Anda di halaman 1dari 45

EKOSISTEM GAMBUT

P r o f . D r. I r. S a l a m p a k , M S
D r. I r. S u s t i y a h , M . P

F A K U LTA S P E R TA N I A N
U N I V E R S I TA S PA L A N G K A R AYA ( U P R )
DESINISI
EKOSISTEM GAMBUT
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh
menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi
atau sebagai suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem terbentuk oleh 3 faktor penting yaitu:
1. Komponen biotik → komponen hidup, →
makhluk hidup itu sendiri;
2. Komponen abiotik → lingkungan dimana
makhluk hidup itu tinggal termasuk
unsur-unsur kimia di dalamnya
3. hubungan atau interaksi antar keduanya.
HUBUNGAN ATAU INTERAKSI ANTAR KEDUANYA

Komponen-komponen ekosistem tersebut


harus tetap terjaga, agar suatu ekosistem
terjadi keseimbangan.
Diantara komponen -komponen ekosistem
terjadi interaksi, saling membutuhkan dan
saling memberikan apa yang menjadi
kebutuhannya.
Keseimbangan tersebut harus tetap terjaga
sehingga akan menjadi keberlanjutan dan
aliran energi dalam ekosistem akan tetap
terjaga.
Lahan gambut merupakan salah satu tipe
ekosistem lahan basah dengan potensi
sumberdaya hayati yang potensial untuk
dikembangkan sebagai sistem pendukung
kehidupan (life suppor ting system
(gailbraith H, et.Al., 2005).
Lahan gambut memberikan beberapa
pelayanan (ser vices) ekologi, ekonomi dan
sosial. Dimana jasa lingkungan yang
diberikan merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam melakukan
perlindungan terhadap ekosistem tersebut
( e g o h , B . E t . A l . , 2 0 07 )
• Tanah gambut terbentuk karena
proses penghancuran/dekomposisi
bahan organik lebih lambat dari
proses penimbunannya.
• Proses pembentukan gambut
dibutuhkan lingkungan yang jenuh
air dalam periode lama dan adanya
endapan bahan organik→ mrpk
ekosistem gambut

Profil tanah mineral


Profil tanah gambut
EKOSISTEM LAHAN GAMBUT INDONESIA:
UNIK DAN MULTIFUNGSI
Keunikan lahan gambut Indonesia ditunjukkan oleh
kekhasan dalam:
1. Proses pembentukan gambut,
2. Keragaman bahan gambut yang diakumulasikan,
3. Keanekaragaman hutan rawa gambut,
4. Fungsi hidrologi, dan
5. Fungsinya sebagai pengendali iklim global.
EKOSISTEM DAN PROSES PEMBENTUKAN GAMBUT

Presipitasi Evapotranspirasi

Air Permukaan Air Permukaan


Air Masuk Air Keluar

Air Bawah Tanah Retensi Air Air Bawah Tanah

Daerah Depresi

Air Masuk berasal dari :


1. Hujan atau limpasan air sungai pada saat banjir musiman
2. Luapan air sungai pada saat pasang air laut
3. Adanya kenaikan tinggi permukaan air laut pada masa lalu
EKOSISTEM DAN ...

Kubah Gambut / Peat Dome

Presipitasi Evapotranspirasi

Air Permukaan Air Permukaan


Air Masuk Air Keluar
Retensi Air
Air Bawah Tanah Air Bawah Tanah

Daerah Depresi
EKOSISTEM DAN ...
Bukit
Daerah Gambut Air Gambut
Banjir Tawar
Payau Marin

Ultisols Gambut Tidal Flat Clay

Batuan terlapuk Tanah fluviatil Liat marin

Pleistosen Endapan pasir

Podsol Brackish Clay

Hasil Penelitian di daerah Jambi


Gambut pada ekosistem
payau dan ekosistem marin Gambut
Daerah Gambut Air
Banjir
▪ memiliki ketebalan < Tawar
3m Payau Marin
▪ relatif kaya akan unsur hara
▪ bersifat agak-masam sampai
masam
▪ Mempunyai daya dukung yang
lebih baik

Gambut Tidal Flat Clay

erlapuk Tanah fluviatil Liat marin

en Endapan pasir

Brackish Clay
• Habitat yang memililki keunikan dan
keanekaragaman hayati yang tinggi adalah lahan
gambut → kaya akan keanekaragaman hayati
endemik → pusat keanekaragaman hayati tertinggi
berada di Kalimantan.
• Lahan gambut di Indonesia mempunyai tingkat
kerentanan dan ancaman yang tinggi akibat
perubahan lahan dari hutan ke penggunaan lain,
kebakaran, perkebunan dan permukiman
• Pemerintah Indonesia berupaya memberikan
penyadaran kepada masyarakat mengenai
pentingnya lahan gambut tertuang dlm PP No 71
tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Gambut.
• Selain pemerintah, perhatian yang dilakukan oleh
lembaga swadaya masyarakat seperti Wetland
International yang mengkampanyekan kepada
masyarakat mengenai pentingnya melakukan
penyelamatan keanekaragaman hayati dan
ekosistem di hutan gambut
• Keberadaan lahan gambut memiliki peranan sangat penting baik dalam lingkup
lokal, regional maupun global.
• Lahan gambut memiliki fungsi ekologis juga memiliki fungsi ekonomi dan sosial
budaya.
• Fungsi ekologis yang diperankan lahan gambut diantaranya menjaga
keanekaragaman hayati, penyimpan karbon, penghasil oksigen dan pengelolaan
air. Sedangkan fungsi ekonomi dan sosial budaya dari lahan gambut diantaranya
sebagai penghasil kayu dan sumber penghidupan masyarakat, ekowisata serta
tempat pendidikan dan penelitian
Fungsi ekologis lahan gambut dalam menjaga keanekaragaman
hayati dan keseimbangan lingkungan, dipengaruhi oleh
karakteristik dari lahan gambut yang merupakan ekosistem unik
dengan pH asam, miskin hara, bahan organik yang tebal dan
selalu terendam air. Hal tersebut yang menjadikan lahan gambut
memiliki kekhasan keanekaragaman hayati karena hanya
mendukung keberadaan flora dan fauna tertentu yang mampu
beradaptasi dengan kondisi habitat tersebut.
KEANEKARAGAMAN HUTAN RAWA GAMBUT

Tumbuhan spesifik jelutung (Dyera costulata), ramin


(Gonystylus bancanus), dan meranti (Shorea
spp), Jelutung (Dyera costulata), beberapa
tanaman obat.
Beberapa Jenis Burung dan Mamalia yang Ditemukan di Hutan
Rawa Gambut dan Sekitarnya *)
Nama
No Nama Daerah Nama Latin No Nama Latin
Daerah
JENIS BURUNG JENIS MAMALIA
1. Rangkong Buceros vigil 1. Tenggiling Manis javanica
2. Punai jambu Ptilinopus jambu 2. Pelanduk Tragulus javanicus
3. Baram jambi Streptopelia 3. Keluang Pteropus vampyrus
bitorquata 4. Kera Macaca facilicularis
4. Punai beruke Teron curvirostra 5. Ungko Hylobatessyndactyl
5. Punai utong T. griseicauda us
6. Punai tasi T. fulvicollis 6. Musang Martes flagula
7. Menkot Rhizotera longirostis Priondon linsang
7. Musang air Lutra perpicillata
8. Punai ondu Phaenicophaeus 8. Babi Sus scrofa
sumatranus
9. Rusa Cervus unicolor
9. Pungguk Ninox scutulata
10. Tupai Callosciurus
10. Mangkako Pelargopsis capensis prevostii

*) Sumber: Sebagian
*) Sumber: dari Momose
Sebagian dan Shimamura
dari Momose [2004][2004]
dan Shimamura
• Keanekaragaman hayati di lahan gambut, disamping memiliki peranan
ekologis juga memiliki peranan ekonomi dan sosial budaya bagi
masyarakat.
• Ketergantungan masyarakat terhadap lahan gambut dapat mencapai
80% yaitu lebih tinggi dibandingkan ketergantungannya terhadap usaha
pertanian.
• Hal tersebut karena lahan gambut memiliki keanekaragaman hayati
dengan nilai ekonomi tinggi seperti tumbuhan penghasil produk kayu
dan non-kayu, penghasil ikan, jamur dan tanaman obat-obatan serta
lebah hutan penghasil madu untuk kebutuhan pangan masyarakat.
Selain itu, beberapa jenis tumbuhan juga dapat dimanfaatkan untuk
restorasi dan rehabilitasi lahan gambut.
Beberapa jenis tumbuhan di lahan gambut yang memiliki nilai
ekonomi tinggi adalah ramin, meranti dan jelutung. Jelutung
disamping menghasilkan kayu, juga dapat diambil getahnya untuk
bahan baku isolator maupun permen karet. Selain itu jelutung
juga biasa digunakan untuk melakukan restorasi dan rehabilitasi
lahan gambut.
FUNGSI HIDROLOGI
Kondisi hidrologi pada lahan gambut
sangat kompleks, fungsi dari
▪ keseimbangan air masuk dan keluar,
▪ topografi tanah mineral, dan
▪ musim.

Porositas gambut sangat tinggi (dapat


mencapai 90%) dan daya
menampung air (450 – >850%).
▪ Fungsi gambut sebagai pengatur
hidrologi dapat terganggu apabila
kondisi drainase berlebihan.
ENDAPAN GAMBUT SEBAGAI CARBON SINK
DAN PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM
GLOBAL

Endapan gambut di dunia memiliki C sebesar 329-525 GT atau


35% dari total C dunia.

Gambut Indonesia memiliki cadangan C 8-14% dari C dalam


gambut dunia

Gambut sebagai pengendali iklim gobal.

Kontributor gas rumah kaca (CO2), (CH4), (N2O).

Penambahan Fe3+ sebesar 5% erapan maksimum emisi CO2


turun 23-28% dan CH4 23-33%.

Percobaan lapang penambahan terak baja dan tanah mineral in


situ mampu menekan kehilangan total C.
SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH GAMBUT

Sifat fisik Tanah Gambut


➢Sifatfisik gambut yang penting adalah :
a. Tingkat dekomposisinya
b. Bobot isi (bulk density)
c. Kering tak balik (irreversible drying)
d. Terjadinya penyusutan (subsidence)
KESUBURAN GAMBUT

Tanah gambut umumnya mempunyai tingkat


kesuburan tanah yang rendah. Hal ini dicirikan
oleh reaksi tanah yang masam hingga sangat
masam, miskin unsur hara, KTK sangat tinggi
dan kejenuhan basa yang rendah. Kesuburan
yang rendah juga disebabkan oleh rendahnya
bobot isi dan umumnya hara Berada dlm bentuk
senyawa organik, misal: N-asam amino, N-protein,
P-fosfolipid, P-inositol dll
KESUBURAN GAMBUT DITENTUKAN OLEH :
1.Tingkat dekomposisi, makin lanjut/matang makin baik.
Kesuburan G. Saprik>Hemik>Fibrik
2. Ketebalan (kedalaman), makin tebal makin miskin.
3. Letak topografi gambut, makin dekat sungai atau pantai
kualitas makin baik, makin ke pedalaman makin jelek.
4. Kualitas air yg dominan mempengaruhi: makin baik
kualitas air yg berpengaruh makin baik kualitas gambut.
→ Gambut topogen (air tanah) lebih baik dari
gambut ombrogen (air hujan).
→ Gambut pasang surut/pantai (air sungai/laut)
lebih baik dari gambut pedalaman (air hujan).
5. Kualitas lapisan tanah mineral di bawahnya, contoh
endapan liat>pasir kuarsa.
6. Kualitas (Komposisi Penyusun) bahan induk organik,
g. endapan > g. Berserat> g. berkayu.
Gambut tebal umumnya lebih
miskin.
Tidak semua gambut tipis
cocok diusahakan untuk
pertanian.
Gambut Indonesia miskin unsur
hara makro dan mikro,
▪ Kemampuan rendah dalam
menunjang pertumbuhan
tanaman dan stabilitas
gambut
Unsur mikro (Cu, Zn, Mn, dan Fe)
mampu meningkatkan
stabilitas gambut melalui
pembentukan ikatan
kompleks.
BAHAN MINERAL DI BAWAH ENDAPAN GAMBUT
Bahan tanah mineral di bawah gambut harus diperhitungkan
dalam pengelolaan lahan pertanian

Jenis tanah mineral di bawah gambut:


1. Endapan gambut di atas pasir kuarsa
2. Endapan gambut di atas tanah mineral tua pada
lingkungan air tawar
3. Endapan gambut di atas tanah mineral muda (aluvial)
pada lingkungan marin dan/atau payau
Daya dukung sangat rendah→ sbg pertimbangan
pemanfaatan gambut untuk ush bdg pertanian
KEARIFAN TRADISIONAL
Pengelolaan lahan gambut tradisional dilakukan dengan cara handil /saluran
Saluran utama (lebar 2 depa, dalam 1 depa) tegak lurus sungai
Saluran sekunder dibuat tegak lurus saluran utama dan lebih kecil

Dipasang pintu air (tabat) pada pertemuan saluran utama dn sekunder


Menjalankan konsep: Air masuk = Air keluar + Air yang Diretensi

TABAT
Sebagai akibat dari kehilangan air dari proses
dekomposisi bahan organik,
Porsi air dalam gambut berkisar 90 – 95%
Kehilangan air merupakan penyebab utama
menipisnya lahan gambut.

Permukaan tanah asal

Pohon karet berumur 40 th pada tanah Pohon kelapa berumur 20 th pada


gambut dalam tanah gambut
•Dalam kaitannya dengan usaha
pertanian dan kriteria yang
digunakan saat ini:
– ketebalan gambut hanya
dikelompokkan ke dalam gambut tipis
(<1,0 -2 m) untuk tanaman pangan
dan perkebunan, serta
– gambut tebal (>3,0 m) untuk hutan.

•Pemilihan gambut untuk pertanian


bukan hanya ketebalannya saja
tetapi harus didasarkan bahan
mineral di bawah gambut.
PEMILIHAN JENIS TANAMAN YANG SESUAI
EKOLOGIS GAMBUT.

1. Pendekatan drainase alami:

2. Pendekatan drainase buatan:


a. Muka air tanah <40 - 60 cm; b. Muka air tanah 60 – 100 cm
Pemilihan Jenis Tanaman ...
Drainase buatan:
Kedalaman air tanah < 40 - 60 cm tanaman padi, sayuran, buah-
buahan
Pemilihan Jenis Tanaman ...

Kedalaman air tanah 60 -100 cm


tanaman tahunan/perkebunan
SIFAT KERING TIDAK-BALIK (IRREVERSIBLE DRYING)

Sifat kering tidak-balik


berhubungan dengan
sifat senyawa organik
dalam menolak air
(bersifat hidrofobik)

Sifat hidrofobik dari bahan


gambut tergantung dari
kadar aromatik hidroksil
(hidrofilik) dan aromatik
metoksil (hidrofobik)

Bahan penyusun gambut


didominasi oleh lignin
yang mengandung Senyawa humik dari gambut
banyak gugus metoksil
➢ Sifat Kering Tak balik (irreversible drying),
yaitu terjadi bila gambut menjadi terlalu kering,
maka apabila dibasahi tidak akan lagi menjadi
basah, karena gambut tidak mampu menyerap
air kembali. Ini berarti bahwa gambut menjadi
sulit diusahakan untuk pertanian bila terjadi
kekeringan yang berlebihan, dan
mengakibatkan gambut sangat rawan terhadap
kebakaran.
Palangka Raya, 2011
EPILOG
Pengalaman lebih dari 30 tahun
telah memberikan kesan
gambut sebagai lahan
bermasalah perlu dikelola
berdasarkan keunikan
ekosistem.

Banyak yang menyamakan lahan


gambut dengan mineral.
Pengelolaan harus didasarkan
karakteristik bahan
gambutnya.
EPILOG
Keanekaragaman flora dan
fauna merupakan karunia
yang harus dilestarikan.
EPILOG
Pengembangan lahan gambut untuk
pertanian tidak akan terlepas dari
kegiatan pengaturan tata air

Pertimbangan pembukaan lahan


gambut perlu didasarkan pada
ketebalan gambut dan bahan
mineral di bawah gambut

Ketetapan lahan > 3 m harus menjadi


kawasan lindung, seperti tertuang
dalam Keppres No. 32 Tahun 1990,
ps. 10, perlu dipertimbangkan
kembali.
EPILOG
Beberapa wilayah fungsional
ekosistem perlu dipetakan.

Masing-masing wilayah perlu


dinilai berdasarkan:
1. Tempat/lokasi gambut
diendapkan
2. Sifat inheren bahan gambut
3. Reaktivitas asam organik
Dengan memperhatikan kunci-
kunci pokok pengelolaan dan
azas kehati-hatian lahan gambut
dapat dikembangkan.
EPILOG
Beberapa wilayah fungsional
ekosistem perlu dipetakan.
Masing-masing wilayah perlu
dinilai berdasarkan:
1. Tempat/lokasi gambut
diendapkan
2. Sifat inheren bahan gambut
3. Reaktivitas asam organik
Dengan memperhatikan
ekosistem gambut,
memerhatikan kunci-kunci pokok
pengelolaan dan azas kehati-
hatian lahan gambut dapat
dikembangkan.
EPILOG
JAGALAH KELESTRAIAN EKOLOGI
LAHAN GAMBUT

AGAR KESEIMBANGAN EKOSISTEM


TETAP TEJAGA
Thank You

Anda mungkin juga menyukai