Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI PAI

Ekonomi dalam Ajaran Islam


Islam sebagai pedoman hidup manusia tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi memiliki aturan-aturan
lengkap yang mencakup aturan ekonomi, yakni upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perekonomian tidak bisa lepas dari kehidupan manusia sehingga hal-hal yang menyangkut aturan-aturan tersebut.
Allah Ta’ala telah mengaturnya secara cukup terperinci dalam aturan muamalah di antara manusia, sebagaimana
firman Allah Ta’ala surat Al-Baqarah 282

َ َ‫ة ًَال‬
}۲٨۲ :۲،‫ش ِي ْي ٌد…{ اىثقسه‬ َ ُ ‫ش ِيد ًُْا اِ َذا تَثَايَ ْعتُ ْم ًَالَي‬
ٌ ِ‫ضا َّز َمات‬ ْ َ‫… ًَا‬
“Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan.”( QS. Al-Baqarah
[2] : 282).

Hadits Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan pula tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah
ekonomi yang islami di antaranya :

)ٍ‫ (زًاه اىثخاز‬.َ‫سا َعح‬ ِ ًُ ‫اِ َذا‬


َّ ‫س َداْالَ ْم ُس اِى ََ َغ ْي ِس اَ ْىيِ ِو فَا ْنتَ ِظ ِساى‬
“Apabila diserahkan suatu urusan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” HR. Bukhari

Dalam pelaksanaan perekonomian di masyarakat, terjadi berbagai proses yang menuntut aturan-aturan yang
benar sehingga Islam memberikan petunjuk dasar berkenaan dengan aspek-aspek perekonomian berikut ini.

a) Aspek Barang dan Jasa


Barang dan jasa yang diproduksi dalam ekonomi Islam didasarkan kepada kaidah (ketentuan) pokok dalam
muamalah, yaitu apa saja dibolehkan kecuali yang dilarang. Ini berarti bahwa barang dan jasa yang diproduksi
hendaknya barang dan jasa yang halal bukan yang di haramkan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

ًَ ‫ص َسىَا ًَ َحا ِميَ َيا‬ َ ًَ ‫َّللاُ ا ْى َخ ْم َس ًَشَا ِزتَ َيا‬


ِ ‫ساقِيَ َيا ًَتَا ِء َع َيا ًَ ُم ْثتَا َع َيا ًَعَا‬ َّ َ‫ىَعَن‬
) ‫ ( زًاه اتن عمس‬.‫ا ْى َم ْح ُم ٌْىَحَ اِىَ ْي ِو‬
“Allah melaknat khamr dan peminumnya, penuangnya, penjualnya,yang memperjual belikannya, pemerasnya,
yang menyuruh memerasnya, pembawa dan yang membawakannya” HR. Ibnu Umar.

b) Aspek Manajemen Produksi

Adanya perhitungan dan kehati-hatian yang matang dalam proses pengolahan suatu hasil produksi
sehingga terhindar dari kerugian dan kehancuran dalam suatu proses usaha dianjurkan ajaran Islam. Al quran di
bawah ini memberikan isyarat yang jelas tentang pengaturan administrasi barang dan jasa yang teratur dan
tertib :

َ َ‫ة ًَال‬
}۲٨۲: ۲،‫ش ِي ْي ٌد…{اىثقسه‬ َ ُ ‫ش ِيد ًُْا اِ َذاتَثَايَ ْعتُ ْم ًَالَ ي‬
ٌ ِ‫ضا َّز َمات‬ ْ َ‫… ًَا‬
“Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan.” (QS. Al-
Baqarah [2] : 282).

Dalam kaitan manajemen proses produksi yang melibatkan tenaga manusia, Islam sangat menekankan
kepada sumber daya manusia yang profesional dalam bidangnya. Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam :

}ٍ‫ {زًاه اىثخاز‬.َ‫سا َعح‬ ِ ًُ ‫اِ َذا‬


َّ ‫س َد ْاالَ ْم ُس اِىََ َغ ْي ِس اَ ْىيِ ِو فَا ْنتَ ِظ ِس اى‬

“Apabila diserahkan suatu urusan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” HR. Bukhari.

Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
1
Dalam kegiatan perekonomian ini, ajaran Islam tidak hanya mengajarkan sekadar melaksanakan kewajiban
bekerja untuk memenuhi kebutuhan material saja, melainkan memiliki tatanan nilai ibadah (pengabdian)
kepada Allah Ta’ala.

c) Aspek Penyaluran Produksi


Proses penyaluran hasil produksi baik barang maupun jasa pada prinsipnya Islam menekankan akan
adanya kelancaran antara produsen dan konsumen sehingga aspek keadilan menjadi hal yang utama dalam
penyaluran (pendistribusian) barang dan jasa. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

 ) ‫ ( زًاه مسيم‬. ‫ق فَ ُي ٌَ تِا ْى ِخيَا ِز‬ ُّ ‫شتَ َسٍ ِم ْنوُ فَا ِ َذاأَتَىاى‬
َ ٌْ ‫س‬ ْ ‫ فَ َمنْ تَيَقَّاهُ فَا‬،‫ال تُ ْيق ُ ٌْاا ْى َجيَ َة‬
“Janganlah kalian menghadang barang yang dibawa (dari luar kota). Barang siapa menghadang dan membeli
daripadanya, maka apabila penjual sampai ke pasar, baginya ada hak khiyar”. HR. Muslim

d) Aspek Ketepatgunaan
Tentang tepatguna (efisiensi), Al quran mengisyaratkan sebagai berikut :

ُ ‫س ِط فَتَ ْق ُع َد َمي ُ ٌْ ًما َّم ْح‬


.‫س ٌْ ًزا‬ ْ ‫س‬
ْ َ‫ط َيا ُم َّو ا ْىث‬ ُ ‫ًَالَت َْج َع ْو يَ َد َك َم ْغي ُ ٌْىَحً اِىََ ُعنُقِ َل ًَالَ تَ ْث‬
}۲٩ :۱٧ ، ‫{االسساء‬
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa [17] : 29).

Dalam ayat tersebut lebih konkrit dijelaskan kikir maupun boros akan melahirkan akibat yang tercela dan
disesali sehingga aspek tepatguna adalah bersikap pertengahan, dengan mempertimbangkan setiap
pengalokasian terutama dalam masalah finansial.

Proses jual beli yang dilarang dalam ajaran Islam.


Berikut ini hal yang menyebabkan batalnya proses jual beli.
1) Jual Beli Barang yang Belum Diterima.
Seorang Muslim tidak boleh membeli suatu barang kemudian menjualnya padahal ia belum menerima
barang dagangan tersebut.

2) Jual Beli Hutang dengan Hutang


Jual beli hutang dengan hutang adalah menjual barang yang tidak ada, dengan barang yang tidak ada pula.

3) Jual beli Gharar


Gharar adalah jual beli yang didalamnya ada gharar (ketidakjelasan), seperti menjual ikan di air, menjual
bulu di punggung kambing yang masih hidup dan sebagainya.

4) Ijon
Ijon adalah jual beli barang yang dibeli belum menjadi barang yang layak diperjualbelikan. Jual beli seperti
ini diharamkan oleh syariat Islam, sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang menjual buah-buahan hingga masak. Maka ditanyakan orang:
“Bagaimana tanda masaknya ?” Nabi menjawab : “kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan bisa
dimakan. “ HR. Bukhari .

Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
2
Akuntansi Dalam Ajaran Islam

Akuntansi dalam konsep Islam merujuk (mengambil) dari peristilahan yang ada dalam isyarat Al-Quran dan Hadits
Nabi, yaitu kata Muhasabah ) ‫ ( محاسثح‬.

Kata Muhasabah berasal dari kata kerja hasaba ] ‫س َة‬ َ ‫[ َحا‬dan diucapkan juga dengan hisab ] ‫ساب‬
َ ‫[ ِح‬, hasibah [
] ‫سبثَح‬
ِ ‫ َحا‬, muhasabah ] ‫سبثَح‬
َ ‫[ ُم َحا‬, dan hisaba ]‫سباتًا‬
َ ‫[ ِح‬Arti kata Muhasabah secara bahasa adalah “menimbang” atau
memperhitungkan amal-amal manusia yang telah diperbuatnya, seperti pada firman Allah Ta’ala :

.‫س ِديْدًا ًَّ َع َر ْتنَ َيا َع َراتًانُّ ْن ًسا‬ ُ ‫ًَ َماَيِّنْ ِمنْ قَ ْسيَ ٍح َعتَتْ عَنْ اَ ْم ِس َزتِّ َيا ًَ ُز‬
َ ‫سيِ ِيفَ َحا‬
َ ‫س ْثنَ َيا ِح‬
َ ‫ساتًا‬

“Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya,
maka kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras dan kami azab mereka dengan azab yang
mengerikan“. Q.S. At-Thalaaq, 65:8.
Menurut Ulama Fiqih menganggap bahwa istilah Muhasabah sama artinya dengan ‘catatan keuangan’ ‫[ متاتبح‬
] ‫األمبٌاه‬. Al-Qalqasyandi mengatakan dalam bukunya, . Bahwa lafadl kitabah dalam bahasa Arab terbagi dua
bagian utama, yaitu : kitabatul insya’ (menulis karangan) dan kitabatul amwal (menulis/mencatat keuangan).
(Husein Syahatah, 2001 : 40).

Pegertian muhasabah dalam Islam meliputi dua sisi, yaitu :

- Pembukuan keuangan (menghitung dan mendata semua transaksi keuangan).


- Perhitungan, perdebatan, dan pengimbalan.
Kedua makna ini saling berkait dan sulit memisahkannya, yaitu sulit membuat perhitungan (musa-alah) tanpa
adanya data-data, dan juga tidak ada gunanya data-data tanpa dilanjutkan dengan perhitungan dan perdebatan.

Tujuan-Tujuan Akuntansi dalam Islam


Berdasarkan sumber-sumber fiqih Islam dan karya-karya ilmiah dalam bidang akuntansi Islam serta
catatan keuangan di lembaga-lembaga yang mengelola keuangan, dapat ditarik beberapa tujuan terpenting
dari akuntansi menurut Islam, yaitu sebagai berikut :

a) Hifzul Amwal ( Memelihara Uang / Harta )


Para ahli tafsir berkata tentang tafsir dari firman Allah Ta’ala; “Faktubuhu” ] ‫( [ فبامتثٌه‬Al-Baqarah :
282), yang berarti “tuliskanlah” bahwa perintah untuk menuliskan uang dan harta adalah suatu keharusan
untuk menjaga harta itu dan menghilangkan kewaswasan atau keragu-raguan.

b) Pencatatan Data (Eksistensi al-kitabah “pencatatan“ ketika ada perselisihan)


Ibnu Abidin mengatakan dalam kitabnya, al-Amwal, bahwa si penjual, kasir, dan agen/makelar adalah
hujjah/dalil menurut kebiasaan yang berlaku.

Al-Qurtubi mengatakan dalam kitabnya terhadap ayat “Faktubuhu” ] ‫[ فامتثٌه‬, “ ini adalah isyarat
yang jelas untuk menuliskan (keuangan) dengan semua sifat-sifat yang dapat membedakannya dari yang
lain, karena mengetahui sifat-sifat itu berguna kalau tyerjadi ikhtilaf yang meragukan bagi kedua belah
pihak yang bertransaksi dan juga untuk memperkenalkan barang itu kepada hakim ketika kedua belah pihak
mengangkat permasalahan ini ke pengadilan.” ( Husein Syahatah, 2001 46 ).

c) Dapat Membantu Dalam Mengambil Keputusan


Imam Syafi’i berkata,” Siapa yang mempelajari hisab (ilmu hitung), luaslah pikirannya.” Artinya,
seorang pedagang atau siapa saja, tidak akan dapat mengungkapkan pikiran yang benar dan sehat, atau
Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
3
mengambil keputusan yang bijaksana, tanpa bantuan data-data yang tercatat dalam surat-surat atau buku
catatan khusus. Al-Quran telah menjelaskan fungsi pencatatan ini pada surat al-Baqarah ayat 282,

….Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian, dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu….. QS. Al-Baqarah, 2 : 282.
d) Menentukan Hasil-hasil Usaha yang Akan Dizakatkan
Di antara tujuan akuntasi yang utama pada periode pertama islam ialah untuk mengetahui hasil-hasil
perdagangan di akhir tahun, sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui modal pokok murni,
keuntungan murni, dan kerugiannya. Dengan demikian, mereka dapat mengukur standar dan jumlah zakat
hartanya.

e) Menentukan dan Menghitung Hak-Hak Kawan yang Berserikat


Dalam periode pertama Islam, serikat-serikat kerja telah tersebar luas sesuai dengan anjuran Islam,
seperti syirkah mudharabah, syirkah al-‘inan (serikat modal), syirkah mufawadhah (serikat kerja), dan
syirkah wujuh ( modal dengan nama baik). Al-Quran telah mengisyaratkan kepada yang demikian, yaitu
firman Allah Ta’ala :

...Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim
kepada sebagian yang lain kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; amat
sedikitlah mereka ini… . QS. Shaad, 38 : 24.
Yang dimaksud dengan kata khulatha’ ] ‫ [ اىخيطباء‬ialah Syuraka’, yaitu mitra bisnis. Bersabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam :

f) Menentukan Imbalan, Balasan, atau Sanksi


Di atas sudah kita terangkan bahwa arti muhasabah adalah perhitungan, perdebatan, dan
pembalasan/imbalan yang sesuai dengan data-data yang tercatat atau surat-surat yang berdasarkan
syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah fungsi akuntansi dalam mengevaluasi usaha
manusia, baik di dunia secara pribadi atau dengan perantara ulil amri, atau juga di akhirat oleh Allah
Ta’ala .

Pandangan Al Quran tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Islam adalah petunjuk dan agama yang haqq bagi umat manusia yang disampaikan melalui utusan-Nya, di
antaranya Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wassallam, seperti dijelaskan dalam Al-quran:

}۴٨:۲٨ ،‫ {اىفتح‬               

”Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya
terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” QS. Al-Fath, 48 : 28
Bagi umat Islam, Dinul Islam adalah petunjuk, yakni agama yang sempurna. Petunjuk itu berlaku sepanjang
hayat di dalam segala aspeknya sehingga tidak ada satu saatpun yang dilewati atau terlepas dari petunjuk agama
Islam.
                

”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah setan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu.” QS. AL-Baqarah, 2 : 208

Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
4
Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang Mukmin diseru Allah Ta’ala agar masuk ke dalam Islam
dan mengikuti serta menjalankan ajaran-Nya tidak sebagian saja, melainkan keseluruhannya (‫)مافح‬.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena
memiliki manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Berkat hasil Ilmu pengetahuan dan teknologi banyak
manfaat yang dirasakan, membantu dalam pelaksaan ibadah, baik ibadah mahdlah ataupun ghair mahdlah, dan
kesejahteraan hidup.

Terhadap hal itu, Al quran mengisyaratkan dalam firman-Nya:

                 

}۳۳ : ۵۵ ،‫{الرحمن‬
”Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”. QS. Ar-Rahman, 55 : 33.

Anjuran Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Al-quran


Dalam Islam, ilmu pengetahuan sudah dikenal lebih lama sebelum pakar-pakar dari bangsa lain
mengembangkannya lebih jauh. Hal itu dapat dibuktikan dengan fakta sejarah bahwa umat Islam dahulu tidak
sedikit kontribusinya terhadap perkembangan kemajuan berbagai ilmu pengetahuan, misalnya dalam bidang
kimia dan ilmu alam telah terkenal nama-nama Khalid bin Yazid (704 M), Ibnul Hayyan (776 M), Abu Abdillah Al-
Batani (858 – 929 M), Ibnu Khaldun (1382 – 1395 M), dan masih banyak tokoh yang memiliki peranan penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan di dunia.

Motif mereka mendalami bidang-bidang studi tersebut selain sebagai pengabdian kepada agama dan umat
Islam, juga sebagai respon terhadap seruan Al-Quran untuk mempelajari rahasia-rahasia pada alam semesta dan
pada diri manusia sendiri. Usaha-usaha itu dapat kita maklumi karena manusia ditunjuk Allah Ta’ala menjadi
khalifah di bumi, sebagaimana tercantum di antaranya dalam ayat 165 surah Al-An’am:

                   

}۱٦۵:٦ ،‫ {االنعام‬  

“Dan Dialah yang memjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan meninggikan sebagian yang lain
beberapa derajat, untuk mengujimu atas apa yang telah diberikan-Nya kepadamu, Sesungguhnya Tuhanmu
amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. Al-An’Am, 6 :
165.

Keberhasilan suatu teknologi bergantung pada kemampuan manusia untuk memilih kondisi-kondisi yang
mendorong alam bertindak seperti yang diinginkannya; dan sudah barang tentu tingkah laku alam ini dikendalikan
oleh Sunnatullah yang mengatur bagaimana alam harus berkelakuan pada kondisi tersebut karena tidak dapat
berbuat lain, seperti yang terdapat dalam ayat 13 surah Al-Jatsiyah :

}۴۵:۱۳،‫ {اىجاشياج‬                 

Dan dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah )bagi kaum
yang berfikir. QS. Al-Jatsiyah, 45 : 13.
Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
5
Konsep Kebudayaan Islami

Kebudayaan Islam merupakan salah satu perwujudan dari fungsi manusia di dunia ini, yakni sebagai hamba
dan khalifah Allah Ta’ala. Menurut Yusuf Al-Qardhawy, Adapun karakteristik kebudayaan Islam adalah :

1. Rabbaniyah. Kebudayaan Islam bernuansa ketuhanan. Ia bercampur dengan keimanan secara umum dan
ketauhidan secara khusus.
2. Akhlaqiyah. Kebudayaan Islam tidak ada pemisahana antara akhlak dengan ilmu, antara akhlak dengan
perbuatan, antara akhlak dengan ekonomi, dan antara akhlak dengan peperangan, serta antara akhlak dengan
semua segi kehidupan lainnnya.
3. Insaniyah. Kebudayaan Islam menghormati manusia, memelihara fitrah, kemuliaan dan hak-haknya.
Kebudayaan Islam tegak atas asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang dimuliakan oelh Tuhannya.
4. ‘Alamiyah. Selama kebudayaan Islam berlaku bagi setiap manusia, maka dengan sendirinya ia pun bersifat
‘alamiyah (mendunia). Ia bersifat terbuka untuk semua kelompok manusia dan tidak menutup diri.
5. Tasamuh. Islam tidak mewajibkan orang non Islam yang hidup dalam naungan kebudayaannya untuk
menjalankan syariat Islam. Islam tidak memaksakan orang lain untuk masuk kedalam lingkungan kebudayaan
Islam.
6. Tanawwu’. Kebudayaan Islam bersifat tanawwu’ (beraneka warna). Ia tidak hanya memuat masalah-masalah
ketuhanan, tetapi juga terdapat juga masalah ilmu pengetahuan, kamanusiaan dan kealaman yang beraneka
ragam.
7. Wasathiyah. Kebudayaan Islam mencerminkan sistem wasth (pertengahan). Pertengahan antara berlebihan
dan kekurangan, antara jasmani dan rohani, antara hak dan kewajiban, antara kepentingan pribadi dan
kepentingan bersama, antara dunia dan akhirat.
8. Takamul. Takamul atau terpadu, yaitu terpadu dan saling mendukung antara kebudayaan Islam yang satu
dengan kebudayaan Islam yang lain.
9. Bangga terhadap diri sendiri, yaitu bangga terhadap sumber kebudayaan yang berketuhanan, kemanusiaan
dan bernuansa akhlak. Sifat bangga ini menjadikan kebudayaan Islam enggan untuk diwarnai atau dipengaruhi
dengan yang lain yang menyebabkan hilangnya keistimewaan dan keorisinilannya.

Kebersamaan dalam Pluralitas Agama dalam Kerukunan Umat Beragama

Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan baru yang tidak
terlalu berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya. Pluralitas agama adalah fenomena nyata yang ada dalam
kehidupan. Pluralitas merupakan hukum alam (sunatullah) yang tidak mungkin terelakkan. Ia sudah merupakan
qodrati dalam kehidupan. Dalam Al Quran surat Al-Hujurat (49) ayat 13 dijelaskan:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al Hujurat : 13
Ayat tersebut menggambarkan adanya pluralitas sudah cukup kuat mengindikasikan semangat pluralitas
tersebut.

Namun, pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan tentang adanya kemajemukan, tetapi lebih dari
itu, perlua adanya keterlibatan aktif terhadap kenyataan adanya pluralitas tersebut. Seseorang baru dikatakan
memiliki sikap keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila ia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan
kemajemukan tersebut. Dengan kata lain, pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk
tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahani perbedaan dan
persamaan guna tercapai kerukunan dan kebersamaan.
Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
6
Dalam mewujudkan kerukunan dan kebersamaan dalam pluralitas agama, telah dijelaskan dalm Al-Quran
surat An-Nahl ayat 125, yaitu:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. An
Nahl, 16 : 125
Ayat tersebut menganjurkan dialog dengan baik, ketika dialog dilakukan dengan agama lain.

Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam Islam bukanlah yang bersifat semu, tetapi yang
memberi rasa aman pada jiwa setiap manusia. Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan adalah
mewujudkannya dalam setiap diri individu, setelah itu melangkah pada lingkungan yang lebih besar. Dengan
demikian dapat tercipta kerukunan, kebersamaan, dan perdamaian dunia.

Hakekat Etos Kerja dalam Islam

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu.

Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh
berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata
etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral
sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu
secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.

Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna.
(An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil
keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan
pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR. al-Baihaki)

Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi
maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau
keakhiratan.

Lebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh sungguhan
untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT.

PERNIKAHAN DALAM ISLAM

1. Arti Pernikahan

Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah syara’, nikah itu berarti
melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
bertujuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya
keluarga bahagia yang diridhoi oleh Alloh SWT.

Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
7
Nikah merupakan fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia
yang sudah dewasa dan sehat jasmani dan rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis
kelaminnya. Teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat
mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian, dan
kesejahteraan dalam hidup berumah tangga. Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw. atau sunnah Rasul. Dalam hal ini Rasulullah saw.

2. Hukum Pernikahan

a. Hukum Asal Nikah adalah Mubah

Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, artinya boleh dikerjakan boleh ditinggalkan.
Dikerjakan tidak ada pahalanya dan ditingkalkan tidak berdosa. Meskipun demikian, ditinjau dari segi kondisi
orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram.

b. Nikah yang Hukumnya Sunnah

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya nikah itu sunnah. Alasan yang mereka kemukakan
bahwa perintah nikah dalam berbagai Al-Qur’an dan hadits hanya merupakan anjuran walaupun banyak kata-kata
amar dalam ayat dan hadits tersebut. Akan tetapi, bukanlah amar (perintah) yang berarti wajib sebab tidak semua
amar harus wajib, kadangkala menunjukkan sunnah bahkan suatu ketika hanya mubah. Adapun nikah hukumnya
sunnah bagi orang yang sudah mampu memberi nafkah dan berkehendak untuk nikah.

c. Nikah yang Hukumnya Wajib

Nikah menjadi wajib menurut pendapat sebagian ulama dengan alasan bahwa diberbagai ayat dan hadits
sebagaimana tersebut diatas disebutkan wajib. Terutama berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majah seperti dalam
sabda Rasulullah saw., “Barang siapa yang tidak mau melakukan sunnahku, maka tidaklah termasuk golonganku”.

Selanjutnya nikah itu wajib sesuai dengan faktor dan situasi. Jika ada sebab dan faktor tertentu yang menyertai
nikah menjadi wajib. Contoh: jika kondisi seseorang sudah mampu memberi nafkah dan takut jatuh pada
perbuatan zina, dalam situasi dan kondisi seperti itu wajib nikah. Sebab zina adalah perbuatan keji dan buruk yang
dilarang Allah SWT. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.

Dari Aisyah ra., Nabi saw. besabda: “Nikahilah olehmu wanita-wanita itu, sebab sesungguhnya mereka akan
mendatangkan harta bagimu”. (HR. Al-Hakim dan Abu Daud)

d. Nikah yang Hukumnya Makruh

Hukum nikah menjadi makruh apabila orang yang akan melakukan perkawinan telah mempunyai keinginan atau
hasrat yang kuat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah tanggungannya.

e. Nikah yang Hukumnya Haram

Nikah menjadi haram bagi seseorang yang mempunyai niat untuk menyakiti perempuan yang dinikahinya atau
memiliki niat yang tidak baik lainnya.

C. Hikmah Pernikahan

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam pernikahan, antara lain sebagai kesempurnaan ibadah, membina
ketentraman hidup, menciptakan ketenangan batin, kelangsungan keturunan, terpelihara dari noda dan dosa, dan
lain-lain.

Rangkuman Materi Pendidikan Agama Islam.2016-2017(Tambahan Materi) untuk Jurusan Tata Niaga – adep tamyiz
8

Anda mungkin juga menyukai