Anda di halaman 1dari 2

Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah konvergensi industri yang dapat dimaknai

sebagai proses berkembangnya industri baru yang secara mutual berhasil menggabungkan dan
“mengkawin silangkan” dua industri yang berbeda dengan poin pertumbuhan ekonomi yang baru.
Konvergensi industri yang sejak beberapa tahun terakhir mulai terlihat geliatnya merupakan hasil
integrasi dari industri baru dan tradisional. Konvergensi industri yang pertama kali terjadi ialah
pada bidang industri media yang berhasil mengkolaborasikan sektor telekomunikasi, penyiaran
dan penerbitan dalam satu bidang industri, terutama yang berbasis digital tekhnologi.

Proses konvergensi industri media ini terus berkembang karena didukung oleh beberapa
faktor pendukung yaitu maksimalisasi keuntungan, proses fleksibilitas regulasi, dan inovasi
tekhnologi. Pemaksimalan profit adalah pondasi yang paling utama dalam konvergensi industri
karena seiring dengan inovasi tekhnologi pasti diikuti dengan bertambahnya profit. Inovasi
tekhnologi ini membentuk industri komunikasi massa, yang selanjutnya menciptakan cakupan
ekonomi yang lebih luas dan oleh sebab itu menciptakan model bisnis yang menguntungkan bagi
industri media dan bahkan mampu menstimulasi pembangunan terpadu pada bisnis media sebagai
industri. Fleksibilitas regulasi merupakan salah satu alasan eksternal dari konvergensi digital. Oleh
sebab itulah dibutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjamin efektivitas dari monopoli
industri alami. Regulasi yang jelas dari pemerintah dimaksudkan untuk mengatur persaingan
industri dan kegagalan pasar yang bisa dimungkinkan terjadi akan tetapi seringkali adanya
kepentingan individu, dan peningkatan biaya perencanaan undang-undang membuat regulasi
pemerintah kehilangan fungsi utamanya.

Inovasi dalam tekhnologi adalah salah satu motivasi internal dari konvergensi industri.
Implikasi dari inovasi tekhnologi dalam konvergensi industri media bisa dilihat dalam beberapa
hal berikut: pertama, pengembangan inovasi tekhnologi telah menempatkan produk tekhnologi itu
sendiri sebagai barang kebutuhan yang telah merubah pola konsumsi masyarakat terhadap produk
media lama sebagaimana terlihat juga dalam produksi media dan sektor distribusinya. Kedua,
perubahan yang telah disebutkan sebelumnya mampu menyatukan motivasi lainnya dengan
perubahan fungsi dari produksi media, bahkan tekhnologi ini mampu merubah dan menciptakan
kebutuhan pasar itu sendiri.

Gejala konvergensi media juga terjadi di Indonesia, contohnya yaitu MNC yang memiliki
RCTI, TPI, GLOBAL TV, Radio Trijaya, Koran Seputar Indonesia, Indovision, dan Okezone.com,
atau Group Bakrie yang memiliki ANTV dan TVOne. Setelah Orde Baru tumbang, stasiun-stasiun
televisi baru ramai bermunculan. Pada waktu yang sama, korporasi-korporasi media mulai
terbentuk. Konvergensi media yang terjadi dikhawatirkan membawa sejumlah dampak negatif,
tidak hanya pada perkembangan kelangsungan sistem media di Indonesia, melainkan juga dampak
pada isi atau konten yang disampaikan kepada masyarakat. Pemerintah Indonesia yang telah
melihat akan potensi merugikan dari adanya konsentrasi suatu perusahaan mencoba
mengintervensi dengan menghadirkan sejumlah peraturan yang mengatur mengenai kepemilikan
perusahaan namun pengusaha mampu melihat dan memanfaatkan celah-celah kebolongan dari
regulasi yang ada untuk dapat membuat sejumlah strategi, termasuk strategi konsentrasi media
guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. 1

1
https://www.kompasiana.com/dihanrudiantoro/551ab5a2a33311e521b65963/konvergensi-industri-
media#

Anda mungkin juga menyukai