EKOLOGI HEWAN
DI SUSUN
OLEH
KLS/SEM : A/IX
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga laporan Ekologi Hewan yaitu tentang “Habitat Dan Relung Ekologi (
Serangga )” ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang telah
memberikan kami kesempatan untuk membuat laporan pengamatan ini sebagai pedoman,
acuan, dan sumber belajar.
Akhir kata, Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi
bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam laporam ini, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Relung ekologi adalah adalah status atau peran suatu mahluk hidup di dalam
komunitas atau ekosistem. Relung ekologi tergantung pada adaptasi struktural mahluk,
respons fisiologis dan perilakunya.
Keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna,
ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan
keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar
makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan
ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat,
cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat
diamati.
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis hewan pada suatu tempat dapat
menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau
keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam
melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum
terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering
didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo atau kelas dan hal ini pun
dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman.
Mengingat keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis
jauh lebih banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim dingin.
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang kurang menyenangkan dimana
kondisi fisik terus-menerus menderita, kadang kala atau secara berkala, cenderung terdiri atas
sejumlah spesies yang jumlahnya kecil tetapi berlimpah (Setiadi, 1990).
Relung ekologi adalah adalah status atau peran suatu mahluk hidup di dalam
komunitas atau ekosistem. Relung ekologi tergantung pada adaptasi struktural mahluk,
respons fisiologis dan perilakunya. Relung ekologi bukanlah ruang fisik, tetapi suatu
abstraksi mencakup semua faktor-faktor fisik,kimia,fisiologis dan biotik yang diperlukan
mahluk untuk hidup, dalam ekologi tidak pernah ada dua jenis menempati relung ekologi
yang sama. Suatu spesies dapat menempati relung ekologi sangat berbeda di daerah yang
berbeda tergantung pada suplai makanan yang tersedia dan pada jumlah macam pesaing-
pesaingnya
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekologi menurut Begon adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
kemelimpahan makhluk hidup dan interaksi yang disebabkan oleh distribusi dan kelimpahan
tersebut. Odum mendefinisikan ekologi sebagai studi tentang hubungan organisme-organisme
atau kelompok-kelmpok organisme terhadap lingkungannya atau ilmu hubungan timbal-balik
antara organisme-organisme hidup dan lingkungannya. Keanekaragaman spesies dapat
digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Ukuran keanekaragaman dan
penyebabnya mencakup sebagian besar pemikiran tentang ekologi. Hal itu terutama karena
keanekaragaman dapat menghasilkan kestabilan dan dengan demikian berhubungan dengan
sentral ekologi.
Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang menekan
keteraturan yang ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat apapun. Suatu
komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan
tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain namun mengandung komposisi kekhasan
taksonomi, dengan pola hubungan tropik dan metabolik yang tertentu. Konsep komunitas
sangatlah penting dalam penerapan praktis prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk
mendorong atau membasmi pertumbuhan suatu organisme adalah memodifikasi komunitas
dan bukannnya menanganinya secara langsung. Diantara banyak organisme yang membentuk
suatu komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang
nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari oganisme dalam
suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya namun oleh jumlh, ukuran,
poduksi dan hubungan lainnya (Michael, 1990).
Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang
dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam
setiap lokasi tertentu berdasakan pada pembedaan zona atau gradien yang terdapat dalam
daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam
komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat
fisik lingkungan. Angka perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam
suatu komunitas dinyatakan sebagai keragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan
lingkungan dan beragam dengan komunitas berbeda.
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang
ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya
dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya.
Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar
(emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari
populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi
alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum,
1993). Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat
mempengaruhipertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi,
perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia. Serangga sebagai salah satu
komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jaring makanan
yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor (Bayu, 2011).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada praktikum ekologi tentang keanekaragaman hewan (serangga) alat yang dipergunakan
adalah :
Alat : 1. Camera
2. pena
3. buku
1. Membuat garis atau tanda pada sebagian lahan ( empat titik/ di setiap sudut
lahan/persawahan).
2. Memberikan tanda ke beberapa titik yang telah di tentukan
3. Masing – masing mahasiswa/kelompok dapat menyebar ke beberapa titik yang telah
di tentukan
4. Setelah itu lakukanlah pengamatan selama kurang lebih 20 menit.
5. Mencatat dan mengambil gambar/memotret hasil pengamatan.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SAWAH ( PADI )
B. LAHAN ( JAGUNG )
4.2 PEMBAHASAN
1. KEONG SAWAH
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Superfamili: Ampullarioidea
(tidak termasuk): clade Caenogastropoda
Famili: Ampullariidae
Upafamili: Ampullariinae
Bangsa: Ampullariini
Genus: Pila
Spesies: Pila ampullacea
Keong sawah (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air yang mudah dijumpai di
perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, serta danau.
Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai Keong gondang, siput sawah, siput air,
atau tutut. Bentuk keong sawah agak menyerupai siput murbai, masih berkerabat, tetapi
keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam.
Penyebaran
Keong sawah atau sering disebut Tutut termasuk dalam kelompok Operculata yang
hidup di perairan dangkal yang berdasar lumpur serta ditumbuhi rerumputan air, dengan
aliran air yang lamban, misalnya sawah, rawa-rawa, pinggir danau dan pinggir sungai kecil.
Binatang ini lebih menyukai perairan yang airnya jernih dan bersih. Ada dua jenis dari
marga Bellamya yang hidup di sawah, yaitu Tutut jawa (Bellamya javanica) dengan sebaran
di Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (kecuali Irian Jaya) dan Filipina, dan Tutut
sumatera (Bellamya sumatrensis) yang sebarannya mencakup Thailand, Kamboja, Malaysia,
Indonesia (Sumatera dan Jawa).
Ciri-ciri
Keong sawah ini bisa memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm dengan diameter 15–
25 mm; bentuknya seperti kerucut membulat dengan warna hijau-kecoklatan atau kuning
kehijauan. Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang menyiku tumpul pada yang muda,
jumlah seluk 6-7, agak cembung, seluk akhir besar.
Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam. Operculum agak
bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman. Sebagaimana anggota Ampullariidae
lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup/pelindung tubuhnya yang lunak ketika
menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.
2. CAPUNG JARUM
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Odonata
Ciri-ciri umum
Capung jarum memiliki bentuk tubuh yang panjang dan kurus ramping seperti
jarum.Sayap capung jarum selalu dalam posisi tegak menyatu di atas punggungnya saat
beristirahat atau hinggap pada ranting tanaman.
Siklus hidup capung jarum bermula dari telur. Umumnya setelah 2 hari, telur akan
menetas dan larva keluar meninggalakn cangkangnya. Kemudian larva akan bertumbuh
menjadi nimfa dan pada akhirnya menjadi capung arum dewasa. Capung jarum dewasa
memiliki warna tubuh hijau kekuningan dan hitam.
Habitat
Habitat capung jarum tersebar luas mulai dari sepanjang aliran air, kolam, rawa, hutan,
sawah, hingga pekarangan rumah. Capung jarum dapat ditemukan di pantai ataupun daerah
dengan ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut.
3. LABA – LABA
labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh,
empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba
digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau
semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai
laba-laba disebut arachnologi.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Arachnida
Ordo: Araneae
Clerck, 1757
Subordo
Mesothelae
Mygalomorphae
Araneomorphae
4. WALANG SANGIT
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hemiptera
Famili: Alydidae
Genus: Leptocorisa
Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) dan juga
cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu sehingga menyebabkan tanaman
kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.
Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma
yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit"). Sebenarnya tidak hanya walang
sangit yang mengeluarkan aroma ini, tetapi juga banyak anggota Alydidae lainnya.
5. BELALANG HIJAU
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Upaordo: Caelifera
Familia
Superfamilia: Tridactyloidea
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera.
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga
memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya
dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya
umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat.
6. AGAS
Agas, (gegat, kekorok, kelulut, kerawai, rengit, sesorok, sigenting, suruk, tawang-
tawang, bahasa Inggris: gnat) adalah sejenis serangga yang menyerupai nyamuk tetapi lebih
kecil dan biasanya terdapat di tepi laut, sungai dan kawasan semak. Agas tergolong dalam
suborder Nematocera, terutamanya dalam famili Mycetophilidae, Anisopodidae dan
Sciaridae.
Agas adalahserangga yang seakan-akan nyamuk tetapi lebih kecil dan biasanya
terdapat di tepi laut, sungai, dan kawasan semak. Agas tergolong dalam suborder
Nematocera, terutamanya dalam famili Mycetophilidae, Anisopodidae dan
Sciaridae(wikipedia,2013).
7. SEMUT HITAM
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Sub famili : Dolichoderinae
Genus : Dolichoderus
Spesies : Dolichoderus thoracicus Smith
Semut hitam Dolichoderus thoracicus Smith merupakan spesies semut yang daerah
penyebarannya tersebar luas di Asia Tenggara, terutama di daerah dengan ketinggian kurang
dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Semut hitam banyak dijumpai pada tanaman jeruk,
kakao, kopi, dan mangga (Kalshoven, 1981). Sarang semut hitam biasanya berada di atas
permukaan tanah (tumpukan seresah daun kering) dan juga pelepah daun kelapa (jika kakao
ditanam bersama dengan kelapa) atau di tempat-tempat lain yang kering dan gelap serta tidak
jauh dari sumber makanan (Way and Khoo, 1992).
Semut hitam D. thoracicus biasanya keluar dari sarangnya pada waktu pagi dan sore
hari ketika suhu tidak terlalu panas. Semut akan menuju pucuk- pucuk tanaman untuk
mendapatkan cahaya matahari sambil menjalankan aktivitasnya. Akan tetapi pada siang hari
ketika suhu udara panas, semut akan bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung dari
sengatan sinar matahari secara langsung, seperti di dalam sarang, di balik dedaunan, di tanah,
dan lain-lain (Elzinga, 1978 dalam Rahmawadi, 1997).
Semut hitam Dolichoderus thoracicus hidup dalam organisasi sosial yang terdiri dari
sejumlah individu dan membentuk suatu masyarakat yang disebut koloni. Koloni semut
terdiri dari kelompok-kelompok yang disebut kasta. Semut hitam terdiri dari beberapa kasta,
yaitu: ratu, pejantan, dan pekerja. Semut pekerja dibagi dua, yaitu pekerja dan prajurit. Kasta-
kasta semut mempunyai tugas yang berbeda-beda, akan tetapi tetap saling berinteraksi dan
bekerja sama demi kelangsungan hidupnya (Putra, 1994).
8. KUMBANG KOKSI
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Coccinellidae
Famili: Latreille,
1807
Subfamili
Chilocorinae
Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah
dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni
serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan
nama ladybird atau ladybug. Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena
ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari
bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa
anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian, ada
beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.
Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman
yang menyediakan makanannya.Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang
terbesar panjang tubuhnya mencapai hampir 1 cm.
9. KEPIK
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Hemiptera
Ordo:
Linnaeus, 1758
Subordo
Auchenorrhyncha
Coleorrhyncha
Heteroptera
Sternorrhyncha
Hemiptera adalah ordo dari serangga yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera
terdiri dari 80.000 spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, walang
sangit, dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum
dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug) tidak termasuk dalam
Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang) karena memiliki
perbedaan dalam hal anatomi dan siklus hidupnya.
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap)
sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah".
Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian
pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap
depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap
belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain
sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Klasifikasi lebah
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Familia : Apidae
Genus : Apis
Spesies : Apis indica
Sebagai serangga, ia mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah membuat
sarangnya di atas bukit, di pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari
propolis (perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar-kelelenjar
lebah betina yang masih muda terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan
serbuk sari.
11. ULAT BULU
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Lasiocampidae
Genus : Macrothylacia
Spesies : Macrothylacia rubi
Ulat adalah tahap larva dari spesies dalam ordo Lepidoptera, yang mencakup kupu-
kupu dan ngengat. Kebanyakan adalah pemakan tumbuhan walaupun beberapa spesies
merupakan pemakan serangga. Kebanyakan ulat dianggap sebagai hama dalam pertanian.
Banyak spesies ngengat dikenal karena tahap ulatnya menyebabkan kerusakan pada buah dan
produk pertanian lainnya.
Kebanyakan ulat memiliki badan panjang dan berbentuk gilig (silinder). Ulat
memiliki tiga pasang tungkai yang sejati pada tiga segmen dada, ditambah dengan empat
pasang tungkai semu yang disebut tungkai perut pada segmen tengah perut dan sering
sepasang tungkai perut pada segmen perut terakhir. Ulat mempunyai sepuluh segmen perut.
BAB V
KESIMPULAN
Relung ekologi adalah adalah status atau peran suatu mahluk hidup di dalam
komunitas atau ekosistem. Relung ekologi tergantung pada adaptasi struktural mahluk,
respons fisiologis dan perilakunya.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekologi menurut Begon adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
kemelimpahan makhluk hidup dan interaksi yang disebabkan oleh distribusi dan kelimpahan
tersebut.
Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang menekan
keteraturan yang ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat apapun. Suatu
komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan dan
tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain namun mengandung komposisi kekhasan
taksonomi, dengan pola hubungan tropik dan metabolik yang tertentu.
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang
ekolog adalah ukuran dan rapatannya.
Di dalam suatu lingkungan ( habitat ) terdapat banyak jenis atau spesies yang hidup
atau tinggal di dalam daerah tersebut, baik itu di daerah persawahan maupun ladang
perkebunana, pada ladang tersebut terdapat banyak serangga yang menempatinya, ada yang
bertempat atau berhinggap d ujung daun, batang, akar, maupum d ketiak daun.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Keong_sawah
https://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba
https://id.wikipedia.org/wiki/Walang_sangit
https://id.wikipedia.org/wiki/Belalang
https://id.wikipedia.org/wiki/Capung_jarum
https://id.wikipedia.org/wiki/Lebah
https://biologi-indonesia.blogspot.co.id/2014/08/penjelasan-tentang-semut-hitam.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang_koksi
https://id.wikipedia.org/wiki/Agas
http://www.kompasiana.com/khairunnisa_sy/agas-yang-tidak-boleh-
diremehkan_54f38eef745513982b6c7b97
http://httplaporanpraktikumekologi.blogspot.co.id/2012/04/laporan-ekologi-alelopati-
fenti.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Lebah
http://rijulbio.blogspot.co.id/2011/04/klasifikasi-ulat-bulu.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ulat
https://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang_koksi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepik