Askep Ppok Gadar
Askep Ppok Gadar
Di susun oleh:
Kelompok 5
1. I Made Bayu Sudarsana 6. Yance Ratu
2. Idia Indar anggraeni 7. Sri Ulan Fatmaningsih
3. Mieke Oktavia Purnama 8. Dewi Ernawati
4. Rani Eka Suryani 9. Baiq Lia Suhayati
5. Anita Puji Rahayu 10. Ahmad Yudha Tama
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNGARAN
2019
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN
DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)
A. Pengertian
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) atau COPD (Chronic
Obsstructive Pulmonary Disease) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma (Smeltzer dan
Bare, 2012).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan
peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari penyakit bronkitis kronis dan
emfisema paru ataupun asma bronkial (Price, 2015).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada
PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan
karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum
yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD, 2009).
Penyakit yang termasuk dalam kelompok PPOK adalah sebagai
berikut:
a. Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut (Smeltzer dan Bare, 2012).
b. Emfisema
Didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli (Smeltzer dan Bare,
2012)
c. Asma
Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu
(Smeltzer dan Bare, 2012).
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini dikaitkan dengan
faktor-faktor risiko yang terdapat pada penderita antara lain:
a. Merokok
b. Polusi udara
c.Infeksi paru-paru berulang
d. Umur (semakin tua semakin berisiko)
e. Jenis kelamin
f. Ras
g. Pemajanan tempat kerja (batu bara, kapas, padi-padian)
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P
pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio
R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap
E. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu :
a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghenti-kan
merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggu-naan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spas-me)
masih controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberi-kan
dengan aliran lambat 1-2 liter/menit.
h. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengelu-aran
secret bronkus.
b) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa me-lakukan
pernapasan yang paling efektif.
c) Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmani.
d) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap
penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
e) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesu-aian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.
F. Pengkajian keperawatan
1. Identitas klien
Identitas klien mencakup :
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa,
status perkawinan, alamat, diagnosa medis, no RM/CM, tanggal masuk, dan
alasan masuk.
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Napas pendek ( timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada saat kerja, cuaca atau
berulangnya sulit napas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan
untuk bernapas, batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
terutama pada saat bangun, episode batuk hilang timbul, bianyanya tidak
produksi pada tahap dini meskipun dapat menjadi produktif ( emfisema),
thacipnea.
b. Breathing
Biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang dengan
mendengkur, napas bibir ( emfisema ), penggunaan otot bantu pernapasan,
bunyi napas mungkin redup dengan ekspirasi mengi, menyebar, lembut
atau krekels lembab kasar, ronkhi, mengi sepanjang area paru pada
ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan
atau tidak adanya bunyi napas abnormal.
c. Circulation
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung, distensi
vena leher, edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung,
bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP
dada ).
d. Disability
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari, dispnea saat
istirahat, keletihan, gelisah, kelemahan umum/kehilangan massa otot.
3. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah
yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi
sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada klien PPOK adalah sesak nafas yang sudah berlangsung lama
sampai bertahun-tahun dan semakin berat setelah beraktivitas. Keluhan
lainnya adalah batuk, dahak berwarna hijau, sesak semakin bertambah, dan
badan lemah.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan PPOK datang mencari pertolongan
terutama dengan keluhan sesak nafas, kemudian diikuti dengan gejala-
gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, terjadi
penumpukan lendir, dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat
jalan nafas.
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI (NIC)
(NOC)
1 Ketidakefektifan bersihan NOC : NIC :
jalan napas
Definisi : - Respiratory Status : Ventilation Airway Suction
Ketidakmampuan - Respiratory Status : Airway
1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning.
membersihkan sekresi atau patency
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
obstruksi dari saluran napas
suctioning.
untuk mempertahankan Kriteria Hasil :
3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
bersihan jalan napas.
Batasan karakteristik : - Mendemonstrasikan batuk efektif suctioning.
- Batuk yang tidak efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
- Dipsnea
- Gelisah ada sianosis dan dyspneu (mampu dilakukan.
- Penurunan bunyi napas
mengeluarkan sputum, mampu 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
- Suara napas tambahan
- Sputum dalam jumlah bernafas dengan mudah, tidak ada memfasilitasi suction nasotrakeal.
yang berlebihan pursed lips). 6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan
Factor yang berhubungan :
- Menunjukkan jalan nafas yang paten tindakan.
- Perokok
- Terpajan asap (klien tidak merasa tercekik, irama 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
- Mucus berlebihan
nafas, frekuensi pernafasan dalam dalam setelah kateter dikeluarkan dari
- Spasme jalan napas
- Asma rentang normal, tidak ada suara nasotrakeal.
- Penyakit paru obstruktif
nafas abnormal). 8. Monitor status oksigen pasien.
kronis
- Mampu mengidentifikasikan dan 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
mencegah faktor yang dapat suction.
menghambat jalan nafas. 10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 1. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Herdman Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2016-2018. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
Price, S.A. dan Wilson L.M. 2015. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
ke-6. Volume 1. Jakarta : EGC Smeltzer, S.C. dan B.C Bare. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi ke-8. Volume 2. Jakarta :
EGC