, O. & Bin, S., 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Ujung Pandang: Jurusan
Perikanan Universitas Hasanuddin.
Chiasson, R., 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Lowa: Brown Company
Publishers Dubuque.
Djarijah, A. S., 1995. Pakan Ikan Alami. Yogyakarta: Kanisius.
Efendi, M. & Maloedin, S., 2015. Lele Organik Hemat Pakan. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.
Effendie, M. I., 1979. Biologi Perikanan Bagian II. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perikanan Edisi 1. Bogor: Yayasan Dewi Sri.
Eliyta., 2015. Identifikasi Sistem Pencernaan pada Ikan Air Tawar. Jurnal Perikanan.
1(2), pp. 2-35.
Emha, R. F. T. U., Cut, D. I., & Erdiansyah, R., 2018. Histologis Intestinum Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) pada Fase Benih dan Dewasa. Jurnal
Mahasiswa Veteriner, 2(1), pp. 56-63.
Kapoor, B. G., Smit, H. & Verighina, E. A., 1975. The Alimentary Canal Digestion
in Teleost. Ad. Mar. Biol., 13(1), pp. 109-211.
Kimball. 1992. Biologi jilid 5. Jakarta: Erlangga.
Mahyuddin. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan. Jakarta: Swadaya
Phrompanya, P., Kanokporn, S., & Supap, S., 2019. Comparative Histochemical Study
of the Gastrointestinal Tracts of The Nile Tilapia (Oreochromis niloticus)
and The Hybrid Catfish (Clarias batrachus x Clarias gariepinus). Acta
histochemica, 121(3), 261-267.
Rasyid. 2012. Jenis - Jenis Ikan Air Tawar. Jakarta: Penerbit Salemba.
Salsabila, M., & Suprapto, H., 2019. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) di Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. Journal
Of Aquaculture And Fish Health, 7(3), pp. 118-123.
Yandes, Z. & Affandi, R., 2017. Pengaruh Pemberian Selulosa dalam Pakan Terhadap
Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus gourami Lac). Jurnal
Ikhtiologi Indonesia, 3(1), pp. 24-29.
Zuliani, Z., Zainal, A. M., & Nurfadillah, N., 2016. Kebiasaan Makan dan Hubungan
Panjang Berat Ikan Julung-Julung (Dermogenys sp.) di Sungai Alur Hitam
Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelautan Perikanan Unsyiah, 1(1), pp. 12-24.