Bab IV Enzim Katalase
Bab IV Enzim Katalase
A. Hasil Penelitian
+ : Redup
++ : Cukup Nyala
+++ : Nyala
B. Pembahasan
Pada praktikum Enzim Katalase yang dilakukan pada tanggal 8 April 2019
pukul 11.00 WIB di Laboratorium Dasar 1 FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk melacak dan menunjukkan
keberadaan enzim katalase dalam jaringan hewan dan tumbuhan, mengetahui
pengaruh penambahan H2O2 dan MnO2 serta mengetahui PH dan temperatur
pada aktivitas katalase.
1. Pengaruh penambahan H2O2
Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena
bahan ini menginaktifkan enzim dalam sel (Lay, 1994 dalam Amalia, 2013).
Pada hewan yang banyak mengandung enzim katalase adalah bagian abdomen.
Hal ini disebabkan karena pada bagian abdomen terdapat sistem pencernaan
yang terdapat banyak enzim. Sehingga pada saat penambahan substrat berupa
H2O2 masih terdapat sisa sisi aktif dari enzim katalase (Martoharsono, 1994).
Sedangkan pada percobaan yang telah dilakukan ditunjukkan hasil bahwa saat
ditambahkan dengan H2O2 lagi bagian abdomen menghasilkan gelembung
paling banyak dibandingkan yang lain. Semakin banyak gelembung yang
terbentuk maka semakin banyak dan cepat pula aktifitas enzimnya. Selain itu
nyala api yang paling terang yaitu pada abdomen dan posterior. Sedangkan
volume gas paling besar yaitu di bagian abdomen. Hal ini menunjukkan volume
gas, nyala api dan banyaknya gelembung merupakan tanda adanya enzim
katalase yang dapat menguraikan H2O2. Kesalahan pengamatan pada nyala api
mungkin terjadi karena kesalahan dalam mengamati hasil percobaan tersebut.
Jika pada tumbuhan kecambah tua menghasilkan bagian yang paling banyak
gas berupa oksigen setelah ditambahkan H2O2 yang kedua. Hal ini dikarenakan
memiliki enzim katalase lebih banyak dibandingkan pada kecambah muda dan
biji sehingga didalamnya masih terdapat banyak sisi aktif enzim katalase yang
bebas (Gaman, 1992). Pada biji terdapat sedikit enzim katalase tetapi kerja
enzim tidak optimal karena pada biji berada fase dormansi sehingga belum aktif,
pada kecambah muda enzim mulai aktif sehingga jumlah sedikit meningkat, dan
pada kecambah tua, enzim katalase mulai banyak melakukan aktifitas sehingga
katalase yang dibutuhkan juga meningkat (Poedjiadi, 1994).
Sedangkan pada percobaan nyala api kecambah tua, kecambah muda dan biji
kacang hijau setelah ditambahkan H2O2 memiliki hasil yang paling terang.
Selain itu gelembung dan volume gas yang paling banyaak terdapat pada biji
kacang hijau. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena dalam pemotongan
kecambah terlalu halus sehingga mempengaruhi hasil yang ada.