Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 1 Melihat Pengaruh Penambahan H2O2

No. Sampel Jumlah Volume Ternya


gelembu gas la
ng
1. Cacing bagian anterior + H2O2 29 0, 25 ++
2. Cacing bagian anterior + H2O2 + H2O2 36 0, 5 ++
3. Cacing bagian posterior + H2O2 43 0, 5 ++
4. Cacing bagian posterior + H2O2 + H2O2 55 0, 2 +++
5. Cacing bagian abdomen + H2O2 87 0, 3 +++
6. Cacing bagian abdomen + H2O2 + H2O2 117 0, 2 +++
7. Kecambah muda + H2O2 34 1, 5 +
8. Kecambah muda + H2O2 + H2O2 44 1, 7 +++
9. Kecambah tua + H2O2 68 2 ++
10. Kecambah tua + H2O2 + H2O2 44 1 +++
11. Biji kacang hijau + H2O2 + H2O2 85 3, 5 ++
12. Biji kacang hijau + H2O2 + H2O2 46 2 +++

Tabel 2 Melihat Pengaruh Penambahan Mno2

No. Sampel Jumlah Volume Ternyala


gelemb gas
ung
1. Cacing bagian anterior + H2O2 55 1 +++
2. Cacing bagian anterior + H2O2 + Mno2 110 1 +++

3. Cacing bagian posterior + H2O2 48 1 +++


4. Cacing bagian posterior + H2O2 + Mno2 20 1 +++

5. Cacing bagian abdomen + H2O2 91 0, 5 +++


6. Cacing bagian abdomen + H2O2 + Mno2 41 0, 5 +++

7. Kecambah muda + H2O2 79 1 +++


8. Kecambah muda + H2O2 + Mno2 77 1 +++

9. Kecambah tua + H2O2 81 0,5 +++


10. Kecambah tua + H2O2 + H2o2 86 0,5 +++
11. Biji kacang hijau + H2O2 49 0,1 ++
12. Biji kacang hijau + H2O2 + Mno2 69 0,1 +++

Tabel 3 Melihat Pengaruh PH terhadap katalase (PH = 1)

No. Sampel Jumlah Volume Ternyala


gelembung gas
1. Cacing bagian anterior 53 0,5 +++
3. Cacing bagian abdomen 43 0,2 +++
4. Cacing bagian posterior 50 0,2 +++
7. Biji kacang hijau 10 1 +
9. Kecambah tua 91 1 ++
11. Kecambah muda 97 1 +++

Tabel 4 Melihat Pengaruh PH terhadap katalase (PH = 9)

No. Sampel Jumlah Volume Ternyala


gelembung gas
1. Cacing bagian anterior 67 0,5 +++
3. Cacing bagian abdomen 113 0,5 +++
4. Cacing bagian posterior 91 1 +++
7. Biji kacang hijau 10 1 +
9. Kecambah tua 60 0,5 +++
11. Kecambah muda 38 0,5 ++
Tabel 5 Melihat Pengaruh suhu terhadap katalase (50C)

No. Sampel Jumlah Volume Ternyala


gelembung gas
1. Cacing bagian anterior + H2O2 51 0,1 ++
3. Cacing bagian abdomen + H2O2 98 0,2 +
4. Cacing bagian posterior + H2O2 76 0,3 +++
7. Biji kacang hijau + H2O2 15 0,1 +
9. Kecambah tua + H2O2 43 0,1 +
11. Kecambah muda + H2O2 59 0,1 ++

Tabel 5 Melihat Pengaruh suhu terhadap katalase (750C)

No. Sampel Jumlah Volume Ternyala


gelembung gas
1. Cacing bagian anterior + H2O2 +50 0,1 +
3. Cacing bagian abdomen + H2O2 81 0,2 +
4. Cacing bagian posterior + H2O2 100 0,1 +
7. Biji kacang hijau + H2O2 26 0,2 +
9. Kecambah tua + H2O2 30 0,1 -
11. Kecambah muda + H2O2 27 0,1 -

Keterangan Nyala Api :

+ : Redup

++ : Cukup Nyala

+++ : Nyala
B. Pembahasan
Pada praktikum Enzim Katalase yang dilakukan pada tanggal 8 April 2019
pukul 11.00 WIB di Laboratorium Dasar 1 FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk melacak dan menunjukkan
keberadaan enzim katalase dalam jaringan hewan dan tumbuhan, mengetahui
pengaruh penambahan H2O2 dan MnO2 serta mengetahui PH dan temperatur
pada aktivitas katalase.
1. Pengaruh penambahan H2O2
Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena
bahan ini menginaktifkan enzim dalam sel (Lay, 1994 dalam Amalia, 2013).
Pada hewan yang banyak mengandung enzim katalase adalah bagian abdomen.
Hal ini disebabkan karena pada bagian abdomen terdapat sistem pencernaan
yang terdapat banyak enzim. Sehingga pada saat penambahan substrat berupa
H2O2 masih terdapat sisa sisi aktif dari enzim katalase (Martoharsono, 1994).
Sedangkan pada percobaan yang telah dilakukan ditunjukkan hasil bahwa saat
ditambahkan dengan H2O2 lagi bagian abdomen menghasilkan gelembung
paling banyak dibandingkan yang lain. Semakin banyak gelembung yang
terbentuk maka semakin banyak dan cepat pula aktifitas enzimnya. Selain itu
nyala api yang paling terang yaitu pada abdomen dan posterior. Sedangkan
volume gas paling besar yaitu di bagian abdomen. Hal ini menunjukkan volume
gas, nyala api dan banyaknya gelembung merupakan tanda adanya enzim
katalase yang dapat menguraikan H2O2. Kesalahan pengamatan pada nyala api
mungkin terjadi karena kesalahan dalam mengamati hasil percobaan tersebut.
Jika pada tumbuhan kecambah tua menghasilkan bagian yang paling banyak
gas berupa oksigen setelah ditambahkan H2O2 yang kedua. Hal ini dikarenakan
memiliki enzim katalase lebih banyak dibandingkan pada kecambah muda dan
biji sehingga didalamnya masih terdapat banyak sisi aktif enzim katalase yang
bebas (Gaman, 1992). Pada biji terdapat sedikit enzim katalase tetapi kerja
enzim tidak optimal karena pada biji berada fase dormansi sehingga belum aktif,
pada kecambah muda enzim mulai aktif sehingga jumlah sedikit meningkat, dan
pada kecambah tua, enzim katalase mulai banyak melakukan aktifitas sehingga
katalase yang dibutuhkan juga meningkat (Poedjiadi, 1994).
Sedangkan pada percobaan nyala api kecambah tua, kecambah muda dan biji
kacang hijau setelah ditambahkan H2O2 memiliki hasil yang paling terang.
Selain itu gelembung dan volume gas yang paling banyaak terdapat pada biji
kacang hijau. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena dalam pemotongan
kecambah terlalu halus sehingga mempengaruhi hasil yang ada.

2. Pengaruh penambahan MnO2


Kerja enzim dipengaruhi oleh PH, suhu, konsentrasi enzim, konsentrasi
substrat. MnO2 sebagai salah satu jenis substrat dan penambahan MnO2 pada
enzim akan mempengaruhi kerja enzim. Katalisis terjadi hanya jika enzim dan
substrat membentuk suatu kompleks. Oleh sebab itu, laju reaksi bergantung pada
jumlah enzim dan substrat yang berhasil membentuk kompleks.Jika konsentrasi
keduanya tinggi, jumlah kompleks yang mungkin terbentuk juga tinggi.Jika
substrat cukup tersedia, penggandaan konsentrasi enzim menyebabkan laju
reaksi meningkat dua kali lipat (Girinda, 1986).
Pada percobaan yang telah dilakukan jumlah gelembung antara sebelum dan
sesudah penambahan MnO2 terdapat perbedaan baik pada hewan dan tumbuhan.
Namun tes nyala api hanya muncul perbedaan pada biji kacang hijau dan yang
lainnya menunjukkan hasil yang sama. Selain itu, pada volume gas yang tidak
menunjukkan adanya perbedaan di hewan maupun tumbuhan. Hal ini tidak
sesuai dengan teori diatas bahwa adanya penambahan substrat berupa MnO2
akan mempengaruhi kerja enzim tersebut. Kemungkinan terjadi karena
kurangnya ketelitian praktikan dalam mengamati hasil yang telah diperoleh.

3. Pengaruh PH terhadap katalase (PH = 1)


Perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif
enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. pH rendah atau pH tinggi
dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan
mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Enzim katalase dapat berkerja
dengan baik hanya pada pH optimum atau netral yaitu pH 7 (Poedjiadi, 1994).
Pada percobaan terlihat jumlah gelembung yang banyak pada cacing di
bagian abdomen dan tumbuhan kecambah yang semakin tua. Hal ini karena
semakin dewasa tanaman maka metabolismenya semakin sempurna. Sedangkan
pada hewan enzim katalase paling banyak ditemukan pada sistem pencernaan
(abdomen). Enzim ini dibutuhkan dalam merombak H2O2 yang ada dalam
tubuhnya lebih banyak menghasilkan oksigen. Adanya oksigen ditunjukan
dengan tes nyala, apabila bara api menyala maka positif (+) terdapat oksigen.
Selain itu aktivitas enzim menurun karena PH 1 (terlalu asam) sehingga tidak
dapat bekerja secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan volume gas yang relatif
sama. Sehingga antara pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan sudah
sesuai.

4. Melihat Pengaruh PH terhadap katalase (PH = 9)


PH rendah atau PH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses
denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Jika pada
basa pun enzim akan kehilangan keefektivitasan kerjanya. Namun pada suasana
asam lebih merusak enzim katalase dari pada suasana basa (Gaman dan
Sherrington, 1994).
Pada percobaan yang telah dilakukan jumlah gelembung paling banyak
berturut-turut yaitu abdomen, posterior dan anterior. Abdomen menjadi tempat
enzim katalase banyak ditemukan. Sedangkan pada tumbuhan yang terbanyak
yaitu kecambah muda. Seharusnya terjadi pada saat kecambah sudah tua karena
metabolisme dalam tumbuhan telah menjadi sempurna. Jika PH 9 (terlalu basa)
enzim ini akan mengalami denaturasi atau rusak. Sehingga reaksi pemecahan
Hidrogen peroksida oleh enzim katalase tidak dapat berlangsung di lingkungan
asam maupun basa. Hal ini kemungkinaan terjadi karena penghancuran
kecambah yang tidaak dilakukan dengan baik sehingga mempengaruhi hasil
pengamatan.

5. Melihat pengaruh suhu terhadap katalase (50C)


Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu
optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah
optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim secara bertahap
menjadi inaktif karena protein terdenaturasi (Martoharsono, 1994).
Sedangkan pada percobaan yang telah dilakukan jumlah gelembung paling
banyak di abdomen dan pada tanaman yaitu kecambah muda. Seharusnya
kecambah tua memiliki jumlah gelembung paling banyak dibandingkan yang
lain. Hal ini dikarenakan semakin dewasa tanaman metabolisme pada tubuh
tanaman semakin sempurna. Sedangkan tes nyala api secara keseluruhan adalah
positif. Sehingga menunjukkan pada semua sampel mengandung oksigen yang
diperoleh dari enzim katalase tersebut. Kesalahan yang terjadi mungkin karena
pengocokan tabung reaksi yang kurang kuat sehingga mempengaruhi hasil yang
didapatkan.

6. Melihat pengaruh suhu terhadap katalase (750C)


Menurut Poedjiadi (1994) bahwa pada suhu yang lebih tinggi reaksi
berlangsung lebih cepat, namun karena enzim adalah suatu protein, pada suhu
tertentu (maksimum) justru dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan
kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya
proses denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi, yang mengatakan bahwa
semakin tinggi suhu makin tinggi pula aktivitas enzim yang terjadi.
Pada percobaan yang telah dilakukan bahwa jumlah gelembung bagian posterior
(cacing) lebih banyak dibandingkan yang lain. Sedangkan pada tumbuhan
(kecambah tua) menghasilkan gelembung paling banyak dibandingkan
kecambah muda dan biji. Selain itu nyala api pada hewan bernilai positif
sehingga membuktikan adanya oksigen yang dihasilkan dari aktifitas enzim
katalase. Berbeda halnya dengan tumbuhan hanya kecambah muda yang bernilai
positif sedangkan kecambah tua dan biji kacang hijau bernilai negatif. Maka dari
itu enzim tidak dapat bekerja secara optimal pada suhu yang terlalu rendah atau
tinggi. Sehingga antara teori dan pengamatan sudah sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Krishna Dewi. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas
Staphylococcus aureus terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing
Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Sain Veterner 31 (2) : 138-147.

Gaman, M. 1992. Ilmu Pangan, Penghantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan


Mikrobiologi. Edisi II. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Girindra, A. 1986. Enzim dalam Biokimia 1. Jakarta: Gramedia.

Poedjiadi. 1994. Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : UI Press.

Soeharsono, Martoharsono. 1994. Biokimia. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai