Persalinan Normal
Persalinan Normal
Disusun Oleh:
Preseptor :
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus, ditandai
dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari
vagina. Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15-20% dapat terjadi komplikasi
persalinan. UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja yang membutuhkan
seksio sesarea.1
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium yang
relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin
sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya
menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. 1
Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan
belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron
yang menimbulkan relaksasi otot-otot uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai
mendekati akhir kehamilan.2
Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Seorang wanita belum dikatakan inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dikenal beberapa istilah menurut umur kehamilan dan berat badan bayi yang
dilahirkan, yaitu 1,2:
a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 – 1000 gram.
c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu
atau bayi dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram.
d. Partus maturus atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai
42 minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu.
Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang apertura pelvis superior (pintu atas
panggul, PAP).
Apertura pelvis superior dibentuk oleh :
- promontorium os sacrum di bagian posterior
- linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis pubis) di
bagian lateral
- symphisis os pubis di bagian anterior
Inklinasi panggul adalah sudut yang terbentuk antara bidang yang melalui apertura
pelvis superior dengan bidang horisontal (pada keadaan normal sebesar 60o).
Bagian di atas / kranial terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis spurium
(pelvis major), merupakan bagian bawah / kaudal daripada rongga abdomen. Makna
obstetriknya adalah untuk menahan alat-alat dalam rongga perut dan menahan uterus yang
berisi fetus yang terus bertambah besar secara bermakna mulai usia kehamilan bulan ketiga.
Bagian di bawah / kaudal terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis
verum (pelvis minor), merupakan rongga panggul yang sangat menentukan kapasitas untuk
jalan lahir bayi pada waktu persalinan (verum=sebenarnya, disebut juga true pelvis).
Dinding-dinding rongga panggul :
1. Dinding anterior : pendek, dibentuk oleh corpus, rami dan symphisis ossium pubis
2. Dinding posterior : dibentuk oleh permukaan ventral os sacrum dan os coccygis serta
muskulus pyriformis yang membentang pada permukaan ventral os sacrum dan diliputi oleh
fascie pelvis.
3. Dinding lateral : dibentuk oleh bagian os coxae di bawah apertura pelvis superior, membrana
obturatoria, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum sacrospinosum, dan muskulus obturator
internus dengan fascia obturatoria.
4. Dinding inferior / dasar panggul : dibentuk oleh diaphragma pelvis (mm.levator ani, mm
coccygei, fascia diaphragmatis pelvis, trigonum urogenitale) yang berfungsi menahan alat-alat
rongga panggul. Diaphragma pelvis membagi lagi rongga panggul bagian bawah menjadi
bagian rongga panggul utama (bagian atas diaphragma pelvis) dan bagian perineum (bagian
bawah diaphragma pelvis).
2.3.1 Pelvis Verum
Mempunyai pintu masuk yaitu apertura pelvis superior, dan pintu keluar apertura pelvis
inferior (pintu bawah panggul, PBP).
Apertura pelvis inferior merupakan dua segitiga yang bersekutu pada alasnya (pada garis yang
menghubungkan kedua tuber ischiadica), dibentuk oleh :
1. segitiga bagian dorsal, trigonum anale, dibentuk oleh kedua ligamentum sacrotuberosum dan
puncaknya terletak pada os coccygis.
2. segitiga bagian ventral, trigonum urogenitale, dibentuk oleh ramus inferior os pubis dan
ramus inferior os ischium kiri dan kanan, dan puncaknya terletak pada symphisis os pubis.
Cavum pelvis (rongga panggul) yang mempunyai kepentingan obstetrik pada proses
persalinan adalah rongga yang terletak antara pintu masuk dan pintu keluar panggul tersebut,
berupa saluran pendek yang melengkung dengan bagian cekung menghadap ke depan.
2. Presentasi janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan di dalam
jalan lahir. Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian terbawah janin dapat
diraba melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena itu, pada letak memanjang,
bagian terbawah janin adalah kepala janin atau bokong, masing-masing membentuk
presentasi kepala atau bokong. Jika janin terletak pada sumbu panjang melintang, bahu
merupakan bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui serviks pada
perabaan vagina.
a. Presentasi Kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan janin.
(1) Presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil di segmen depan, di
sebelah kiri depan (kira-kira 2/3), di sebelah kanan depan (kira-kira 1/3) dan ini
adalah posisi yang normal atau normoposisi.
Presentasi belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dibelakang dapat di
sebelah kiri belakang, kanan belakang, dan dapat pula ubun-ubun kecil terletak
melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah posisi yang tidak normal atau
malposisi.
(2) Presentasi puncak kepala : kepala dalam defleksi ringan dengan penunjuk ubun-
ubun besar.
(3) Presentasi dahi : kepala dalam defleksi sedang dengan penunjuk dahi/frontum.
(4) Presentasi muka : kepala dalam defleksi maksimal dengan penunjuk dagu/mentum.
Gambar 5. Presentasi kepala janin. (A) Belakang kepala, (B) Puncak kepala, (C)
Dahi, (D) Muka
b. Presentasi Bokong
Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum yang dapat
terjadi.
Gambar 11. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C)
Footling atau Incomplete Breech.
4. Posisi janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada bagian
terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap
presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri.4
Gambar 7. Kepala janin tampang atas dan Kepala janin tampang samping
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23 % di kanan depan, ±
11% di kanan belakang, dan ±8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid atau rectum.1
Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala5 :
1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang
volumenya besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi : karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah.
Karena his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas
panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah
menekuk (fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan
ukuran yang terkecil :
Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm
Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.
2. Tenaga mengejan/meneran
a. Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika
pembukaan sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
b. Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga
melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
Passage, adalah keadaan jalan lahir. Jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam
proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir
merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung
pervaginam atau sectio secaria.
Passenger, adalah janinnya sendiri. Sikap, letak, presentasi dan posisi janin di dalam
rahim memain peran penting dalam proses persalinan.
Psyche, adalah kejiwaan ibu. Pada proses melahirkan bayi, pengaruh-pengaruh psikis
bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran, atau bisa juga mempercepat
kelahiran. Maka fungsi biologis dari reproduksi itu amat dipengaruhi oleh kehidupan psikis
dan kehidupan emosional wanita yang bersangkutan.
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang semula berupa
sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis.2
Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang tadinya berupa suatu
lubang dengan diameter beberapa millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui anak dengan
diameter sekitar 10 cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran.2
Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida. Pada yang
pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila
pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 12
Gambar 12 Proses Pendataran serviks pada Multigravida dan Primigravida
Gambar 13. Pendataran dan dilatasi serviks sempurna pada Multigravida dan
Primigravida
1. Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal kepala
janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai
engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul dan majunya kepala.
Sinklitisme
Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang kepala,
engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu atas
panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun
kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan. Apabila
diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul, kepala berada dalam
sinklitisme.
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian
depan dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus
terhadap pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak
tercapai, kepala berada dalam keadaan asinklitisme.
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika
derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada
panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari
asinklitismus posterior ke anterior mempermudah desensus dengan
memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-daerah
yang paling luas di rongga panggul4.
3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada
janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan
diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.
Gambar 19. Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang, (C)
Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap
Gambar 21.
Mekanisme
persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A). Asinklitismus posterior pada
tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B) Asinklitismus anterior, (C)
Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.
7. Ekspulsi 2
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
1. Kontraksi Uterus
Dengan melakukan penekanan ringan oleh telapak tangan diatas uterus, pemeriksa
dapat menentukan waktu dimulainya kontraksi. Intensitas kontraksi diukur berdasarkan
derajat ketegangan yang dicapai uterus. Pada puncak kontraksi efektif, jari atau ibu jari
tangan tidak dapat menekan uterus. Selanjutnya, dicatat waktu ketika kontraksi tersebut
menghilang. Urutan ini diulangi untuk mengevaluasi frekuensi, durasi, dan intensitas
kontraksi uterus. Yang paling baik adalah mengukur kontraksi uterus dengan menyebut
derajat ketegangan atau resistensi terhadap indentasi.
4. Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalainan aktif. Waktu
pengosongan lambung memanjang secara nyata saat proses persalinan berlangsung dan
diberikan obat analgesik. Sebagai akibatnya, makanan dan sebagian besar obat yang dimakan
tetap berada dilambung dan tidak diabsorpsi, melainkan dapat dimuntahkan dan teraspirasi.
Terdapat kecenderungan memberikan cairan dengan jumlah yang terbatas untuk wanita in
partu.
5. Cairan intravena
Meskipun telah menjadi kebiasaan di banyak rumah sakit untuk memasang sistem infus
intravena secara rutin pada awal persalinan, jarang ada ibu hamil normal yang benar-benar
memerlukannya, setidaknya sampai analgesia diberikan. Sistem infus intravena
menguntungkan selama masa nifas dini untuk memberikan oksitosin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeutik ketika terjadi atonia uteri. Selain itu, persalinan yang lebih lama, pemberian
glukosa, natrium dan air untuk wanita yang sedang berpuasa dengan kecepatan 60 sampai 120
ml per jam, efektif untuk mencegah dehidrasi dan asidosis.
Rekomendasi Pimpinan Persalinan Kala I dan II Normal padaWanita tanpa Faktor Risiko
Anestetik, Medis atau Obstetris1.
7. Analgesia
Analgesi paling sering mulai diberikan berdasarkan rasa nyeri pada wanita yang
bersangkutan. Jenis analgesia, jumlahnya, dan frekuensi pemberian hendaknya
didasarkan pada kebutuhan untuk menghilangkan nyeri di satu pihak, dan kemungkinan
melahirkan bayi yang sakit di lain pihak. Penetapan waktu, metoda pemberian, dan
ukuran dosis awal serta lanjutan obat-obat analgesik yang bekerja secara sistemik sangat
didasarkan pada interval waktu yang diharapkan sampai pelahiran. Oleh karenanya,
pemeriksaan vagina berulang sebelum memberikan analgetik lebih banyak sering kali
dapat diterima. Dengan munculnya gelaja-gejala khas persalinan kala dua, yaitu
dorongan untuk mengejan, status serviks dan bagian terbawah janin harus dievaluasi
kembali.
8. Amniotomi
Bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar, bahkan pada
persalinan normal sekalipun, untuk melakukan amniotomi. Manfaat yang diperkirakan
adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada
cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan
pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan
menggunakan teknik aseptik. Yang penting, kepala janin harus tetap berada di serviks
dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan
menyebabkan prolaps tali pusat.
1. Kelahiran spontan
Pada waktu kepala meregangkan vulva dan perineum pada saat kontraksi sehingga
cukup untuk membuka introitus vagina menjadi berdiameter sekitar 5 cm, perlu memasang duk
steril dengan satu tangan untuk melindungi introitus dari anus dan kemudian menekan ke depan
pada dagu janin melalui perineum tepat di depan coccygis, sementara tangan lainnya
memberikan tekanan di atas pada occiput. Kepala dilahirkan secara berlahan dengan basis
occiput berputar di tepi bawah symphisis pubis sebagai titik tumpu, sementara bregma
(fontanela anterior), dahi dan wajah berturut-turut terlihat di perineum. Setelah kepala lahir,
kepala mengadakan putaran paksi luar ke arah letak punggung janin. Usaha selanjutnya
melahirkan bahu janin. Mula-mula lahirkan bahu depan, dengan kedua telapak tangan pada
samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala janin ditarik perlahan kearah anus sehingga lahir
bahu depan, tarikan tidak boleh terlalu keras dan kasar oleh karena dapat menimbulkan robekan
pada muskulus sternokleidomastoidues. Kemudian, kepala janin diangkat kearah simfisis
untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu janin dapat dilahirkan, maka usaha
selanjutnya ialah melahirkan badan janin, trokanter anterior dan disusul trokanter posterior.
Dengan kedua tangan di bawah ketiak janin dan sebagaian di atas dipunggung atas berturut-
turut dilahirkan badan janin, trokanter anterior dan trokanter posterior. Setelah janin lahir, bayi
sehat dan normal akan segera menarik napas dan langsung menangis keras. Kemudian bayi
diletakkan dengan kepala kebawah kira-kira membentuk sudut 30 derajat dengan bidang datar.
Lendir pada jalan napas segera dibersihkan atau diisap dengan pengisap lendir. Tali pusat
dipotong 5-10 cm dari umbilikus diantara 2 cunam Kocher. Bila kemungkinan akan melakukan
exchange transfusion pada bayi, maka pemotongan tali pusat diperpanjang sampai antara 10-
15cm. Ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat kuat. Hal ini harus diperhatikan
benar karena bila ikatan kurang kuat, ikatan dapat terlepas dan perdarahan dari tali pusat masih
dapat terjadi yang membahayakan bayi tersebut. Kemudian diperhatikan kandung kencing ibu.
Bila penuh, dilakukan pengosongan kandung kencing, sedapat-dapatnya wanita bersangkutan
disuruh kencing sendiri. Kandung kencing yang penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan
mengganggu pelepasan plasenta yang berarti menimbulkan perdarahan postpartum.
(Winkjosastro, 2006)
Tanda-tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir
dan biasanya dalam 5 menit. Kalau plasenta sudah lepas, dokter harus memastikan
bahwa uterus tetap berkontraksi kuat. Ibu boleh diminta untuk mengejan dan tekanan
intraabdominal yang ditimbulkan mungkin cukup untuk mendorong plasenta. Kalau
upaya ini gagal atau kalau pengeluaran spontan tidak mungkin karena anestesi, dan
setelah memastikan bahwa uterus berkontraksi kuat, tekan fundus uteri dengan tangan
untuk mendorong plasenta yang sudah terlepas ke dalam vagina.
2. Kelahiran plasenta
Pengeluaran plasenta jangan dipaksakan sebelum pelepasan plasenta karena
ditakutkan menyebabkan inversio uteri. Pada saat uterus ditekan, tali pusat tetap
tegang. Uterus diangkat ke arah atas dengan tangan diatas abdomen. Manuver ini
diulangi beberapa kali sampai plasenta mencapai introitus. Saat plasenta melewati
introitus, penekanan pada uterus dihentikan. Plasenta kemudian secara perlahan
dikeluarkan dari introitus. Traksi pada tali pusat tidak dibenarkan untuk menarik
plasenta keluar dari uterus. Membran yang melekat dilepaskan dari perlekatannya
untuk mencegah terjadi robek atau tertahan di jalan lahir. Apabila membran mulai
robek, pegang robekan tersebut dengan klem dan tarik perlahan. Permukaan maternal
plasenta harus diperiksa dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tidak ada bagian
plasenta yang tertinggal di uterus.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan pada serviks secara progresif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati
panggul, yaitu:
a. Turunnya kepala
b. Fleksi
c. Putaran paksi dalam
d. Ekstensi Putaran
e. Putaran paksi luar
f. Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir
dengan baik sehingga dapat terjadi persalinan pervaginam secara spontan. Dalam melakukan
pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat proses persalinan, perlu
dilakukan asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai berikut :
Kala I, tahap pembukaan (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena
serviks mulai membuka dan mendatar.
Kala II, pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali.
Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan.
Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam pasca melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA