Tugas Kelompok 3 Manajemen Risiko UTS PDF
Tugas Kelompok 3 Manajemen Risiko UTS PDF
Oleh :
KELOMPOK 3
MARGARETA CHANDRA MUKTI 041611233075
GIYANTI MAHARANI 041611233088
MUHAMMAD FACHRUR RAHMAWAN 041611233186
A. Profil Perusahaan
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk adalah salah satu perusahaan kertas terbesar
di dunia yang terintegrasi secara vertical. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1967.
Pada tahun 1990, saham perseroan mulai dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya yang saat ini keduanya bergabung menjadi Bursa Efek
Indonesia. Berdasarkan catatan Biro Administrasi Efek, komposisi pemegang
saham Perseroan per tanggal 31 Desember 2017 adalah, PT. Purinusa Ekapersada
sebesar 52,72% dan sisanya masyarakat sebesar 47,28%.
Saat ini, Perseroan memiliki fasilitas produksi di tiga lokasi yaitu di
Perawang-Riau, Tangerang dan Serang, Banten. Perseroan memproduksi bubur
kertas (pulp), berbagai jenis produk kertas yang terdiri dari kertas untuk keperluan
tulis dan cetak (berlapis dan tidak berlapis), kertas fotocopy, kertas industri seperti
kertas kemasan yang mencakup containerboard (linerboard dan corrugated
medium), corrugated shipping containers, boxboard, food packaging dan kertas
berwarna.
Visi
Menjadi yang terdepan di bidang pulp dan kertas dengan memberikan yang terbaik
bagi pelanggan, masyarakat, para karyawan serta pemegang saham secara
bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Misi
Dalam menjalankan bisnis, risiko pasti akan muncul baik risiko yang secara
umum ada pada perusahaan maupun risiko khusus yang muncul tergantung industri
dan lingkungan bisnis perusahaan. Dalam kegiatan operasional perusahaan, PT
INKP pasti menghadapi berbagai risiko, dan manajer perusahaan harus siap dalam
melakukan alternatif untuk meminimalisir risiko.
Perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper merupakan salah satu produsen
terbesar yang memproduksi berbagai jenis kertas, termasuk kertas cetak dan tulis,
dan produk kemasan, seperti papan isi dan kotak. Bahan utama pembuatan kertas
adalah dari hasil pulp BHK yang merupakan bahan baku utama untuk produk kertas
dan juga digunakan dalam produksi kemasan.
Harga jual pulp dan kertas sangat tergantung dari harga yang berlaku di
pasaran internasional yang memiliki kecenderungan berfluktuasi tergantung tingkat
permintaan dan penawaran. Disamping itu, harga jual produk-produk perseroan
juga tergantung pada beberapa faktor lain yang berada di luar kendali perseroan,
seperti kondisi perekonomian global dan perubahan kurs mata uang.
Risiko yang akan dihadapi oleh PT INKP dalam kegiatan bisnis khususnya
pada sektor internasional (kegiatan ekspor) salah satu nya adalah praktik dumping.
Praktik dumping merupakan praktik menjual barang di pasar luar negeri dengan
harga yang lebih rendah dari harga di pasar dalam negeri (harga normal). Dengan
adanya kemungkinan potensi dumping yang di tuduhkan pasar internasional pada
industri pulp di Indonesia akan menyebabkan risiko pertumbuhan ekonomi dalam
industri pulp tidak normal.
Hal ini dapat diukur dengan terus membandingkan harga dan pergerakan
pasar pada industri pulp internasional dan paling tidak membandingkan dengan
industri negara tetangga. Risiko ini dapat diukur melalui transparansi komposisi
penetapan harga dalam produk untuk ekspor. Berdasarkan materi, resiko ini bisa
diukur dengan menggunakan value at risk, stress testing. Menurut teori risiko
persaingan dapat dikategorikan dengan tipe risiko pasar sehingga teknik
pengukuran yang bisa dilakukan adalah VAR, dan stress-testing.
1.4. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang terjadi baik secara nasional maupun global dapat
mempengaruhi permintaan dan harga produk perseroan yang pada akhirnya
berdampak pada kinerja perseroan.
Mata Uang Asing Perusahaan dan Entitas Anak terkena risiko perubahan nilai
tukar mata uang asing terutama dalam Rupiah Indonesia, Euro Eropa, Yen Jepang
dan Yuan Cina atas biaya, aset dan liabilitas tertentu yang timbul karena aktivitas
pendanaan dan kegiatan operasional sehari-hari. Perusahaan dan Entitas Anak
memonitor dan mengelola risiko ini dengan menyepadankan liabilitas keuangan
dalam mata uang asing dengan aset keuangan dalam mata uang asing terkait dan
melakukan pembelian atau penjualan mata uang asing saat diperlukan.
Perusahaan dan Entitas Anak didanai dengan berbagai pinjaman bank, surat
utang dan obligasi yang dikenakan bunga. Oleh karena itu, eksposur Perusahaan
dan Entitas Anak terhadap risiko pasar sehubungan dengan perubahan tingkat suku
bunga terutama atas liabilitas jangka panjang serta aset dan liabilitas yang
dikenakan bunga. Kebijakan Perusahaan dan Entitas Anak adalah untuk
memperoleh tingkat suku bunga yang paling menguntungkan tanpa meningkatkan
eksposur terhadap mata uang asing dengan mengelola biaya pinjamannya
menggunakan kombinasi antara utang dan liabilitas jangka panjang dengan tingkat
suku bunga tetap dan mengambang.
JAKARTA. Laju bisnis PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) masih
terhalang utang. Sebab, restrukturisasi utang Asia Pulp and Paper Ltd
(APP), induk usaha INKP, ternyata belum sepenuhnya beres. Hingga
sekarang, salah satu pemegang obligasi APP belum menyetujui skema
restrukturisasi obligasi senilai US$ 30 juta. Nilai obligasi ini setara dengan
sekitar 6% dari total utang APP yang mencapai US$ 500 juta.
Dua dari tiga pemegang terbesar obligasi tersebut, yakni Gramercy dan
Oaktree, telah menandatangani kesepakatan restrukturisasi alias Master
Restructuring Agreement (MRA) dengan APP pada 2003.
Gramercy dan Oaktree memiliki US$ 318 juta dari total obligasi APP.
Adapun, US Exim Bank menguasai US$ 104 juta. Korporasi lain dan
investor individual memiliki sisanya. Sekitar 10 tahun lalu, APP mengalami
gagal bayar akibat krisis moneter pada 1998 menghantam bisnisnya.
Nah, berdasarkan MRA tadi, restrukturisasi sebenarnya bisa berjalan pada
2005. Masalahnya, satu pemegang obligasi belum sepakat.
"Hingga saat ini US Exim Bank masih memperkarakan masalah utang
piutang ini di pengadilan," ungkap Gandi Sulistiyanto Soeherman, Wakil
Komisaris Utama INKP sekaligus Direktur Grup Sinar Mas, kemarin (25/6).
Dia tidak menjelaskan penyebab US Exim Bank menolak perjanjian
restrukturisasi.
Namun, INKP berharap, dalam masa krisis finansial global ini, US Exim
Bank sudi mencabut gugatan hukumnya. "Secepatnya, kami harap sisa
utang obligasi itu bisa juga direstrukturisasi," kata Yan Partawidjaja,
Sekretaris Perusahaan INKP.
Keringanan pembayaran
Bagaimana pun, kelompok usaha milik taipan Eka Tjipta Widjaja tersebut
pantas bersyukur. Sebab, para kreditur telah menyetujui skema
restrukturisasi sebagian besar utangnya yang bernilai sekitar US$ 470 juta
atau 94% dari total utang.
APP berikut anak usahanya, termasuk INKP, harus melunasi obligasi
tersebut yang dibagi dalam tiga kelompok atau tranche. Tranche A
mewajibkan pelunasan utang dalam tempo delapan tahun sejak
penandatangan kesepakatan. Tranche B bertenor 12 tahun dan tranche C
bertenor 20 tahun. "Perjanjian ini sudah melewati enam kali perbaikan
restrukturisasi," jelas Sulistiyanto.
Kesepakatan tersebut mewajibkan APP membayar bunga obligasi setiap
tiga bulan dan mencicil pokok obligasi setiap enam bulan hingga lunas. APP
juga mendapatkan keringanan pembayaran bunga dan pokok obligasi jika
harga jual bubur kertas di bawah US$ 400 per ton.
Jika harga bubur kertas di atas US$ 400, APP harus membayar US$ 30 juta
per bulan. "Jika harga di bawah itu, kami hanya membayar US$ 25 juta per
bulan," hitung Sulistiyanto.
Pada kuartal keempat 2008, APP sempat menikmati keringanan tersebut
lantaran harga bubur kertas turun di bawah US$ 400 per ton. "Namun saat
ini harga jual sudah berada di harga US$ 420 per ton," imbuh Baharudin,
Direktur INKP.
Menurut Analis Bhakti Capital Securities Reza Nugraha, jalan terbaik bagi
INKP dan induk usahanya adalah segera merestrukturisasi sisa kewajiban
obligasi tersebut. Sebab, selama belum ada kesepakatan restrukturisasi,
bisnis INKP akan sulit berkembang. Apalagi, permintaan kertas kini makin
turun sementara harga bubur kertas juga tidak setinggi tahun lalu.
b) Pengukuran Risiko Bunga Obligasi PT INKP:
Tingkat suku bunga yang di tawarkan PT INKP pada penerbitan surat utang
atau obligasi akan memunculkan risiko. Risiko disini bisa berupa risiko keuangan
dari PT INKP, perusahaan tidak dapat membayar tingkat bunga yang dibayarkan
yang akan berdampak pada kinerja pasar PT INKP, saham perusahaan akan anjlok
dan reputasi perusahaan akan turun. Tipe risiko ini bisa dikategorikan pada risiko
kredit yang dapat diukur dengan credit rating, dan creditmetrics.
Siak, Rabu, 26 April 2017–– PT. Indah Kiat Pulp and Paper kertas yang
aktifitasnya menyababkan kerusakan lingkungan dengan tercemarnya
udara, air dan tanah. Kondisi ini dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Koto
Gasib yang bermukim dekat dengan perusahaan bubur kertas ini. Polusi
udara yang berasal dari cerobong asap pabrik berdampak pada kurangnya
udara bersih bagi masyarakat disekitar yang mengakibatkat masalah
kesehatan. Proses produksi perusahaan tak terlepas dari bahan kimia
berbahaya, produksi tersebut tentu menyisakan limbah cair dan padat, sejak
berdirinya perusahaan tidak ada renovasinya sehingga rembesan limbah
sudah membocori dinding parit limbah tersebut, yang mencemari sumber
air dan sungai yang berada disekitar pabrik.
Terkait dengan hal tersebut WALHI Riau bersama dengan Laskar Melayu
Rembuk (LMR) menuntut penyelesaian permasalahan lingkungan yang
terjadi karena aktifitas PT. Indah Kiat Pulp and Paper ini. “Perkembangan
industri pulp and paper selain menyebabkan hilangnya tutupan hutan dari
perluasan hutan tanaman indutri juga menimbulkan pencemarnya udara, air
dan tanah akibat dari pembuangan limbah pabrik. Pemerintah harus
melakukan peninjauan ulang terhadap izin AMDAL yang diberikan,” ujar
Riko Kurniawan, Direktur Eksekutif WALHI Riau.
Polusi dari pabrikas merupakan fakta yang tak terbantahkan, dengan adanya
ekspansi dan perluasan pabrik secara berkelanjutan, mengakibatkan
ketidakseimbangan daya serap lingkungan dengan polusi udara yang
mereka hadirkan. Emisi dan bau tak sedap yang dihasilkan Indah Kiat
menjadi hirupan biasa oleh warga Kota Perawang, hal ini menjadi fakta
bahwa Perusahaan tidak ramah pada lingkungan.
Warga Kampung Pinang Sebatang Timur yang berdekatan langsung dengan
MB 21, 24 dan 25 masih menyisakan isak tangis akan kehadiran debu abu
batu bara yang menyelimuti pemukiman masyarakat. “ Bau menyengat
sangat mengganggu dan menyebabkan sesak napas masyarakat yang
berdekatan dengan turbin pembuangan , ini sudah lama dirasakan oleh
masyarakat tapu sampai saat ini belum diselesaikan oleh pihat perusahaan,
“ ujar Sadra, Sekjen LMR.
Perusahaan yang beroperasi sejak tahun 1984 ini melakukan perluasan yang
tidak diimbangi dengan kemampuan dan daya tamping lingkungan,
menimbulkan banyak permasalahan lingkungan dan dampak kesehatan
terhadap masyarakat sekitar.
Guna menggesakan penyelesaian konflik ini, WALHI Riau dan LMR secara
tegas menyampaikan tuntutan, yaitu:
1. Stop pembangunan dan perluasan PT. Indah Kiat Tbk, karena ekpansi yang
tidak berimbang antara lingkungan dan perusahaan dimana polusi udara
sudah sangat tidak stabil akibat turbin-turbin yang mengeluarkan asap
sangat pekat yang berdampak pada lingkungan sekitar.
2. Pemerintah melakukan peninjauan ulang terhadap AMDAL PT. Indah Kiat
Tbk.
3. Pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap kualitas udara, air dan tanah
di sekitar PT. Indah Kiat Tbk.
4. Penyelesaian bau limbah pabrik yang menyengat, terlebih ketika cuaca
mendung sangat mengganggu pernafasan masyarakat di sekitar PT. Indah
Kiat Tbk.
b) Perhitungan Risiko Lingkungan yang ditimbulkan PT INKP:
Tipe risiko ini pasti muncul dalam industri kertas karena bahan baku yang
dibutuhkan diperoleh dari alam. Tipe risiko ini dapat dikategorikan pada risiko
operasional perusahaan. Berdasarkan materi, resiko ini bisa diukur dengan
menggunakan matriks frekuensi dan signifikasi kerugian, VAR operasional.
Bahan baku utama pulp dan industri kertas adalah kayu dan bahan-bahan
kimia penunjang. Agar proses produksi Perseroan tidak terhambat, maka
kelangsungan pasokan bahan baku kayu merupakan hal yang amat penting. Selama
ini, kebutuhan akan kayu untuk memproduksi pulp terutama diperoleh dari PT.
Arara Abadi, perusahaan afiliasi, dan mitra usaha lainnya. Apabila terjadi
kegagalan pasokan bahan baku kayu, maka akan mempengaruhi kegiatan usaha
perseroan.
PEKANBARU - Bahan baku kayu milik PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
(INKP) di Kabupaten Siak, Riau terbakar. Informasi yang
dihimpun okezone, kebakaran terjadi di tempat penampungan milik salah
satu perusahaan raksasa pengekspor bubur kertas terbesar Indonesia masih
terus dipadamkan.
"Iya yang terbakar memang kayu kita, tapi imformasi selanjutnya mengenai
kebakaran itu, hubungi staf humas saya saja," kata Manager Humas INKP
Nurul Huda kepada okezone, Rabu (19/10/2011).
Sementara itu, pihak Kepolisian Resort Siak hingga saat ini masih
melakukan penyelidikan dan memintai keterangan sejumlah saksi. "Pihak
perusahaan juga tengah berupaya memadamkan api," kata Kapolres Siak
AKBP Toni Ariadi.
Dan sejauh ini memang belum diketahui apakah insiden ini menelan korban
jiwa. Dan kerugiannya juga masih dihitung.
b) Pengukuran Risiko Kelangkaan Bahan Baku PT INKP:
Risiko kelangkaan bahan baku dapat dikaitkan dengan risiko bencana alam.
Seperti kebakaran yang pernah terjadi pada tahun 2011 yang menyebabkan pohon
di hutan yang menjadi bahan baku PT INKP mengalami kerusakan dan hangus
akibatnya perusahaan harus mempunyai alternatif pasokan bahan baku dari pihak
lain, Berdasarkan materi, resiko ini bisa diukur dengan menggunakan matriks
frekuensi dan signifikasi kerugian, VAR operasional
Sebagaimana halnya dengan bidang usaha lain, bidang usaha Perseroan tidak
terhindar dari bencana alam. Apabila terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh
kebakaran ataupun bencana alam lainnya, baik kerusakan atas fasilitas pabrik dan
produksi Perseroan maupun kerusakan atas konsesi PT. Arara Abadi dan mitra
usaha lainnya sebagai sumber utama bahan baku kayu Perseroan, maka hal itu dapat
mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan.
PEKANBARU - Bahan baku kayu milik PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
(INKP) di Kabupaten Siak, Riau terbakar. Informasi yang
dihimpun okezone, kebakaran terjadi di tempat penampungan milik salah
satu perusahaan raksasa pengekspor bubur kertas terbesar Indonesia masih
terus dipadamkan.
"Iya yang terbakar memang kayu kita, tapi imformasi selanjutnya mengenai
kebakaran itu, hubungi staf humas saya saja," kata Manager Humas INKP
Nurul Huda kepada okezone, Rabu (19/10/2011).
Sementara itu, pihak Kepolisian Resort Siak hingga saat ini masih
melakukan penyelidikan dan memintai keterangan sejumlah saksi. "Pihak
perusahaan juga tengah berupaya memadamkan api," kata Kapolres Siak
AKBP Toni Ariadi.
Dan sejauh ini memang belum diketahui apakah insiden ini menelan korban
jiwa. Dan kerugiannya juga masih dihitung.
b) Pengukuran Risiko Bencana Alam pada PT INKP:
Berdasarkan materi, resiko ini bisa diukur dengan menggunakan matriks
frekuensi dan signifikasi kerugian, VAR operasional
DITAHAN DIHINDARI
Bencana Alam
DITAHAN DITRANSFER
SEVERITY
BAB II
Severity
Fre Teknik
Risiko (Keseriu Tindakan
kuensi Yang dipilih
san)
Fluktuasi Melakukan Forecasting
Harga Bubur Perubahan Kurs Harga
Rendah Rendah Ditahan
Kertas (Pulp) secara real time
dan Kertas
Risiko persaingan sudah
pasti ada, perusahaan
Persaingan Tinggi Rendah Ditahan harus ada Inovasi jika
aingin mengurangi
risiko..
Memantau kebijakan
Krisis
Rendah Tinggi Ditransfer ekonomi yang
Ekonomi
diterapkan pemerintah
Melakukan Hedging
(Mengelola risiko nilai
tukar dengan transaksi
Risiko Nilai
instrumen keuangan)
Tukar Mata Tinggi Tinggi Ditransfer
Dalam Perusahaan
Uang Asing
melakukan
penyepadanan liabilitas
keuangan dalam mata
uang asing dengan aset
keuangan dalam mata
uang asing terkait dan
melakukan pembelian
atau penjualan mata
uang asing saat
diperlukan
Mengelola biaya
pinjamannya
menggunakan
Risiko kombinasi antara
Tingkat Rendah Rendah Ditahan utang dan liabilitas
Bunga jangka panjang
dengan tingkat suku
bunga tetap dan
mengambang.
Perusahaan dan Entitas
Anak mengelola risiko
kredit yang terkait
dengan simpanan di
bank dengan memonitor
reputasi, peringkat
kredit dan membatasi
risiko agregat dari
Risiko Kredit Rendah Tinggi Ditransfer
masing-masing pihak
dalam kontrak. Tidak
terdapat konsentrasi
risiko kredit yang
signifikan terkait
dengan piutang usaha,
hal ini disebabkan
keragaman pelanggan.
(Melibatkan pihak
bank dalam
mengelola uang kas)
Perusahaan dan
Entitas Anak menjaga
keseimbangan antara
Risiko
Rendah Tinggi Ditransfer kontinuitas
Likuiditas
penerimaan piutang
dan fleksibilitas
dengan menggunakan
utang bank dan
pinjaman lainnya
Pelestarian Lingkungan,
Kebijakan Konservasi
Hutan (Forest
Conservation Policy,
Komitmen terhadap
Risiko
Tinggi Tinggi Dihindari Manajemen Kebakaran
Lingkungan
Hutan, Pengurangan
Emisi Karbon,
Keterlibatan dalam
Inisiatif United Nations
Global Compact
(Melakukan kerja sama
dan memilih partner)
Risiko Selama ini, kebutuhan
Kelangkaan Tinggi Tinggi Dihindari akan kayu untuk
Bahan Baku memproduksi pulp
terutama diperoleh dari
PT. Arara Abadi,
perusahaan afiliasi, dan
mitra usaha lainnya.
Risiko (Melakukan mitigasi
Bencana Rendah Tinggi Ditransfer dengan instansi atau
Alam pemerintah terkait)
Penyelesaian
Seperti yang telah dikatakan pada kasus penyelesaian permasalahan ini adalah
dengan melakukan asuransi pada asste perusahaan yang terkena imbas.
BAB III
RISIKO PROPERTI
Perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper Product mempunyai aset fisik
diantaranya aset seperti persediaan, perlengkapan, aset tetap perusahaan seperti
tanah, bangunan, mesin, dan peralatan lainnya. Dalam salah satu kasus perusahaan
dalam menilai kerugian aset fisik pada pembelian tanah untuk membangun atau
ekspansi pabrik di Karawang, Propini Jawab Barat. Dalam kasus ini PT Indah Kiat
akan menyewa lima bidang tanah dengan total luasan 1.203.445 meter persegi milik
PT Paramacipta Intinusa dengan jangka waktu sepuluh tahun. Perusahaan dalam
menilai tanah yang disewa akan menunjuk pihak independent untuk menilai atas
transaksi aset fisik yang dilakukan PT Indah Kiat. Dalam hal ini pihak idependen
tersebut adalah KJPP Iskandar dan Rekan sebagai penilai independent yang
bertujuan memberikan penilaian atas nilai sewa atas tanah Parama dan Persada dan
yang memberikan pendapat kewajaran atas Transaksi Sewa Tanah.
Analisis lain yang dilakukan adalah analisis lingkungan dari persewaan tanah
yang dilakkan, dengan mengkaitkan analisis industri kertas pulp dengan lingkungan
sekitar, analisis operasional dengan prospek pabrik yang akan diinvestasi diatas
tanah tersebut, dan terakhir menganalisis keuntungan dan kerugian dari pembelian
aset fisik berupa tanah; Keuntungan Perseroan yang bersifat kualitatif adalah dapat
melakukan pengembangan usahanya dibidang industri pulp dan kertas, sehingga
dapat lebih dikenal masyarakat sebagai perusahaan yang terus berkembang.
Kerugian Perseroan yang bersifat kualitatif adalah Perseroan akan kehilangan
manfaat dari sewa tanah, jika skedul pembangunan pabrik tertunda. Analisis
selanjutnya adalah pada analisis kuanttatif yang berupa penilaian atas potensi
pendapatan, aset, kewajiban dan kondisi keuangan jika membangun investasi
pabrik di tanah tersebut.
Jadi pada intinya perusahaan ini menggunakan metode mencari nilai atau
harga pasar dari asset fisik perusahaan untuk di nilai kerugiannnya.
3.4 Risiko Gugatan
Kewajiban hukum yang bisa timbul dalam dunia bisnis, seperti; pelanggaran
hukum yang disengaja, kewajiban absolut, kegagalan sesuai hukum yang berlaku
(Kecerobohan). Dalam perusahaan kertas Indah Kiat Pulp and Paper potensi
muncul pelanggaran hukum adalah pada ke-sengaja-an dalam mencapi tujuan
dengan cara apapun, dan muncul pemikiran untuk memasok bahan baku yang
illegal terutama adalah pengiriman bahan baku utama perusahaan yaitu woodpulp,
kertas bekas, dan bubur kertas. Dari ketiga bahan baku produksi tersebut potensi
terjadinya kriminalitas adalah pengiriman pohon/kayu yang illegal dari partner
bisnis sebagai pemasok bahan baku kayu/pohon tersebut.
Perusahaan Indah Kiat Pulp and Paper sudah menemukan inisiatif untuk
mengatasi risiko ke illegal-an dari kayu yang dikirim dengan menerapkan sistem
dimana Seluruh bahan baku yang digunakan Perseroan memiliki dokumentasi yang
menjamin bahwa bahan baku tersebut berasal dari sumber yang dapat dilacak.
Perseoran menggunakan sistem Lacak Balak (Chain of Custody/CoC) guna
memastikan tidak ada bahan baku ilegal masuk ke dalam rantai pasokan.
Perusahaan juga mempunyai sertifikat PEFC adalah program pengesahan
standar sertifikasi hutan terkemuka yang diakui secara internasional yang
mendukung terlaksananya pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. PEFC telah
mendukung sekitar 31 standar sertifikasi hutan nasional di seluruh dunia dan lebih
dari 245 juta hektar hutan di dunia telah memiliki sertifikat PEFC. Dengan memiliki
sertifikasi PEFC, dapat dijamin bahwa suatu produk terdiri dari bahan baku yang
berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.
4.1. Kasus Penerbitan Surat Utang (MTN) pada PT INKP (Duration Model)
JAKARTA – PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) menerbitkan surat
utang jangka menengah (medium term notes/ MTN) sebesar Rp 1,7 triliun
pada 17-18 April 2018. Melalui dua seri MTN, perseroan menawarkan tingkat
kupon 10,15- 10,25% per tahun untuk MTN bertenor 2-3 tahun.
Berdasarkan keterbukaan informasi di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI), pada 17 April lalu, Indah Kiat menerbitkan MTN VI tahun 2018 seri
A Rp 900 miliar dengan tingkat kupon 10,15% per tahun, dan tenor dua tahun.
Sementara, perseroan menerbitkan MTN VI seri B senilai Rp 200 miliar
dengan tingkat kupon 10,25%, dan tenor tiga tahun.
Sehari kemudian, emiten ini kembali mendaftarkan informasi penerbitan
MTN di KSEI. “Indah Kiat Pulp & Paper menerbitkan MTN VII tahun 2018
Rp 600 miliar dengan tenor tiga tahun. Kemudian, PT Sinarmas Sekuritas
sebagai penjamin pelaksanaan emisi efek MTN dengan tingkat kupon 10,25%
per tahun tersebut,” demikian dikutip Investor Daily dari KSEI, Rabu (18/4).
Adapun MTN VI dan VII Indah Kiat Pulp & Paper, bukan surat utang jangka
menengah perdana yang diterbitkan pada 2018. Sebab pada Maret 2018,
emiten berkode INKP ini juga merilis MTN IV senilai Rp 264 miliar, dan
MTN V sebesar US$ 40 juta.
Jika dibandingkan tingkat kupon MTN IV, Indah Kiat Pulp & Paper tidak
membukukan kenaikan cost of fund (biaya dana), karena besaran tingkat
kupon untuk MTN itu juga sebesar 10,25%. Namun untuk MTN V yang
berdenominasi united states (US) dolar, perseroan meraih tingkat kupon 6%
per tahun.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) meraih mandat untuk memberi
peringkat surat utang korporasi Rp 82,58 triliun sampai 12 April 2018.
VP Head of Division Corporate Ratings Pefindo Niken Indriarsih pernah
mengungkapkan, dari mandat itu terdapat porsi rating untuk emisi MTN
senilai Rp 23,48 triliun. Ia menyatakan, minat korporasi menerbitkan MTN
cukup tinggi, karena emisi surat utang jenis itu lebih fleksibel dibandingkan
obligasi atau skema penawaran umum berkelanjutan (PUB).
“Kemudian, bagi perusahaan yang baru perdana menerbitkan surat utang,
mungkin lebih memilih mencoba MTN dulu untuk tes pasar,” jelas Niken.
Meski demikian, Niken juga menduga, faktor lain yang membuat MTN
menjadi pilihan karena instrumen itu dapat dikombinasikan dengan reksa
dana. Pasalnya, saat tren suku bunga rendah belakangan ini reksa dana
pendapatan tetap menjadi salah satu instrumen yang digemari investor
dibandingkan deposito.
4.2. Pembahasan Kasus
PT INKP menerbitkan surat utang jangka menengah (MTN) dua kali pada 17-
18 April 2018 dengan total nominal Rp. 1,7 T, MTN kali ini sudah masuk MTN VI
dan VII. Rincian penerbitan MTN dijelaskan sebagai berikut:
1. MTN VI dibagi menjadi 2 seri
- Seri A
Nominal Rp 900 M
Tenor 2 tahun
Kupon 10.15 % per tahun
- Seri B
Nominal Rp 200 M
Tenor 3 tahun
Kupon 10.25 % per tahun
2. MTN VII
Nominal Rp 600 M
Tenor 3 tahun
Kupon 10.25 % per tahun
4.3. Perhitungan Durasi MTN
MTN VI
Analisis :
Dengan asumsi pembayaran setiap tahun, maka Medium terms notes PT
INKP yang ke VI pada seri A memiliki durasi aliran kas 1.91 tahun, sedangkan
MTN VI Seri B memiliki durasi aliran kas 2.73 tahun.
Artinya penerbitan MTN VII dengan kumulatif tenor 5 tahun meskipun
dibagi menjadi 2 seri dengan nominal dan kupon yang di proporsikan, durasi MTN
PT INKP menunjukkan kurang dari waktu jatuh tempo MTN yaitu sebesar 4.64
tahun. Artinya investor akan lebih menyukai jika durasi obligasi/surat utang yang
diterbitkan lebih sedikit daripada tenor atau jatuh tempo MNT. Karena dengan
durasi yang lebih sedikit daripada jatuh tempo memiliki kemungkinan return yang
tinggi dan risiko yang semakin kecil.
MTN VII
Analisis :
Penerbitan MTN kedua PT INKP dituliskan pada MTN VII dengan nominal 600M,
tenor 3 tahun, dan kupon 10.25 %. Dengan asumsi dibayar per tahun hasil
perhitungan durasi MTN VII selama 2.73 tahun. Artinya MTN VII mempunyai
durasi aliran kas yang lebih pendek daripada waktu jatuh tempo. Maka dapat
disimpulkan MTN PT INKP memiliki kemungkinan lebih disukai investor karena
tingkat periode durasi yang rendah karena memiliki kemungkinan return yang
tinggi dan risiko yang semakin kecil.
BAB V
RISIKO PASAR
Diketahui : Jumlah tingkat keuntungan PT. Indah Kiat Pulp and Paper di
tahun 2018 = 45 %
N (bulan) = 12 bulan
E(R) = ∑Ri / N
= 45% / 12
= 3.75%
𝜎𝑅2 = ∑(Ri – E(R))2 / (N – 1)
= (45% – 3.75%)2 / (12-1)
= 0.171667 / 11
= 0.015606
𝜎𝑅 = √0.015606
=1%
5.2. VAR Metode Historis ( Back Simulation)
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada kemungkinan INKP akan
mengalami kerugian sebesar Rp.50.800.000.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada kemungkinan saham Dian
Swastika Sentosa (DSSA) akan mengalami kerugian sebesar Rp.33.280.000
Berikut merupakan VAR metode modelling pada PT Indah Kiat Pulp and Paper
Berikut ini perhitungan VAR untuk portofolio PT Indah Kiat Pulp and Paper:
Jenis Investasi Aset Tetap (A) Utang Obligasi (B)
= 5,862,538.4
Karena tidak menemukan contoh kasus yang menyatakan bahwa INKP akan
berinvestasi diperusahaan apa, maka kami menganalisis jika perusahaan lain akan
berinvestasi di PT INDAH KIAT PULP AND PAPER dengan contoh kasus sbb:
1. Model Diskriminan
Dimana :
X3 = rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset = 602.687 7.634.236 = 0.07
X2 = Rasio laba sebelum bunga dan pajak/total asset = 602.687 / 7.634.236 = 0.07
X2 = rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset = 602.687 / 7.634.236= 0.07
Maka,
B. PT TKIM
1. Model Diskriminan
Dimana :
X3 = rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset = 26.080 / 2.580.875 = 0.10
X2 = rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset = 26.080 / 2.580.875 = 0.10
Maka Z PT INKP (Probabilitas tidak gagal bayar) :
X2 = rasio laba sebelum bunga dan pajak / total asset = 26.080 / 2.580.875 = 0.10
Maka,
4.416.589
= 50.000.000
= 8,8%
4.73 10.64
10.64
Dari table diatas dapat dilihat bahwa proporsi MTN mengalami default dari tahun
ke tahun tetap sebesar 0.85%.